Anda di halaman 1dari 19

2010

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

11 S

ISTEM

SEDIMEN LAUT DALAM

11.1 Sistem Sedimen Klastik Laut Dalam dan Klasifikasinya


Pada awalnya karakteristik umum dari sistem klasifikasi laut dalam didasarkan pada kejadian
dari lapisan-lapisan batupasir dimana ukuran butir sedimennya akan menghalus kearah atas.
Lapisan dengan tekstur demikian menjadi terkenal sebagai turbidit laut dalam (Kuenen,1957). Hal ini
didasarkan dari hasil pengamatan pada sistem pengendapan arus pekat (turbit) dimana ukuran
butirnya semakin keatas semakin menghalus. Adanya perubahan secara vertikal dalam fabrik
(kemas) batuan ini kemudian dikenal sebagai Bouma Sequence (Shanmugam, 2000). Saat ini telah
diakui bahwa meskipun tidak semua siklus pengendapan laut dalam memiliki fabrik seperti turbidit
dari Bouma Sequence (Shanmugam, 2000), proses yang mendukung

adanya keterkaitan atau

hubungan antara facies sedimen laut dalam dengan geometrinya. Banyak contoh dari proses yang
mendukung adanya keterkaitan ini. Salah satu contoh yang menjadi perhatian para ahli stratigrafi
adalah Singkapan Batupasir Ross yang terdapat di Irlandia yang berumur Karbon dimana pada
singkapan batuannya terlihat adanya siklus (sekuen) yang meningkat dari perselingan mudstone
(batulumpur) dan slump (longsoran nendatan) yang terhubungkan dengan lapisan mudstone dan
debris dan aliran densitas yang tidak kohesif dari lidah turbidit yang bersifat pasiran.
Gambar 11-1 memperlihatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara berbagai aliran
densitas yang berada di dalam air dan bagaimana sedimen diangkut (ditransport). Pada gambar
diperlihatkan bagaimana aliran yang kohesif berubah menjadi aliran yang bersifat non-kohesif saat
melewati daerah transisi dari aliran yang bersifat hybrid. Sedimen yang berasal dari aliran yang
berbeda genesanya akan sama dan akumulasi aliran sebagai percampuran kedua material kohesif
dan non kohesif. Untuk menyimpulkan pengangkutan transportasi sedimen yang terlibat dalam
aliran yang kohesif ke aliran non-kohesif hingga ke aliran arus densitas yang bersifat turbit (pekat).
Aliran kohesif (Cohesive flows) mempunyai kekuatan matrik dan dibagi dalam ukuran butir
menjadi:

Aliran debris

Aliran Lumpur yang kaya akan lempung dan lumpur lanauan.

Aliran gesek (Strenght flows) tersusun dari kombinasi butiran dan air dimana ruang antar butir diisi
oleh air. Aliran gesek dibagi menjadi:

164 Copyright @2010 by Djauhari Noor

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

2010

Aliran densitas hipokonsentrasi (hypoconcentrated density flows), aliran debris pasiran,


beberapa lapisan bersusun terbalik, tidak ada lapisan bersusun normal, bentuk lapisan tidak
terawetkan.

Aliran densitas terkonsentrasi (concentrated density flows), seperti erosi dasar, scour &
flute, lapisan bersusun normal, lapisan masif bagian bawah dengan perlapisan bersusun
terbalik.

Aliran turbidit (dibagi berdasarkan lamanya):


1. Surges
2. Aliran seperti surge (Bouma Sequence)
3. Arus Quasisteady

Gambar 11-1

Hubungan antara berbagai aliran densitas yang ada di dalam air dan
bagaimana sedimen diangkut (ditransport).

Skema dari sedimen aliran densitas mengangap bahwa setiap aliran memungkinkan berubah
dalam kedua tipe, aliran yang memotong dan aliran bawah dengan waktu pada setiap saat disuatu
titik. Kekuatan dan kelemahan dari klasifikasi ini adalah bahwa spektrum sedimen yang mewakili
terlibat menjadikan multi-interpretasi dan kualitatif.
11.2. Aliran densitas konsentrasi tinggi
Pergerakan turbulensi fluida pada aliran berkonsentrasi tinggi ditafsirkan berdasarkan volume
konsentrasi sedimen yang selalu berada diatas 25%, seringkali berbentuk partikel partikel berukuran

