NPM :1102013286
Sasaran Belajar
1. Memahami dan menjelaskan mengenai Anatomi Hepar
1.1.
Makro
1.2.
Mikro
2. Memahami dan menjelaskan menganai Fisiologi Hepar
2.1.
Fungsi Hepar
2.2.
Proses terjadinya Jaundice
3. Memahami dan menjelaskan mengenai Hepatitis A
3.1.
Definisi
3.2.
Etiologi
3.3.
Klasifikasi
3.4.
Patogenesis dan patofisiologi
3.5.
Manifestasi Klinik
3.6.
Diagnosis dan DD
3.7.
Penatalaksanaan
3.8.
Komplikasi
3.9.
Pencegahan
3.10. Prognosis
4. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan lab fungsi hepar
PBL SK-2
1.1.
Makro
lobus hepatis dextra, terdapat fossa sagittalis sinistra, fossa sagittalis dextra, dan porta hepatis.
Fossa sagittalis sinistra hepatis terdiri dari fossa ductus venosi dan fossa venae umbilicalis. Fossa
sagittalis dextra terdiri dari fossa vesicae fellea dan fossa venae cavae. Porta hepatis
membentuk lobus quadratus hepatis dan lobus caudatus hepatis.
Lobus Quadratus Hepatis memiliki batas anterior pada margo anterior hepatis, batas dorsal
pada porta hepatis, batas dextra padafossa vesicae fellea, dan batas sinistra padavenae
umbilicalis. Pada lobus quadratus hepatis ini, terdapat cekungan yang disebut impressio duodeni
lobi quadrati.
Lobus Caudatus Hepatis (Spigeli) memiliki batasventro-caudal pada porta hepatis, batas dextra
pada fossa venae cavae, dan batas sinistra padafossa ductus venosi. Pada lobus caudatus hepatis
ini terdapat tonjolan yaitu processus caudatus dan processus papillaris.
Lobus Hepatis Sinistra adalah lobus hepar yang berada di sebelah kiri ligamentum falciforme
hepatis. Lobus ini lebih kecil dan pipih jika dibandingkan dengan lobus hepatis dextra. Letaknya
adalah di regio epigastrium dan sedikit pada regio hyochondrium sinistra. Pada lobus ini,
terdapat impressio gastrica,tuber omentale, dan appendix fibrosa hepatis.
Porta hepatis terdiri dari vena porta, ductus cysticus, ductus hepaticus, dan ductus choledochus,
arteri hepatica propria dextra danarteri hepatica sinistra, serta nervus dan pembuluh lymphe.
Ligamenta hepatis terdiri dari:
1. Ligamentum falciforme hepatis
2. Omentum minus
3. Ligamentum coronarium hepatis
4. Ligamentum triangulare hepatis
5. Ligamentum teres hepatis
6. Ligamentum venosum Arantii
7. Ligamentum hepatorenale
8. Ligamentum hepatocolicum
Vascularisasi hepar oleh:
1.
2.
3.
4.
Circulasi portal
A. Hepatica communis
Vena portae hepatis
Vena hepatica
Arteri hepatica communis berasal dari a.coeliaca. Arteri ini melewati lig. Hepato
duodenale (bersama ductus choledochus, v.portae, pembuluh lymphe dan serabut saraf) dan
bercabang menjadi a. hepatica propria dextra dan a.hepatica propria sinistra. Vena portae
hepatis dibentuk oleh v. mesenterica superior dan v.lienalis. Vena ini berjalan melewati lig.
hepatoduodenale, bercabang menjadi ramus dexter dan ramus sinister.
Innervasi hepar oleh:
1. Nn. Splanchnici (simpatis)
2. N. Vagus dexter et sinister (chorda anterior dan chorda posterior), dan
3. N. Phrenicus dexter (viscero-afferent)
1.2.
Mikro
Merupakan kelenjar terbesar yang beratnya + 1500 g. Dibungkus oleh jaringan penyambung
padat fibrosa (capsula Glissoni). Capsula ini bercabang-cabang ke dalam hati membentuk sekatsekat interlobularis, ketebalan sekat berbeda pada spesies yang berbeda, misalnya pada babi lebih
tebal daripada pada manusia.
Lobulus hati
a. Lobulus Klasik
Bagian jaringan hati dengan pembuluh-pembuluh darah yang mendarahinya yang
bermuara pada pusatnya vena centralis. Batas-batasnya adalah jaringan penyambung
interlobular.
b. Lobulus Portal
Bagian jaringan hati dengan aliran empedu yang menuju ductus biliris didalam segitiga
Kiernan.
Unit fungsional hati (acinus hati)
Bagian jaringan hati yang mengalirkan empedu ke dalam satu ductus biliaris terkecil di dalam
jaringan interlobular dan juga daerah ini mendapat perdarahan dari cabang terakhir vena porta
dan arteri hepatica.
