Bahan Edukasi Nyeri
Bahan Edukasi Nyeri
1 Konsep Nyeri
1.1 Definisi Nyeri
Menurut The Internasional Association For Study Of Pain (IASP) nyeri adalah
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan kerusakan jaringan atau potensial menyebabkan kerusakan jaringan (Potter,
2005). Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebut yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialami (Alimul, 2006).
Nyeri adalah perasaan pribadi yang tidak dapat secara akurat digambarkan atau
diukur. Perawat tidak dapat merasakan nyeri tersebut, namun perawat harus menyakini
nyeri tersebut dan mempercayai penilaian seseorang tentang seberapa berat nyeri yang
dialami (WHO, 2005). Menurut Kozier dan Erb, 1983 nyeri adalah sensasi
ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh
persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan fantasi luka (Tamsuri, 2006).
Definisi
keperawatan
menyatakan
bahwa
nyeri
adalah
apapun
yang
menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya yang ada pada saat
individu mengatakannya. Nyeri dianngap nyata meskipun tidak ada penyebab fisik atau
sumber yang dapat diidentifikasi. Beberapa nyeri dihubungkan dengan status mental
atau status psikologis, pasien secara nyata merasakan sensasi nyeri dalam banyak hal
dan tidak hanya membayangakannya saja (Harnawati, 2008).
1.2 Fisiologi Nyeri
Nyeri adalah sensasi yang penting bagi tubuh. Sensasi penglihatan, pendengaran, bau,
rasa, sentuhan, dan nyeri merupakan hasil stimulasi reseptor sensorik. Provokasi saraf-
Gambar 71 Jalur nyeri klasik. Impuls nyeri yang berbedabeda bergerak dari
nociceptor sepanjang neuron tingkat pertama ke neuron tingkat kedua pada trakstus
spinotalamus. Dari sana, impuls diteruskan melalui neuron tingkat ke tiga ke
korteks. Demikian juga, impuls nyeri afektif berjalan dari nociceptor sepanjang
neuron tingkat pertama ke neuron tingkat ke tiga pada traktus spinoretikularis. Dari
sana, impuls diteruskan melalui neuron ketiga ke batang otak.
Ascending
Ketika nociceptor distimulasi oleh stimuli noxious, axon perifer neuron
tingkat pertama meneruskan data sensori ke badan sel pada ganglion akar
dorsal. Sensasi kemudian diteruskan sampai ke bagian abu-abu (gray
matter) korda spinalis dorsal. Neuron tingkat kedua memiliki badan sel pada
tanduk dorsal, dan neuron-neuron ini mengarah ke atas korda spinalis
melalui satu atau dua jalur: traktus spinotalamus, atau traktus spinoretikular
(lihat Gambar 7-1).
Traktus Spinotalamus
Traktus spinotalamus mencakup spine sampai thalamus. Sensasi nyeri yang
berasal dari daerah reseptor kecil dan terlokalisasi pada perifer berjalan
melalui neuron tingkat ketiga ke korteks (lihat Gambar 7-1). Sensasi ini
menghasilkan persepsi nyeri aspek yang jelas (misalnya sifat, lokasi,
intensitas, dan durasi nyeri). Daerah penerimaan yang luas pada perifer
juga akan memproyeksikan sensasi ke korteks, dan sensasi ini menghasilkan
persepsi nyeri aspek afektif dan emosi (misalnya menderita).
Traktus Spinoretikular
Neuron tingkat kedua yang mengarah ke atas melalui traktus spinoretikular
berjalan menuju batang otak. Neuron spinoretikular ini yang menjelaskan
adanya aspek emosi pada sensasi nyeri.
b) Jalur Nyeri
Descending
korda spinalis.
serotonin,
Neurotransmiter
berbagai
opioid
(misalnya
endogen)
epinefrin,
terlibat
dalam
Sumber
Histamine
Kalium
Potensi
menghasilkan
+
++
oleh
sel-sel
melalui
kerusakan jaringan
c) merupakan produk nociceptor sendiri (Tabel 7-1). Histamin dan kalium
Neurotransmiter seperti norepinefrin, serotonin, asetilkolin dan asam aminobutirat semua terlibat pada penghambatan nyeri melalui berbagai
mekanisme. Norepinefrin dan serotonin memgurangi nyeri dengan cara
memodulasi
impuls
descending
dari
Pasien Pediatrik
Sistem neurologi belum berkembang sempurna ketika bayi dilahirkan.
