Wanita 17 tahun dibawa ke IGD rumah sakit karena sesak nafas. Sesak nafas dirasa
setelah pulang dari ujian di sekolah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum pasien tampak sesak dan sulit berbicara kalimat, suhu 36,5C, respirasi
36x/menit, 90x/menit, dan terdengar suara mengi. Dokter mendiagnosis asma dan
memberikan terapi nebulizer. Setelah sesak mereda dokter memberikan obat
aminofilin, salbutamol dan steroid. Orangtua pasien menanyakan apakah obat
tersebut efektif untuk penyakit anaknya.
asma akut?
Apakah salbutamol, aminofilin dan steroid efektif untuk mengobati asma?
Apakah terapi kombinasi dari ketiga obat : salbutamol, aminofilin dan
steroid atau kombinasi 2 obat dari ketiga obat tersebut dapat memberikan
asma?
Apakah ada obat yang lebih efektif untuk mengobati asma selain
ataukah sebaliknya?
3. Problem harm ( efek samping)
Apakah efek samping dari pemberian salbutamol?
Apakah efek samping dari pemberian aminofilin?
Apakah efek samping dari pemberian steroid?
Apakah
pemberan
kombinasi
obat
dari
ketiga
obat
tersebut
atau steroid) dengan obat lain dapat mengurangi efek samping obat?
4. Problem cost-effecive
Diantara ketiga obat tersebut (salbutamol, aminofilin atau steroid)
Step II PICO
P (patient/problem)
I (intervention)
: nebulizer
C (comparison)
: salbutamol,amnofilin,steroid
O (outcome)
: keefektifan obat
: http://search.ebscohost.com
Tahun
: 2001
Penulis
Arita M, Edwards A.
Resume jurnal
Background
Meskipun ketersediaan bronkodilator baru yang ampuh,inhalasi kortikosteroid, dan
obat-obatan anti alergi, masih ada anak-anak dengan asma yang sedang dan parah
yang sulit diobati. Anak-anak ini memerlukan kombinasi obat-obatan dan sering
mendapatkan perawatan di rumah sakit. The Japanese guidelines on the preventative drug
therapy
of
childhood
asthma
merekomendasikan
kombinasi
b2-agonis
dan
cromoglycate natrium (SCG) yang akan dihirup dua kali sehari sebagai nebulize di
dalam pengobatan gejala sedang. Perawatan ini juga direkomendasikan sebagai
langkah pertama untuk pengobatan gejala parah dan untuk gejala yang meningkat
menjadi empat kali setiap hari di tahap kedua gejala parah dan untuk kasus yang sulit
diobati. Nishikawa et al. pertama melaporkan hasil yang sangat baik dengan
penggunaan kombinasi ini. Setelah laporan ini, the Severe Asthma Inhalation Research
Committee of Japan organized mengadakan uji klinis multi-center untuk menyelidiki
yang tidak punya kontak dengan salah satu subjek yang masuk. Pusat pengontrol
independen ini
alokasi pasien untuk kelompok pengobatan A1, A2, B1, atau B2. Alokasi pengobatan
dibagi secara acak dalam delapan blok dan masing-masing rumah sakit pusat
menerima instruksi untuk delapan subyek, dengan dua subyek dialokasikan untuk
masing-masing kelompok pengobatan yang diminta. Di setiap pusat, amplop dibuka
dari angka terendah, sebagai pasien yang masuk ke dalam percobaan, dan
diperlakukan sesuai dengan petunjuk di dalamnya.Pasien di salah satu pusat dapat
dialokasikan untuk satu dari empat kelompok perlakuan.
Subject
Subyek adalah pasien dengan asma sedang dan parah, tiap-tiap jenis kelamin dan usia
<20 tahunyang telah terbukti memiliki asma yang sulit di kontrol dan memungkinkan
menggunakan nebulize dalam terapi. Definisi dari asma sedang dan asma yang parah
adalah digunakan dari the Japanese Society of Pediatric Allergy and Clinical Immunology.
