Anda di halaman 1dari 2

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, karena mengandung zat gizi

yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap
percepatan tumbuh kembang (IDAI, 2008).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan
capaian pemberian ASI di Indonesia sangat rendah, persentase bayi yang
diberi ASI secara Eksklusif sampai dengan bayi berusia 6 bulan hanya 15,3
persen. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong
peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah (Depkes, 2011).
ASI berperan dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk mencegah
berbagai penyakit. Setiap tetes ASI juga mengandung mineral dan enzim
untuk pencegahan penyakit dan antibodi yang lebih efektif dibandingkan
dengan kandungan yang terdapat dalam susu formula (Depkes, 2011). Air
Susu Ibu (ASI) merupakan makanan tunggal dan alamiah untuk bayi karena
ASI memiliki kandungan zat gizi yang lengkap antara lain 88,1% air, 3,8%
lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, serta 0,2% berupa DHA, DAA, Shpynogelin
dan zat gizi lainnya. Selain itu, ASI juga mudah dicerna, memberikan
perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum.
Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar
ditentukan juga berdasarkan jumlah ASI yang diperoleh (Sarwono, 2008;
Elinofia, dkk, 2011).
Menurut Dirjen Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak masalah utama masih
rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya,
kurangnya pengetahuan ibu, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI,
serta jajaran petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung
peningkatan pemberian ASI (Depkes, 2011).
Alasan ibu-ibu tidak memberikan ASI karena ibu merasa ASI yang
mereka hasilkan tidak cukup, merasa ASI mereka encer, atau tidak keluar
sama sekali (Widjaya, 2004; Elinofia, dkk 2011).

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan berpendapat, faktor sosial


budaya merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif pada bayi dan balita di Indonesia, seperti ketidaktahuan ibu,
gencarnya promosi susu formula, minimnya dukungan keluarga. Pemahaman
yang rendah juga mengakibatkan munculnya pendapat bahwa ASI ibu tidak
cukup, menyusui mengurangi keindahan tubuh dan nilainilai yang mendorong
untuk tidak memberikan ASI eksklusif (Elinofia, dkk, 2011).

Anda mungkin juga menyukai