Sebagian besar perkembangan otak, mielinisasi sistem saraf pusat dan
perifer, terjadi selama tahun pertama kehidupan. Beberapa refleks primitif
sudah ada pada saat dilahirkan, termasuk refleks menarik diri ketika
mendapat stimuli nyeri. Bayi baru lahir seringkali memerlukan stimulus
yang kuat untuk menghasilkan respon dan kemudian dia akan merespon
dengan cara menangis dan menggerakan seluruh tubuh. Kemampuan
Pasien Geriatrik
Hilangnya neuron yang kontinyu pada otak dan korda spinalis terjadi
sebagai bagian dari proses menua yang normal. Hal ini mengakibatkan
perubahan pada orang dewasa yang berusia >65 tahun yang seringkali
diinterpretasikan sebagai hal yang abnormal pada individu yang lebih
muda. Kecepatan konduksi saraf menurun antara 5-10% sebagai akibat
dari proses menua. Hal ini kemudian akan menurunkan waktu respon
dan
Kerja
Analgesik
Reduksi luaran system saraf
Agonis
Morfin
2 klonidin
dan norepinefrin
Serotonergik
Modulasi
Antidepresan trisiklik
Kolinergik
Menghambat nocicepsi
Asetilkolin
GABA-ergik
Menghambat
firing Baclofen
nociceptor
Diadaptasi dari ReisnerKeller LA. Pain management. In: Herfindal ET. Gourley
DR. Textbook of Therapeutics: Drug and Disease Management, 6th ed.
Baltimore: Lippincot, Williams & Wilkins, 1996:885.
Pasien Hamil
Karena sebagian besar kehamilan terjadi ketika individu telah memasuki
usia dewasa, transmisi nyeri selama kehamilan dan melahirkan kurang lebih
sama dengan yang telah dijelaskan di atas.
penyakit pada kulit, otot, struktur somatik, atau organ dalam/viscera tubuh.
Intensitas nyeri sebanding dengan derajat jejas, dan akan berkurang sejalan dengan
penyembuhan kerusakan jaringan. Tanda-tanda aktivitas sistem saraf otonom
(misalnya takikardia, hipertensi, berkeringat, dilasi pupil yang berkepanjangan,
demam) sering menyertai sensasi nyeri akut. Biasanya, nyeri akut berkaitan dengan
suatu kejadian, dan secara alami bersifat linier (dengan kata lain ada permulaan dan
akhirnya), memiliki arti dan tujuan positif, dan sering berkaitan dengan tanda-tanda
fisik. Dua tipe sindroma nyeri akut yang utama adalah nyeri somatis dan nyeri
viscera.
1. Nyeri Somatis
Nyeri somatis adalah akibat aktivasi nociceptor pada jaringan kutan dan dalam.
-
Nyeri somatis dalam. Nyeri somatis dalam diakibatkan oleh jejas pada
struktur dinding tubuh (misalnya otot rangka/skelet). Berlawanan dengan
nyeri tumpul linu yang berkaitan dengan organ dalam, nyeri somatis dapat
diketahui di mana lokasi persisnya pada tubuh; namun, beberapa menyebar
ke daerah sekitarnya. Nyeri pascabedah memiliki komponen nyeri
somatis dalam karena trauma dan jejas pada otot rangka.
2. Nyeri viscera
Nyeri viscera disebabkan oleh jejas pada organ dengan saraf simpatis.
Nyeri ini dapat disebabkan oleh distensi abnormal atau kontraksi pada
dinding otot polos, tarikan cepat kapsul yang menyelimuti suatu organ
(misalnya hati), iskemi otot skelet, iritasi serosa atau mukosa, pembengkakan
ke ruang
dini
suatu
penyakit.
