Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Keluarga
1.1.1

Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,1988)
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing, menciptakan
serta memperhatikan kebudayaan (Bailon & Maglaya,1989)
1.1.2

Fungsi-Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau konsekuensi dari struktur

keluarga. Adapun fungsi keluarga tersebut adalah (Friedman,1998:100):


1. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk stabilitas kepribadian kaum
dewasa, memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer anak-anak yang
bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota keluarga.
3. Fungsi reproduktif : untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk kelangsungan
hidup bermasyarakat.
4. Fungsi ekonomis : untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan
pengalokasian sumber-sumber tersebut secara efektif.
5. Fungsi perawatan kesehatan : untuk pengadaan kebutuhan-kebutuhan fisik, pangan,
sandang, papan dan perawatan kesehatan.
2.1.3

Tugas-Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga (Effendi ,

1998:42):
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.


3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan,
yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
2.1.4

Keluarga Sebagai Unit Pelayanan yang Dirawat


Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah-masalah kesehatan keluarga

saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar sesama di sekitarnya atau masyarakat secara
keseluruhan. Melalui asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada keluarga
diharapkan keluarga dapat lebih mengenal dan melaksanakan tugas-tugasnya dalam bidang
kesehatan.
2.2 Konsep Lansia
2.2.1 Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ,lanjut usia dikelompokkan menjadi:
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
2.2.2 Permasalahan Pada Lanjut Usia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia
antara lain (Setiabudhi,1999: 40 - 42):
1. Permasalahan Umum :
-

Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.

Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.

Lahirnya kelompok masyarakat industri.

Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.

Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

2. Permasalahan khusus :
-

Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental
maupun sosial.

Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

Rendahnya produktivitas kerja lansia.

Banyaknya lansia yang miskin, telantar dan cacat.

Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat


individualistik.

Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia.

2.2.3

Teori Proses Menua


Teori-Teori Biologi
1. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin. (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel).
2. "Pemakaian dan Rusak" kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah (terpakai).
3. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
4. Teori "Immunologi Slow Virus" (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.


6. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
7. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan,
dan hilangnya fungsi.
8. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah selsel tersebut mati.
Teori Kejiwaan Sosial
1. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
a. Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
c. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lnjut usia.
2. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimilikinya.
3. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri
dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan

ganda (Triple Loos), yakni :


a. Kehilangan peran (Loos of Role)
b. Hambatan kontak sosial (Restraction of Contact and Relation Ships)
c. Berkurangnya komitmen (Reduced commitment to Social Mores and
Values)
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan adalah (Nugroho, 2000:19):

Hereditas = ketuaan genetik

Nutrisi = makanan

Status kesehatan

Pengalaman hidup

Lingkungan

Stres

2.2.5 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


1. Perubahan-perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardio vaskuler, sistem
pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi, muskuloskletal, gastrointestinal,
genitourinaria, endokrin dan integumen
Perubahan-perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Keturunan (Hereditas)
Lingkungan
Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian

Gangguan gizi akibat kehilakngan jabatan


Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan
family
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
Perkembangan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970).
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner, 1970).
2.2.6 Penyakit yang sering dijumpai pada lansia
Menurut "The national Old People's Welfare Council"
Di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut
usia ada 12 macam, yakni (Nugroho, 2000: 42):
1. Depresi mental
2. Gangguan pendengaran
3. Bronkitis kronis
4. Gangguan pada tungkai / sikap berjalan
5. Gangguan pada koksa / sendi panggul
6. Anemia
7. Demensia
2.3 Konsep Depresi
2.3.1 Definisi
Depresi adalah suatu kelainan alam perasaan berupa hilangnya minat atau kesenangan
dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau (Townsend,1998:179).
Rentang respon emosi individu dapat berfluktuasi dalam rentang respon emosi dari adaptif
sampai maladaptif. Respon depresi merupakan emosi yang mal adaptif (Keliat,1996:2).
2.3.2 Jenis-Jenis Depresi
Penggolongan depresi dapat dibedakan (Wilkinson,1995:18 - 26):

1. Menurut gejalanya
-

Depresi neurotik
Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang menyedihkan
tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya seringkali dipenuhi
trauma emosional yang mendahului penyakit misalnya kehilangan orang yang dicintai,
pekerjaan, milik berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita depresi
neurotik bisa merasa gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka menderita
hipokondria atau ketakutan yang abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidak
menderita delusi atau halusinasi.