165 Copyright @2010 by Djauhari Noor

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

2010

pasir dan kerikil. Fluida tidak memiliki gaya kohesi akan tetapi karena adanya dukungan interaksi
antar butir serta beban sedimen (material sedimen) yang ditransport. Sebagai aliran, sedimen tidak
selamanya mendukung dan terakumulasi sebagai aliran debris bersifat pasiran yang seringkali
terpilah. Endapan ini menunjukan beberapa lapisan dasar bergradasi terbalik (tidak bergradasi
normal). Struktur silang-siur dan lapisan lapisan lainnya cenderung tidak terawetkan ketika
komposisinya bervariasi antara lanau, pasir, dan kerikil yang masif.
Gayaberat mendorong aliran ini, dimana sifat dan kecepatan akan tergantung dari kecuraman
lereng dimana aliran melintas. Lereng akan menjadi curam apabila aliran transportnya dekat dan
ketika lereng menjadi landai maka sedimen cenderung menjadi bebas yang memungkinkan
terjadinya interaksi antar butir.

Gambar 11-2

Gambar yang memperlihatkan berbagai kenampakan dari tipe-tipe sedimentasi


yang berbeda mekanisme pengangkutan butirannya. Kesesuaian pengendapan
arus turbidit (Lowe, 1982) dengan endapan konsentrasi aliran densitas menurut
Mulder & Alexander's (2001).

11.3 Aliran densitas terkonsentrasi


Aliran ini ditentukan berdasarkan pergerakan turbulensi fluida dari aliran yang didukung 10
25% partikel berukuran pasir. Pada aliran ini, aliran debris yang bersifat pasiran digambarkan diatas

166 Copyright @2010 by Djauhari Noor

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

2010

akumulasi. Dasar permukaan terhadap endapan ini adalah erosional dan seringkali diekpresikan
sebagai scour dan flute. Bidang permukaan ini merupakan bukti adanya arus yang cepat yang
memindahkan kearah bagian bawah lereng yang curam dengan gerakan interaksi antar butir dengan
mengerosi dan menggesek. Dengan berkurangnya kemiringan lereng, sedimen sedimen berbutir
kasar akan diendapkan menghasilkan kombinasi struktur graded bedding normal dan atau

lapisan massif dengan struktur gradded bedding terbalik.

11.4. Turbidit
Istilah turbidit diperkenalkan pertama kalinya oleh Kuenen (1957) untuk mewakili suatu
endapan yang berasal dari arus turbit. Adalah Arnold Bouma, sebagai mahasiswa yang membantu
pekerjaaan Kuenen dan mempublikasikan hasil penelitiannya untuk singkapan singkapan batupasir
yang berada di daerah Annot sebelah tenggara Perancis yang kemudian untuk pertama kalinya
memperkenalkan model facies turbidit vertikal (Bouma, 1962) yang kemudian dikenal sebagai
Bouma Sekuen.
11.4.1 Sedimen Turbidit
Meskipun semua sedimen aliran densitas dipahami sebagai sedimen yang bersifat tidak tetap
Mulder & Alexander (2001) membagi sedimen ini berdasarkan atas lamanya arus turbulen bekerja,
yaitu:
1. Durasi aliran densitas yang cepat
2. Perilaku aliran densitas dimana bagian kepala dari aliran densitas mengendalikan
pengendapan. (Bouma sequences atau turbidites)
3. Arus dimana kepala dari aliran densitas tidak berpengaruh bila dilihat sebagai bagian dari
badan aliran.
11.4.2 Endapan Turbidit
1. Definisi Endapan Turbidit
Secara umum turbidit didefinisikan sebagai sedimen yang diendapkan oleh suatu mekanisme
arus turbit. Middelton dan Hampton (1973) menyebut sebagai sedimen aliran gravitasi yang
menyebabkan terjadinya arus kenyang (turbidity current) karena adanya longsoran pada lereng
benua yang disebabkan oleh getaran, baik itu gempa bumi maupun tsunami. Mekanisme
pengendapannya berasal dari onggokan-onggokan sedimen yang berada pada lereng suatu
cekungan, karena suatu getaran kemudian sedimen tersebut meluncur kebawah. Luncuran-luncuran
ini menghasilkan lengseran yang kemudian berkembang menjadi suatu arus turbid dimana
sedimennya lepas-lepas dan butir-butirnya bergerak sendiri-sendiri yang pada awalnya masih terikat

