Disusun oleh :
Kelompok 10 / Perikanan C 2013
Fakhri Fathurrahman
Riana Faosa
Ali Aji Adi Negara
Kartika Irta Dewi
Taufik Ikhsan Kamil
230110130090
230110130167
230110130181
230110130194
230110130205
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya
kami dari pihak penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Praktikum
Nutrisi Ikan dengan membahas mengenai Identifikasi Bahan Baku Pelet.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas akhir praktikum sebagai bahan
pertimbangan nilai.
Penyusunan laporan ini, tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu khususnya dari rekan-rekan
sekelompok kami sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun
ada beberapa hambatan yang kami alami dalam penyusunan laporan ini. Namun,
berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya
dapat teratasi.
Semoga laporan ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan
bagi pembaca. Akhir kata dengan kerendahan hati, kritik dan saran sangat kami
harapkan demi penyempurnaan laporan ini. Sekian dan terima kasih.
Jatinangor, Mei 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................
II
III
IV
PENDAHULUAN ...............................................................
1.1 Latar Belakang ..............................................................
1.2 Tujuan Praktikum ..........................................................
1.3 Manfaat Praktikum ........................................................
TINJAUAN PUSTAKA .....................................................
2.1 Pakan Ikan ....................................................................
2.2 Pakan Buatan ................................................................
2.3 Kandungan Nutrisi Pelet ...............................................
2.4 Proses Pembuatan Pelet ................................................
2.5 Rendemen Pakan ..........................................................
2.6 Uji Fisik Pelet ...............................................................
2.7 Uji Durabilitas...............................................................
2.8 Uji Stabilitas..................................................................
METODOLOGI PRAKTIKUM .......................................
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum ................
3.2. Alat dan Bahan ...........................................................
3.2.1 Alat-alat .......................................................................
3.2.2 Bahan ...........................................................................
3.3 Prosedur Praktikum......................................................
3.3.1 Identifikasi Bahan Baku Pelet .....................................
3.3.2 Uji Sifat Bulky .............................................................
3.3.3 Uji Stabilitas Pakan .....................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................
4.1 Hasil .............................................................................
4.1.1 Data Karakteristik Pakan Emulsi .................................
4.2 Pembahasan .................................................................
4.2.1 Tekstur .........................................................................
4.2.2 Aroma ..........................................................................
4.2.3 Warna ...........................................................................
1
1
2
2
3
4
5
7
12
12
12
12
12
12
14
14
14
14
15
15
16
18
LAMPIRAN ........................................................................
19
DAFTAR TABEL
No
1
Judul
Halaman
Kandungan Nutrisi Tepung Ikan .......................................... 19
2
3
4
5
6
DAFTAR LAMPIRAN
No
1
2
3
4
Judul
Halaman
Gelas ukur.............................................................................. 19
Uji Bulky .............................................................................. 19
Tepung Terigu ...................................................................... 19
Dedak ................................................................................... 19
5
5
6
7
8
9
10
11
Lemna ...................................................................................
Tepung Kedelai .....................................................................
Tepung Sagu .........................................................................
Tepung Susu .........................................................................
Tepung Tulang ......................................................................
Minyak Ikan ..........................................................................
Tepung Daging .....................................................................
20
20
20
20
21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia
perikanan
kini
mempunyai
tempat
tersendiri
dibidang
diketahui.
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
mengetahui sifat bulky dari bahan baku pakan berupa dedak halus
1.3
Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengidentifikasi bahan
baku pakan secara fisik, dapat mengetahui sifat bulky dari bahan baku pakan
berupa dedak halus, dan dapat mengetahui stabilitas pakan ikan berbentuk pelet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pakan Ikan
Pakan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
keberhasilan
kegiatan
budidaya
karena
menentukan
pertumbuhan
dan
2010). Molekul pakan yang besar dan kompleks harus dipecah menjadi molekul
yang lebih kecil dan sederhana agar dapat diabsorpsi dan selanjutnya digunakan di
dalam tubuh. Pemecahan molekul dilakukan dengan cara pencernaan (Yuwono &
Sukardi 2008).
