Dengan mengonsumsi madu hutan Ujung Kulon, selain mendapat mutu bagus,
Anda juga telah membantu usaha petani madu melestarikan hutan.
U
jung Kulon adalah salah satu kawasan mencari letak sarang di pedalaman hutan. Sarang
konservasi yang dikelola oleh Balai Taman yang berada di pohon dengan ketinggiannya 20–40
Nasional Ujung Kulon (BTNUK), yang terle- meter merupakan tantangan lain yang harus dihada-
tak di ujung barat pulau Jawa, 245 km dari Jakarta. pi petani. Risiko jatuh saat memanjat dan disengat
Sumber ekonomi masyarakat sekitar TNUK (Taman lebah (lebah odeng ini terkenal agresif) menjadi hal
Nasional Ujung Kulon) berasal dari pertanian, hutan, yang juga harus diperhitungkan petani. Modal untuk
dan laut. Pertanian sangat tergantung pada musim mencari madu hutan, terutama bila harus menyewa
hujan karena sistem irigasi belum tertata. Saat mu- kapal yang harganya mencapai Rp 1 juta sekali be-
sim kering sebagian warga bekerja sebagai buruh rangkat, mendorong petani untuk meminjam uang
nelayan dan mencari madu hutan di wilayah hutan pada tengkulak.
TNUK.
Kelompok tani madu hutan digagas oleh STUK pada
Pencari madu hutan di Ujung Kulon terorganisasi 28 Maret 2008. Kelompok ini mewadahi petani Ujung
dalam sebuah wadah perjuangan petani yang ber- Kulon yang bekerja sambilan mencari madu di wila
nama “Serikat Tani Ujung Kulon” (STUK). Serikat yah TNUK sebagai sampingan dari mengelola lahan
ini berfungsi sebagai wadah perjuangan kaum tani
yang tinggal berdampingan dengan wilayah taman
nasional, maupun yang sawah dan tempat tinggalnya
berada di dalam taman nasional, khususnya setelah
perluasan wilayah pada tahun 1982. STUK bertujuan
menegakkan hak petani atas tanah dan sumber-sum-
ber agraria lainnya serta hak atas akses pemanfaa-
tan hasil hutan bukan kayu di wilayah taman nasional
yang sebelumnya sangat tertutup.
dengan PT. Dian Niaga, PHMN memiliki tanggung ja-
wab sebagai ”lembaga kontrol” atau mengawasi agar
kualitas madu dapat terjamin kebersihannya dan
kualitasnya sesuai standar mutu pasar madu hutan.
Selain itu, kelompok tani dan PHMN juga mengemas
dan menjual langsung produknya ke konsumen di
tempat-tempat wisata di Ujung Kulon, apotek, bebe-
rapa toko di Banten, dan jaringan-jaringan PHMN.
Modal awal didapat dari patungan antar anggota
Foto : Budi Sihabudin