LIPIDA
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum Acara III, Lipida adalah :
1. Untuk mengetahui terjadinya kelarutan pada lemak dan pembentukan emulsi
2. Untuk mengetahui sifat ketidakjenuhan pada lemak atau minyak
3. Untukmengetahui adanya kandungan kolesterol pada minyak jelantah,
minyak kelapa sawit, minyak wijen, dan lemak sapi
B. Tinjauan Pustaka
Istilah lipida menunjuk ke zat-zat yang dapat diekstraksi dari materi
hidup dengan menggunakan pelarut hidrokarbon seperti ligroin, benzena, etil
eter atau kloroform. Fungsi-fungsi lipida termasuk: sebagai penyimpan energi
dan transpor, struktur membran, komponen dinding sel (kulit pelindung), dan
sebagai penyampai kimia. Asam lemak terdapat bebas di alam tetapi terdapat
sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Asam-asam lemak
linolenat dan asam-asam lemak poli tak jenuh bertingkat lebih tinggi tidak dapat
dihasilkan pada hewan bertingkat lebih tinggi dan itu diistilahkan sebagai asam
lemak esensial (Page, 1985).
Air dapat menghidrolisa lemak menjadi gliserol dan asam lemak bebas,
proses ini dibantu oleh adanya asam, alkali, uap air, panas, dan enzim lipolitik
seperti lipase. Proses hidrolisa menyebabkan terjadinya hydrolytic rancidity
yaitu terjadi flavor dan rasa tengik pada minyak. Bagi minyak kelapa, proses
hidrolisa mempunyai arti yang penting, karena hampir dari 90% dari
trigliseridanya mempunyai asam lemak berantai hidrokarbon pendek, yaitu C4
sampai C14. Asam lemak dari ikatan ester pada suhu kamar akan mempunyai
baud an rasa tidak enak (Muchtadi, 2010).
Emulsifikasi lipid yang ada dalam kime berair terjadi dalam duodenum
dimana lipid berantaraksi dengan empedu. Bagian empedu yang menyebabkan
emulsifikasi adalah asam empedu terkonjugasi, fosfatidilkolin dan kolesterol.
Misel adalah suatu agregat yang dibentuk dalam larutan berair oleh suatu
substansi yang terdiri dari gugus-gugus polar dan non-polar. Komponen nonpolar menyusun dirinya sendiri menghadap ke dalam agregat sementara gugusgugus polar ada diluar, dimana mereka berinteraksi dengan molekul air di
sekelilingnya. Misel campuran adalah misel yang tersusun lebih dari satu
senyawa. Misalnya, penyusun lipid dalam empedu fosfatidilkolin, kolesterol dan
asam empedu terkonjugasi (Montgomery, 1993).
Kolesterol merupakan steroida penting, bukan saja karena merupakan
komponen membran tetapi juga karena merupakan pelopor biosintetik umum
untuk steroida lain termasuk hormon steroida dan garam empedu. Pada manusia
kolesterol diperoleh secara langsung dari makanan dan juga biosintesa dari
asetat melalui skualena di dalam limpa. Jumlah seluruh kolesterol dalam darah
tergantung pada sebagian besar makanan, umur dan kelamin. Nilai normal
adalah kira-kira 1,7 gram per liter darah, tetapi pada orang tua naik sampai 2,5
gram per liter atau lebih (Page, 1985).
Minyak
kelapa
diyakini
meningkatkan
kolesterol
darahkarena
sangat rendah (VLDL), meningkatnya denovolipogenesis, dan mengurangi oksidasi asam lemak. Sementara lemak jenuh yang berlebihan mempromosikan
penyimpanan lemak dan peradangan. Asam lemak tak jenuh ganda, khususnya
omega-3 FA, memainkan peran hepatoprotektif. Omega-3 FA mengurangi
sintesis dan oksidasi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh tunggal,
menurunkan lemak dalam hati, dan dengan demikian mencegah akumulasi dan
akhirnya steatosis (Chang, 2012).
