Anda di halaman 1dari 16

NERACA AIR TANAMAN (CROPWAT DAN CLIMWAT)

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
NAMA

: Ratna Sari Pratiwi

NIM

: 141510501252

GOLONGAN : I
KELOMPOK : 1

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


LABORATURIUM AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Ketersidaan air adalah faktor yang paling penting yang membatasi
pengembangan pertanian di daerah gersang dan semi kering. Kompetisi untuk
sumber daya air telah menjadi tinggi karena pesatnya pertumbuhan penduduk ,
industrialisasi dan urbanisasi. Kebutuhan untuk pengembangan bahan dan metode
konservasi air pada 3 skala utama yaitu sawah, batas air dan daerah harus
diintensifkan. Kebutuhan pertumbuhan populasi di ketiga negara-negara dunia
telah meningkat pesat dan oleh sebab itu sebagai cara untuk memastikan pertanian
lebih tinggi memproduksi per satuan volume sumber daya air, per unit luas lahan
per satuan waktu. Irigasi merupakan tulang punggung pertanian modern di daerah
kering dan semi kering (Luvai et al., 2014).
Efisiensi penggunaan air di bidang pertanian tidak mencukupi dalam suatu
negara dimana keberlanjutan sistem irigasi merupakan sesuatu yang diperlukan.
Sementara irigasi permukaan adalah sistem yang paling banyak digunakan dan
telah dipratekkan di hampir 80% daerah irigasi. Hal tersebut mengakibatkan besar
jumlah air dialihkan untuk irigasi wilayah yang terbuang di peternakan
meningkat. Kerugian tersebut merupakan peluang hilangnya air karena mereka
menunda datangnya air pada pengalihan hilir dan hampir mempunyai kualitas
yang buruk (Hussain et al., 2011).
Neraca air merupakan neraca masukan dan neraca keluaran air di suatu
tempat tertentu. Neraca air memiliki komponen-komponen yang diperhitungkan.
Komponen-komponen tersebut meliputi curah hujan, intersepsi tajuk, infiltrasi,
perlokasi, limpasan permukaan, kadar air tanah, evaporasi dan transpirasi. Air sisa
akan bergerak ke permukaan tanah melalui aliran batang yang kemudian air lolos
tajuk tersebut dihitung yang sering disebut sebagai curah hujan neto. Air sisa
tersebut akan masuk ke lapisan tanah melalui proses infiltrasi yang kemudian
dijadikan sebagai fungsi dari penghitungan curah hujan neto (Domiri, 2011).
Komponen neraca air terdiri dari dua ruang yaitu untuk kebutuhan air dan pasokan
air. Penggunaan air dalam ruang tersebut ada 4 sektor. Sektor tersebut adalah
pertanian, industri, domestik, dan pengguna air ekologi. Sektor pertanian, air

digunakan dalam irigasi yang ditentukan oleh evapotranspirasi tanaman, irigasi,


dan curah hujan (Jinxia et al., 2013).
Menurut Zulkipli dkk (2012), Neraca air ditentukan berdasarkan analisis
keseimbangan antara ketersediaan air irigasi dan air sungai yang digunakan untuk
tanaman yang sengaja dipilih untuk dibudidayakan. Neraca air dapat digunakan
untuk membandingkan pola tanam yang dipakai dengan debit andalan untuk tiap
tahun dan luas daerah yang dialiri.
Neraca air di dalam tanah ditentukan berdasarkan curah hujan efektif
(jumlah curah hujan-semua bentuk kehilangan), termasuk intersepsi oleh tajuk
tanaman; kehilangan bentuk aliran; kehilangan melalui kondensasi sangat kecil
sehingga diabaikan; kehilangan bentuk aliran (limpasan permukaan tanah
dipengaruhi kondisi topografi); infiltrasi; kapasitas retensi air; serta kehilangan
transpirasi melalui tanaman dan evaporasi dari permukaan tanah. Limpasan
permukaan dan pengaturan terjadi melalui saluran dan sungai. Proses masuknya
air dari permukaan tanah ke dalam tanah disebut infiltrasi, sedangkan gerakan air
di dalam tanah karena gaya gravitasi disebut perkolasi (Sutanto, 2005).
Pemodelan neraca air dapat dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahapantahapan yang harus dilalui adalah penyusunan model, pengujian model dan
aplikasi model. Komponen-komponen neraca air yang disimulasikan adalah
intersepsi tajuk, infiltrasi, perlokasi, limpasan permukaan, kadar air tanah,
evaporasi dan transpirasi. Pada pemodelan neraca air, digunakan peubah masukan
yaitu peubah cuaca, tanaman, tanah dan keadaan awal. Pemdelan neraca air
memerlukan unsur cuaca harian yang terdiri dari radiasi surya, suhu udara,
kelembaban, kecepatan angina dan curah hujan (Djufry, 2012).
Teknologi tidak harus dikembangkan oleh pakarnya saja, namun dengan
kerja sama antara pakar, agen penyuluhan, dan petani. Pada saat petani
menggunakan teknologi informasi ini, peran agen penyuluhan berubah dari
mengajari petani keputusan mana yang harus diambil ke bagaimana mengambil
keputusan. Contohnya, dalam pengendalian hama agen penyuluhan biasanya
member tahu petani mengenai pestisida yang harus digunakan. Dewasa ini,
informasi ini sudah tersedia dalam CD-ROM atau jaringan komputer. Agen

