Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Taman Nasional
Bedasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1990, yang dinamakan
Taman

Nasional

adalah

kawasan

pelestarian

alam

yang

mempunyai

ekosistem asli, dikelola berdasarkan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk


tujuan penelitian, pendidikan ilmu pengetahuan, menunjang budidaya,
pariwisata dan rekreasi (Dephut, 1990).
Penetapan zonasi dalam pengelolaan taman nasional didasarkan pada suatu
kriteria yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 tahun 1998.
Namun sebagai basis penilaian kinerja pengelolaan yang diselenggarakan pada
setiap taman nasional belum terjabarkan indikator-indikator dari kriteria tersebut.
Hal ini menjadikan biasnya penilaian tingkat keberlanjutan/kelestarian taman
nasional yang dikelola dengan sistem pengelolaan yang diterapkan saat sekarang.
Memperhatikan permasalahan tersebut perlu dilakukan kajian kriteria dan indikator
penetapan zonasi sehingga diperoleh kemapanan dan kemantapan dasar sistem
pengelolaan taman nasional secara berkelanjutan. Banyaknya jumlah taman
nasional di Indonesia kajian hanya akan dilakukan di Taman Nasional Meru Betiri,
Jember, Jawa Timur.
Menurut UU No.5 Tahun 1990 pasal 1 butir 14, Taman Nasional adalah
kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.Berdasarkan SK Ditjen PKA nomor:
185/Kpts/DJV/1999 13 Desember 1999, ditetapkan sistem zonasi pada Taman
NasionalMeruBetiri:
1. Zona Inti seluas 27.915ha terdiri atas hutan pantai, hutan hujan tropis dan hutan
bambu. Zona ini hanya dimanfaatkan untuk penelitian dan inventarisasi flora dan
fauna yang bermanfaat, yang hingga saat ini masih belum banyak diketahui
2. Zona Rimba seluas 22.622ha terdiri atas hutan mangrove, hutan pantai, hutan
rawa, hutan hujan tropis dan hutan bambu. Zona ini umumnya digunakan untuk

menunjang upaya penelitian seperti pengamatan satwa dan habitatnya serta


ekosistem yang menunjang pendidikan dan rekreasi
3. Zona Rehabilitasi seluas 4.023ha merupakan formasi hutan hujan tropis dan
hutan bambu. Kawasan rimba ini secara khusus telah dimanfaatkan penduduk
setempat untuk menanam palawija dan tanaman endemik, dan dipergunakan juga
oleh peneliti untuk merehabilitasi kawasan yang telah rusak atau gundul
4. Zona Pemanfaatan Intensif seluas 1.285ha tersusun atas hutan pantai dan hutan
bambu yang secara khusus dimanfaatkan untuk pendidikan, pelatihan, paket wisata
5. Zona Penyangga/Perkebunan seluas 2.155ha yang hanya merupakan hutan hujan
tropis ini dikembangkan untuk ekoagrotourism dan budidaya tanaman obat serta
penangkaran satwa jenis tertentu.
2.2 Taman Nasional Meru Betiri
Kawasan TNMB terletak di dua kabupaten, masing-masing Kabupaten Jember
dan Kabupaten Banyuwangi. Area yang berbatasan dengan Kabupaten Jember
dikelilingi oleh 8 desa (Ds) yang terletak di kawasan penyangga, masing-masing (a)
Ds. Andongrejo, (b) Ds. Curahnongko, (c) Ds. Sanenrejo, (d) Ds. Curahtakir, (e) Ds.
Sidodadi, (f) Ds. Wonosari, (g) Ds. Mulyorejo dan (h) Ds. Sabrang (Anonim 1999,
2000).Tujuan utama penetapan Taman Nasional Meru Betiri adalah untuk
melindungi jenis satwa Harimau Loreng Jawa (Panthera tigris sondaica) yang langka
dan dilindungi serta ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah.

