Anda di halaman 1dari 5

Nama : Noor Syifa Inayah

1113096000053
Kimia Aditif

Aspartam
Aspartam adalah pemanis buatan (artificial sweeteners), Merupakan bahan
tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis dalam makanan tetapi tidak memiliki
nilai gizi, ditemukan secara kebetulan oleh James Schulter pada tahun 1965, ketika
mensintesis obat-obat untuk bisul atau borok. Aspartam senyawa metil ester
dipeptida yaitu L-aspartil-L-alanin-metilester dengan rumus C14H16N2O5 memiliki
daya kemanisan 250 kali sukrosa.
Aspartam merupakan senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung kristal
berwarna putih, sedikit larut dalam air, dan berasa manis. Aspartam tidak cocok
untuk produksi makanan

kering, roti dan lain-lain. Kelarutannya dalam air

memberikan suasana asam cukup besar. Rasa manisnya 150-200 x gula, hal ini
mengherankan karena baik L- aspartil maupun Lfenilalanin tidak ada yang manis.
Kenyataannya sejumlah kecil peptida menyebabkan pahit, stabilitas maksimal
aspartam dalam pelarut cair sekitar Ph 4-5. Aspartam dimetabolisme dan terurai
secara cepat menjadi asam amino, asam aspartat, fenilalanin, dan metanol, sehingga
dapat meningkatkan kadar fenilalanin dalam darah. Oleh karena itu, pada label perlu
dicantumkan peringatan khusus bagi penderita kelemahan mental (fenilketonuria).
Asam amino sebagai penyusun aspartam memiliki nilai energi 4 kkal/g. Pada
penggunaannya 100 g sukrosa dapat diganti dengan 1 g aspartam, dapat dikatakan
bahwa aspartam merupakan bahan pemanis nonkalori.

Struktur kimia

Rumus bangun aspartam


Rumus molekul : C14H18N2O5
Nama kimia

: N-(L--Aspartil)-L-fenilalanin-1-metilester

Berat molekul : 294,3g/mol


Kerapatan

1,347g/cm3

Sifat Fisika
Senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung Kristal berwarna
putih,

Sedikit larut dalam air dan etanol.

Peraturan aspartam di Indonesia Amerika dan Eropa


Aspartam merupakan pemanis buatan yang diizinkan penggunaannya
dalam batas tertentu. Menurut ketentuan Surat Keputusan Kepala Badan
POM No. H.K.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, maka aspartam
dapat digunakan secara aman dan tidak bermasalah bila sesuai takaran yang
diperbolehkan. Untuk kategori pangan minuman berkarbonasi dan non
karbonasi, batas maksimum penggunaan Aspartam adalah 600 mg/kg.

Neurotoksisitas aspartam bergantung pada peningkatan kadar


aspartam di dalam darah, dan peningkatan kadar tersebut bergantung pada
usia dan individu yang mengalami dan beresiko PKU (Stegink, 1979).
Stegink (1979) menunjukkan bahwa menelan 100-200 mg/kg aspartam oleh
orang dewasa maupun bayi, menghasilkan rata-rata konsentrasi plasma
puncak sebesar 49 mol fenilalanin/100 mL darah pada menit ke 45-90
setelah dicerna. Kadar ini masih di bawah dosis toksik. Baik AMA
(American Medical Association, 1986) dan AAP (American Academy of
Pediatrics, 1985) menyatakan bahwa aspartam aman digunakan untuk orang
yang tidak mengidap PKU dan aman untuk janin pada kadar yang telah
ditentukan. American Diabetes Association (ADA) menyetujui bahwa
aspartam aman digunakan.
Aspartam dapat menimbulkan gangguan tidur dan migrain bagi yang sensitif.
Penggunaan aspartam sesuai dengan petunjuk FDA dinilai aman bagi wanita hamil.
FDA menerbitkan ADI (Acceptable Daily Intake) atau batas aman penggunaan yaitu
50 mg/kg BB. Misalnya orang dewasa 68 kg butuh 97 sachet gula meja pemanis
untuk mencapai tingkat ADI. Sementara CAC mengatur maksimum penggunaan
aspartam pada berbagai produk pangan berkisar antara 500 sampai dengan 5500
mg/kg produk.

The acceptable daily intake (ADI) value for aspartame, as well as other food
additives studied, is defined as the "amount of a food additive, expressed on a body
weight basis, that can be ingested daily over a lifetime without appreciable health
risk. The Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) and
the European Commission'sScientific Committee on Food has determined this value
is 40 mg/kg of body weight for aspartame, while FDA has set its ADI for aspartame
at 50 mg/kg.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1988. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/
1988

tentang Bahan Tambahan Makanan, Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Yusnidar Yusuf. & Fatimah Nisma. 2013. Analisa pemanis buatan (sakarin,
siklamat dan aspartam) secara kromatografi lapis tipis pada jamu
gendong kunyit asam di wilayah kelapa dua wetan Tkarta Timur.
Jakarta: UHAMKA. Halaman 9-10

http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2013/03/13/unlabeled-aspartameuse.aspx diakses pada 26 september 2016 jam 22.00

http://ik.pom.go.id/v2015/qa/aspartam-dalam-minuman-berenergi diakses pada 26


september 2016 jam 22.10

Anda mungkin juga menyukai