penyuluhan berkesampatan untuk mengajari petani prinsip-prinsip dasar


epidemiologi yang mendasari model komputer. Petani dapat belajar bahwa ineksi
pada tanaman akhir musim tanam hanya berdampak kecil pada hasil panen
sehingga tidak perlu penyemprotan pestidida. Masalah akan tetap ada saat petani
tidak berani menjalankan petunjuk-petunjuk tersebut karena asumsi yang
mendasar modelnya tidak berlaku untuk situasi yang mereka hadapi (Ban and
Hawkins, 1996).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Agrometeorologi Acara Neraca Air Tanaman (Cropwat dan
Climwat) pada Hari Jumat, 27 November 2015 pukul 15.00 WIB-selesai
bertempat di Laboratorium Agroklimatologi Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Data unsur cuaca dan tanah
2. Lembar hasil pengamatan
3.2.2 Alat
1. Alat tulis
2. Laptop
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan data unsur cuaca dan tanah
2. Membuat neraca air umum dan neraca air lahan.
3. Menyusun pola tanam sesuai kebutuhan air tanaman berdasarkan kondisi
neraca air pada lahan tersebut.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan

Grafik 1. Climate Rogojampi

Grafik 2. CRW tanaman padi

Grafik 3. Schedul
4.2 Pembahasan

Menurut Musyadik dkk. (2014), neraca air merupakan suatu keseimbangan


antara air yang disimpan dalam tanah dengan jumlah air yang hilang. Air dapat
disimpan dalam sebuah penampungan yang berasal dari air hujan maupun berasal
dari air irigasi. Kehilangan air dapat terjadi melalui evaporasi, drainase, limpasan
permukaan dan transpirasi. Menurut Zulkipli dkk (2012), Neraca air ditentukan
berdasarkan analisis keseimbangan antara ketersediaan air irigasi dan air sungai
yang digunakan untuk tanaman yang sengaja dipilih untuk dibudidayakan. Neraca
air dapat digunakan untuk membandingkan pola tanam yang dipakai dengan debit
andalan untuk tiap tahun dan luas daerah yang dialiri. Debit sungai yang
melimpah menyebabkan proyek irigasi tetap karena luas maksimum daerah
layanan yang direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Irigasi mutlak
dilakukan apabila kebutuhan air berkurang.
Neraca air memiliki hubungan yang sangat erat dengan pertanian. Hal ini
disebabkan karena pertanian tidak lepas dengan kebutuhan air. Air menjadi faktor
utama yang menetukan keberhasilan di dalam melakukan kegiatan budidaya
tanaman pertanian. Oleh sebab itu, air sangat dibutuhkan dan dipertahankan
keberadaannya agar tidak mengalami kekurangan air yang nantinya akan
berdampak pada kurang maksimalnya produk pertanian. Air dapat berasal dari air
hujan, air sungai atau air laut. Air hujan merupakan sumber air yang sangat
melimpah dan tidak membutukan biaya untuk memperolehnya, sehingga air hujan
dapat dimanfaatkan untuk bidang pertanian dan di bidang-bidang lainnya. Air huja
tersebut dapat ditadah atau ditampung di suatu tempat yang sengaja dibuat unuk
menampung air hujan seperti waduk. Air hujan yang demikian disebut sebagai air
tadah

hujan.