167 Copyright @2010 by Djauhari Noor

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

2010

dan menyatu karena kohesi antar butirnya. Butiran-butiran ini kemudian pada akhirnya mengendap
pada dasar cekungan. Sedangkan menurut Friedman dan Sanders (1978), arus turbidit adalah aliran
arus pekat yang dihasilkan oleh masa dari butiran (padatan) sedimen yang berada didalam media
aliran tersebut.
Berdasarkan gerak relatif antara butir dan jarak dari sumber, Middelton dan Hampton (1973)
membagi 4 jenis arus densitas:
1. Aliran Arus Kenyang (Turbidity current): butir-butir telah lepas sama sekali dan masingmasing butir didukung oleh fluida/media (telah terinduksi menjadi turbulen)
2. Aliran Sedimen Yang Difluidakan (Fluidizes sediment flow) : butiran yang lepas
didukung oleh cairan yang diperas keatas antar butir. Butir-butir masih bersentuhan.
3. Aliran Butiran (Grain flow): dimana butir-butir belum lepas dan dalam mengalir saling
berentuhan.
4. Aliran Rombakan (Debris flow) : dimana butir-butir kasar masih didukung oleh matrik
(masa dasar) campuran sedimen yang lebih halus dan media (air) dan masih mempunyai
kekuatan
Bouma (1962) mempelajari dengan seksama endapan turbidit purba dan menemukan uruturutan yang khas yang dikenal dengan

Sekuen Boma. Sekuen ini merupakan model fasies dari

turbidit yang disusun oleh lima interval dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Gambar 11-3):

Gambar 11-3 Model Fasies Vertikal Turbidit Bouma


1. Interval Perlapisan Bersusun (Ta): Interval lapisan bersusun (graded beding)
merupakan bagian terbawah dari model fasies ini, bertekstur pasiran kadang-kadang
krakalan atau krikilan. Struktur perlapisan bersusun ini akan menjadi tidak jelas atau hilang
sama sekali apabila batupasir yang menyusun interval ini trpilah dengan baik. Tanda
struktur lainnya tidak tampak.

168 Copyright @2010 by Djauhari Noor

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

2010

2. Interval Laminasi Sejajar Bagian Bawah (Tb): Interval laminasi sejajar bagian bawah
(lower of paralel laminate). Interval laminasi sejajar bagian bawah (lower of paralel

lamination) tersusun dari perselingan antara batupasir dengan serpih atau batulempung.
Bidang sentuh (kontak) dengan interval di bawahnya mungkin berlangsung.
3. Interval Riak Arus (Tc): Interval riak arus (interval of current lamination) dicirikan dengan
adanya struktur riak arus yang tingginya maksimal 5 cm dan panjang maksimal 20 cm,
kadang nampak foreset lamination dan struktur riak arus yang berbentuk konvolut.
4. Interval Laminasi Sejajar Bagian Atas (Td): Interval laminasi sejajar bagian atas

(upper interval of parallel lamination) tersusun dari perselingan antara batupasir halus
dengan batulempung, struktur laminasi sejajarnya tidak begitu jelas, apabila terkena proses
pelapukan atau gangguan tektonik, kadang-kadang lempung pasirannya berkurang kearah
vertikal, bidang sentuhnya dengan interval di bawahnnya sangat jelas.
5. Interval Pelitik (Te): Interval pelitik tersusun dari batuan yang bersifat lempungan dan
tidak menunjukan adanya struktur yang jelas, kearah tegak pada interval ini material
pasirannya berkurang dan ukuran besar butirnya makin menghalus. Cangkang foraminifera
mungkin ditemukan. Bidang sentuh dengan interval dibawahnya berangsur, diatas interval
ini sering ditemukan lapisan yang bersifat napalan.
Bouma (1962) menyatakan turbidit dengan fasies yang lengkap (dari interval Ta hingga
interval Te) hanya dijumpai pada lapisan yang tebal saja, umumnya fasies yang dijumpai telah
hilang pada bagian atas, bawah atau keduanya. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa baik kecepatan
maupun ukuran besar butir berkurang kearah hilir. Hal ini menyebabkan urut-urutan turbidit menjadi
T1 (Ta-e), T2 (Tb-e), T3 (Tc-e), T4 (Tc-e), T5(Te) yang terbentuk.
Urutan - urutan yang umum ditemukan:
1. Base cut out sequence. Merupakan urutan turbidit yang tidak utuh, yaitu interval bagian
bawahnya hilang. Bagian interval yang hilang bisa berupa Ta, Ta-b, Ta-c dan Ta-d.
2. Trancated sequence. Interval yang hilang pada sekuen ini adalah interval bagian atas,
yakni Tb-e, Tc-e,Td-e dan Te.
3. Truncated, base cut out sequence. Pada sekuen ini baik interval bagian atas maupun
bawahnya hilang. Interval yang muncul berkisar antara Tb Td. Keadaan ini disebut
truncated, base cut out sequence.