Lemak atau minyak yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat kita adalah
berupa hasil olahan dari kelapa sawit yang diekstraksi dari biji kelapa sawit
menjadi minyak kelapa sawit, selain itu minyak juga dapat berasal dari jagung,
kacang kedele, bunga matahari, biji zaitun dan biji kapas. Bahan dasar minyak
mempengaruhi tingkat kejenuhan dan jenis asam lemak yang dikandungnya.
Minyak yang berasal dari kelapa sawit mempunyai kadar asam lemak jenuh
sebesar 51% dan asam lemak tak jenuh 49%; sedangkan minyak dari jagung
mempunyai kadar asam lemak jenuh 20% dan asam lemak tak jenuh 80%.Asam
lemak tidak jenuh yang terdapat di dalam lemak atau minyak, terutama dari
sumber nabati, dapat mengalami perubahan atau kerusakan, baik secara fisik
atau kimia. Penyebab perubahan atau kerusakan ini antara lain adalah karena
proses oksidasi. Minyak yang mengandung asam lemak yang banyak ikatan
rangkapnya dapat teroksidasi secara spontan oleh udara pada suhu ruang
(Edwar, 2011).
Ada dua tipe kerusakan yang utama pada lemak dan minyak, yaitu
ketengikan dan terjadinya hidrolisa lemak dan minyak. Ketengikan terjadi bila
komponen cita rasa dan bau yang mudah menguap terbentuk sebagai akibat
kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak yang tak jenuh. Sedangkan hidrolisa
lemak dan minyak menghasilkan asam-asam lemak bebas yang disebabkan
adanya air dalam lemak atau minyak atau karena kegiatan enzim. Hal ini juga
mempengaruhi cita rasa dan bau suatu bahan (Buckle, 2010).
Komponen terbesar minyak nabati adalah trigeliserida yang merupakan
ikatan asam-asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak jenuh berantai lurus
bila mengalami alkoholisis akan menjadi ester jenuh berantai lurus. Ester ini
dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel (biodiesel)
yang memiliki angka cetana tinggi. Tiap jenis minyak nabati memiliki
karakteristik tersendiri, tergantung pada kandungan asam lemak yang terdapat
didalamnya. Minyak nabati yang dominan mengandung asam lemak tak jenuh
diantaranya biji karet, minyak jagung, minyak kemiri, minyak kedelai dan
minyak kacang (Setyawardhani, 2007).
Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu
pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol akan membentuk
aldehida tidak jenuh atau akrolein tersebut. Makin tinggi titik asap, makin baik
mutu minyak goring tersebut. Titik asap suatu minyak tergantung pada kadar
gliserol bebas. Lemak yang digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan
turun, karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu untuk menekan
terjadinya hidrolisis, pemanasan lemak atau minyak sebaiknya dilakukan pada
suhu yang tidak terlalu tinggi (177-221oC) (Winarno, 2004).
Asam oleat (omega-9) adalah asam lemak yang ditemukan dalam
minyak hewani dan nabati, seperti minyakzaitun (extra virgin atauvirgin),
zaitun, alpukat, almond, kacang tanah, minyak wijen, kemiri, pistachio kacangkacangan, kacang mete, hazelnut, kacang macadamia, dll. Ini terjadi secara
alami dalam jumlah yang lebih besar dari pada asam lemak lainnya. Ini
menurunkan risiko serangan jantung dan artherosclerosis, dan membantu dalam
pencegahan kanker. Hal ini penting tetapi secara teknis tidak EFA (asam lemak
esensial), karena tubuh manusia dapat memproduksi dalam jumlah terbatas,
tersedia bahwa EFA penting yang hadir. Hal ini digunakan dalam industri
makanan untuk membuat sintetis mentega dan keju. Hal ini juga digunakan
untuk membumbui di pemanggangan, permen, es krim dan soda (Win, 2005).