Sensasi
nyeri
yang
berasal dari organ dalam sering dipersepsikan sebagai nyeri yang berasal
dari bagian tubuh yang lebih supersifial/permukaan, biasanya daerah-daerah
yang dipersarafi oleh saraf spinal yang sama; lokasi nyeri di bagian superfisial
atau bagian dalam yang berjauhan dengan sumber patologi yang sebenarnya
biasa disebut sebagai referred pain (nyeri alih). Infark miokard akut dan
pankreatitis akut merupakan salah satu contoh dari nyeri viscera.
3. Terapi
Terapi sindroma nyeri akut ditujukan langsung pada penyebab yang mendasari
nyeri dan melibatkan penggunaan obat-obat yang meredakan gejala untuk waktu
yang singkat (short- term). Tujuannya adalah untuk meringankan impuls nyeri
selama periode penyembuhan luka jaringan. Obat-obat antiinflamasi non-steroid
(misalnya ibuprofen, naproksen, ketoprofen) dapat digunakan jika diperlukan
(pro renata/prn) untuk mengurangi pembengkakan dan edema. Bersama dengan
obat-obat derivat opiat (misalnya morfin, hidromorfon), obat-obat ini juga
dapat membatasi nyeri selama proses penyembuhan.
b) Sindroma Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang bertahan selama minimum 6 bulan dan
memunjukkan ciri- ciri yang jelas berbeda jika dibandingkan dengan nyeri akut.
Misalnya, nyeri akut hanya terjadi
pada
suatu
waktu/kejadian
tertentu,
sedangkan nyeri kronis biasanya merupakan bagian dari situasi yang lebih
kompleks. Nyeri akut mempunyai awal dan akhir yang jelas. Nyeri kronis,
cenderung sirkuler; awal nyeri dengan cepat terlupakan karena siklus nyerinya
tidak pernah berakhir. Nyeri akut mempunyai konotasi yang positif dalam arti
nyeri tersebut merupakan tanda siaga adanya jejas pada tubuh, sedangkan nyeri
kronis tidak mempunyai tujuan fisiologis tertentu. Terakhir, nyeri kronis tidak
mempunyai tanda-tanda dan gejala klinis, sehingga patofisiologi yang
mendasarinya biasanya tidak terdeteksi pada pemeriksaan fisik atau radiologis.
Nyeri kronis dapat muncul dari lokasi viscera, jaringan miofasial, atau
penyebab-penyebab neurologis, dan biasanya dibedakan menjadi nyeri
maligna (kanker atau keganasan) dan nyeri non-maligna (jinak).
1. Nyeri maligna
-
Nyeri kanker
Nyeri kronis maligna dapat merupakan kombinasi dari beberapa
komponen nyeri akut, intermiten (berselang/hilang-muncul/sementara)
dan kronis. Nyeri kanker dapat muncul pada tempat/situs primer kanker
sebagai akibat ekspansi tumor, penekanan/kompresi saraf, atau infiltrasi
oleh tumor, obstruksi maligna, atau infeksi pada ulkus maligna. Nyeri
juga dapat muncul pada tempat metatsatase yang jauh. Selain itu, terapi
kanker dengan tindakan bedah, kemoterapi, dan radiasi juga dapat
menimbulkan mukositis, gastroenteritis, iritasi kulit, dan nyeri lain yang
berakitan.
Nyeri
kanker
paling
sering
muncul
pada
jaringan
Nyeri neuropati.
Nyeri neuropati dapat bersifat idiopatik atau dapat juga muncul dari
lokasi yang tertentu atau umum pada jejas saraf. Awitannya dapat terjadi
seketika setelah jejas atau setelah jeda waktu tertentu. Nyeri neuropati
dapat menghasilkan disestesia ketidaknyamanan dan sensasi yang
berbeda dari sensasi nyeri biasa. Jenis nyeri disestesia ini kadang
dengan
sensasi
nyeri
yang
tajam,
seperti
tersengat
Nyeri musculoskeletal
Nyeri muskuloskeletal muncul dari jaringan otot, tulang, persendian atau
jaringan ikat. Nyeri ini dapat diakibatkan oleh jejas atai idiopatik atau
iatrogenic. Sindromanyeri musculoskeletal kronik yang umum adalah
nyeri yang berkaitan dengan penyakit inflamasi otot misalnya
polymyositis (penyakit jaringan ikat yang ditandai dengan edema,
inflamasi, dan degenerasi otot) dan dermatitis dan juga nyeri yang
berkaitan dengan penyakit persendian misalnya arthritis. Penyakit
system organ lain (penyakit sel bulan sabit/ sickle-cell) juga dapat
menyebabkan nyeri musculoskeletal. Penggunaan obat-obatan seperti
zidovudine, amfetamin, phencyclidine, dan L-triptofan juga dapat
mengakibatkan nyeri musculoskeletal kronik.