Protein merupakan komponen pakan terpenting bagi hewan air, terutama
pada ikan. Akan tetapi kelebihan protein dalam pakan dapat mengakibatkan
kematian karena gejala kelebihan protein. Ikan dapat menerima protein tinggi
karena mempunyai kemampuan tambahan untuk melepaskan nitrogen yang
berlebihan melalui insangnya. Ikan dapat mengeluarkan sebagian besar sisa-sisa
protein sebagai ammonia secara cepat dan terus menerus. Protein dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan reparasi jaringan, serta dapat pula sebagai sumber energi
untuk aktifitas. Protein tubuh terdiri atas rantai panjang asam-asam amino. Hanya
20 macam asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis molekul protein dalam
tubuh (Hanif et al. 2011).
Menurut Gustiano & Otong (2010) bentuk pakan bermacam-macam,
umumnya yang sering digunakan dalam budidaya antara lain: pakan berbentuk
tepung, remah dan pelet. Bentuk pakan ini biasanya disesuaikan dengan ukuran
ikan. Jumlah pakan yang diberikan setiap hari disesuaikan dengan berat ikan,
sering disebut sebagai tingkat pemberian pakan (TPP) atau feeding level. TPP
untuk setiap jenis ikan dan tingkatan ukuran ikan berbeda. Umumnya, ikan
berukuran kecil membutuhkan TPP dan frekuensi pemberian pakan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ukuran yang lebih besar. Berdasarkan rata-rata berat
individu ikan, maka dapat ditetapkan tingkat dan frekuensi pemberian pakan.
Berdasarkan berat total dapat ditetapkan jumlah pakan yang dibutuhkan dalam
satu hari maupun satu kali pemberian pakan. Untuk mengetahui respon ikan
terhadap pakan yang diberikan dilakukan evaluasi pemberian pakan atau sering
disebut sebagai efisiensi pemberian. Efisiensi adalah perbandingan antara
pertambahan bobot ikan dengan jumlah pakan yang diberikan, dinyatakan dalam
persen. Semakin tinggi tingkat efisiensi, semakin baik tingkat efisiensi pakan.
2.2
Pakan Buatan
10
Mudah diperoleh
Mudah diolah
11
12
gizi ikan yang dibudidayakan, seperti: protein (asam amino esensial), lemak (asam
lemak esensial), energi (karbohidrat), vitamin dan mineral. Umumnya bahan baku
berasal dari material tumbuhan dan hewan. Ada juga beberapa yang berasal dari
produk samping atau limbah industri pertanian atau peternakan. Beberapa
kandungan nutrisi bahan baku pakan adalah sebagai berikut :
A. Tepung Ikan
Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah (tidak bernilai ekonomis)
yang berkadar lemak rendah dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan
menjadi bekasam untuk meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu
makan ikan. Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih dapat ditumbuhi
cendawan atau bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan
asam amino essensial yang paling essensial sampai 8%. Kandungan gizi: protein
22,65%, lemak 15,38%, abu 26,65%, serat 1,8%, dan air 10,72%.
Cara pembuatannya:
a.
b.
c.
