Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi
(ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik.Perubahan
bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding
bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus.
Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size ), sedangkan
bronkus besar jarang terjadi.
Di negara barat, kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3%
diantara populasi. Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan
salah satu penyebab kematian dan ketidak mampuan pasien untuk
bekerja.Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami penurunan yang berarti
dengan pengobatan memakai antibiotik.
Di Indonesia belum ada laporan tentang anka-angka yang pasti
mengenai penyakit ini.Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinikklinik dan diderita oleh laki-laki dan wanita.Penyakit ini dapat diderita mulai
dari anak bahkan dapat merupakan kelainan congenital.
2.MANFAAT PENULISAN
1. Penulis
Sebagai Popularitas bagi Penulis dimana dari hasil karya tulis ini akan
dinikamati para pembaca yang punya niat daya baca yang tinggi. Karya tulis
ini bias dijadikan bahan pertimbangan dari hasil karya tulis lainnya. Dan pada

saat penulis ingin mengerjakan karya tulis lain maka disitulah penulis bisa
mendapatkan Inspirasi yang lebih luas dan motivasi yang lebih tinggi.
2. Pembaca
Sebagai bahan perbandingan dalam kehidupan sehari-hari dimana pembaca
karya tulis memaklumi isi karya tulis tersebut. Dan pada saat itulah pembaca
akan memetik kesimpulan dari karya tulis dan akan dijadikan sebagai takaran
hidup baik individu maupun dalam masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN BRONCHITIS
Bronchitis adalah penyakit pernapasan dimana selaput lendir pada
saluran-saluran bronchial paru meradang. Ketika selaput yang teriritasi
membengkak dan tumbuh lebih tebal, ia menyempitkan atau menutup jalanjalan udara yang kecil dalam paru-paru, berakibat pada serangan-serangan
batuk yang disertai oleh dahak yang tebal dan sesak napas.

2. JENIS JENIS BRONCHITIS


A. Bronchitis Akut

Bronkitis akut pada umumnya ringan.Berlangsung singkat


(beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari.Meski
ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai
sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

Pengertian Bronchitis akut


Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabangcabangnya, yang mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan
mukus. Walaupun diagnosis bronkitis sering merupakan diagnosis yang
sering dibuat, pada anak keadaan ini agaknya bukan merupakan suatu
penyakit tersendiri tetapi merupakan akibat dari beberapa keadaan lain
pada saluran napas atas dan bawah. Manifefstasi klinis biasanya terjadi
akut mengikuti suatu infeksi saluran napas atas.

Etiologi Bronchitis akut


Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder,
polusi udara, alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi
jamur.Virus merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan
sisanya (10%) oleh bakteri. Virus penyebab yang sering yaitu yaitu virus
Influenza A dan B, Parainfluenza, RespiratorySyncitial Virus (RSV),
Rinovirus, adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena bakteri
biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumoniae, Mycobacterium
tuberculosis,

Bordatella

pertusis,Corynebacterium

pneumonia,

Streptococcus

pneumonia,

diphteriae,

Moraxella

catarrhalis,

influenza,Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh fisik.

Clamidia
H.

Penyebab bronchitis akut


Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus
influenza, Rhinovirus, Adenivirus, dan lain-lain.Sebagian kecil disebabkan

oleh bakteri (kuman), terutama Mycoplasma pnemoniae, Clamydia


pnemoniae, dan lain-lain.

Tanda Tanda bronchitis akut


Keluhan yang kerap dialami penderita bronkitis akut, meliputi:

Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).

Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di dada.

Sesak napas, rasa berat bernapas,

Kadang batuk darah

Pemeriksaan Bronchitis akut


Pada pemeriksaan menggunakan stetoskop (auskultasi), terdengar
ronki, wheezing dengan berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga
ngik-ngik) dan krepitasi (suara kretek-kretek dengan menggunakan
stetoskop).
Biasanya para dokter menegakkan diagnosa berdasarkan riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik.Itu sudah cukup.
Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk
membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa
penyakit lain.