Depresi psikotik
Secara tegas istilah 'psikotik' harus dipakai untuk penyakit depresi yang berkaitan
dengan delusi dan halusinasi atau keduanya.

Psikosis depresi manik


Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai gangguan
suasana hati yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini menunjukkan gabungan
depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan
gembira, gairah, dan aktivitas secara berlebihan gambaran ini disebut 'mania'.

Pemisahan diantara keduanya


Para dokter membedakan antara depresi neurotik dan psikotik tidak hanya berdasarkan
gejala lain yang ada dan seberapa terganggunya perilaku orang tersebut.

2. Menurut Penyebabnya
-

Depresi reaktif
Pada depresi reaktif, gejalanya diperkirakan akibat stres luar seperti kehilangan
seseorang atau kehilangan pekerjaan.

Depresi endogenus
Pada depresi endogenous, gejalanya terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor lain.

Depresi primer dan sekunder


Tujuan penggolongan ini adalah untuk memisahkan depresi yang disebabkan penyakit
fisik atau psiatrik atau kecanduan obat atau alkohol (depresi 'sekunder') dengan depresi
yang tidak mempunyai penyebab-penyebab ini (depresi 'primer'). Penggolongan ini
lebih banyak digunakan untuk penelitian tujuan perawatan.

3. Menurut arah penyakit


-

Depresi tersembunyi
Diagnosa depresi tersembunyi (atau atipikal) kadang-kadang dibuat bilamana depresi
dianggap mendasari gangguan fisik dan mental yang tidak dapat diterangkan, misalnya
rasa sakit yang lama tanpa sebab yang nyata atau hipokondria atau sebaliknya perilaku
yang tidak dapat diterangkan seperti wanita lanjut usia yang suka mengutil.

Berduka
Proses kesedihan itu wajar dan merupakan reaksi yang diperlukan terhadap suatu
kehilangan. Proses ini membuat orang yang kehilangan itu mampu menerima
kenyataan tersebut, mengalami rasa sakit akibat kesedihan yang menimpa, menderita
putusnya hubungan dengan orang yang dicintai dan penyesuaian kembali.

Depresi pascalahir
Banyak wanita kadang-kadang mengalami periode gangguan emosional dalam 10 hari
pertama setelah melahirkan bayi ketika emosi mereka masih labil dan mereka merasa
sedih dan suka menangis. Seringkali hal itu berlangsung selama satu atau dua hari
kemudian berlalu.

Depresi dan manula


Usia tua merupakan saat meningkatnya kerentanan terhadap depresi. Namun, kadangkadang depresi pada manula ditutupi oleh penyakit fisik dan cacat tubuh seperti
penglihatan atau pendengaran yang terganggu. Oleh karena itu, sangatlah penting
untuk mengingat kemungkinan terjadinya penyakit depresi pada orang tua.

2.3.3 Faktor Predisposisi


Terdapat 2 teori untuk menjelaskan faktor pendukung terjadinya depresii
(Townsend,1998:181 - 183):
1. Teori Biologis
a. Genetik. Dari sejumlah penyelidikan yang telah dilakukan ditemukan bahwa terdapat
dukungan keterlibatan herediter dalam penyakit depresi. Luasnya akibat pada
pokoknya tampak menjadi lebih tinggi diantara individu-individu yang memiliki
hubungan keluarga dengan kelainan tersebut daripada diantara populasi umum (DSM-

