Skripsi Imam Agus Faisal
Skripsi Imam Agus Faisal
Bakteri S.aureus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya yang dilakukan untuk penanggulangan infeksi bakteri secara
konvensional adalah dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri
tersebut.Salah satunya dengan cara pemberian antibiotik.Namun pemberian antibiotik
ini dapat menimbulkan resistensi bakteri yang salah satunya disebabkan karena waktu
dan pemberian dosis antibiotik yang tidak tepat.Seiring berjalannya waktu,ditemukan
penelitian terhadap uji yang dapat menghambat patogenesis bakteri,namun tidak
mematikan bakteri tersebut yaitu dengan penghambatan quorum sensing.(1)
Quorum sensing adalah suatu sistem komunikasi sel bakteri.Qourum sensing
ini dimediasi oleh molekul sinyal ekstraseluler yang
disebut autoinducers
(AI).Qourum sensing ini mengimbas ekspresi gen bila populasi sel bakteri telah
mencapai tingkat kepadatan
sinyal molekul (AHL) disebut dengan pendinginan kuorum (QQ). QQ dapat dicapai
dengan beberapa cara seperti melalui penghancuran enzimatik dari molekul sinyal
QS, pengembangan antibodi terhadap QS molekul sinyal atau melalui agen yang
memblok QS (Chan et al., 2011).
Bakteri
Biofilm S. aureus diatur oleh 2 regulator utama yakni staphylococcal
accessory regulator (sarA) dan accessory gene regulator (agr) (Fournier dkk., 2001).
SarA berperan dalam pertumbuhan biofilm S. aureus dan dapat mencegah degradasi
eDNA dan protein yang menjadi struktur utama biofilm. Regulator agr sendiri
berperan pada quorum sensing dari S. aureus dengan menurunkan tingkat perlekatan
S. aureus dengan permukaan, sehingga terjadi penurunan tingkat pembentukan
biofilm. Penekanan agr penting untuk pembentukan biofilm, sedangkan induksi agr
pengting untuk penyebaran biofilm yang telah matang (Boles dan Horswill, 2008).
Tanaman
Tidak seperti manusia dan mamalia yang memiliki sistem kekebalan tubuh
untuk bertahan melawan patogen, tanaman kurang dalam sistem kekebalan terhadap
patogen. Jadi, bukan mengandalkan sistem pertahanan seluler dan biokimia, tanaman
mempunyai pertahanan alternatif, termasuk produksi senyawa anti-QS, yang dapat
digunakan untuk mengalahkan patogen QS.
Senyawa anti-QS ditandai dengan peran mereka dalam menghambat biofilm
(Teplitski et al, 2000;. Choo et al, 2006.). Selanjutnya, tanaman yang diturunkan antiQS senyawa lain seperti oroidin, asam ursolic, naringenin, cinnamaldehyde, asam
salisilat, metil eugenol, dan ekstrak dari bawang putih dan buah-buahan yang dapat
dimakan, telah menunjukkan sifat antibiofilm terhadap beberapa patogen (Issac
Abraham et al., 2011 )
Kandungan yang ada pada daun cengkeh adalah minyak atsiri, tanin galat dan
kalsium oksalat (Departemen Kesehatan RI, 1989). Komponen utama minyak
cengkeh adalah terpena dan turunannya. Kandungan terpena yang ada dalam minyak
cengkeh ini adalah eugenol, eugenol asetat dan caryophylene. Ketiga senyawa
tersebut merupakan komponen utama penyusun minyak cengkeh dengan kandungan
total mencapai 99% dari minyak atsiri yang dikandungnya. Disamping itu juga
terdapat kandungan lain diantaranya metil n-heptil alkohol, benzil alkohol, metil
salisilat dan metil n-amil karbinol (Nurdin et al., 2007).