3. Terapi
Terapi nyeri kronik tidak hanya difokuskan untuk menghilangkan gejala
tetapi juga untuk mengatasi penderitaan dan ketidakmampuan/disability
yang diakibatkan oleh nyeri tersebut. Pemberian analgesik secara teratur
disarankan lebih untuk mencegah munculnya nyeri dari pada meredakan
nyeri yang telah terjadi. Analgesik ajuvan (misalnya antikonvulsan
untuk nyeri neuropati, benzodiazepin untuk kecemasan, antidepresan untuk
depresi) juga umum digunakan.
1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri adalah, sebagai berikut :
1.4.1 Usia
Usia merupakan variable penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya
pada anak-anak dan lansia. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan
memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri.
Anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata mengalami kesulitan untuk
mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau
petugas kesehatan.
Individu yang berusia lanjut memiliki resiko tinggi mengalami situasi-situasi
yang membuat mereka merasakan nyeri. Karena lansia telah hidup lebih lama,
mereka kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis yang
meyertai nyeri (Potter, 2005).
1.4.2 Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatsi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana seseorang bereaksi terhadap
nyeri (Calvillo, 1991 dalam Potter, 2005). Namun, budaya dan etnik tidak
mempengaruhi persepsi nyeri (Zatzick, 1990 dalam Brunner dan Suddart, 2002).
1.4.3 Pengalaman masa lalu
nyeri
dan ansietas
bersifat kompleks.
Ansietas
biasanya bersifat burning (seperti terbakar). Contoh : terkena ujung pisau atau
gunting.
2) Deep somatic / nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh darah, tendon, syaraf,
nyeri menyebar dan lebih lama daripada cutaneus. Contoh: sprain sendi.
3) Visceral
(pada
organ
dalam),
stimulasi
reseptor
nyeri
dalam
ronnga
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung
lebih dari enam bulan.
penyembuhan.
Strategi
pelaksanaan
nyeri
mencakup
pendekatan
Perawat yang berperan sebagai seseorang pengamat yang aktif dan memiliki
pengetahuan tentang klien yang mengalami nyeri, akan menganalisa lebih objektif
tentang pengalaman nyeri klien dan membuat diagnosis bahwa ia mengalami nyeri
dan perawat bekerja untukmenerapkan tekhnik-tekhnik dan keterampilan yang pada
akhirnya akan menghilangkan nyeri (Potter,2005).
1.5.2 Nyeri Fraktur Femur
Fraktur adalah kerusakan struktural dalam tulang, lapisan epifisis, atau
permukaan sendi tulang rawan (Susan, 2001). Femur merupakan tulang terpanjang
yang ada dalam tubuh manusia. Penyembuhan fraktur berkisar antara tiga minggu
sampai enam bulan. Faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur adalah nutrisi
yang baik, hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, vitamin D, gerakan pasif dan aktif
pada anggota gerak (Muttaqin, 2008).
Fraktur pada tulang femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai dengan
distal. Manifestasi klinis fraktur femur hampir sama dengan manifestasi klinis
fraktur umum tulang panjang, seperti nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, dan
pembengkakan. Secara klinis, fraktur femur terdiri atas patah tulang paha terbuka
dan patah tulang paha terbuka. Asuhan keperawatan pada kedua fraktur femur ini
berbeda. Kedua fraktur itu dapat menyebabkan klien mengalami nyeri yang sangat
hebat. Secara umum, nyeri pada fraktur femur dapat diatasi dengan teknik non
farmakologi seperti distraksi dan relaksasi (Muttaqin, 2008).
Nyeri pada fraktur dapat mengakibatkan impairment dan disabilitas.