Taman

Nasional

Meru

Betiri

merupakan

perwakilan

ekosistem

mangrove, hutan rawa, dan hutan hujan dataran rendah di Jawa.Taman


nasional ini merupakan habitat tumbuhan langka yaitu bunga raflesia
(Rafflesia zollingeriana), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya seperti bakau
(Rhizophora

sp.),

api-api

(Avicennia

sp.),

waru

(Hibiscus

tiliaceus),

nyamplung (Calophyllum inophyllum), rengas (Gluta renghas), bungur


(Lagerstroemia speciosa), pulai (Alstonia scholaris), bendo (Artocarpus
elasticus), dan beberapa jenis tumbuhan obat-obatan.Taman nasional ini
memiliki ciri khas tersendiri yaitu merupakan habitat penyu belimbing,
penyu sisik, penyu hijau, dan penyu ridel/lekang di Pantai Sukamade. Di

pantai

tersebut

dibangun

pengembangbiakan

beberapa

penyu

fasilitas
agar

sederhana
tidak

untuk
punah.

Taman Nasional Meru Betiri memiliki obyek wisata petualangan hutan dan
pantai. Pantai yang ada banyak yang masih indah karena memang tidak
diperkenankan untuk dibangun sarana wisata yang permanen.
Menurut IUCN (International Union For Conservation of Nature and
Natural Resources), Taman Nasional dikategorikan pada kawasan yang
dilindungi

dengan

tujuan

untuk

melindungi

kawasan

alam

dan

berpemandangan indah yang penting secara Nasional atau Internasional


serta memiliki nilai bagi pemanfaatan ilmiah, pendidikan, dan rekreasi.
Kawasan alami ini relatif luas, materinya tidak diubah oleh kegiatan manusia
serta pemanfaatan sumberdaya tambang tidak diperkenankan (John dan
Kathy Mackinon, 1990).
Di Indonesia terdapat 5 kategori kawasan yang di dilindungi dan
masing-masing mempunyai kriteria umum sebagai berikut:
1.Taman Nasional
Kawasan luas yang relatif tidak terganggu dan mempunyai nilai alam yang
menonjol dengan kepentingan pelestarian tinggi, potensi rekreasi yang
besar, mudah dicapai oleh pengunjung dan manfaat yang jelas bagi wilayah
tersebut.
2.Cagar Alam
Umumnya kecil, habitat rapuh yang tidak terganggu dengan kepentingan
pelestarian yang tinggi, keunikan alam, habitat spesies langka tertentu, dll.
Kawasan ini merupakan perlindungan mutlak.
3.Suaka Margasatwa
Umumnya kawasan berukuran sedang atau luas dengan habitat stabil
yang relatif utuh serta memiliki kepentingan mulai sedang sampai tinggi.

4.Taman Buru
Habitat alami atau semi alami berukuran sedang sampai besar yang memiliki
potensi satwa yang boleh diburu, yang populasinya cukup besar, terdapat
minat untuk berburu, tersedia fasilitas berburu yang memadai dan lokasinya
mudah dijangkau oleh pemburu. Cagar semacam ini harus memiliki
kepentingan dan nilai pelestarian yang rendah yang tidak akan terancam
oleh kegiatan perburuan atau pemancingan.
5.Hutan Lindung
Kawasan alami atau hutan tanaman berukuran sedang atau besar, pada
lokasi yang curam, tinggi, mudah tererosi, serta tanah yang mudah terbasuh
hujan, penutup tanah berupa hutan adalah mutlak perlu untuk melindungi
kawasan tangkapan air, mencegah longsor, dan erosi. Prioritas pelestarian
tidak begitu tinggi untuk dapat diberi status cagar (John & Kathy Mackinnon,
1990).
2.3 DENDROLOGI
Dendrologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang pohon maupun
tumbuhan

berkayu

lainnya,

seperti

liana

dan

semak.

Cabang

ini

terutamadipelajari dalam bidang botani dan terapannya, kehutanan dalam


ilmu

ini

terutama

mempelajari

tentangmorfologi

dan

anatomi

untuk

memperoleh dasar-dasar pengenalan pohon. Selain itu fisiologi dan ekologi


juga menjadi fokus dalam bidang ini. Berbagai macam metode membentuk
sejumlah khas dendrologi, seperti pendugaan umur melalui lingkaran tahun,
penentuan jenis berdasarkan pola kulit kayu dan bentuk buah serta biji
(anonimous, 2010).

Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan


bentuk dan susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi jugabertugas untuk
menentukan apakah fungsi masing-masingbagian itu dalam kehidupan
tumbuhan, dan selanjutnya juga berusaha mengetahui dari mana asal
bentuk dan susunan tubuh yang demikian tadi. Selain dari morfologi harus
pula dapat memberikan jawaban atas pertanyaan engapa bagian-bagian
tubuh

tumbuhan

mempunyai

bentuk

dan

susunn

yang

beraneka

ragam(gembong, 1985).
Secara morfologi, daun pada umumnya memiliki bagian-bagian helaian
daun(lamina), dan tangkai daun(petiolus). Pada tangkai daun terdapat
bagian yang menempel pada batang yang disebut pangkal tangkai daun.
Ada jenis tanaman tertentu yang daunnya tidak bertangkai daun, misalnya
rumput. Pada tumbuhan monokotil pangkal daun tersebut disebut pelepah
daun, misalnya pelepah daun yang terdapat pada daun pisang dan
talas(saktiyono, 2006)
Bentuk daun berbeda-beda, umumnya berbentuk pipih melebar dan
berwarna hijau karena disebabkan oleh adanya kandungan klorofil pada
daun. Adapun fungsi daun yaitu sebagai tempat transpirasi tumbuhn sebagai
alat atu tempat terjadinya perkembangan vegetatif(syarifudin, 2008).
Bunga merupakan alat perkembangan pada tumbuhan kelompok
angiospermae. Bunga disebut alat perkembangbiakan karena didalam bunga
terdapat alat-alat reproduksi seperti benang sari, putik, dan kandung
lembaga. Bunga merupakan hasil modifikasi dari daun. Bunga dibentuk oleh
meristem yang khusus yang berkembang dari ujung pucuk vegetatif setelah
dirangsang oleh faktor eksternal (faktor musim, ilkim) dan faktor internal
(hormonial). Jadi bagian bunga hanya muncul pada saat tertentu saja,
perbedaan bentuk dan fungsi dari berbagai bagian bnga berhubungan

dengan serangkaian proses fisiologia yang terjadi selam beberapa tahap


deferensiasi bunga(istamar, 2008).
Pada umumnya buah hanya terbentuk sesudah terjadi penyerbukan
dan pembuahan pada bunga. Walaupun demikian mungkin pula buah
terbentuk tanpa ada penyerbuka dan pembuhan. Peristiw terbentuknya buah
yang demikian itu dinamakn partenikarpy. Buah yang terjadinya dengan cara
ini biasanya tidak mengandung lembaga. Jadi bijinya tidak dapat dijadikan
alat perkembangbiakan.
Bentuk batang beraneka ragam, penampang batang berbentuk persegi,
bulat, atau pipih. Batang dapat tumbuh tak terbatas. Karena ada meristem
apikal, arah tumbuh batang dapat lurus keatas, menggantung, berbaring,
mejulang, serong keatas, memnajat, dan membelit. Percabangan pada
batang dapat monopodial, simpodial atau dikotom. Cabang tersebut dapa
tumuh tegak, condong keatas, mendatar, terkulai, dan menggantung(hadi,
2007).
Struktur luar akar terdiri dari batang akar, cabang akar, rambut akar,
dan tudung kar. Bagian paling ujung dari akar adalah titik tumbuh yang
dilindungi oleh tudung akar(kaliptra). Kaliptra dibentuk oleh kaliptogen.
Tudung akar terdiri atas sel-sel perenkima yang berdinding tipis dan
bervakuola(istamar, 2008).
Herbarium adalah kumpulan tumbuhan kering yang dipres dan
ditempelkan

pada

lembaran

kertas,

biasanya

kerrtas

manila

yang

menghasilkan suatu label dan data yang rinci serta disimpan dalam rak-rak
atau lemari besi dalam urutan menurut aturan dimana herbarium disimpan.
Herbarium terdiri dari koleksi kering dan kioleksi basah(anonimous, 2010).
2.4 MANGROVE