3,0 %
5,0 %
60 70 %
1,0 %
B. Tepung Jagung
13
Jagung merupakan bahan pangan yang bergizi tinggi dimana jagung juga
digunakan sebagai bahan baku penghasil energi, bukan sebagai bahan sumber
protein dikarenakan kadar proteinnya yang rendah (8,9%) bahkan terhadap
defisiensi asam amino penting, terutama lysin dan triptofan.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Tepung Jagung
Nutrisi
Kuantitas
Asam Pantotenat
3,9 mg/kg
Bahan kering
75 90 %
Calcium
0,02 %
Energi gross
3918 Kkal/kg
Fosfor
3000 IU/kg
Lemak kasar
3,5 %
Niacin
26,3 mg/kg
Protein kasar
8,9 %
Riboflavin
1,3 mg/kg
Serat kasar
2,0 %
TDN
82 %
Tiamin
3,6 mg/kg
Vitamin A
Vitamin A
C. Dedak
Dedak padi digunakan sebagai bahan pakan ikan, karena
mempunyai kandungan gizi yang tinggi, harganya relatif murah, mudah
diperoleh, dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusia. Menurut
(Schalbroeck 2001), produksi dedak padi di Indonesia cukup tinggi per
tahun dapat mencapai 4 juta ton dan setiap kuwintal padi dapat
menghasilkan 18-20 gram dedak, sedangkan menurut Yudono et al. (1996)
proses penggilingan padi dapat menghasilkan beras giling sebanyak 65%
dan limbah hasil gilingan sebanyak 35%, yang terdiri dari sekam 23%,
dedak dan bekatul sebanyak 10%. Protein dedak berkisar antara 12-14%,
lemak sekitar 7-9%, serat kasar sekitar 8-13% dan abu sekitar 9-12%
(Murni et al. 2008).
Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber
energi. Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya
14
yang cukup tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat
mengikat mineral dan protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan oleh
enzim pencernaan.
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Dedak
Komponen
Kandungan
Asam Pantotenat
22,0 mg/kg
Bahan kering
91,0 %
Calcium
0,1 %
Energi metabolis
1890,0 kal/kg
Lemak kasar
0,6 %
Protein kasar
13,5 %
Riboflavin
3,0 mg/kg
Serat kasar
13.0 %
Tiamin
22,8 mg/kg
Total Fosfor
1,7 %
Vitamin A
Vitamin A
D. Tepung Kedelai
Pada kacang kedelai mentah mengandung anti nutrisi atau bias
dibilang mengandung penghambat
Kuantitas
2825-2890 Kkal/kg
42-50%
6%
dan pengolahan bahan baku Pemilihan dan pengolahan bahan baku merupakan
tahap yang
15
dihasilkan. Oleh karena itu, bahan baku yang dipilih adalah bahan yang
berkualitas baik dan pengolahan dilakukan dengan tepat. Dalam proses pembuatan
pakan ditempuh berbagai tahapan, tahapan tersebut yaitu:
A. Penggilingan
Penggilingan bahan merupakan
lebih
D. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu proses pemindahan air dari bahan yang berada
pada keadaan campuran antara cairan dan uap dengan menggunakan panas.
Pengeringan pellet dapat dilakukan dengan sinar matahari atau dengan cara
diangin-anginkan di udara terbuka (Hall 1970).
2.5
Rendemen Pakan
Rendemen adalah presentase produk yang didapatkan dari menbandingkan
berat awal bahan pakan dengan berat akhirnya. Sehingga dapat di ketahui
16
Uji Durabilitas
Durabilitas yaitu jumlah pelet yang kembali dalam keadaan utuh setelah
17
2.8
Uji Stabilitas
Stabilitas pakan dalam air adalah tingkat ketahanan pakan di dalam air
atau berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pakan lembek dan hancur,
meliputi uji kecepatan pecah dan dispersi padatan. Pengujian daya tahan
(stabilitas) pelet dilakukan dengan cara merendam contoh pelet yang akan diuji
selama beberapa waktu di dalam air. Tingkat daya tahan pelet dalam air (water
stability) diukur sejak pelet direndam sampai pecah. Makin lama waktu yang
dibutuhkan untuk membuyarkan pelet dalam proses perendaman, berarti makin
baik mutunya. Pelet ikan yang baik mempunyai daya tahan dalam air minimal 10
menit.