Pengobatan Bronchitis akut

Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis


(meredakan keluhan). Obat-obat yang lazim digunakan, yakni:
Antitusif
(penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3
kali sehari. Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari.Doveri 100 mg,
diminum 3 kali sehari.Obat-obat ini bekerja dengan menekan batuk pada
pusat batuk di otak.Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan
dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli
berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6
tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas,
penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed
back dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif
dihentikan.
Ekspektorant
adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan
sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan
diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lainlain.
Antipiretik (pereda panas):
parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya., digunakan jika
penderita demam.
Bronkodilator (melongarkan napas),
diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan
lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak
napas atau rasa berat bernapas.Penderita hendaknya memahami bahwa
bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan
5

untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya


mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami oleh
penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata
mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi
setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar
diberikan obat bronkodilator jenis lain.
Antibiotika.
Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman
berdasarkan pemeriksaan dokter.

Gambaran klinisBronchitis akut

Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan), sesak nafas


ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan, sering menderita
infeksi pernafasan (misalnya flu), bengek, lelah, pembengkakan
pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan, wajah, telapak
tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan, pipi tampak
kemerahan, sakit kepala, gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek,


yaitu hidung berlendir, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot,
demam ringan dan nyeri tenggorokan.

Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya


batuk tidak berdahak, tetapi 1 2 hari kemudian akanmengeluarkan
dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah
banyak, berwarna kuning atau hijau.

Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik,


kadang terjadi demam tinggi selama 3 5 hari dan batuk bisa menetap
selama beberapa minggu.

Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat.

Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk.

Bisa terjadi pneumoni

Diagnosis Bronchitis akut

Manifestasi klinis
Anamnesis dapat ditemui adanya demam, nyeri kepala, nyeri
otot selama 3-4 hari diikuti dengan batuk.Pada awalnya batuk bersifat
kering dan keras, kemudioan berkembang menjadi batuk yang
produktif, dahak bisa jernih atau pululen.Batuk biasanya berlangsung
7-10 hari, tetapi dapat juga berlangsung samnpai 3 minggu. Pada anakj
Cecil,usa untuk emnegluarkan dahak yang lengket dan kental dapat
merangsang muntah, pada anak ayang lebih tua keluhan utama dapat
berupa batuyk produktif,, nyeri dada pada keadaan yang lebih berat.
Pada umumnya gejala akan menghilang dalam 10-14 hari. Bila gejala
dan tanda klinis menetap sampai 2-3 minggu,perla dicurigai adanya
proses kronis atau terjadi infeksi bakteri sekunder

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan

fisik

pada

stadium

khas.Dapat ditemukan

adanya

demam,

manifestasi

atau

pengiring,

faring

awal

biasanya

tidak

gejala rinitis

sebagai

hiperemis.Sejalan

dengan

perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dada dapat


terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda

obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan
terdengar ronki basah.

Pemeriksaan penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil
definitif untuk diagnosis bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak
diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan untuk kepentingan
terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada bronkitis kronis.Pada
bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena sebagian
besar penyebabnya adalah virus.
Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak corakan bronkial
meningkat. Pada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan
ringan uji fungsi paru.Akan tetapi uji ini tidak perlu dilakukan pada
penderita yang sebelumnya sehat.Jika dicurigai adanya asma sebagai
penyakit yang mendasari, uji fungsi paru perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan.

Terapi Bronchitis akut


Penderita tidak perlu dirawat inap kecuali ada indikasi seperti
dehidrasi atau penyempitan bronkus yang berat.

Medikamentosa
Antibiotik tidak direkomendasikan secara rutin pada bronkitis
akut, bahkan pemberian antibiotik dengan indikasi untuk pencegahan
superinfeksi

saluran

napas

bawah

keuntungan.Bronkodilator agonis 2

tidak

memberikan

seperti salbutamol dapat

memberikan manfaat untuk mengatasi batuk, utamanya pada keadaan


yang disertai dengan

tanda-tanda bronkokontriksi. Pemberian

salbutamol dengan dosis 0,1 mg/kgBB/kali.akan mengurangi batuk


dalam 7 hari, lebih baik dibandingkan pemberian antibiotik,Analgesik
& antipiretik bila diperlukan dapat diberikan. Pemberian antitusif
tidak direkomendasikan, mukolitik, dan ekspektoran,walau belum
cukup bukti klinis yangkuat, dapat dipertimbangkan diberikan bila
batuknya efektif dan pada anak diatas 2 tahun

Suportif
Terapi bronkitis akut sebagian besar bersifat suportif.
Diperlukan istirahat dan asupan makanan yang cukup, kelembaban
udara yang cukup serta masukan cairan ditingkatkan.