Metode Liebermann-Burchard merupakan analisis konsentrasi kolesterol
secara kimiawi. Prinsip metode Liebermann-Burchard adalah ekstrak kloroform
yang bercampur kolesterol akan bereaksi dengan asam asetat anhidrida dan
asam sulfat pekat membentuk reaksi berwarna. Serapannya diukur pada panjang
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Pipet volume
Propipet
Beaker glass
2. Bahan
a. Kloroform
b. Eter
c. Aquades
d. Na2CO3 1%
e. Pereaksi Huble Iodine
i. Minyak wijen
j. Minyak kelapa
k. Minyak goreng
l. Lemak ayam
m. Asam asetat anhidrat
n. Asam sulfat pekat
3. Cara Kerja
Kelompok
Sampel
1,2
2 ml Eter + 1 tetes
minyak kelapa
3
2 ml Kloroform + 1
tetes minyak kelapa
4
2 ml Kloroform + 1
tetes minyak kelapa
5
2 ml Aquades + 1
tetes minyak kelapa
6
2 ml Aquades + 1
tetes minyak kelapa
7
2 ml Na2CO3 + 1
tetes minyak kelapa
8
2 ml Na2CO3 + 1
tetes minyak kelapa
Sumber: Laporan Sementara
Kelarutan
Ya
Tidak
Pembentukan Emulsi
Tidak ada pembentukan
benzena
dan
hidrokarbon
lainnya
yang
polaritasnya
(Kusnandar, 2010).
Kelarutan bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus
polar dan non polar dari suatu molekul. Menurut Page (1985) makin panjang
rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air.
Senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak
mudah larut dalam minyak. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya
tarik-menarik antara ion-ion karena konstanta dielektiknya yang rendah. Iapun
tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan
hidrogen. Menurut Montgomery (1993) mekanisme terjadinya kelarutan minyak
dalam pelarut non-polar dengan melarutkan zat-zat non polar pada tekanan
internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat
hewani), dan pada aplikasi produk sebagai komponen dalam pembuatan Cocoa
Butter Substitute (CBS).
Tabel 3.2 Pengamatan Uji Ketidakjenuhan
Kel
Sampel
1,2
2ml Kloroform +10 tetes Huble Iodine + Minyak Kelapa
3,4
2ml Kloroform +10 tetes Huble Iodine + Minyak Wijen
5,6
2ml Kloroform +10 tetes Huble Iodine + Minyak Goreng
7,8
2ml Kloroform +10 tetes Huble Iodine + Lemak Ayam
Sumber : Laporan Sementara
Jumlah
Tetesan
Minyak
90
1
25
1
jenis asam tidak lemak jenuh atau punya ikatan rangkap, sehingga seharusnya
hanya memerlukan sedikit tetes sampel untuk menghilangkan warna hubl
iodine.
Pada sampel minyak wijen dibutuhkan 12 tetes sampel untuk
menghilangkan warna hubl iodine. Hal ini masih bias ditoleransi, namun
seharusnya lebih sedikit tetes sampel yang dibutuhkan untuk menghilangkan
warna hubl iodine. Karena minyak wijen termasuk minyak nabati yang
mengandung asam lemak tidak jenuh dan memiliki ikatan rangkap. Kandungan
yang paling melimpah dari minyak wijen adalah asam lemak oleat (43%),
linoleat (35%), palmitat (7%) asam, yang bersama-sama terdiri sekitar 96% dari
total asam lemak. Kandungan asam lemak terbanyak adalah asam oleat dan
linoleat hingga mencapai 80% sehingga Hubl Iodinelangsung mengalami proses
adisi.
Pada sampel minyak goreng hanya menggunakan 7 tetes untuk merubah
warna pereaksi untuk menjadi bening. Minyak goreng terbuat dari kelapa sawit
yang kaya akan asam linoleat. Kandungan dari minyak sawit antara lain 50
80% asam palmitat dan asam laurat terdapat sekitar 10% kandungan asam
linoleat. Hal ini sesuai teori karena minyak goreng termasuk minyak nabati yang
mengandung asam lemak tidak jenuh dan memiliki ikatan rangkap.
Pada sampel lemak ayam hanya membutuhkan 10 tetes sampel untuk
menghilangkan warna Hubl Iodine. Hal ini tidak sesuai teori, karena lemak
ayam mengandung asam lemak jenuh yang tidak berikatan rangkap sehingga
dibutuhkan banyak tetes sampel untuk menghilangkan warna hubl iodine. reaksi
adisi.
Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan
cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada
gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai
dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna
awal putih bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa
terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap
dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi Hubl
Iodine akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada
molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama
reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi Hubl
Iodine.