Sinusoid hati
Lebih lebar dari kapiler dengan bentuk tidak teratur. Dindingnya dibentuk oleh sel endotel yang
mempunyai fenestra. Pada dinding menempel:
1. Pada dinding sebelah luar menempel fat storing cell (pericyte)
2. Pada dinding sebelah dalam menempel sel Kupffer yang bersifat fagositik.
Gambar 1-2. Anatomi mikroskopis hepar babi, potongan melintang. Dapat dilihat
kapsula Glisson (GC), septum (S), area portal (PA), lobulus (Lo) yang berbentuk
hexagonal, dan vena centralis (VC) yang terdapat di dalam lobulus.
2.
4.
5.
6.
7.
Fungsi hemodinamik
Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 1500 cc/ menit
atau 1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica 25% dan di dalam
v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor
mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise,
terik matahari, shock.Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan aliran darah.
2.2. Proses terjadinya Jaundice
Transmisi:
Replikasi virus diyakini terjadi secara eksklusif dalam hepatosit di hati. Setelah masuk ke dalam
sel, RNA virus melepaskan selubungnya, dan ribosom host bergabung untuk membentuk
polysomes. Kemudian protein virus disintesis dan genom virus disalin oleh RNA polimerase
virus. Virus kemudian akhirnya mengalami maturasi dan akhirnya dapat menginfeksi sel hati.
Pola rusaknya Hepatocellular dimulai dari terbentuknya nekrosis diffuse hati lalu terjadi
kerusakan centrilobular prominent, peningkatan cellularity Portal Sehingga membuat kelenjer
getah bening membesar dan splenomegaly. Sel kupfer yang mengalami perbesaran membuat
tertutupnya aliran bilirubin direk ke kandung empedu dan menumpuk di hati sehingga membuat
terjadinya reflux dan darah yang mengandung bilirubin direk menyebar ke seluaruh tubuh dan
menimbulkan warna kuning pada kulit ( ikterik ). Dan karena bilirubin tidak dapat mengalir ke
usus maka pembentukan asam empedu pun menjadi berkurang hal ini menyebakan terjadinya
rangsangan muntah pada lambung sehingga pasien merasa mual dan muntah. Terjadinya
gangguan fungsi sintetis hati mengakibatkan penurunan albumin dan pemanjangan prothrombin
time (PT).
Patofisiologi
d. Manifestasi Klinik
Perjalanan klinis Hepatitis A dapat dibedakan menjadi 4 stadium :
a. Fase inkubasi atau preklinik.
Lamanya Viremia pada Hepatitis A 2-4 minggu. di mana pasien tetap asimtomatik meskipun
terjadi replikasi aktif virus.
b. Fase prodromal .
Keluhan biasanya tidak spesifik, berlangsung 2-7 hari, namun selanjutnya disertai gejala yang
klasik seperti : Urine berwarna gelap,Lelah / Lemas, Hilang nafsu makan, Nyeri dan rasa tidak
enak di perut, Tinja berwarna pucat, Mual dan muntah, Demam kadang menggigil, Sakit kepala,
Nyeri sendi, Pegal otot, Diare,Rasa tidak enak di tenggorokan.
c. Fase Ikterik.
Pada fase ini setelah demam turun maka urine akan berwarna kuning pekat seperti air teh serta
sklera mata dan kulitnya berwarna kekuning-kuningan dan warna kuningnya meningkat,
menetap serta menurun secara berlahan-lahan berlangsung sekitar 10 14 hari. di mana penyakit
kuning berkembang di tingkat bilirubin total melebihi 20- 40 mg/l. Pasien sering minta bantuan
medis pada tahap penyakit mereka. Fase icteric biasanya dimulai dalam waktu 10 hari
gejalaawal. Demam biasanya membaik setelah beberapa hari pertama penyakitkuning. Viremia
berakhir tak lama setelah mengembangkan hepatitis,meskipun tinja tetap menular selama 1 - 2
minggu.
Tingkat kematian rendah(0,2% dari kasus icteric) dan penyakit akhirnya sembuh sendiri.
Kadang-kadang, nekrosis hati meluas terjadi selama 6 pertama - 8 minggu pada masasakit.