Pemantauan Bronchitis akut


Anak-anak dengan bronkitis akut berulang harus dinilai secara
seksama untuk menemukan kemungkinan adanya anomali-anomali
pada saluran napas, benda asing, bronkiektasis, imunodefisiensi,
tuberkulosis, alergi, sinusitis, tonsilitis, adenoiditis, serta fibrosis
kistik.

B. Bronchitis kronik
Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan napas dengan
penyempitan/hambatan jalan napas dan peningkatan produksi sputum
mukoid,

menyebabkan

ketidakcocokan

ventilasi-perkusi

dan

menyebabkan sionasis.Bronkitis didefinisikan sebagai adanya batuk


produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun
berturut-turut.Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu
pernapasan yang efektif.Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah
penyebab utama bronkitis kronik.Pasien dengan bronkitis kronik lebih

rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah.Kisaran


infeksi virus, bakteri, dan mikoplasma yang luas dapat menyebabkan
episode bronkitis akut.Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi
selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin pasti dapat
menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan

Etiologi bronchitis kronik


Penyebab bronkitis sampai sekarang masih belum diketahui
dengan jelas.Pada kenyataannya kasus-kasus bronkitis dapat timbul secara
kongenital maupun didapat.Kelainan kongenital dalam ini bronkitis terjadi
sejak dalam kandungan.Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan faktor
perkembangan fetus memegang peran penting.

Patofisiologi bronchitis kronik


Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir
dan inflamasi. Karena iritasi dyang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang
mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia
menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan.Sebagai akibat,
bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat.Alveoli yang berdekatan
dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis,
mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar, yang berperan
penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri.Pasien
kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.Penyempitan
bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi
dalam jalan napas.Pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang
ireversibel, kemungkinan mengakibatkan emfisime dan brokiektasis.

Manifestasi klinis bronchitis kronik

10

Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin adalah


tanda dini bronkitis kronis.Batuk mungkin dapat diperburuk oleh cuaca
yang dingin, lembab, dan iritan paru.Pasien biasanya mempunyai riwayat
merokok dan sering mengalami infeksi pernapasan.

Evaluasi diasnostik bronchitis kronik


Riwayat kesehatn yang lengkap, termasuk keluarga, pemajanan
terhadap lingkungan, terhadap lingkungan, terhadap bahan-bahan yang
mengiritasi dan riwayan pekerjaan dikumpulkan, termasuk kebiasaan
merokok (jumlah bungkus per hari).Selain itu, pemeriksaan gas-gas darah
arteri, rontgen dada, dan pemeriksaan funsi paru dilakukan, juga
pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit.
Pemeriksaan funsi paru menunjukkan penurunan kapasitas vital
(VC) dan volume ekspirasi kuat (FEV ; jumlah udara yang diekshalasi)
dan peningkatan volume residual (RV ; udara yang tersisa dalam paruparu setelah ekshalasi maksimal), dengan kapasitas paru total (TLC)
normal atau sedikit meningkat. Hematokrit dan hemaglobin dapat sedikit
meningkat.Analisa gas darah dapat menunjukkan hipoksia dengan
hiperkapnia.Rontgen dada mungkin menunjukkan perbesaran jantung
dengan diafragma normal atau mendatar.Konsolidasi dalam bidang paru
mungkin juga terlihat.

11

Penatalaksanaan medis bronchitis kronik


Objektif utama pengobatan adalah untuk menjaga agar brinkiolus
terbuka dan berfungsi untuk memudahkan pembuangan sekresi bronkial
untuk mencegah infeksi dan untuk mencegah kecacatan.Perubahan dalam
pola sputum (sifat, warna, jumlah, ketebalan) dan dalam batuk adalah
tanda yang penting untuk dicatat. Infeksi bakteri kambuhan diobati dengan
terapi antibiotik berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas.
Untuk membantu membuang sekresi bronkial, diresepkan bronkodilator
untuk menghilangkan bronkospasme dan mengurangi obstruksi jalan
napas sehingga lebih banyak oksigen didistribusikan ke seluruh bagian
paru dan ventilasi alveolardiperbaiki. Drainase postural dan perkusi dada
setelah pengobatan biasanya sangat membantu, terutama jika terdapat
bronkiektasis.Cairan (yang diberikan per oral atau parenteral jika
bronkospasme berat) adalah bagian penting dari terapi, karena hidrasi
yang baik membantu untuk mengencerkan sekresi sehingga dapat mudah
dikeluarkan dengan membatukannya.Terapi kortikosteroid mungkin
digunakan ketika pasientidak menunjukkan keberhasilan terhadap
pengukuran yang lebih konservatif.Pasien harus menghentikan merokok
karena menyebabkan brokokonstriksi, melumpuhkan silia, yang penting
dalam menbuang partikel yang mengiritasi dan menginaktivasi surfaktan,
yang memainkan peran penting dalam memudahkan pengembangan paruparu.Perokok juga lebih rentan terhadap infeksi bronchial.