Impairment adalah abnormalitas atau hilangnya struktur atau fungsi anatomik,
fisiologik maupun psikologik. Sedangkan disabilitas adalah hasil dari impairment,
yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas yang
normal (Sudoyo, 2006).
1) Respon fisiologis
Respon fisiologis terhadap nyeri dapat menunjukan keberadaan, sifat nyeri
dan ancaman potensial terhadap kesejahteraan pasien.Apabila pasien merasakan
nyeri, perawat harus mengkaji tanda-tanda vital, melakukan pemeriksaan fisik
terfokus, dan mengobservasi keterlibatan sistem saraf otonom.Tanda fisiologis
dapat menunjukan nyeri pada pasien yang berupaya untuk tidak mengeluh atau
mengakui ketidak nyamanan.
Indikator fisiologis nyeri merupakan perubahan fisiologi involunter
dianggap sebagain indikator nyeri yang lebih akurat dibanding laporan verbal
pasien. Bagaimana pun, respon involunter ini seperti meningkatnya frekuensi
nadi dan pernapasan, pucat dan berkeringat adalah indikator rangsangan sistem
saraf simpatis, bukan nyeri itu sendiri. Pasien yang mengalami nyeri akut yang
hebat mungkin tidak menunjukan frekuensi pernapasan yang meningkat tetapi
akan menahan nafasnya. Respon fisiologik harus digunakan sebagai pengganti
untuk laporan verbal dari nyeri pada pasien tidak sadar dan jangan digunakan
untuk mencoba memvalidasi laporan verbal dari nyeri individu (Tamsuri, 2006).
2) Respon Perilaku
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup :
1. Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak nafas, mendengkur)
2. Ekspresi wajah (meringis, menggelutukkan gigi, mengigit bibir)
3. Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan
jari dan tangan)
4. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (menghindari percakapan,
menghindari kontak sosial, penurunan tentang perhatian, fokus pada
aktivitas menghilangkan nyeri).
3) Ekspresi Nyeri Klien
Pengkajian nyeri lebih sulit karena banyak perawat yakin bahwa klien akan
melaporkan keluhan nyeri, ketika mengalami. Namun, hal ini tidak selalu benar.
Klien pertama-tama harus mempersepsikan suatu kebutuhan untuk melaporkan
* jika digunakan sebagai grafik skala peringkat, dianjurkan nilai dasar 10 cm.
-
Skala Analog
Agency for Health Care Policy&Research (AHCPR), Public Health Service, U.S.
Department of Health and Human Services, Feb 1992 (Brunner & Suddarth,
2001).
-
Skala Wajah
Gambar 76 Skala Wajah Bieri dan kawankawan. Dicetak ulang dari Bieri
D, Reeve RA, Champion CD, et al. The faces pain scale for the self
assessment of the severity of pain experienced by children: development,
initial validation, and preliminary investigation for ratio scale properties.
Pain 1990;41:139150.)
Keterangan :
Wajah 0 : Sangat senang karena tidak ada nyeri.
Wajah 1 : Nyeri yang sangat sedikit
Wajah 2 : Nyeri yang sedikit lebih banyak.
Wajah 3 : Nyeri lebih banyak.
Wajah 4 : Sangat nyeri.
Wajah 5 : Nyeri sebanyak yang bisa kamu bayangkan, meskipun kamu tidak harus
menangis untuk mengalami rasa nyeri ini.
Informasi yang subyektif, spesifik oleh pasien (atau informasi yang dilaporkan
sendiri) merupakan cara utama pada evaluasi nyeri. Namun, informasi laporansendiri (self-reported) ini dipengaruhi oleh usia, status kognitif, disabilitas fisik,
penggunaan obat pasien dan harapan pasien dan professional kesehatan
terapi.
Farmasis
harus
mempertimbangakna
factor-faktor
terhadap
tersebut
ketika
wawancara
mendetil
Pendekatan untuk memperoleh riwayat detil dari seorang pasien dengan nyeri tidak
berbeda banyak disbanding yang sudah dijelaskan sebelumnya pada Bab 3.