Dengan

air

tadah

hujan

tersebut,

petani

dapat

bebas

memanfaatkannya. Jika air yang dibutuhkan oleh tanaman mengalami


kekurangan, maka salah satu cara yang dapat dilakukan oleh petani adalah
melakukan irigasi yaitu mengalirkan air dari aliran sungai atau sumber mata air
ainnya ke lahan persawahan yang dimilikinya.
Sofware Cropwat 8.0 adalah program komputer untuk perhitungan
kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan data tanah, iklim dan
tanaman. Selain itu, program ini memungkinkan pengembangan jadwal irigasi

untuk kondisi manajemen yang berbeda dan perhitungan pasokan skema air untuk
berbagai pola tanaman. Sofware Cropwat 8.0 juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi praktek-praktek irigasi petani dan untuk menilai kinerja tanaman
yang berhubungan dengan kebutuhan air. Climwat merupakan software
pendamping dari cropwat berupa sebuah program database yang mencakup data
dari total 3.262 stasiun meteorologi dari 144 negara, sehingga memungkinkan
untuk melakukan perhitungan kebutuhan air tanaman dan perencanaan irigasi
pada bermacam-macam tanaman untuk berbagai stasiun iklim di seluruh dunia.
Sebagai titik awal, dan hanya untuk digunakan saat data lokal tidak tersedia,
Ketika data lokal yang tersedia, file-file data dapat dengan mudah diubah atau
yang baru dapat diciptakan. Demikian juga, jika data iklim lokal tidak tersedia, ini
dapat diperoleh untuk lebih dari 5.000 stasiun di seluruh dunia dari Climwat, data
iklim terkait. Perkembangan jadwal irigasi di Sofware Cropwat 8.0 didasarkan
pada keseimbangan tanah, air setiap hari menggunakan pilihan yang ditetapkan
pengguna berbagai untuk suplai air dan kondisi pengelolaan irigasi. Skema
pasokan air dihitung sesuai dengan pola tanam yang ditentukan oleh pengguna,
yang dapat berisi hingga 20 tanaman.
Grafik 1 merupakan grafik climate pada daerah Rogojampi. Unsur cuaca
yang ditampilkan pada grafik tersebut yaitu suhu minimum (OC), suhu
maksimum (OC), kelembaban (%), kecepatan angin (km/hari), lama penyinaran
matahari (jam), tingkat radiasi matahari (MJ/m2/hari), evaporasi tanaman
(mm/hari), curah hujan (mm), dan efektivitas curah hujan (mm). Curah hujan
yang ditunjukkan oleh grafik tersebut relatif sedang dengan curah hujan tertinggi
yakni 260 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni yaitu 60
mm. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan daerah Rogojampi merupakan
daerah yang sesuai untuk tanaman jagung dan kedelai dan dapat tumbuh optimal
karena tanaman ini termasuk tanaman yang tidak membutuhkan banyak air. Rotasi
tanaman pada daerah Rogojampi ini adalah padi, jagung, dan kedelai. Curah hujan
yang tinggi maka efektivitas curah hujannya kecil. Hal tersebut juga bergantung
pada jenis tanaman yang ditanam, tanaman yang membutuhkan air yang sedikit
dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya maka efektivitas curah

hujannya kecil karena tanaman tersebut tidak membutuhkan banyak air.


Berdasarkan hal tersebut, curah hujan menjadi kurang efektif untuk tanaman.
Grafik Crop Water Requirements menunjukkan tingkat evapotranspirasi
tanaman dan kebutuhan air pada tanaman yseperti yang telah digambarkan pada
grafik 2. Pada grafik daerah Rogojampi yang menanam tanaman padi sebagai
tanaman utama menunjukkan tingkat evapotranspirasi yang rendah akan tetapi
kebutuhan airnya tinggi. Hal ini terjadi pada proses pengolahan tanah yakni
sekitar 20 hari sebelum dilakukan penanaman. Pada bulan Oktober dekade
keempat, tingkat evapotrasnpirasi tanaman padi meningkat namun kebutuhan air
sedikit. Hal tersebut dikarenakan jumlah air sudah tercukupi pada tahap awal atau
sebelumnya. Selain itu, kebutuhan air yang rendah ini diakibatkan oleh jumlah air
yang

sudah

banyak

akibat

tingginya

curah

hujan,

sedangkan

proses

evapotranspirasi tanaman juga rendah sehingga tidak memerlukan air yang terlalu
banyak. Pada dekade selanjutnya terjadi peningkatan karena padi awal ditanam
sehingga membutuhkan banyak air, lalu dipanen pada bulan Maret dekade kedua.
Berdasarkan grafik 3 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara air
tanah (mm) dengan hari setelah tanam. Semakin lama tanaman setelah di tanam,
maka ketersediaan air di dalam tanah semakin berkurang. Grafik di atas
berhubungan dengan kelembaban yang terjadi dan ketersediaan air di dalam tanah
pada daerah tersebut. Dari grafik tersebut dapat diketahui jadwal irigasi yang
harus dilakukan.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1