Pencegahan bronchitis kronik


Karena sifat bronkitis kronik yang menimbulkan ketidakmampuan,
setiap upaya diarahkan untuk mencegah kekambuhan. Satu tindakan
esensial adalah untuk menghindari iritan pernapasan (terutama asap
tembakau). Individu yang rentan terhadap infeksi saluran pernapasan

12

harus diimunisasi terhadap agens virus yang umum dengan vaksin untuk
influenza dan untuk S. pneumoniae. Semua pasien dengan infeksi traktus
respiratorius atas akut harus mendapat pengobatan yang sesuai, termasuk
terapi antimikroba berdasarkan pemeriksaan kultur dan sensitivitas pada
tanda pertama sputm purulen.

3. ETIOLOGI BRONCHITIS
Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme
yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia)
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit
paru-paru dan saluran pernafasan menahun.Infeksi berulang bisa merupakan
akibat dari:

Sinusitis kronis

Bronkiektasis

Alergi

Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:

Berbagai jenis debu

13

Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin,


hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin

Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida

Tembakau dan rokok lainnya.


Pada kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara

congenital maupun didapat sebagai berikut:

a. Kelainan congenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan.Factor genetic
atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang peran
penting. Bronchitis yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut
:
Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua
paru.

Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal


lainya, misalnya : mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis), sindrom
kartagener ( bronkiektasis konginetal,sinusitis paranasal dan situs
inversus), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar
satu telur ( anak yang satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara
kembarnya juga menderita bronkiektasis ), bronkiektasis sering bersamaan
dengan kelainan congenital berikut : penyakit jantung bawaan,
kifoskoliasis konginetal.

b. Kelainan
Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut :
Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita

14

pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini


merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita
semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
Obstruksi Bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh
berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma bronkus atau
tekanan dari luar terhadap bronkus.

4.PERUBAHAN PATOLOGIS ANATOMIK


Terdapat berbagai macam variasi bronchitis, baik engenai jumlah atau
luasnya bronkus yang terkena maupun beratnya penyakit

Tempat predisposisi bronchitis.


Bagian paru yang sering terkena dan merupakan predisposisi
bronchitis adalah lobus tengah paru kanan, bagian lingua paru kiri lobus atas,
segmen basal pada lobus bawah kedua paru.

Bronkus yang terkena.


Bronkus yang terkena umumnya yang berukuran sedang, bronkus
yang terkena dapat hanya satu segmen paru saja maupun difus

mengenai

bronki kedua paru.

Perubahan morfologis bronkus yang terkena


a. Dinding Bronkus
Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami perubahan
berupa proses inflamasi yang sifatnya destruktif dan irreversibel.
Jaringan bronkus yang mengalami kerusakan selain otot-otot polos
bronkus juga elemen-elemenelastis.
b. MukosaBronkus
Mukosa bronkus permukaannya menjadi abnormal, silia pada
sel epitel menghilang, terjadi perubahan metaplasia skuamosa,.

15

Apabila terjadi eksaserbasi infeksi akut, pada mukosa akan terjadi


pengelupasan, ulserasi
c. Jaringan paru peribronchiale
Pada keadaan yang hebat, jaringan paru distal akan diganti
jaringan fibrotik dengan kista-kista berisi nanah.

Variasi kelainan anatomis bronchialis


Telah dikenal 3 variasi bentuk kelainan anatomis bronchitis,
yaitu :
a. Bentuk tabung
Bentuk ini sering ditemukan pada bronchitis yang menyertai
bronchitis kronik.
b. Bentuk kantong
Ditandai dengan adanya dilatasi dan penyempitan bronkus
yang bersifat irregular.Bentuk ini berbentuk kista.
c. Bentuk antara bentuk tabung dan kantong

Pseudobronchitis
Pada bentuk ini terdapat pelebaran bronkus yang bersifat
sementara dan bentuknya silindris.Bentuk ini merupakan komplikasi
dari pneumonia.