III-R, 1987).
b. Biokimia. Ketidakseimbangan elektrolit tampak memainkan peranan dalam penyakit
depresif. Suatu kesalahan hasil metabolisme dalam perubahan natrium dan kalium di
dalam neuron (Gibbons, 1960).
Teori biokimia yang lainnya menyangkut biogenik amin norepinefrin, dopamin, dan
serotinin. Tingkatan zat-zat kimia ini mengalami defisiensi dalam individu dengan
penyakit depresif (Janowsky et al, 1988).
2. Teori Psikososial
a. Psikoanalisa. Teori ini (Klein, 1934) melibatkan suatu ketidakpuasan dalam hubungan
awal ibu-bayi sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif. Kebutuhan bayi
tidak terpenuhi, suatu kondisi yang digambarkan sebagai suatu kehilangan. Respons
berduka belum terpecahkan, dan kemarahan dan permusuhan ditunjukkan kepada diri
sendiri. Ego tetap lemah, sementara superego meluas dan menjadi menghukum.
b. Kognitif. Ahli teori-teori ini (Beck et al, 1979) yakin bahwa penyakit depresif terjadi
sebagai suatu hasil dari kelainan kognitif. Kelainan proses pikir membantu
perkembangan evaluasi diri individu. Persepsi merupakan ketidakadekuatan dan
ketidakberhargaan. Pandangan untuk masa depan merupakan suatu kepesimisan
keputusasaan.
c. Teori Pembelajaran. Teori ini (seligman, 1973) mengemukakan bahwa penyakit
depresif dipengaruhi oleh keyakinan individu bahwa ada kurang kontrol atau situasisituasi kehidupannya. Ini dianggap bahwa keyakinan ini muncul dari pengalamanpengalaman yang mengakibatkan kegagalan (baik yang dirasakan atau yang nyata).
Setelah sejumlah kegagalan, individu merasa tidak berdaya untuk berhasil dalam
usaha-usaha yang keras, dan oleh karena itu berhenti mencoba. Pembelajaran
ketidakberdayaan ini digambarkan sebagai suatu predisposisi untuk penyakit depresif.
d. Teori Kehilangan Objek. Teori ini (Bowly, 1973) menyatakan bahwa penyakit
depresif terjadi jika pribadi tersebut terpisah dari atau ditolak orang terdekat selama 6
bulan pertama kehidupan. Proses ikatan diputuskan, dan anak menarik diri dari orang
lain dan lingkungan.
2.3.4

Faktor Pencetus

Ada empat sumber utama stresor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan
(Sundeen,Stuart,1998:260):
1. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta,
seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolik
melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting.
2. Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi
dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan
kemampuan menyelesaikan masalah.
3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi,
terutama pada wanita.
4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti
infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan
gangguan alam perasaan.
2.3.5

Pengelolaan Depresi Pada Usia Lanjut (FKUI,2000:60 - 76)


1. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada usia lanjut :
a. Obat-obatan
Beberapa jenis obat seperti digoksin, L-dopa, steroid, penyekat beta dan anti
hipertensi lainnya, pemberian benzodiazepin jangka panjang, fenobarbiton, dan
pemakaian neuroleptik jangka lama dapat mengakibatkan depresi.
b. Neurobiologik
Perubahan neuroendokrinologik seperti hormon, neurotransmiter (serotonin,
dopamin, dll) menyebabkan usia lanjut rentan terhadap depresi. Depresi pada
usia lanjut dapat diakibatkan oleh proses neurodegeneratif, misalnya depresi
sebagai gejala dari demensia.
c. Psikososial
-

Kepribadian pasien sebelum sakit turut berperan dalam manifestasi gejala


depresi, misalnya orang yang pencemas semasa mudanya ketika mengalami
depresi di usia lanjut memperlihatkan gambaran depresi neurotik yang
menyolok.

Dukungan sosial yang buruk, kapasitas membina keakraban yang lemah juga

berperan dalam terjadinya depresi.


-

Berbagai peristiwa kehidupan seperti kematian pasangan, problem keuangan


yang berat, pindah rumah, peringatan peristiwa sedih, anak yang cacat
menanjak dewasa, dan sebagainya lebih sering terjadi pada pasien-pasien usia
lanjut dengan depresi dibandingkan dengan usia lanjut yang sehat.