Farmasis sebaiknya menggunakan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengetahui masalah pasien. Selain
itu, perhatikan juga faktor-faktor seperti menetukan lokasi yang lebih privasi ketika
melakukan wawancara, menunjukkan sikap yang suportif dan tidak menghakimi,
memperhatikan tanda-tanda verbal dan nonverbal, dan meluangkan waktu yang
cukup untuk melakukan wawancara. Penggunaan mnemonik PQRST juga akan
membantu farmasis mengumpulkan informasi vital yang berkaitan dengan proses
nyeri pasien (Tabel 7-3). Contoh interaksi antara farmasis dan pasien mengenai
nyeri dicatumkan pada Kotak 7-1.;
Tabel 73 Mnemonik PQRST untuk Evaluasi Nyeri
Nyeri
Berikut
Quality/kualitas nyeri
adalah
pertanyaan-pertanyaan
yang
diajukan
berdasarkan
Apa yang menyebabkan makin nyeri? Diet? Stres? Latihan fisik/olah raga?
Kapan nyeri terasa? Malam hari? Pagi? Setiap hari? Setiap bulan?
adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri (Gambar 7-3).
Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang
myngkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis
sepanjang 10-cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap centimeter. Tanda pada
kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau peryataan deskriptif. Ujung
yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa
nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau
horizontal. Manfaat utama VAS adalah penggunaannya yang sangat mudah dan
sederhana. Farmasis dapat segera menggunakannya sebagai penilaian cepat
pada hampir semua situasi praktek farmasi.
Namun, pada periode pascabedah, VAS tidak banyak bermanfaat
karena pada VAS diperlukan koordinasi visual dan motorik serta kemampuan
konsentrasi. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/ reda rasa
nyeri
Alternatif cara lain, selain VAS, adalah skala numerik verbal (Gambar 7-3).
kata-kata dan bukan garis atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri
(Gambar 7-3). Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang,
parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak hilang,
sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/nyeri hilang sama sekali. Karena
skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan
berbagai tipe nyeri.
Berbagai cara dimensi tunggal dapat dibandingkan pada Tabel 7-4.
Gambar 73 Caracara penilaian nyeri dimensi tunggal. (A) Skala analog visual
(VAS). (B) Skala numeric verbal. (C). Skala penilaian verbal.
Tipe nyeri
Manfaat
Nyeri saat Sederhana
tahun, ini
Dewasa
Tergantung
bahasa
Kerugian
Satu dimensi
Skala membatasi
yang Memerlukan
digunakan
koordinasi
Mudah
dimengerti
Skala
Dewasa
numeric
Nyeri
ini
verbal
Reprodusibel
saat Sama
seperti Satu dimensi
VAS,
memerlukan
koordinasi visual
dan motorik
Mungkin
lebih
mudah digunakan
Skala
penilaian
verbal
Dewasa
Nyeri
ini
Keterbatasan
mudah digunakan
Sensitive
menggambarkan
terhadap
memungkinkan
VAS tingkat
nyeri
terdapat
antar
kata
yang
menggambarkan
efek analgesic
b) Cara penilaian nyeri multidimensi Cara multidimensi, seperti cara dimensi
tunggal, menilai tingkat/derajat nyeri yang dialami oleh pasien, namun, cara
multidimensi juga memungkinkan untuk mengukur aspek nyeri lain (misalnya,
perilaku dan respon emosi). Sebagai contoh cara multidimensi ini adalah
penggunaan diari/catatan harian nyeri, gambar nyeri, skala wajah nyeri,
kuesioner nyeri singkat Wisconsin, dan kuesioner nyeri McGill. Cara-cara ini
dibandingkan pada Tabel 7-5.