Oleh karena itu, semakin banyak tetesan minyak maka tingkat
ketidakjenuhan pada sampel adalah tinggi. Warna merah yang kembali pudar
menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon
asam lemak. Pada percobaan kali ini sampel yang memiliki tingkat kejenuhan
yang paling tinggi berturut-turut adalah minyak kelapa, minyak wijen, lemak
ayam dan minyak goreng.
Tabel 3.3 Pengamatan Reaksi Liebermann-Burchard
Kelompo
Sampel
Perubahan Warna
k
2ml Kloroform + 10 tetes Asam
Bening - Keruh
1,2
Asetat Anhidrida + 3 tetes H2SO4
+ Minyak Kelapa
2ml Kloroform + 10 tetes Asam
Kuning Kemerahan Tak
3,4
Asetat Anhidrida + 3 tetes H2SO4
Berwarna Sedikit Keruh
+ Minyak Wijen
2ml Kloroform + 10 tetes Asam
Bening - Keruh
5,6
Asetat Anhidrida + 3 tetes H2SO4
+ Minyak Goreng
2ml Kloroform + 10 tetes Asam
Bening - Keruh
7,8
Asetat Anhidrida + 3 tetes H2SO4
+ Minyak Jelantah
Sumber: Laporan Sementara
Kolesterol merupakan steroida penting, bukan saja karena merupakan
komponen membran tetapi juga karena merupakan pelopor biosintetik umum
untuk steroida lain termasuk hormon steroida dan garam empedu (Page, 1985).
Merupakan sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang
menyerupainya. Kolesterol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroids
ialah lipid yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas 4 cincin
atom karbon.
kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil
yang positif.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi asam lemak jenuh terutama
asam lemak jenuh rantai panjang (C>10) akan berpengaruh terhadap kenaikan
kadar kolesterol total dan kolesterol-LDL sehingga meningkatkan risiko
terjadinya aterosklerosis. Konsumsi asam lemak tidak jenuh berpengaruh
terhadap penurunan kadar kolesterol total. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi kejenuhan asam lemak maka semakin tinggi juga kadar
kolesterolnya (Edwar, 2011).
Pemisahan kolesterol dapat dilakukan dengan cara ekstraksi lipid
dengan beberapa fraksi. Fraksi pertama dilakukan dengan memblender sampel
yang mengandung lemak dengan menggunakan aseton sebagai pelarutnya. Hal
ini dilakukan oleh karena adanya kesamaan sifat antara lipid atau lemak yang
terkandung dalam sampel dengan aseton yakni sama-sama merupakan senyawa
non polar, sehingga keduanya dapat saling melarutkan. Dengan menghaluskan
sampel menggunakan aseton maka akan mempermudah proses pemisahan
kolesterolnya setelah difiltrasi. Di dalam filtrat sampel
masih terkandung
pelarut dan kolesterol yang akan dipisahkan, oleh karena itu filtrat tersebut
dievaporasi guna memisahkan kolesterol dari pelarutnya (aseton). Residu yang
diperoleh dari proses inilah yang dinamakan dengan kolesterol.
E. Kesimpulan
Pada praktikum Acara III Lipida ini memiliki beberapa kesimpulan, antara
lain:
1.
Minyak bersifat non-polar sehingga hanya dapat larut dalam pelarut organik
2.
3.
4.
pembentukan emulsi.
Minyak dilarutkan dalam Na2CO3 seharusnya terjadi pembentukan emulsi
karena Na2CO3 merupakan emulgator.
5.
Semakin banyak jumlah tetes iod yang diberikan pada minyak, maka
semakin tak jenuh asam lemak pada minyak tersebut. Hal ini dikarenakan
6.
7.
minyak goreng.
Pada uji Liebermann-Burchard tidak ada sampel yang positif mengandung
kolesterol (percobaan gagal).
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ACARA 3
LIPIDA
AINUN NISSA
( H0913008)
INDIRA PUSPA F.
( H0913039)
NUR SAIDAH
( H0913073)
ROCHIMAH S.N.
( H0913089)
SANTI INDAH G.
( H0913094)
KELOMPOK
:6