Pada dasarnya semakin halus bahan baku yang digunakan untuk menyusun
pakan, bentuk fisiknya akan semakin baik pula, karena akan tercampur lebih baik
sehingga menghasilkan produk yang lebih kompak dan stabil di dalam air,
sehingga relatif lebih mudah dicerna. Pakan buatan dengan water stability yang
rendah, menyebabkan pakan mudah hancur dan terdespersi. Secara umum pakan
uji sudah mempunyai tingkat stabilitas dalam air (yang sangat baik, yaitu di atas 5
jam). Menurut Balazs, et al. (1973) secara umum, stabilitas pakan dalam air
berkisar dari 35 jam. Stabilitas pakan dalam air menggambarkan kekompakan
18
pakan buatan, semakin lama waktu yang akan dibutuhkan untuk menghancurkan
pakan, berarti semakin tinggi kekompakan pakan buatan tersebut.
Disamping proses pembuatan, bahan perekat yang tepat juga sangat
menentukan stabilitas pakan dalam air dan sifat-sifat fisik pelet yang lain
(Dominy dan Lim 1991). Binder atau bahan perekat adalah bahan tambahan yang
digunakan untuk menyatukan semua bahan baku dalam pembuatan pakan. Bahan
tambahan yang digunakan sebagai perekat sangat menentukan stabilitas pakan
dalam air. Stabilitas pakan dalam air merupakan problem utama dalam pelet pakan
ikan, terutama dengan kandungan bahan nabati yang tinggi. Oleh karena itu
membutuhkan bahan perekat atau binder, dengan demikian stabilitas pakan dalam
air dapat ditingkatkan.
2.9.1
Uji Bulky
Keambaan Sebanyak 24 gelas ukur yang masingmasing telah diketahui
volumenya digunakan untuk mengukur keambaan. Bahan pakan kering oven (60
C) yang telah digiling halus dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian diukur
volume dan ditimbang sampel dari masing-masing perlakuan. Perhitungan
keambaan:
Keambaan (l/kg) =
Volume Sampel
Berat Sampel
19
Setiap bahan yang telah diterima dan ditentukan kerapatan jenisnya maka
dapat dengan jelas diketahui apakah bahan tersebut karapatan bahannya bagus
atau jelek. Hal ini sesuai dengan pendapat Anshory (1997), yang menyatakan
bahwa kerapatan bahan pakan merupakan perbandingan antara berat dan volume
bahan dan biasanya standar mutu bahan pakan sudah ditentukan sesuai dengan
standarnya masing-masing. Dan pendapat Santoso (1997), yang menyatakan
bahwa pengukuran kerapatan jenis bahan baku dapat dilakuakan dengan
menimbang sejumlah berat bahan yang ditakar dengan suatu kotak berukuran 1
meter atau tabung silinder dengan volume 1000 ml.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
3.2.1
Alat-alat
Sendok
Wadah/Toples
Saringan/Ayakan
Gelas Ukur
Penggaris
Beaker Glass
Timbangan
20
3.2.2
Bahan-bahan
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1
21
3.3.2
22
3.3.3
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
No
.
1
Tulang
Putih
Kecokelata
n
Crumble
Kasar
Khas
ikan
Protein Hewani
Tepung
Kedelai
Biji
Kedelai
Coklat
Muda
Crumble
Kasar
Khas
kedelai
Protein Nabati
24
SP. Suplemen
SP. Basal
No
.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Bahan
Asal
Bahan
Ciri Fisik
Katerangan
Warna
Bentuk
Tekstur
Aroma
Wafer
Kasar
Khas
lemna
Protein Nabati
Lemna
Kering
Lemna
Hijau
Kecokelata
n
Tepung
Sagu
Sagu
Putih
Powder
Halus
Khas
tepung
Protein Nabati
Tepung
Susu
Susu
Putih
Powder
Halus
Khas
susu
Protein Hewani
Tepung
Jagung
Jagung
Kuningkcokelatan
Granule
Kasar
Khas
jagung
Protein Nabati
Crustacea
Cokelat
Garnule
Kasar
Air laut
Daging
Coklat abu
Crumble
Kasar
Khas
daging
Protein Hewani
Bungkil
Padi
Cokelat
Muda
Crumble
Halus
Khas
Jerami
Protein Nabati
Gandum
Cokelat
Crumble
Kasar
Sedikit
Halus
Minyak
Ikan
Ikan
Bening
Larutan
Licin
Tepung
Ikan
Ikan
Coklat tua
Crumble
Kasar
Khas
ikan
Protein Hewani
Tepung
Terigu
Gandum
Putih
Powder
Halus
Khas
tepung
Protein Nabati
Grit
Tepung
Daging
Dedak
W. Pollard
SP. Suplemen
SP. Basal
SP. Basal
SP. Basal
Protein Hewani
SP. Basal
SP. Suplemen
SP. Basal
Protein Nabati
Khas
gandum SP. Suplemen
Protein Hewani
Feed Additive
SP. Suplemen
SP. Basal
2.