Tabel 75 Caracara Penilaian Nyeri Multidimensi
Cara
Catatan
Jenis pasien
Dewasa
harian nyeri
Tipe nyeri
Manfaat
Nyeri yang Dapat diandalkan
Kerugian
Tergantung
pada
telah
dialami
pada
dahulu
ingatan/memori
yang
akurat
Anak-anak
Nyeri
nyeri
tahun
ini
Dewasa
sesungguhnya
saat Dapat digunakan Tidak
oleh
penilaian intensitas
yang sesungguhnya
Keterandalan
Tidak
adekuat
yang tinggi
untuk
mengukur
membedakan
Nyeri
nyeri
ini
3 tahun
nyeri
Dapat
mengukur
berbagai nyeri
tertentu
saat Tidak diperlukan Semua skala wajah
tingkat
perkembangan
untuk
sempurna
audiens
pasien
kemampuan
Kemampuan
tergantung
verbal
skala spesifik
pemahaman
yang
konsep
digunakan
Sederhana,
sulit
Berbagai
macam
tipe
dan pembedahan
semua
jenis
mudah digunakan
Hanya diperlukan
Kuesioner
Dewasa
singkat
Nyeri
sedikit instruksi
Dapat diandalkan
kanker
Mudah digunakan
emosi
Pewawancara
pengaruh
situasi
dapat melakukan
berkaitan
dengan
Nyeri
Dapat diandalkan
kanker
Valid
penilaian nyeri
Wisconsin
Kuesionel
McGill
Dewasa
Nyeri
kanker
atau
Memerlukan
kapasitas intektual
dan vokabuler yang
cukup
Mungkin
tidak
dapat
digunakan
untuk
pasien
yang
berbeda
-
Catatan harian nyeri adalah catatan tertulis atau lisan mengenai pengalaman
pasien dan perilakunya. Jenis laporan ini sangat membantu untuk memantau
variasi status penyakit sehari-hari dan respon pasien terhadap terapi. Pasien
mencatat intensitas nyerinya dan kaitan dengan perilakunya misalnya
aktivitas harian, tidur, aktivitas seksual, kapan menggunakan obat, makan,
merawat rumah dan aktivitas rekreasi lainnya.
gambar nyeri ini dapat dibandingkan dari waktu ke waktu untuk menilai
respon nyeri terhadap terapi. Nyeri pada daerah yang kecil dan terlokalisaasi
(misalnya kepala) tidak dapat dinilai dengan adekuat menggunakan
cara gambar ini.
Gambar 74 Cara Gambar Nyeri. Area nyeri ditandai dengan symbol yang
berbedabeda: untuk kebal/tidak dapat merasakan sensasi apapun, ooo untuk sensasi
seperti tertusuk jarum, xxx untuk sensasi seperti terbakar, //// seperti dipotong
potong, dan >>> untuk sensasi linu/ngilu.
-
29
29
30
30
31
31
32
32
dihambat oleh stimulus dari serabutserabut saraf yang lain, karena pesanpesan
nyeri menjadi lebih lambat, sehingga pasien merasa nyerinya berkuarang
(Brunner & Suddarth, 2002).
5) Hipnosis
Efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang
dibutuhkan oleh tubuh pada nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin membantu
dalam memberikan peredaan nyeri terutama dalam situasi sulit. Mekanisme
bagaimana kerjanya hipnosis tidak jelas tetapi tidak tampak diperantarai oleh
sistem endorfin.
Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif. Suatu pendekatan holistik, hipnosis diri menggunakan sugesti diri
dan kesan tentang perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki keadaan
rileks dengan menggunakan berbagai ide pikiran dan kemudian kondisi-kondisi
yang menghasilkan respons tertentu. Hipnosis diri sama dengan melamun,
konsentrasi yang intensif mengurangi ketakutan dan stres karena individu
berkonsentrasi hanya pada satu pikiran (Potter, 2005).
6) Relaksasi dan Teknik Imajinasi.
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi.
Relaksasi pasien dapat mengubah persepsi-kognitif dan motivasi-afektif dengan
melakukan relaksasi. Teknik relaksasi tersebut merupakan upaya pencegahan
untuk membantu tubuh segar kembali dan bergenerasi setiap hari dan merupakan
alternative terhadap alkohol, merokok atau makan berlebihan teknik relaksasi
meliputi meditasi, yoga, zen, teknik imajinasi dan latihan relaksasi progresif
(Tamsuri, 2006).
33
33
sebelum
kontak
dengan
klien.
Pada
periode
ini,
perawat
34
34
1.8 Perioperatif
1.8.1 Pengertian Perioperatif
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu; preoperative phase,
intraoperative phase dan post operative phase. Masing-masing fase dimulai pada
waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan
proses keperawatan dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan
perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang
berkompeten dalam perawatan pasien sehinnga kepuasan pasien dapat tercapai
sebagai suatu bentuk pelayanan prima (Brunner & Suddart,2002) .