5. PATOGENESIS

16

Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga


erat hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan
perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat
patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor obstruksi
bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis paru, dan factor
intrinsik dalam bronkus atau paru.
Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua
mekanisme dasar :
1. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis.
Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding
bronkus daerah infeksi dan kemudian timbulbronchitis.
2. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian
distal obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya
kronik. Keluhan-keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan
menetap.Keluhan-keluhan yang timbulerat dengan : luas atau banyaknya
bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit, lokasi bronkus yang
terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut. keluhan-keluhan yang timbul
umumnya sebagai akibat adanya beberapa hal : adanya kerusakan dinding
bronkus,akibat komplikasi, adanya kerusakan fungsi bronkus.
Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis, data
dijelaskan sebagai berikut ;

Infeksi pertama ( primer )


Infeksi yang mendahului bronchitis adalah infeksi bacterial
yaitu mikroorgansme penyebab pneumonia. Dikatakan bahwa hanya
infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding
17

bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak


dapat ( misalnya adenovirus tipe 21, virus influenza, campak, dan
sebagainnya ).

Infeksi sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder
pada lesi, apabila

sputum pasien yang semula berwarna putih jernih

kemudian berubah warnanya menjadi kuning atau kehijauan atau


berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob
misalnya : fusifomis fusiformis, treponema vincenti, anaerobic
streptococci. Kuman yang erring ditemukan dan menginfeksi bronkus
misalnya : streptococcus pneumonie, haemophilus influenza, klebsiella
ozaena.

6.GAMBARAN KLINIS
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung
pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya
komplikasi lanjut.Ciri khas pada penyakit ini adalah adanya batuk kronik
disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan pneumonia berulang.Gejala
dan tanda klinis dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan dapat
tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan.
Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan
memberikan gejala.

Keluhan-keluhan
a. Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk
produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada
bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya
banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur
atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya
mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen,
dapat memberikan bau yang tidak sedap.

18

Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan


menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,
misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak
sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah
menjadi 3 bagian :
Lapisan teratas agak keruh.
Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah).
Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan
nekrosis dari bronkus yang rusak ( celluler debris ).
b. Haemaptoe
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini
terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai
pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang
timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood )
sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila
nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang
mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran
darah sistemik ).Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe
justru gejala satu-satunya karena bronchitis jenis ini letaknya dilobus
atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan
kurang menimbulkan reflek batuk., pasien tanpa batuk atau batukya
minimal. Pada tuberculosis paru, bronchitis (sekunder) ini merupakan
penyebab utama komplikasi haemaptoe.
c. Sesak nafas ( dispnue )
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan
sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada
seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh
timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai
akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis
19

paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan


juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus.
Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi
kelainannya.
d. Demam berulang
Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering
mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada paru,
sehingga sering timbul demam ( demam berulang ).

Kelainan fisis
Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh,
manifestasi klinis komplikasi bronchitis.Pada kasus yang berat dan lebih
lanjut dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal kronik maupun payah
jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah paru
yang terkena dan keadaannya menetap dari waku kewaktu atau ronci basah ini
hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi diwaktu
yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya
hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut : terjadi retraksi dinding dada dan
berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi
penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi
pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia.
Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.
Sindrom kartagenr. Sindrom ini terdiri atas gejala-gejala berikut :

Bronchitis congenital, sering disertai dengan silia bronkus imotil.


Situs inversus pembalikan letak organ-organ dalam dalam hal ini
terjadi dekstrokardia, left sided gall bladder, left-sided liver, rightsided spleen.
Sinusitis paranasal atau tidak terdapatnya sinus frontalis. Semua
elemen gejala sindrom kartagener ini adalah kelainan congenital.
20

Bagaimana asosiasi tentang keberadaanya yang demikian ini belum


diketahui

dengan

jelas.

Bronchitis Kelainan ini merupakan klasifikasi kelenjar limfe yang


biasanya merupakan gejala

sisa komleks primer tuberculosis paru

primer. Kelainan ini bukan merupakan tanda klinis bronchitis, kelainan


ini sering menimbulkan erosi bronkus didekatnya dan dapat masuk
kedalam bronkus menimbulkan sumbatan dan infeksi, selanjutnya
terjadilah bronchitis. Erosi dinding bronkus oleh bronkolit tadi dapat
mengenai pembuluh darah dan dapat merupakan penyebab timbulnya
hemaptoe hebat.