Hutan mangrove ditinjau dari tata bahasa, terdiri dari 2 kata, yaitu
hutan dan mangrove. Menurut undang-undang nomor 5 Tahun 1967
tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan : hutan adalah suatu
lapangan tetumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan
persekutuan hidup alam hayatibeserta lingkungannya, dan yang ditetapkan
oleh pemerintah sebagai hutan. Sedang mangrove adalah vegetasi hutan
yang tumbuh pada tanah aluvial didaerah pantai dan sekitar muara sungai
yang dipengaruhi pasang surut. Mangrove juga tumbuh pada pantai karang
atau daratan koral yang berpasi tipis atau pantai berlumpur(anonimous,
2011).
Dahuri (2003), menyatakan ekosistem hutan mangrove di Indonesia
memiliki tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi, sejauh ini tercatat 202
jenis tumbuhan mangrove yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19
jenis liana, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Bengen
(2004), menyebutkan bahwa dari 202 jenis tersebut hanya 47 jenis yang
merupakan mangrove sejati (true mangrove), paling tidak di dalam hutan
mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati yang termasuk kedalam
4 famili, yaitu Rhizophoraceae (Rhozophora, Bruguiera, dan Ceriops),
Sonneratiaceae

(Soneratia),

Avicenniaceae

(Avicennia)

dan

Meliaceae

(Xylocarpus).
Upaya merehabilitasi derah pesisir pantaidengan penanaman jenis
mangrovesebenarnya sudah dimulai sejak tahun sembilan puluhan. Data
penanamna mangrove oleh Departemen kehutanan selama tahun 1999
hingga 2003 baru terealisasiseluas 7.890 ha(Departemen Kehutanan, 2004),
namun tingkat keberhasilannya masih sangat rendah. Data ini menunjukkan
laju rehabilitasi hutanmangrove hanya sekitar 1.973 ha/tahun. Disamping itu
masyarakat juga
mangrove,

dan

tidak

sepenuhnya

bahkan

dilaporkan

terlibat dalam upaya rehabilitasi


adanya

kecenderungan

gangguan

terhadap tanaman mengingat perbedaan kepentingan(anwar, 2006).

Dari kawasan hutan mangrove dapat diperoleh tiga macam manfaat.


Pertama berupa hasil hutan, baik bahan pangan maupun bahan keperluan
lainnya. Kedua berupa pembukaan lahan mangrove untukdigunakan dalam
kegiatan produksi baik pangan maupun non pangan serta sarana prsarana
penunjang dan pemukiman. Manfaat ketiga berupa fungsi fisikdari ekosistem
mangrove berupa perlindungan terhadap abrasi, pencegah terhadap air laut
dan lain-lain fungsi fisik(anonimous, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.2011.dendrologi(online)http://id.wikipedia.org/wiki/diakses
pada tanggal 07 oktober 2016
Anonimous.2010.Kenekaragaman-JenisMangrove(online)http://www.dedepurnama.com diakses
tanggal 07 oktober

pada

2016

Anonimous.2009.Fungsi-Hutan-Mangrove(online)http://wawanjunaidi.blogspot.com diakses pada tanggal 07 oktober 2016


Departemen Kehutanan., 1990, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, Tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
John, Kathy Mackinnon. (1990). Pengelolaan Kawasan Yang Dilindungi Di Daerah Tropika.
Yogyakarta, UGM.
Tjitrosoepomo,

Gembong.1985.Morfologi

Tumbuhan.Gadjah

UniversityPress.Yogyakarta.
Syamsuri, Istamar.2008. Biologi SMA Jilid 2 A. Erlangga.Jakarta.
Syarifudin.2008.Biologi Untuk SMA.Erlangga.Jakarta
Sunarso, Hadi.2006.Morfologi Tanaman.copyright BMP.Jakarta.

Mada

Anwar,

Chairil.2006.Peranan
Mangrove
Pusat

Dalam

Litbang

Bogor.Bogor.

Ekologis

dan

Mendukung
Hutan

Sosial

Ekonomis

Pembangunan Wilayah

dan

dan

Konservasi

Hutan
Pesisir.
Alam

Anda mungkin juga menyukai