1.8.2 Pasca Operatif
Keperawatan pasca operatif adalah periode akhir dari keperawatan
perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan
kondisi pasien pda keadaan equilibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan
pencegahan komplikasi (Brunner dan Suddarth, 2002). Fase pascaoperatif dimulai
dengan pemindahan pasien ke Post Anesthesia Care Unit (PACU) dan berakhir pada
waktu pasien dipulangkan dari rumah sakit. Termasuk dalam kegiatan keperawatan
adalah mengkaji perubahan fisik dan psikologis; memantau kepatenan jalan nafas,
tanda-tanda vital, dan status neurologis secara teratur; mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit; mengkaji secara akurat serta haluaran dari
semua drain (Baradero, 2008).
Mengurangi rasa sakit dan nyeri pasca operasi, ,Menurut (Oswari, 2005)
dapat dengan melakukan usaha sebagai berikut :
35
35
1. Ubah sikap
Yaitu dengan memberi tambahan bantal dan ganjalan pinggang pasien dengan
bantal.
2. Napas dalam-dalam
Mencegah komplikasi paru-paru akibat pembiusan suruhlah pasien menarik
napas dalam-dalam. Jika pasien merasakan ada lendir yang menyumbat
tenggorokkannya, suruhlah ia batuk agar lendir dapat keluar.
3. Cuci muka dan tangan pasien
Mencuci muka dan tangan pasien akan menyejukkan perasaan pasien yang baru
dioperasi.
4. Basahi bibir
Bila pasien belum diizinkan minum, basahilah bibir pasien dengan kapas basah.
5. Gosok pinggang pasien dengan alkohol
Pinggang dan tungkai bila diolesi alkohol akan terasa enak.
6. Bila pasien sudah flatus, berilah minum sesendok air putih.
7. Buang air kecil & besar
Usahakan agar pasien buang air kecil sendiri, bila perlu siram dengan air dingin,
kompres hangat, atau mengubah sikap pasien agar nyeri yang dirasakan
berkurang. Setiap buang air besar juga harus dicatat.
8. Sikap tidur pasien
Sikap tidur pasien perlu diperhatikan agar tidak terjadi komplikasi, misal paruparu yang tidak dapat berkembang dengan baik dapat menimbulkan pneumonia,
pantat yang tidak bergerak-gerak dapat menimbulkan dekubitus karena
perederan darah terganggu. Semuanya dapat memperlambat penyembuhan
operasi.
36
36
anastesi
(PACU
atau
post anesthesia
care
unit)
memerlukan
37
37
c) Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga
batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler
dan mengeluarkan secret dan lender.
d) Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pesien untuk memulihkan kondisi pasien kembali.
Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan
untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti semula.
3. Perawatan Lanjutan
Dalam Brunner & Suddarth,2002 secara umum intervensi keperawatan yang
diberikan kepada pasien post operasi dalam tahap perawatan lanjutan meliputi halhal sebagai berikut :
a) Memastikan fungsi pernapasan yang optimal
Saat masuk ke bangsal bedah, perawat mengamati potensi jalan napas, kualitas
pernapasan dicatat, seperti : kualitas, frekuensi dan kedalaman serta bunyi
napas. Seringkali, karena medikasi nyeri, pernapasan menjadi lambat,
pernapasan yang pendek dan cepat mungkin akibat nyeri (Brunner & Suddrath,
2002).
b) Meningkatkan ekspansi paru
Untuk memperbesar ekspansi dada dan pertukaran gas tindakan yang bisa
dilakukan oleh perawat adalah dengan memberikan tindakan tindakan teknik
relaksasi napas dalam dan batuk efektif dapat mengembangkan volume paru
sampai kapasitas total.
1.8.3
38
38
yang lebih tinggi, sehingga perawat perlu menerapkan tindakan nyeri non
farmakologis.
1.8.4
Menghilangkan Kegelisahan
Kegelisahan pasca operatif mungkin merupakan gejala defisit oksigen dan
hemoragik, cara penanganan ini dengan pemberian analgesik dan sering perubahan
posisi, misal dengan posisi miring kiri atau kanan, telentang dan setengah duduk.
1.8.5
39
39