Dalam hal ini, demam tinggi, ditandai nyeri perut, muntah, penyakitkuning dan pengembangan
ensefalopati hati terkait dengan koma dan kejang,ini adalah tanda-tanda hepatitis fulminan,
menyebabkan kematian pada tahun70 - 90% dari pasien. Dalam kasus-kasus kematian sangat
tinggi berhubungandengan bertambahnya usia, dan kelangsungan hidup ini jarang terjadi
lebihdari 50 tahun.
d. Fase Penyembuhan atau konvalesensi
Biasanya fase ini dimulai dengan hilangnya sisa gejala ikterus dan penderita merasa segar
walaupun masih cepat lelah dan secara umum penyembuhan secara klinis dan biokimia
berlangsung 6 bulan.
e. Diagnosis dan DD
Diagnosis
A. Anamnesis, gejala prodromal, riwayat kontak.
Pasien merasa lesu/lemah badan, panas, mual sampai muntah, anoreksia, nyeri perut sebelah
kanan, urine berwarna coklat
B. Pemeriksaan fisik
a. Ikterus pada sclera, kulit, dan selaput lender langit-langit mulut.
b. Pada kasus yang berat (fulminan) mulut berbau spesifik (foetpr hepaticum).
c. Pada perabaan, hati membengkak 2-3 dibawah arcus costae dengan konsistensi
lemah, tepi tajam, dan sedikit nyeri tekan, perkusi pertama positif.
d. Limpa terkadang teraba lunak.
C. Pemeriksaan laboratorium
a. Tes fungsi hati (SGOT, SGPT, GGT, alkali fosfatase)
b. Tes serologi.
1. IgM anti HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya.
2. Anti HAV yang positif tanpa IgM anti HAV mengindikasikan infeksi lampau
Pemeriksaan
Alkalin fosfatase
c.
Untuk mengukur
Enzim yang dihasilkan di
dalam hati, tulang,
plasenta; yang dilepaskan
ke hati bila terjadi
cedera/aktivitas normal
tertentu, contohnya :
kehamilan, pertumbuhan
tulang
Alanin
Transaminase
(ALT)/SGPT
Aspartat
Transaminase
(AST)/SGOT
Bilirubin
Gamma glutamil
transpeptidase
(GGT)
Laktat
Dehidrogenase
(LDH)
Nukleotidase
Albumin
Hasilnya menunjukkan
Penyumbatan saluran
empedu, cedera hepar,
beberapa kanker.
Kerusakan hati.
Fetoprotein
Antibodi
mitokondria
Protombin Time
Te
s
Diagnosis Banding
Penyakit
Gejala
Hepatitis A
Populasi
Cara Penularan
Masa Inkubasi
Beresiko
Semua orang Dari orang ke
15-50 hari (28orang, makanan dan 30 hari)
minuman yang
terkontaminasi.
Hepatitis B
Hepatitis C
2 Minggu s/d 6
bulan. (6-9
minggu)
Hepatitis D
2 - 10 minggu
pada simpanse.
Hepatitis E
Air yang
64 hari
terkontaminasi, Dari
Rata-rata 26-42
orang ke orang
hari.
dengan fecal oral.
f.
Semua
golongan
umur
Semua
golongan
umur
simpanse
Penatalaksanaan
Pasien dirawat bila ada dehidrasi berat dengan kesulitan masukan peroral, kadar SGOTSGPT >10x normal, perubahan perilaku atau penurunan kesadaran akibat ensefalopati hepatitis
fulminan, dan prolong, atau relapsing hepatitis.
Tidak ada terapi medikamentosa khusus karena pasien dapat sembuh sendiri (self-limiting
disease). Pemeriksaan kadar SGOT-SGPT terkonjugasi diulang pada minggu kedua untuk
melihat proses penyembuhan dan minggu ketiga untuk kemungkinan prolong atau relapsing
hepatitis. Pembatasan aktivitas fisik terutama yang bersifat kompetitif selama SGOT-SGPT tiga
kali batas atas normal.
Diet disesuaikan dengan kebutuhan dan hindarkan makanan yang berjamur, yang
mengandung zat pengawet yang hepatotoksik ataupun zat hepatotoksik lainnya. Biasanya
antiemetik tidak diperlukan dan makan 5-6 kali dalam porsi kecil lebih baik daripada makan tiga
kali dalam porsi besar. Bila muntah berkepanjangan, pasein dapat diberi antiemetik seperti
metoklopramid, tetapi bila demikan perlu baehati-hati terhadap efek efek samping yang timbuk
karena dapat mengacaukan gejal klinis pernurukan. Dalam keadaan klinis terdapat mual dan
muntah pasien diberikan diet rendah lemak. Vitamin K diberikan bila terdapat perpanjangan
g. Komplikasi
HAV tidak menyebabkan hepatitis kronis atau keadaan pembawa (carrier) dan hanya
sekali-sekali menyebabkan hepatitis fulminan. Angka kematian akibat HAV sangat rendah,
sekitar 0,1% dan tampaknya lebih sering terjadi pada pasien yang sudah mengidap penyakit
hati akibat penyakit lain, misalnya virus hepatitis B atau alcohol.
h. Pencegahan
1.
Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien dengan hepatitisA infeksi
sembuh sendiri. Hanya 0,1% pasien berkembang menjadi nekrosis hepatik akut fatal.