2. Gambaran Klinis Depresi Pada Usia Lanjut


Seorang usia lanjut yang mengalami depresi kebanyakan menyangkal adanya
mood depresi. Yang terlihat adalah gejala hilangnya tenaga (loyo), hilangnya rasa
senang, tidak bisa tidur atau keluhan rasa sakit dan nyeri. Menurut Brodaty (1991)
gejala yang sering tampil adalah ansietas (kecemasan), preokupasi gejala fisik,
perlambatan motorik, kelelahan, mencela diri sendiri, pikiran bunuh diri dan
insomnia.
Gambaran klinik depresi pada pasien berusia lanjut (dibandingkan dengan
pasien yang lebih muda), adalah mereka lebih banyak menonjolkan gejala
somatiknya disamping mengeluh tentang gangguan memori, dan umumnya
cenderung meminimalkan atau menyangkal mood depresinya. Hal lain yang tidak
menguntungkan adalah pasien usia lanjut umumnya kurang mau mencari bantuan
psikiater karena tak dapat menerima penjelasan yang bersifat psikologis untuk
gangguan depresi yang mereka alami.
3. Diagnosis Depresi
Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat sesuai
dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan
seseorang. Menurut ICD 10, pada gangguan depresi ada 3 gejala utama yaitu :

Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung / sedih),

Hilang minat atau gairah,

Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai dengan gejala lain seperti :
Konsentrasi menurun,
Harga diri menurun,
Perasaan bersalah,
Pesimis memandang masa depan,

Ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri,


Pola tidur berubah,
Nafsu makan menurun.
Tabel 2.1Pedoman Berat Ringannya Depresi
Depresi
Ringan
Sedang

Gejala

Gejala lain

Fungsi

Utama
2
2

2
3 atau 4

Baik
Terganggu

Distress +
Berlangsung

Terganggu

minimal 2 minggu
Intensitas gejala

Berat

berat
Sumber:Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI,2000

Keterangan

sangat berat

4. Pemeriksaan pasien Depresi


Salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan depresi adalah
mendeteksi atau mengidentifikasi. Sampai saat ini belum ada suatu konsensus atau
prosedur khusus untuk penapisan / skrining depresi pada populasi usia lanjut. Salah
satu instrumen yang dapat membantu adalah Geriatric Depression Scale (GDS)
yang terdiri atas 30 pertanyaan yang harus dijawab oleh pasien sendiri. GDS ini
dapat dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan saja.
Bilamana ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi, harus
dilakukan lagi pemeriksaan yang lebih rinci sebagai berikut :
1. Riwayat klinik / anamnesis
a. riwayat keluarga
b. gangguan psikiatri yang lampau
c. kepribadian
d. riwayat sosial
e. ide / percobaan bunuh diri
f. gangguan-gangguan somatik
g. perkembangan gejala-gejala depresi

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena gejala-gejala
depresi sering disertai dengan penyakit fisik.
3. Pemeriksaan kognitif
Penilaian Mini Mental State Examination (MMSE) pada usia lanjut yang
menunjukkan gejala depresi bermanfaat dalam tindak lanjut penatalaksanaan
pasien. Perbaikan pada MMSE setelah dilakukan terapi terhadap depresi,
menunjukkan bahwa pasien dengan depresi mengalami masalah konsentrasi dan
memori yang mempengaruhi fungsi kognitifnya.

4. Pemeriksaan status mental


-

Penampilan dan perilaku

Mood / suasana perasaan hati

Pembicaraan

Isi pikiran

Gejala ansietas

Gejala hipokondriakal

5. Pemeriksaan lainnya
Mengingat pasien usia lanjut rentan terhadap gangguan metabolik sekunder
akibat penyakit depresi yang berat, seperti tidak adekuatnya asupan cairan, maka
perlu dipertimbangkan pemeriksaan sebagai berikut :
-

ureum dan elektrolit

darah lengkap dan hitung jenis

Vitamin B12 dan Folat

Tes fungsi Tiroid

Foto dada

Lain-lain : serum sifilis,Electro Cardio Graphy ( ECG),Electro Encephalo


Graphy ( EEG), CT-scan dst.