Kelainan laboratorium
Pada keadaan lanjut dan mulai sudah ada insufisiensi paru dapat
ditemukan polisitemia sekunder.Bila penyakitnya ringan gambaran darahnya
normal.Seing ditemukan anemia, yang menunjukan adanya infeksi kronik,
atau ditemukan leukositosis yang menunjukan adanya infeksi supuratif. Urine
umumnya normal kecuali bila sudah ada komplikasi amiloidosis akan
ditemukan proteiuria. Pemeriksaan kultur sputum dan uji sensivitas terhadap
antibiotic, perlu dilakukan bila ada kecurigaan adanya infeksi sekunder.

Kelainan radiologist
Gambaran foto dada ( plain film ) yang khas menunjukan adanya
kista-kista kecil dengan fluid level, mirip seperti gambaran sarang tawon pada
daerah yang terkena, ditemukan juga bercak-bercak pneumonia, fibrosis atau
kolaps. Gambaran bronchitis akan jelas pada bronkogram

Kelainan faal paru


Pada penyakit yang lanjut dan difus, kapasitas vital (KV ) dan
kecepatan aliran udara ekspirasi satu detik pertama (FEV1), terdapat tendensi
penurunan, karena terjadinya obstruksi airan udara pernafasan. Dapat terjadi
perubahan gas darah berupa penurunan PaO2 ini menunjukan abnormalitas

21

regional ( maupun difus ) distribusi ventilasi, yang berpengaruh pada perfusi


paru.

Tingkatan beratnya penyakit


a. Bronchitis ringan
Ciri klinis : batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi
sesudah demam, ada haemaptoe ringan, pasien tampak sehat dan
fungsi paru norma, foto dada normal.
b. Bronchitis sedang
Ciri klinis : batuk produktif terjadi setiap saa, sputum timbul
setiap saat, ( umumnya warna hijau dan jarang mukoid, dan bau mulut
meyengat ), adanya haemaptoe, umumnya pasien masih Nampak sehat
dan fungsi paru normal. Pada pemeriksaan paru sering ditemukannya
ronchi basah kasar pada daerah paru yag terkena, gmbaran foto dada
masih terlihat normal.

c. Bronchitis berat
Ciri klinis : batuk produktif dengan sputum banyak, berwarna
kotor dan berbau. Sering ditemukannya pneumonia dengan haemaptoe
dan nyeri pleura. Bila ada obstruksi nafas akan ditemukan adany
dispnea, sianosis atau tanda kegagalan paru. Umumny pasien
mempunyai keadaan umum kurang baik, sering ditemukan infeksi
piogenik pada kulit, infeksi mata , pasien mudah timbul pneumonia,
septikemi, abses metastasis, amiloidosis. Pada gambaran foto dada
ditemukan kelainan : bronkovascular marking, multiple cysts
22

containing fluid levels. Dan pada pemeriksaan fisis ditemukan ronchi


basah kasar pada daerah yang terkena.

7.DIAGNOSIS
Diagnosis pasti bronchitis dapat ditegakan apabila telah
ditemukanadanya dilatasi dan nekrosis dinding bronkus dengan prosedur
pemeriksaan bronkografi dan melihat bronkogram yang didapat.
Bronkografi tidak selalu dapat dikerjakan pada tiap pasien bronchitis,
karena terikat adanya indikasi, kontraindikasi, syarat-syarat kaan
elakukannya. Oleh karena pasien bronchitis umumnya memberikan gambaran
klinis yang dapat dkenal, penegakan diagnosis bronchitis dapat ditempuh
melewati proses diagnostik yang lazim dikerjakan dibidang kedokteran,
meliputi:

Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang

a. DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit yang perlu diingat atau dipertimbangkan kalau
kita berhadapan dengan pasien bronchitis :

Bronchitis kronis ( ingatlah definisi klinis bronchitis

kronis ).
Tuberculosis paru ( penyakit ini dapat disertai kelainan

anatomis paru berupa bronchitis ).


Abses paru ( terutama bila telah ada hubungan dengan

bronkus besar ).
Penyakit paru

karsinoma paru, adenoma paru.


Fistula bronkopleural dengan empisema.
23

penyebab

hemaptomisis

misalnya

b. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada
pasien, antara lain :
Bronchitis kronik
Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering
mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap
infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi

pada mereka drainase sputumnya kurang baik.


Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan
timbulnya pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah

yang terkena.
Efusi pleura atau empisema
Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman
penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi

penyebab kematian.
Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang
vena ( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis )
atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe
hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat

darurat.
Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada

saluran nafas.
Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis
cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding
bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan
oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi
hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi
pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi
gagal jantung kanan.

24

Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada

bronchitis yang berat da luas


Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif,
sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang
mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati
dan limpa serta proteinurea.

BAB III
PROSEDUR
1. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan pasien bronchitis terdiri atas dua kelompok :

A. Pengobatan konservatif,terdiri atas :


1. Pengelolaan umum
Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien
bronchitis,Meliputi:
a. Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien
:
Contoh :
Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
Mencegah / menghentikan rokok.

25

Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.

b. Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik


untuk dikerjakan adalah sebagai berikut :
Melakukan drainase postural..Pasien dilelatakan dengan
posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase
sputum secara maksimum.Tiap kali melakukan drainase
postural dilakukan selama 10 20 menit, tiap hari dilakukan 2
sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha
mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya
gravitasi. Posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus
disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat
dibantu dengan tindakan memberikan ketukan pada pada
punggung pasien dengan punggung jari.
Mencairkansputum yang kentalDapat dilakukan
dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas,
mengguanakan

obat-obat

mukolitik

dan

sebagainya.
Mengatur posisi tepat tidur pasienSehingga
diperoleh posisi pasien yang sesuai

untuk

memudahkan drainase sputum.


c. Mengontrol infeksi saluran nafas.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil
dengan

jalan mencegah penyebaran kuman, apabila telah ada

infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi tidak


berkelanjutan
2. Pengelolaan khusus
a. Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan :

26

secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus

(ISPA).
untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada

bronkus/paru.
atau kedua-duanya digunakan.

Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih,


pemkaian antibiotic antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil
uji

sensivitas

empiric.Walaupun

kuman

terhadap

kemotherapi

jelas

antibiotic
kegunaannya

secara
pada

pengelolaan bronchitis, tidak pada setiap pasien harus iberikan


antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki
akut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy
tunggal atau dengan beberapa antibiotic, sampai terjadi
konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau
menjadi mukoid ( putih jernih).Kemotherapi dengan antibiotic
ini apabila berhasil akan dapat mengurangi gejala batuk,
jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi
aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat
sementara.
b. Drainase secret dengan bronkoskop
Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan
perawatan pasien. Keperluannya antara lain :

Menentukan dari mana asal secret.


Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi
bronkus.

27

Menghilangkan bstruksi bronkus dengan suction


drainage daerah obstruksi.

3. Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin
mengganggu atau mebahayakan pasien.
Pengobatan

obstruksi

bronkusApabila

ditemukan

tanda

obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru ( % FEV 1 <
70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
a. Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan
oksigen.
b. Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya
menghentikan perdarahan.Dari berbagai penelitian pemberian
obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau
sulit

diketahui

mekanisme

kerja

obat

tersebut

untuk

menghentikan perdaraha.
c. Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut
sering

terdapat

demam,

lebih-lebih

kalau

terjadi

septikemi.Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga


diberikan obat antipiretik.

B. Pengobatan pembedahan
1. Tujuan pembedahan :

28

mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang


terkena.
a. Indikasi pembedahan :
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan
resektabel, yang tidak berespon yang tidak
berespon

terhadap

tindakan-tindakan

konservatif yang adekuat. Pasien perlu


dipertimbangkan untuk operasi.

Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering


mengaami infeksi berulang atau haemaptoe
dari

daerakh

tersebut.

Pasien

dengan

haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu


tindakan operasi.
b. Kontra indikasi
Pasien bronchitis dengan COPD.
Pasien bronchitis berat.
Pasien bronchitis dengan koplikasi kor
pulmonal kronik dekompensasi.
c. Syarat-ayarat operasi.
Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan

resektabel.
Daerah paru yang terkena telah mengalami

perubahan ireversibel.
Bagian paru yang lain harus masih baik
misalnya tidak ada bronchitis atau bronchitis

kronik.
d. Cara operasi.
Operasi

elektif

pasien-pasien

yang

memenuhi indikasi dan tidak terdapat kontra


indikasi, yang gagal dalam pengobatan

29

konservatif dipersiapkan secara baik utuk


operasi. Umumnya operasi berhasil baik
apabila syarat dan persiapan operasinya

baik.
Operasi paliatif : ditujukan pada pasien
bronchitis yang mengalami keadaan gawat
darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe
masif ( perdarahan arterial ) yang memenuhi
syarat-syarat dan tidak terdapat kontra

indikasi operasi.
e. Persiapan operasi :
Pemeriksaan faal paru :pemeriksaan
spirometri,analisis

gas

darah,

pemeriksaan broncospirometri ( uji

fungsi paru regional ).