Results
Dua ratus lima puluh tujuh pasien masuk ke penelitian dari 40 rumah sakit
pusat, di antaranya 232 menyelesaikan percobaan dan termasuk dalam analisis.
Rincian diberikan dalam Tabel 1. Usia rata-rata pasien adalah 8,7 (3,5) tahun. Ada
150 laki-laki dan 82 perempuan. Seratus empat puluh sembilan pasien
diklasifikasikan memiliki asma parah, dan 81 pasien menderita asma yang cukup
parah. Lima puluh enam subyek adalah pasien rawat inap di seluruh penelitian, 157
adalah pasien rawat jalan, dan 17 orang pasien rawat inap untuk bagian dari
penelitian dan pasin rawat jalan untuk sisanya. Pengobatan yang digunakan sebelum
penelitian adalah: theophyllines oral (216 pasien); 2-agonis oral (152 pasien); 2agonis inhalasi(83 pasien); kortikosteroid inhalasi (40 pasien); kortikosteroid oral (40
pasien), dan kortikosteroid injeksi (20 pasien). Angka rata-rata asma (SD) selama 2
minggu terakhir dari periode awal adalah: Kelompok A1, 102,30 (666,27); kelompok
A2, 122,79 (685,65) (Mann-Whitney U-statistik 1458,0, p50.279). Rata-rata awal
adalah sebagai berikut: kelompok B1, 127,28 (681,35); kelompok B2, 109,01
(661,38) (Mann-Whitney U-statistik 1398,5, p50.2603). Dua puluh lima pasien
dikeluarkan dari analisis: sembilan tidak menyelesaikan baik periode dasar ataupun
periode pengobatan; delapan punya catatan yang tidak memadai; tiga masing-masing
memiliki data hilang atau tidak sesuai, dan dua keluar untuk alasan tidak jelas.
Variabel utama kemanjuran pengobatan adalah perubahan angka asma dari
nilai-nilai yang tercatat selama 2 minggu terakhir dari periode awal terhadap nilainilai yang tercatat selama 2 minggu terakhir periode pengobatan. Tabel 2
menunjukkan perubahan dalam angka asma dari 2 minggu terakhir dari periode awal
ke 2 minggu terakhir dari periode pengobatan, perbedaan antara dua angka
pengobatan, dan nilai-p dari analisis perbedaan (ditentukan menggunakan tes
Wilcoxon Signed Ranks). Untuk analisa ini data dari sub-kelompok dalam dua
kelompok pengobatan yang diminta, digabungkan. Di Kelompok A1 dan A2
penurunan angka (SD) asma rata-rata adalah 43,90 (39,9) untuk pengobatan
kombinasi dan 36,77 (43,01) untuk salbutamol saja . Dalam Kelompok B1 dan B2
pengurangan itu 45,38 (47,20) untuk kombinasi dan 36,75 (45,62), untuk SCG saja.
Dalam kedua kasus perbedaan rata-rata dalam pengurangan nilai asma secara
signifikan lebih besar untuk kombinasi daripada untuk perawatan tunggal; antara
kombinasi dan salbutamol rata-rata (SD) perbedaan adalah 7,5 (22,6) (p<0,001)
dan antara kombinasi dan SCG 8,5 (28,5) (p<0,001).
Ketika
pengobatan
dibandingkan
pada
sub-kelompok
sesuai
aturan
pengobatan, efek bawaan terlihat saat kombinasi itu sebagai pengobatan pertama
tetapi tidak ketika sebagai pengobatan kedua. Hasil dari analisis ini disajikan dalam
Tabel 3 dan 4.
Pendapat pasien dari setiap perlakuan ditunjukkan pada Tabel 5. Hasil
ditampilkan sebagai jumlah pasien untuk setiap kategori. Persentase pasien di Grup
A1 dan A2 yang melaporkan bahwa mereka lebih baik atau cukup lebih baik adalah
84% untuk kombinasi dan 63% untuk salbutamol (p<0,001): di Kelompok B1 dan B2
itu adalah 81% untuk kombinasi dan 65% untuk SCG (p<0,01).
