Anda di halaman 1dari 3

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Menurut Kartasasmita (1996),
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memampukan dan memandirikan
masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran terhadap
potensi yang dimilikinya untuk lebih berdaya guna dan berhasil guna. Hal ini dapat
dimaknai bahwa pemberdayaan masyarakat itu salah satunya adalah bagaimana
merubah mindset seseorang dari perasaan tidak mampu, tidak bisa dan tidak mungkin
menjadi merasa mampu, bisa dan sangat mungkin untuk melakukan perubahan. Adanya
pencerahan pada masyarakat sekitar hutan akan kekuatan dan potensi yang dimiliki
dapat memberikan kesadaran bersama bahwa perubahan menuju kesejahteraan adalah
sebuah harapan.
Berbagai bentuk upaya pemberdayaan telah diluncurkan pemerintah dalam bentuk
program-program berbasis masyarakat seperti program social forestry, hutan rakyat,
hutan kemasyarakatan, dan lain sebagainya Kegiatan-kegiatan tersebut pada hakekatnya
merupakan upaya memberdayakan masyarakat sekitar hutan dengan mengikutsertakan
masyarakat dalam pengelolaan hutan. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan dalam
melaksanakan program Pemberdayaan Masyarakat dimaksud antara lain dalam bentuk
pelatihan atau pendampingan kepada masyarakat, yang bertujuan untuk peningkatan
kapasitas, kompetensi dan keterampilan masyarakat yang berimplikasi kepada
peningkatan perbaikan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan utama di daerah tersebut adalah wisata alam. Tujuan tersebut telah
tercakup dalam kebijakan pemerintah dan masyarakat berharap

untuk mencapai

pendistribusian pendapatan, kekayaan yang adil, menperoleh mata uang asing (foreign
currency), membantu pengembangan masyarakat, mempromosikan konservasi sumber
daya alam dan juga budaya. Memberikan kesempatan pendidikan pada masyarakat,
mempromosikan kesehatan dan meningkatkan kesadaran pemahaman global.

Pada saat pelaksanaan proses pembangunan, masyarakat desa seringkali hanya


menunggu uluran tangan dari luar desa, bukan hasil inisiatif yang dating dari dalam diri
masyarakat itu sendiri. Situasi inilah yang membuat masyarakat desa semakin
tergantung pada pihak di luar desa. Kondisi yang lebih memilukan, jika diperhatikan,
semakin lama desa semakin banyak ditinggalkan para penduduk aslinya. Bahkan, desa
mulai banyak ditinggalkan para pemudanya. Padahal, desa membutuhkan kontribusi
pemuda sebagai kader desa.
Suatu kondisi menarik terjadi di Desa Nglanggeran, khususnya di kawasan Gunung
Api Purba Nglanggeran. Pada saat banyak pemuda yang memilih pergi meninggalkan
desa tempat tinggalnya, pemuda yang bermukim di sekitar kawasan Gunung Api Purba
Nglanggeran justru sedang berupaya mengembangkan potensi gunung yang merupakan
potensidesadenganmenjadikannya sebagai kawasan ekowisata. Pemilihan konsep
ekowisata sebagai basis pengembangan kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran
dikarenakan konsep ekowisata mempunyai karakteristik. Karakteristik tersebut menurut
Nugroho (2011; 3) karena ekowisata mengedepankan konservasi lingkungan,
pendidikan lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal dan menghargai budaya lokal.
Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi sehingga ekowisata tidak
akan mengenal kejenuhan pasar ( Fandeli, 2000; 8). Dengan demikian, ekowisata
dianggap tepat dikembangkan karena apresiasinya terhadap lingkungan, baik itu
lingkungan alam maupun sosial budayanya.
Sebelum ditetapkan sebagai kawasan ekowisata dan dikelola oleh pemuda daerah
setempat, kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran belum banyak dilirik oleh para
wisatawan. Namun bukan berarti dalam pengembangannya tidak ada masalah. Tingkat
partisipasi pemuda yang masih minim menimbulkan kendala tersendiri. Adanya
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi pemuda dan implikasi
pengembangan ekowisata terhadap ketahanan masyarakat desa menjadi kajian menarik
untuk diteliti ( Sunardi, 1997).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah ini adalah:
1.

Apa saja potensi yang terdapat di Desa Wisata Nglangeran?

2.

Bagaimana upaya pengelolaan di Desa Wisata Nglanggeran?

1.3 Tujuan Praktek Lapang


Sedangkan tujuan laporan ini adalah:
1.

Untuk mengetahui potensi yang terdapat di Desa Wisata Nglanggeran.

2.

Untuk mengetahui pengelolaan di Desa Wisata Nglanggeran.

1.4 Manfaat Praktek Lapang


1.

Manfaat laporan ini adalah:


Menambah pengetahuan tentang potensi yang terdapat di Desa Wisata

2.

Nglanggeran.
Dapat mengetahui dan pengetahuan tentang pengelolaan di Desa Wisata
Nglanggeran.

Anda mungkin juga menyukai