169 Copyright @2010 by Djauhari Noor

2010

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

Dari berbagai klasifikasi yang ada, klasifikasi yang dibuat oleh Walker (1978) merupakan
klasifikasi yang paling sederhana dalam penggunaannya untuk menafsirkan endapan turbidit. Walker
(1978) membagi fasies turbidit menjadi lima fasies, yaitu:
A.

Turbidit Klasik (Classic Turbidite). Turbidit klastik terdiri atas urutan batupasir

batulempung yang dapat digolongkan dalam urutan Bouma (1962) yang lengkap untuk suatu
endapan turbidit. Namun demikian urutan urutan yang lengkap jarang dijumpai, dengan demkian
juga dalam urutan terbalik, tetapi yang sering dijumpai adalah urutan yang tidak lengkap.
B.

Batupasir Masif (Masive Sandstones). Batupasir masif merupakan gardasi dari turbidit

klastik, yaitu berkurangnya perselingan batulempung dan bertambahnya paritan serta ketidak aturan
perlapisan. Ukuran butir semakin bertambah kasar, demikian juga dengan ketebalan batupasir
bertambah. Baupasir masif terdiri dari perlapisan batupasir tanpa perselingan batulempung, yang
kalau digolongkan ke dalam urutan Bouma (1962) merupakan urutan Ta (graded bedding) karena
interval lain tidak terdapat. Lapisan batu pasirmasif tanpa struktur sedimen, kecuali struktur
mangkok yang terkadang mungkin dapat ditemukan, ketebalan lapisan berkisar 0.5 5 meter.
C.

Batupasir Kerikilan (Pebbly Sandstones). Fasies batupasir kerikilan ini dicirikan oleh

ketebalan lapisan berkisar 0.5 5 meter, batas bawah tegas dan tidak terdapat interkalasi
batulepung atau serpih untuk fasies ini.urutan Bouma atau struktur sedimen turbidit klasitik tidak
berlaku atau tidak digunakan. Merupakan struktur sedimen perlapisan bersusun dapat ditemukan
dengan besar butir mulai kerikilan dibagian dasar sampai ukuran sedang. Perlapisan yang biasanya
terjadi dari perselingan lapisan yang kaya akan kerikilan dan lapisan yang miskin dengan kerikil
dengan tebal rata-rata lapisan 5 20 cm, dengan struktur sedimen mangkok atau planar tabular.
D.

Konglomerat

yang

didukung

oleh

fragmen

(Conglomerate

supported

by

fragment): Fasies konglomerat ini disebut clay supported conglomerat yang dicirikan oleh:
1. Umumnya terdapat struktur perlapisan bersusun dari jenis normal atau terbalik dengan
ketebalan lapisan 20 30 cm.
2. Stratifikasi bisa ada ataupun tidak
3. Setiap lapisan bisa tebal hingga 1- 5 cm
4. Dasar perlapisan biasanya tegas dan paritan biasanya ada
5. Interkalasi serpih atau baulempung jarang terdapat.
Perlapisan yang didukung oleh matrik (Matrix supported beds). Fasies ini disebut sebagai
matrixs suported beds oleh Walker (1978) yang meliputi batupasir, kerikil, kerakal dan bongkah
yang didukung matrik. Endapan Debris Flow (DF) dan Slump (SL) termasuk dalam fasies ini. Dasar
perlapisan tidak teratur dan tidak terdapat kemas tertutup, tetapi biasanya fragmen atau bongkah

170 Copyright @2010 by Djauhari Noor

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

2010

yang ada terletak mengambang dalam matrik. Distribusi lateral endapan turbidit sepanjang
cekungan menurut Walker (1978) adalah bahwa semakin kearah laut yang lebih dalam sedimen
kasar semakin menghilang. Akibatnya makin kearah laut dalam akan didapatkan struktur sedimen
bagian-bagian atas dari seri Bouma (1962). Walker (1978) mengajukan formulasi yang lebih
lengkap, yang mencerminkan produk sedimentasi baik oleh arus pekat maupun oleh longsoran
bawah laut, yang memunculkan fasies-fasies endapan turbidit secara umum mulai dari lereng
kontinen yaitu endapan kipas atas, endapan kipas tengah dan endapan kipas bawah.
Progradasi endapan kipas bawah laut menimbulkan urutan-urutan stratigrafi hipotesis seperti
diperlihatkan pada gambar 8-4. Dapat dilihat adanya dua sekuen menjadi ciri utama dari stratigrafi
hipotesis Walker tersebut. Pertama sekuen menebal keatas merupakan ciri fasies endapan kipas
bawah sampai kipas tengah. Kedua, sekuen menipis keatas merupakan ciri fasies endapan kipas
tengah (bagian tengah) dan kipas atas.
Struktur turbidit Bouma (1962) lebih berkembang pada fasies kipas bawah sampai kipas
tengah. Beberapa ciri litologi dan asosiasi struktur sedimen juga membeda bedakan ketiga fasies
tersebut diatas. Endapan kipas bawah dicirikan oleh dominasi batulempung dan perselingan
batupasir dengan struktur turbidit klastik dari Bouma (1962). Munculnya batupasir masif
(Walker,1978) dan sekuen A dari Bouma mencirikan mulainya endapan kipas tengah bagian
bawah. Batupasir yang muncul semakin intensif dengan disertai munculnya konglomerat
menandakan endapan kipas tengah bagian tengah. Dominasi batulempung kearah kipas tengah
bagian atas semakin berkurang dan menurut stratigrafi hipotesis diatas, batulempung menghilang
pada kipas atas dimana litologinya adalah konglomerat, batupasir endapan debris flow dan sedimen
berstruktur slump.