5. Prognosis

Prognosis depresi pada usia lanjut tidaklah berbeda dengan prognosis pada
usia yang lebih muda. Umumnya pasien akan sembuh dan tetap dapat berfungsi
dengan baik jika depresi diobati dan ditatalaksana dengan baik. Hasil terapi yang
kurang baik tampaknya berhubungan dengan episode awal yang parah dan adanya
komorbiditas dengan penyakit kronik.
6. Penatalaksanaan Depresi Pada usia Lanjut
1. Terapi fisik
a. Obat
Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan jenis
antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan terhadap
berbagai jenis antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai dengan dosis
separuh dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan
gejala.
b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh diri
atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan
aman. ECT diberikan 1- 2 kali seminggu pada pasien rawat nginap, unilateral
untuk mengurangi confusion/memory problem. Terapi ECT diberikan sampai
ada perbaikan mood (sekitar 5 - 10 kali), dilanjutkan dengan anti depresan
untuk mencegah kekambuhan.
2. Terapi Psikologik
a. Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan
bersama-sama

dengan

pemberian

antidepresan.

Baik

pendekatan

psikodinamik maupun kognitif behaviour sama keberhasilannya. Meskipun


mekanisme psikoterapi tidak sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan
antara pasien dan terapis dalam proses terapeutik akan meredakan gejala dan
membuat pasien lebih nyaman, lebih mampu mengatasi persoalannya serta
lebih percaya diri.
b. Terapi kognitif

Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu
negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan
sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia
lanjut dengan depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus
diberikan secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan
aktivitas tertentu terapi kognitif bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir.
c. Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi,
sehingga dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan
mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi
dependen pada orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang
depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah
dan memperbaiki sikap / struktur dalam keluarga yang menghambat proses
penyembuhan pasien.
d. Penanganan Ansietas (Relaksasi)
Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik
secara langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau
melalui tape recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum
sehari-hari. Untuk menguasai teknik ini diperlukan kursus singkat terapi
relaksasi.

7. Dukungan Keluarga dalam Kaitannya dengan Depresi Pada Lansia


Keluarga memainkan suatu peranan yang signifikan dalam kehidupan pada
hampir semua orang lanjut usia (lansia). Ketika keluarga tidak menjadi bagian
kehidupan seseorang yang telah lansia, umumnya menyebabkan orang tersebut
tidak mempunyai tempat tinggal, atau ada masalah-masalah yang telah berlangsung
lama dan keterasingan. Sebaliknya, kepercayaan yang umum, ketika orang lansia
akan membutuhkan bantuan keluarga menyediakan sekurang-kurangnya 80%
dukungan / bantuan. Dibandingkan dengan "kenyamanan di hari tua", keluarga saat

ini menyediakan kepedulian yang lebih luas selama periode waktu yang lama
(Schmall, Pratt, 1993).
Walaupun anak yang telah dewasa adalah suatu sumber utama yang memberi
bantuan terhadap orangtua yang lansia, beberapa trend demografi dan sosial
mempunyai akibat / impak yang signifikan pada kemampuan anggota keluarga
dalam menyediakan dukungan. Hal ini tidak berarti bahwa keluarga bertanggung
jawab atas timbulnya depresi pada seseorang namun sudah jelas bahwa banyak
masalah depresi berkisar di seputar kesulitan dalam cara anggota keluarga saling
berkomunikasi dan saling berhubungan.

2.4 Kerangka Konsep Penelitian


Stres

pada

lansia
Adaptasi

Fisiologis

Psikologi
s

LA

GA

Ego Oriented

Task

Adaptif

Maladaptif

Faktor

Faktor

pendukung:

pencetus:

Teori biologik:

Depresi

Genetik

angan

Biokimia

keterikatan

Teori

psikoanalisa:
-

Psikoanal

Dukungan keluarga

Faktor
Pencegahan

Perilaku positif

Psikoterapi individu /kelompok


- Penanganan ansietas /relaksasi

A.

VARIABLE TIDAK DITELITI

penghambat:
-

depresi

Variabel diteliti

besar

dalam

terhadap

Keterangan:

Perist
iwa

Faktor pendukung:
-

Kehil

Kepribadi
an

Dukunga

2.5 Hipotesa
Ho :tidak ada pengaruh antara dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada lansia di
keluarga

Anda mungkin juga menyukai