Kesimpulan

1. Neraca air merupakan neraca air masukan dikurangi dengan neraca air
keluaran. Neraca air masukan terdiri dari air hujan dan irigasi, sedangkan
neraca air keluaran terdiri dari evaporasi dan transpirasi. Neraca air berfungsi
untuk mengetahui jumlah air yang tersedia.
2. Neraca air memiliki hubungan yang erat dengan pertanian. Hal ini disebabkan
karena neraca air dapat menentukan ketersediaan air di lahan pertanian
sehingga dapat diprediksi kelebihan atau kekurangan air di lahan. Kebutuhan
air tersebut dapat menentukan pola tanam pada suatu wilayah.
3. Grafik Iklim / ETo / Hujan, Crop Water Requirements dan Irrigation Schedule
dapat membantu petani di dalam melakukan budidaya karena grafik tersebut
memberikan informasi yang sangat berguna bagi petani. Iklim / ETo / Hujan,
Crop Water Requirements dan Irrigation Schedule berbeda antara satu wilayah
dengan wilayah lainnya.
5.2

Saran
Seharusnya, materi yang disampaikan lebih dijelaskan lagi karena praktikan

tidak semuanya paham dengan materi yang disampaikan. Kesimpulan dari grafik,
seharusnya diberi contoh atau dijelaskan agar pada saat pembahasan tidak
mengalami kesulitan di dalam menafsirkan grafik.

DAFTAR PUSTAKA
Ban, A. W. V. D. dan H.S. Hawkins. 1996. Penyuluhan Pertanian. Terjemahan
oleh A. D. Herdiasti. 1999. Yogyakarta: Kanisius.
Djufry, Fadjry. 2012. Pemodelan Neraca Air Tanah untuk Pendugaan Surplus dan
Defisit Air untuk Pertumbuhan Tanaman Pangan di Kabupaten Merauke,
Papua. Informatika Pertanian, 21(1): 1-9.
Domiri, D. D. 2011. Aplikasi Simulasi Model Dinamis Pertumbuhan Tanaman
untuk Menduga Produksi Tanaman Padi. Penginderaan Jauh, 8: 35-49.
Fuhrer, J. and K. Jasper. 2012. Demand and Supply of Water for Agriculture:
Influence of Topography and Climate in Pre-Alpine, Mesoscale Catchments.
Natural Resources, 3(1):145-155.
Hussain, I. Z. Hussain, M. H. S. W. Akram and M. F. Farhan. 2011. Water
Balance, Supply and Demand and Irrigation Efficiency Of Indus Basin.
Pakistan Economic and Social Review, 49 (1): 13-38.
Jinxia, W., H. Jikun and Y. Tingting. 2013. Impacts of Climate Change on Water
and Agricultural Production in Ten Large River Basins in China. Integrative
Agriculture, 12(7): 1267-1278.
Luvai, A. K., A. N. Gitau, B. N. K. Njoroge and J. P. O. Obiero. 2014. Effect of
Water Application Levels on Growth Characteristics and Soil Water Balance
of Tomatoes in Greenhouse. Engineering Innovation & Research, 3(3): 271278.
Muamar, S. Triyono., A. Tusi, dan B. Rosadi. 2012. Analisis Neraca Air Tanaman
Jagung (Zea mays) di Bandar Lampung. Teknik Pertanian Lampung, 1 (1):
1-10.
Musyadik, Agussalim, dan T. Marsetyowati. 2014. Penentuan Masa Tanam
Kedelai Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan,
ulawesi Tenggara. Widyariset, 17(2):277-282.
Setiani, R., S. E. Purnomo, dan Djulkifli. 2013. Analisis Alokasi Air Sistem
Interkoneksi Antar Daerah rigasi Soka, Daerah Irigasi Rajadana dan Daerah
Irigasi Ciparigi Kabupaten Cirebon. Kontruksi, 1 (2) : 135-142.
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta:
Kanisius.

Zulkipli, W. Soetopo, dan H. Prasetijo. 2012. Analisa Neraca Air Permukaan DAS
Renggung untuk Memenuhi Kebutuhan Air Irigasi dan Domestik Penduduk
Kabupaten Lombok Tengah. Teknik Pengairan, 3(2): 87-96.

Anda mungkin juga menyukai