Gambar 8-4 Model Hipotetis Kipas Bawah Laut (Walker, 1978)

171 Copyright @2010 by Djauhari Noor

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

TURBIDIT
KLASIK (TK)

Gambar 8-5 Urut urutan vertikal Kipas Bawah Laut (Walker, 1978)

172 Copyright @2010 by Djauhari Noor

2010

2010

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

Gambar 8-6 Singkapan Sedimen yang sangat tebal dari Endapan Turbidit Klasik

Struktur Bouma lengkap: Ta Tb, Tc, Td, dan Te

Parelel laminasi dan Ripple

Lapisan Bersusun (Graded Bedding)

Gambar 8-7 Struktur Sedimen Bouma

173 Copyright @2010 by Djauhari Noor

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

Gambar 8-8 Profil singkapan penipisan kearah atas (Thinning upward


sequences)

Gambar 8-9 Profil singkapan penebalan kearah atas (Thickening


upward sequences)

174 Copyright @2010 by Djauhari Noor

2010

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

Gambar 8-10 Profil singkapan penebalan kearah atas (Thickening


upward sequences)

Gambar 8-11 Profil singkapan Perlapisan yang didominasi batupasir


yang mencirikan proximal turbidites (Bagian Berlembah dari Supra
fan lobe on Mid Fan)

175 Copyright @2010 by Djauhari Noor

2010

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

Gambar 8-12 Profil singkapan Perlapisan yang didominasi oleh perlapisan


batupasir (masive sandstone) daan sekuen menipis keatas (thinning upward
sequence). Merupakan ciri dari Bagian Berlembah dari Supra fan lobe on Mid
Fan

Gambar 8-13 Endapan chaotic diantara 2 sikuen utama dari endapan batupasir.

176 Copyright @2010 by Djauhari Noor

2010

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

Gambar 8-14 Pengisian saluran (Channel-fill) yang menutupi endapan chaotic


serta and mulainya sikuen endapan batupasir.

Gambar 8-15. Perselingan distal and proximal turbidit. Setiap bidang


perlapisan memisahkan masing-masing endapan.

177 Copyright @2010 by Djauhari Noor

2010

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

Gambar 8-16 Memperlihatkan slump structures yang berada didalam lapisan


batupasir

Gambar 8-17 Memperlihatkan slump structures yang berada didalam lapisan


batupasir

178 Copyright @2010 by Djauhari Noor

2010

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

Gambar 8-19 Kontak antara lapisan dasar (debrite) yang ditutupi oleh
channel sandstone yang tebal.

Gambar 8-20 Bentuk scour marks pada dasar lapisan


saluran (channel bed).

179 Copyright @2010 by Djauhari Noor

2010

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

2010

Beberapa Contoh Analisa Profil Model Kipas Bawah Laut

Gambar 8-21 Profil singkapan yang menunjukkan lingkungan kipas bawah laut bagian Suprafan
Lobe on Mid Fan dan Upper Fan

180 Copyright @2010 by Djauhari Noor

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

2010

Gambar 8-22 Profil singkapan yang menunjukkan lingkungan kipas bawah laut bagian Suprafan
Lobe on Mid Fan

181 Copyright @2010 by Djauhari Noor

Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam

Gambar 8-23 Profil singkapan yang menunjukkan lingkungan kipas


bawah laut bagian Lower Fan (bawah) dan Suprafan Lobes on Mid
Fan (atas)

182 Copyright @2010 by Djauhari Noor

2010

Anda mungkin juga menyukai