Anda di halaman 1dari 3

Kata sulit

1. CTR (Chardio Thoraxic Ratio) adalah cara memperhitungkan pembesaran


jantung. Nilai CTR 50% adalah normal, hila > 50% menandakan
kardiomegali.
2. BE atau Base Excess dipakai untuk mengukur jumlah basa kuat atau
asam kuat pada setiap liter darah yang bertambah akibat gangguan
metabolik. Normal BE adalah -2,5 samapi dengan +2,5.
( Wajan Juni Udjianti 2010, keperawatan kardiovaskular )
Pertanyaan :
1. Penatalaksanaan :
a. Non farmakologi
:
- Ambulasi dilakukan secara perlahan untuk mencegah overloading
jantung. Peningkatan kegiatan dilakukan secara bertahap mulai dari
duduk ditempat tidur, dikursi, dan jalan-jalan didalam kamar. Jarak
jalanpun diatur agar tidak menambah beban pada jantung. Setelah
selesai kegiatan perlu dipantau tanda-tanda dispnea,kelelahan, dan
kecepatan nadi meningkat. Apabila tanda-tanda ini muncul maka
pasien perlu untuk istirahat baring dan diberi oksigen. Tujuan program
istirahat atau kegiatan perlu dijelaskan kepada pasien dan
keluarganya.
- Mempertahankan integritas kulit. Bagian yang edema cepat sekali
menimbulkan ulkus dikubitus. Posisi pasien perlu diubah setiap 2-3 jam
untuk mengurangi tekanan pada bagian tersebut.
b. Farmakologi
:
- Terapi nitrat dan vasodilator koroner
- Terapi inotropik positif dengan pemberian dopamin untuk
meningkatkan denyut jantung
- Terapi sedatif pada keadaan gagal jantung berat untuk mengurangi
kegelisahan
( Mary Bradero, dkk 2008,asuhan keperawatan klien gangguan
kardiovaskular )
( Arif Muttaqin 2009, pengantar asuhan keperawatan kilen dengan
gangguan sistem kardiovaskular )
2.

Pencegahan :
Penyebab gagal jantung terutama berasal dari penyakit jantung, oleh
karenaitu pencegahan pencegahan penyakit jantung merupakan tahap
pertama pencegahan gagal jantung. Pencegahan atau pengobatan dini
penyakit jantung seperti CAD, endokarditif infektif, perikarditif konstriktif,
hipertensi, dan penyakit jantung reumatik adalah sangat penting.
Bagaimanapun, karena satu dan lain hal, penyakit jantung tidak selalu
dapat dicegah, maka tahap berikutnya adalah menunda serangan
mendadak gagal jantung, hal ini meliputi menejemen diet seperti diet
rendahgaram-rendah lemak atau diet untuk menurunkan berat badan,

program penghentian merokok, menyusun program aktivitas atau latihan


dan pengobatan dini terhadap infeksi.
( Wajan Juni Udjianti 2010, keperawatan kardiovaskular )

3. Nilai normal BGA

Nilai normal BGA

Nilai BGA pada


kasus
N

pH = 7,35-7,45
PaCO2= 35-45 mmHg
PaO2= 80-100 mmHg
HCO3= 22-26 mEq/L
O2 saturasi= 85-95 %
N
BE= -2,5 sampai dengan
+2,5
Kesimpulan : berdasarkan nilai pH, PaCO2, dan HCO3 pada berbagai
gangguan asam basa menunjukan bahwa pasien pada kasus mengalami
asidosis metabolik + respiratorik.
( Wajan Juni Udjianti 2010, keperawatan kardiovaskular )
4. Kenapa pasien diberi diet TKRG :
Diet TKRG adalah diet tinggi-kalium dan rendah-garam yang dijalani oleh
pasien.
Diet tinggi kalium diberikan kepada pasien karena efek samping yang
sering ditemukan karena pemberian obat lasix ( diuretik ) pada kasus
adalah hipokalemi. Hipokalemi juga dapat menyebabkan toksisitas karena
pemberian digitalis. Kekurangan kalium juga akan membuat otot-otot
miokardium exitable dan timbul disritmia.
Diet rendah garam perlu dijalani pasien untuk mengendalikan edema yang
terjadi karena sifat dari garam natrium adalah mengikat air didalam
tubuh.
( Mary Bradero, dkk 2008,asuhan keperawatan klien gangguan
kardiovaskular )
5. Posisi bed rest pada pasien gagal jantung
:
Pada pasien gagal jantung sering menunjukan tanda dan gelaja ortopnea
yaitu ketidakmapuan untuk berbaring datar karena dispnea sehingga
pasien tersebut memerlukan posisi semi fowler atau setengah duduk
untuk tidur dengan melakukan peniggian kepala dengan menggunakan
tiga bantal atau menggunakan setingan bed otomatis. Namun ada juga
pasien yang lebih nyaman menggunakan posisi duduk atau fowler saat
tidur, biasanya pada pasien gagal jantung dengan ekspansi paru. Kedua
kakai pasien juga ditinggikan untuk mengurangi pitting edema.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa posisi bed rest pada
pasien gagal jantung dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kenyamanan pasien.

( Mary Bradero, dkk 2008,asuhan keperawatan klien gangguan


kardiovaskular )
6. Pengaruh digoxin terhadap peningkatan edema perifer
:
Tidak ada pengaruh pemberian digoxin terhadap edema perifer karena
obat digoxin termasuk dalam golongan digitalis, dimana obat dengan
golongan digitalis juga bersifat laksatif. Laksatif adalah obat pencahar
yang berfungsi untuk membantu menstimulasi gerakan peristaltik dinding
usus sehingga membantu meperlancar buang air besar. Dengan
meperlancar buang air besar secara otomatis kelebihan cairan didalam
tubuh pasien akan berkurang sehingga edema pada tubuh pasien juga
akan berkurang.
( Arif Muttaqin 2009, pengantar asuhan keperawatan kilen dengan
gangguan sistem kardiovaskular )

Anda mungkin juga menyukai