Scanning dan USG.
Meneliti ada atau tidaknya kontra

indikasi operasi pada pasien.


Memperbaiki keadaan umum pasien.

2.PENCEGAHAN
Timbulnya bronchitis sebenarnya dapat dicegah, kecuali dalam bentuk
congenital tidak dapat dicegah. Menurut beberapa literature untuk mencegah
terjadinya bronchitis ada beberapa cara :

30

Pengobatan dengan antibiotic atau cara-cara lain secara tepat terhadap


semua bentuk pneumonia yang timbul pada anak akan dapat mencegah

( mengurangi ) timbulnya bronchitis.


Tindakan vaksinasi terhadap pertusis ( influenza, pneumonia ) pada
anak dapat pula diartikan sebagai tindakan preventif terhadap
timbulnya bronchitis.

3.PROGNOSIS
Prognosis pasien bronchitis tergantung pada berat ringannya serta luasnya
penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan secara
tepat ( konservatif atau pembedahan ) dapat memperbaiki prognosis
penyakit.
Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek,
survivalnya tidak akan lebih dari 5-10 tahun. Kematian pasien karena
pneumonia, empiema, payah jantung kanan, haemaptoe dan lainnya.

BAB IV
PENUTUP
1. K E S I M P U L A N
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi
(ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan
kronik.Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahanperubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen
elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya
bronkus kecil (medium size ), sedangkan bronkus besar jarang terjadi.

31

2. S A R A N
Bronchitis dapat di sebabkan sebagai berikut:

Berbagai jenis debu.


Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin,

hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromine.


Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen

dioksida.
Tembakau dan rokok lainnya.

Jika ada Keluhan seperti berikut harap di bawah ke dokter.:

Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).

Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di dada.

Sesak napas, rasa berat bernapas,

Kadang batuk darah

32

LAMPIRAN

GAMBAR 1

GAMBAR 2

33

Daftar Pustaka
Davison AJ, Scott J: The complete DNA sequence of varicella-zoster virus. J
Gen Virol 67:1759, 1986.
Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta : 2005
Grose C: Glycoproteins of varicella-zoster virus and their herpes simplex
virus homologs. Rev Infect Dis 13:S960, 1991.
Hope-Simpson RE: Infectiousness of communicable diseases in the
household (measles, chickenpox, and mumps). Lancet 2:549, 1952.
http://www.andye reszeck.ymail.com.editordirect/htm.

Kundratitz K: Experimentelle bertagungen von Herpes zoster auf Menschen


and die Beziehungen von Herpes zoster zu Varizellen. Z Kinderheilkol
39:379, 1925.
Mehta, Parang. Varicella.Emedicine from WebMD. Sept 2007
Straus SE, Reinhold W, Smith HA, et al: Endonuclease analysis of viral DNAs
from varicella and subsequent zoster infections in the same patient. N Engl J
Med 311:1362, 1984.
Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta : 2005

34

Siti Harfiyani (9920261015) varisellla


Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003
von Bakay J: ber den aetiologischen Zusammenhang der Varizelllen met
gewissen Fllen von Herpes zoster. Wien Klin Wochenschr 22:1323, 1909.
Weller TH, Witton HM, Bell EJ: The etiologic agents of varicella and herpes
zoster. J Exp Med 108:843, 1958.

BIODATA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Nama Lengkap
Nama Panggilan
NISN
Jurusan
Tempat,tgl.Lahir
Alamat
No.Telp/ HP
Pekerjaan
Hobi

10.Riwayat Pendidikan

: Rendi Andika
: Dhyqha
:
: Keperawatan
: malino,29-01-1994
: jln. Bonto Duri Raya No.44
: 085696905xxx
: Pelajar
: foodball
:

a. SD

: SDn Inpres Parigi

b. SLTP

: MTsn Model Makassar


35

c. SLTA

: Smk Kesehatan YapikaMakassar

36

Anda mungkin juga menyukai