Efek samping yang dilaporkan oleh dua pasien. Satu pasien timbul bersin dan
iritasi hidung dengan pengobatan kombinasi. Ini merupakan kondisi ringan dan
pengobatan tidak dihentikan. Pasien kedua timbul mual ketika beralih ke kombinasi.
Ini merupakan kondisi yang parah dan pengobatan dihentikan. Ketika procaterol
digantikan untuk salbutamol masalah tidak terulang.
Conclusion
Hasil yang utama adalah perubahan dalam tingkat keparahan asma, yang diukur
dengan angka asma rata-rata selama 2 minggu terakhir oleh periode awal dan 2
minggu terakhir dari masing-masing pengobatan. Pengukuran hasil sekunder adalah
pendapat pasien mengenai efektivitas pengobatan. Perubahan angka asma dari nilai
awal secara signifikan lebih besar dengan pengobatan kombinasi dibandingkan tiap
komponen digunakan terpisah. Rata-rata perbedaan angka asma antara kombinasi dan
salbutamol adalah: -7,5, CI 95%,-11,70 untuk -3,29 (p<0,0001). Rata-rata perbedaan
antara kombinasi dan SCG: -8,53, 95% CI, -14,03 untuk -3,25 (p<0,0001). Pasien juga
secara signifikan dalam mendukung kombinasi pengobatan (p<0,001 vs.salbutamol;
sodium
cromoglycate;
asthma;children;nebulized treatment
salbutamol;combination
treatment;
Pada penelitian ini menunjukan bahwa pemakaian kombinasi salbutamol dan SCG
menunjukaan hasil yang lebih efektif dibandingkan dengan pemakaian salbutamol
saja atau SCG saja dalam pengobatan asma. Selain itu efek samping dari pemakaian
pengobatan kombinasi salbotamol dan SCG hanya dirasakan oleh sedikit pasien saja.
design.
bernomor
untuk
alokasi
pasien
untuk
periode 2.
Were all patients analysed in the Ya, Setelah
groups
to
which
they
randomised?
4-minggu
periode
awal,
selama
adalah 12 minggu.
Were patients and all clinicians kept Tidak, Semua pasien atau orang tua memberikan
blind to treatment?
Wre the group similar at the start of the Waktu pelaksanaan penelitian sama. Durasi penelitian
trial?
Step IX Evaluasi
Perlu diakukan pencarian sumber lain untuk mendapatkan evidence yang lebih baik
megenai tahun penerbitan, kombinasi obat antara salbutamol,aminofilin dan steroid
serta efek sampingnya dan kesamaan karakteristik penderita.
No
1
Steps
Clinical scenario
Formulation
Your work
What information do you Wanita,17 tahun
have?
36,5C,
respirasi
36x/menit,
PICO assesment
Clinical questions
Information
source
Type questions
to search
PEDET
dan
Problem prognosis:
Bagaimana prognosis dari penyakit
asma pada pasien?
Etiologi :
Apakah penyebab penyakit asma?
Diagnosis :
Bagaimana cara menegakkan diagnosis
asma pada pasien?
Economic analysis :
Diantara
ketiga
obat
tersebut
obat
aminofilin
tersebut
atau
(salbutamol,
steroid)
dalam
mengobati asma?
-Apakah ada obat yang lebih efektif
untuk
mengobati
asma
selain
Type of reserch
Search limits
ataukah sebaliknya?
Systematic review,RCT,etc
RCT
Do you want to restrict your Tidak dibatasi sampai menemukan
search?
and/or Think of keyword,pharase
Keyword
pharase
Search
combination
Summarize
and/or?
What is your conclusion Pada penelitian ini menunjukan bahwa
10
Appliation