25
4.
5.
Y 0Y 1
100
Y0
3026,33
100
30
3,07
100
30
SP=9,5
Hasil pengamatan perubahan bentuk pellet tiap waktu dapat dilihat pada
(Tabel 2).
Waktu
5 menit
10 menit
15 menit
26
4.2
Pembahasan
27
yang memiliki kandungan protein 12,27% dan 9,8 % (Muktiani 2011). Minyak
ikan merupaka bahan feed additive karena mengandung asam lemak omega-3,
khususnya EPA Eilosa Panteonil Acid dan DHA/ D-Hexaenoic Acid sehingga
berfungsi sebagai probiotik pada pakan (Muchtadi 1996).
4.2.2 Uji Bulky
Uji kualitas fisik bahan pakan dapat dilakukan dengan uji bulky / uji
apung. Uji bulky bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan.Hal ini sangat
diperlukan untuk memberikan informasi yang tepat tentang kandungan zat
makanan yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam uji bulky dedak halus dapat
diketahui bahwa dedak halus yang dianalisis memiliki kualitas yang baik karena
dedak yang tenggelam mencapai 95%. Semakin banyak dedak halus yang
mengapung, semakin jelek / buruk kualitas dedak tersebut. Hal tersebut
dikarenakan dedak memiliki ukuran partikel yang kecil sehingga akan cepat
menyerap air dan akhirnya tenggelam.
4.2.3 Uji Stabilitas Pellet
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan stabilitas
pakan,
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum mengenai identifikasi
Hasil
identifikasi
bahan
baku
pelet
membuat
praktikan
dapat
Bahan uji dedak memiliki kualitas yang baik karena bahan dedak yang
tenggelam mncapai 95%. Daya tenggelam yang tinggi menunjukkan
bahwa suatu bahan pakan tersebut memiliki kandungan serat yang tinggi
sehingga mudah untuk dicerna oleh ikan.
Hasil perhitungan uji stabilitas pakan bentuk pellet memiliki hasil nilai SP
10,23 %. Nilai SP menandakan bagaimana kekuatan pellet secara fisik
berada di dalam air. Bahan pakan pellet yang baik memilikikekuatan fisik
yang tinggi ketika berada dalam air.
5.2
Saran
Saran dari praktikum mengenai uji identifikasi bahan baku, uji stabilitas
dan uji bulky ini, sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan pengamatan
agar praktikum mampu benar-benar mengelompokkan bahan pakan berdasarkan
identifikasi yang dilakukan dan mampu menghitung nilai stabilitas dan sifat bulky
dengan akurasi yang tinggi.
29
DAFTAR PUSAKA
Afrianto , Eddy dan Evi Liviaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta
Alip. 2010. Mesin Pelet Ikan Terapung. 12 Oktober 2011
Anggraeni, 2010. Pelet ikan.
Deny. 2009. Pelet Ikan.
Gunawan, Drh. Dajadi. 2010. Pedoman pembangunan pabrik pakan skala kecil
dan
proses pengolahan pakan.
Handayani, Ika. Agustin. 2007. Kandungan Nutrisi Pada Pembuatan Pakan
Bentuk
Pelet Dry Dan Moist Dibalai Budidaya Air Payau Situbondo Propinsi Jawa
Timur
30
LAMPIRAN
Gambar 4. Dedak
31
Gambar 5. Lemna
32
33