Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Bahan Bakar
Menurut Muin dalam Raharjo (2007), bahan bakar dapat diartikan sebagai semua
bahan yang dapat dibakar. Namun dalam pengertian yang lebih sempit, bahan bakar
merupakan suatu bahan atau material yang dikonsumsi untuk menghasilkan energy. Dari
pengertian ini, menurut Tjokrowisastro dan Widodo dalam Raharjo (2007) menyatakan
bahwa terdapat sejumlah bahan yang dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :
a. Bahan yang dikonsumsi dalam proses pembakaran (reaksi kimia)
b. Bahan yang digunakan pada reaktor nuklir (reaksi ini)
c. Bahan yang dikonsumsui makhluk hidup (metabolisme)
Menurut Tjokrowisastro dan Widodo dalam Raharjo (2007), secara umum bahan
bakar dapat dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan kondisi fisiknya, yaitu :
a. Bahan bakar padat
b. Bahan bakar cair
c. Bahan bakar gas
Menurut Tjokrowisastro dan Widodo dalam Raharjo (2007), minyak bumi berasal
dari kehidupan laut yang telah membusuk. Sedangkan untuk minyak mentah biasanya
ditemui di dalam kubah karang berpori yang besar. Yang berperan penting dalam
pembentukan minyak bumi hanya 2 unsur, yaitu C sebesar lebih dari 85% dan H sebesr 1215%.
Menurut Raharjo (2007), minyak bumi dapat diolah lebih lanjut untuk
menghasilkan berbagai jenis bahan bakar minyak dengan proses destilasi atau
penyaringan, menjadi :
1. Bensin (gasoline)
Bensin pada umumnya adalah campuran produk yang dihasilkan dari beberapa proses.
Dengan pencampuran ini maka sifat bahan bakar bensin dapat ditukar untuk
memberikan karakteristik operasi sesuai dengan yang diinginkan.
2. Minyak Tanah (kerosene)
Kerosin biasa digunakan sebagai minyak bakar, minyak lampu, dan bahan bakar jet.
Pada proses pembakaran, kerosin mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan
asap hitam dan putih pada cerobong serta membentuk jamur pada sumbu. Asap hitam
disebabkan karena struktur atom hidrokarbon sementara asap putih disebabkan olh
disulfide.
3. Bahan Bakar Diesel (solar)
Bahan bakar diesel yang dijual di pasaran merupakan hasil dari destilasi langsung,
cracking, atau merupakan campuran (blending). Bahan bakar diesel memiliki sifat
mengeluarkn asap bila dikenai pembakaran dan viskositas yang cukup tinggi.
Viskositas ini berpengaruh terhadap proses pengabutan. Bahan bakat diesel juga
mengandung kadar belerang yang tinggi, yang dapat menyebabkan keausan pada
bagian mesin. Jika pada pembakaran solar dihasilkan excess air yang besar, maka
II-1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


akan terbentuk SO3, yang bila bercampur dengan H2O akan membentuk asam belerang
yang bersifat korosif. Kandungan S dibatasi secara ekonomis sampai 0,5%.
4. Minyak Pelumas (Oli)
Oli adalah minyak pelumas mesin kendaraan maupun mesin produksi. Oli bekas
dapat diperoleh dari pabrik-pabrik maupun dari bengkel kendaraan bermotor.
Bahan bakar adalah bahan yang apabila terbakar yaitu berkontak dan bereaksi
dengan oksigen atau udara akan timbul panas. Jadi bahan yang digunakan (digolongkan)
sebagai bahan bakar harus mengandung unsur-unsur atau senyawa yang dapat terbakar
yairu : karbon,hidrogen atau hidrokarbon. Walaupun belerang misalnya kalau terbakar
juga akan mengeluarkan panas,tetapi belerang tidak dipandang sebagai bahan bakar (Sri
Murwati, 2010).

Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi.
Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan
dimanipulasi. Kebanyakan bahan bahan bakar digunakan manusia melalui proses
pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas
setelah direaksikan dengan oksigendi udara. Proses lain untuk melepas energi dari
bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau
Fusi nuklir). Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini
merupakan bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya
yang bisa dipakai adalah logam radioaktif (Abidin, 2012).
Menurut Hermawan dalam Pratama (2015), adapun tujuan dari pembakaran bahan
bakar adalah untuk memperoleh energi yang disebut dengan energi panas (heat energy).
Hasil pembakaran bahan bakar yang berupa energy panas dapat dibentuk menjadi
energy lain, misalnya : energi untuk penerangan, energy mekanis dan sebagainya.
Dengan demikian setiap hasil pembakaran bahan bakar akan didapatkan suatu bentuk
energi yang lain yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Sisa-sisa hasil pembakaran
dalam bahan bakar yang harus diperhatikan. Oleh karena itu sisa hasil dari pembakaran
yang kurang sempurna akan dapat berpengaruh negatif terhadap lingkungan. Sisa
pembakaran ini akan mengandung gas-gas beracun, terutama ditimbulkan oleh
pembakaran motor bensin. Sedangkan hasil pembakaran yang ditimbulkan oleh motor
diesel akan dapat menimbulkan gas asap yang berwarna gelap yang akan mengotori
lingkungan. Namun, pada motor diesel ini tidak berbahaya bagi lingkungan, jika
dibandingkan dengan gas sisa hasil pembakaran pada motor bensin.
Menurut Sunitra (2013), ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar
diartikan sebagai bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran
tersebut dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor. Bahan bakar dibakar
dengan tujuan untuk memperoleh kalor. Syarat umum bahan bakar, yaitu :
1. Tersedianya dalam jumlah yang banyak
2. Relatif murah
3. Punya nilai kalor yang tinggi
4. Emisi rendah
Menurut Kennedy (1990), bahan bakar dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
Laboratorium Teknik Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember

II - 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Bahan bakar fosil yang meliputi batubara, minyak bumi, dan gas bumi
2. Bahan bakar nuklir yang meliputi uranium dan plutonium
3. Bahan bakar lain yang meliputi sisa tumbuhan, minyak nabati, dan minyak hewani
Bahan bakar cair di klasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu:
Bahan bakar cair yang mudah menyala (yang mempunyai titik nyala dibawah 37.8 oC
dan tekanan uap tidak lebih dari 2.84 kg/cm2), terbagi :
a. kelas IA, punya titik nyala dibawah 22.8 oC dan titik didih dibawah 37.8 oC.
b. kelas IB, punya titik nyala dibawah 22.8 oC dan titik didih sama atau diatas 37.8 oC.
c. kelas IC,punya titik nyala sama atau diatas 22.8 oC dan titik didih dibawah 60 oC.
Bahan bakar cair mudah terbakar (yang mempunyai titik nyala sama atau diatas 37.8 oC,
terbagi:
a. kelas IIA, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 oC dan titik didih dibawah 60 oC.
b. kelas IIB, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 oC dan titik didih dibawah 93 oC.
c. kelas IIC, punya titik nyala sama atau diatas 93 oC.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padar antara lain :
Ukuran Partikel
Partikel yang lebih kecil ukurannya akan lebih cepat terbakar
Kecepatan Aliran Udara
Laju pembakaran pada bahan bakar akan naik dengan adanya kenaikan kecepatan aliran
udara dan kenaikkan temperature
Jenis Bahan Bakar
Jenis bahan bakar akan menentukan karakteristik bahan bakar. Karakteristik tersebut
antara lain kandungan volatile matter, dan kandungan moisture.
Temperatur Udara Pembakaran
Kenaikkan Temperatur pembakaran menyebabkan semakin pendeknya waktu
pembakaran

II.1.2 Bahan Bakar Biodiesel dan Biosolar


II.1.2.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari cmpuran mono alkyl ester dari
rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternative bagi bahan bakar dari mesin
diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan
(Wikipedia, 2016).
Biodiesel merupakan kandidat paling baik untuk menggantikan bahan bakar fosil
sebgai sumber energi transportasi utama dunia, karena biodiesel merupakan bahan bakar
terbaharui yang dapat mengganikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut
dan dijual menggunakan infrastruktur zaman sekarang (Wikipedia, 2016).
Menurut Xu dan Wu dalam Aunilla (2012), biodiesel merupakan alternatif terbaik
pengganti bahan bakar diesel. Selain dapat digunakan secara langsung pada mesin tanpa
modifikasi, biodiesel juga ramah lingkungan. Biodiesel merupakan campuran metal ester
rantai panjang dan tidak beracun yang berasal dari minyak nabati, lemak hewan, maupun
minyak goring bekas. Biodiesel memiliki beberapa kelebihan diantaranya mengurangi
Laboratorium Teknik Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember

II - 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


emisa gas-gas beracun seperti CO, HC, NO, dan SO, mengurangi senyawa krsinogenik dan
meningkatkan pelumasan mesin. Keuntungan komparatif dalam penggunaan biodiesel ini
dapat menyeimbangkan antara pertanian, pengembangan ekonomi, dan lingkungan.
Biodiesel dapat diolah dari minyak sawit, kelapa, kacang tanah, biji bunga matahari,
dan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Penggunaan bahan baku biodiesel dari
minyak yang dapat dimakan seperti minyak sawit, kelapa, atau biji bunga matahari dapat
menyebabkan persaingan dengan bahan pangan dan produk turunan lainnya. Berkenaan
dengan hal tersebut, pengembangan biodiesel lebih diarahkan kepada menggunakan
minyak nabati nonpangan (Aunillah, 2012).
II.1.2.2 Biosolar
Biosolar adalah salah satu energi terbarukan jenis bahan bakar nabati yang dapat
menggantikan bahan bakar minya jenis minyak solar tanpa memerlukan modifikasi pada
mesin dan dapat menghasilkan emisi yang lebih bersih. Biosolar adalah bahan bakar nabati
mesin/motor diesel berupa ester metal asam lemak yang terbuat dari minyak nabati/hewani
yang memenuhi standar muu yang disyaratkan (Febrina, 2014).
Menurut Pertamina dalam Aldino (2015), biosolar adalah solar yang ditambahkan
minyak nabati sebesar 5% atau disebut B5 untuk menaikkan angka setana menjadi 51.
Standar bahan bakar merupakan batas minimum yang dibutuhkan untuk menjamin kinerja
yang memuaskan dari mesin diesel.
Jika dibandingkan dengan pertamina dex, biosolar memiliki angka cetane yang relatif
lebih rendah, yakni 48. Secara teoritis, angka cetane yang lebih tinggi kan menghasilkan
dampak pembakaran yang lebih baik. Selain properties yang dimiliki masing-masing bahan
bakar yang berhubungan dengan kecepatan pembakaran, timing injeksi secara teoritis akan
berdampak pada mulainya pembakaran. Sebab dengan timing injeksi yang berbeda, titik
mulainya penundaan pembakaran berada pada posisi torok yang berbeda, sehingga
temperatur yang terjadi pada udara bertekanan di ruang bakar juga akan berbeda. Efeknya,
pembakaran yang dihasilkan akan berbeda sehingga konsumsi bahan bakar akan berbeda
pula, serta opasitas gas buang yang dihasilkan akan berpengaruh pula (Suyanto, 2007)
II.1.3 Karakteristik Biodiesel dan Biosolar
II.1.3.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan yang sangat potensial untuk menggantikan bahan bakar
solar. Bahan bakunya dapat diperbaharui dan bersifat ramah lingkungan. Minyak goreng
bekas dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Kadar asam lemak bebas
yang tinggi dalam minyak goreng bekas memerlukan pretreatment (esterifikasi) dalam
proses pembuatan biodiesel. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan
asam lemak bebas adalah mereaksikan asam lemak bebas dengan alkohol dengan bantuan
katalis asam sulfat. Reaksi ini dikenal dengan esterifikasi. Diharapkan dengan
pretreatment ini dapat menurunkan kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak
goreng bekas sehingga kualitas biodiesel yang dihasilkan akan lebih baik.
Nama biodiesel telah disetujui oleh Department of Energi (DOE), Environmental
Laboratorium Teknik Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember

II - 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Protection Agency (EPA) dan American Society of Testing Material (ASTM), biodiesel
merupakan bahan bakar alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak
tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui esterifikasi dengan alkohol.
Biodiesel dapat digunakan tanpa modifikasi ulang mesin diesel. Biodiesel juga dapat
ditulis dengan B100, yang menunjukkan bahwa biodiesel tersebut murni 100 % monoalkil
ester. Biodiesel campuran ditandai dengan BXX, yang mana XX menyatakan
persentase komposisi biodiesel yang terdapat dalam campuran. B20 berarti terdapat
biodiesel 20% dan minyak solar 80 % (Dyah, 2011).
Karena bahan bakunya berasal dari minyak tumbuhan atau lemak hewan, biodiesel
digolongkan sebagai bahan bakar yang dapat diperbarui. Pada dasarnya semua minyak
nabati atau lemak hewan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mendapatkan bahan baku alternatif yang
dapat dikembangkan secara luas sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Biodiesel
berasal minyak sawit, minyak jelantah, minyak jarak, dan minyak kedelai. Namun terjadi
perdebatan karena bahan bakar ini terutama minyak kedelai termasuk dalam pangan
sehingga hal ini tidak wajar mengingat semakin meningkatnya populasi manusia (Dyah,
2011).

Tabel II.1 Persyaratan biodiesel yang ditetapkan oleh SNI


No.

Parameter

Satuan

Nilai

1.

Massa Jenis pada 40oC

Kg/m3

840 890

2.

Viskositas Kinetik pada 40oC

Mm2/s

2,3 6,0

3.

Angka Setana

4.

Titik Nyala (Mangkok Tertutup)

5.

8.

Titik Kabut
Korosi Lempeng Tembaga (3 jam
pada 50oC
Residu Karbon
- Dalam contoh asli
- Dalam 10% ampas distilasi
Air dan Sedimen

9.

Temperatur distilasi 90%

10.

Abu Tersulfatkan

11.

6.
7.

Min. 51
(cSt)
o

Min. 100
Maks. 18
Maks. No 3

%-massa

Maks. 0,05
(maks. 0,3)

%-vol.

Maks. 0,05

Maks. 360

%-massa

Maks. 0,02

Belerang

ppm-m (mg/kg)

Maks. 100

12.

Fosfor

ppm-m (mg/kg)

Maks. 10

13.

Angka Asam

Mg-KOH/g

Maks. 0,8

14.

Gliserol Bebas

%-massa

Maks. 0,02

15.

Gliserol Total

%-massa

Maks. 0,24

Laboratorium Teknik Pembakaran


Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember

II - 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


16.

Kadar Ester Alkil

%-massa

Maks. 96,5

17.

Angka Sodium

%-massa

Maks. 115

18.

Uji Halphen

Negatif

Biodiesel memiliki tingkat polusi yang lebih rendah dari pada solar dan dapat
digunakan pada motor diesel tanpa modifikasi sedikitpun. Biodiesel dianggap tidak
menyumbang pemanasan global sebanyak bahan bakar fosil. Mesin diesel yang beroperasi
dengan menggunakan biodiesel menghasilkan emisi karbon monoksida, hidrokarbon yang
tidak terbakar, partikulat, dan udara beracun yang lebih rendah dibandingkan dengan mesin
diesel yang menggunakan bahan bakar petroleum (Dyah, 2011).
Menurut Dyah (2011), penggunaan biodiesel mempunyai beberapa keuntungan,
menurut studi yang dilakukan National Biodiesel Board beberapa keuntungan penggunaan
biodiesel antara lain:
1. Biodiesel mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan minyak diesel,
sehingga dapat langsung dipakai pada motor diesel tanpa melakukan modifikasi
yang signifikan dengan resiko kerusakan yang sangat kecil.
2. Biodiesel memberikan efek pelumasan yang lebih baik daripada minyak diesel
konvensional. Bahkan satu persen penambahan biodiesel dapat meningkatkan
pelumasan hampir 30 persen.
3. Hasil percobaan membuktikan bahwa jarak tempuh 15.000.000 mil, biodiesel
memberikan konsumsi bahan bakar, HP, dan torsi yang hampir sama dengan
minyak diesel konvensional.
4. Biodiesel dapat diperbarui dan siklus karbonnya yang tertutup tidak menyebabkan
pemanasan global (Dunn, 2005). Analisa siklus kehidupan memperlihatkan bahwa
emisi CO2 secara keseluruhan berkurang sebesar 78% dibandingkan dengan mesin
diesel yang menggunakan bahan bakar petroleum.
II.1.3.2 Biosolar
Minyak solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi mentah,
bahan bakar ini mempunyai warna kuning cokelat yang jernih. Minyak solar biasanya
digunakan sebagai bahan bakar pada semua jenis motor Diesel dan juga sebagai bahan
bakar untuk pembakaran langsung di dalam dapur-dapur kecil yang menghendaki hasil
pembakaran yang bersih. Minyak ini sering disebut juga sebagai gas oil, ADO, HSD, atau
Diseline. Pada temperatur biasa, artinya pada suhu kamar tidak meguap, dan titik nyalanya
jauh lebih tinggi dari pada bahan bakar bensin (Dika, 2012).
Menurut Dika (2012), kualitas solar dinyatakan dengan angka setane atau cetane
number (CN). Bilangan setane yaitu besar presentase volume normal cetane dalam
campurannya dengan methylnapthaleane yaitu menghasilkan karakteristik pembakaran
yang sama dengan solar yang bersangkutan, secara umum solar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Light Diesel Fuel (LDF) mempunyai CN = 50
Laboratorium Teknik Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember

II - 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Medium Diesel Fuel (MDF) mempunyai CN = 50


Heavy Diesel Fuel (HDF) mempunyai CN = 35.
LDF dan MDF sering dikatakan sebagai solar no.1 dan no.2.
Kedua jenias solar ini sebenarnya letak perbedaannya adalah pada efek pelumasnya
saja. LDF dalam ha linin lebih encer, jernih, dan ringan, sedang MDF lebih gelap, berat,
dan dalam pemakaiannua dalam motor bkara diperlukan syarat-syarat khusus (Dika, 2012).

Gambar II.1 Spesifikasi Solar


II.1.4 Metode Uji Menentukan Flash and Fire Point
II.1.4.1 Metode Uji ASTM
Titik nyala dan titik api adalah metode dinamis dan tergantung pada tingkat tertentu
peningkatan suhu untuk mengontrol presisi metode uji. Penggunaan utamanya adalah
untuk bahan kental yang memiliki titik nyala 79C (175F) dan di atasnya. Hal ini juga
digunakan untuk menentukan titik api, yaitu suhu di atas titik nyala. Dimana benda uji
akan mendukung pembakaran untuk minimum 5s. Metode pengujiannya menggunakan
Test Metode D 4206 yang merupakan kelanjutan dari uji pembakaran, tipe cup terbuka,
Laboratorium Teknik Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember

II - 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


pada suhu tertentu 49C (120F). Besarnya titik nyala dipengaruhi oleh desain peralatan,
kondisi alat yang digunakan, dan prosedur operasional yang dilakukan. Titik nyala itu
hanya dapat ditetapkan dalam bentuk standart (ASTM D 92-05a) (Mahmudah, 2014).
Menurut Mahmudah (2014), manfaat dan penggunaan dari penetapan Flash dan
Fire Point produk-produk dari minyak bumi menurut metode uji ASTM D 92-05a antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Flash Point dapat digunakan untuk mengukur kecenderungan sampel untuk
membentuk campuran yang mudah menyala jika ada udara di bawah kondisi
terkontrol. Ini merupakan satu-satunya sifat bahan bakar yang harus dipertimbangkan
dalam memperkirakan timbulnya bahaya kebakaran pada bahan bakar tersebut.
2. Flash Point diperlukan dalam pelayaran dan peraturan keamanan bahan bakar yang
akan ditransport untuk mendefinisikan bahan-bahan yang mudah menyala dan juga
mudah terbakar, seseorang seharusnya tetap mengacu pada aturan aturan khusus yang
terkait pada definisi yang tepat dari penggolongan bahan-bahan tersebut diatas.
3. Flash Point dapat menunjukkan adanya bahan yang mudah menguap dan mudah
terbakar didalam suatu bahan yang relatif tidak mudah untuk menguap ataupun relatif
tidak mudah untuk terbakar.
4. Fire Point dapat juga digunakan untuk mengukur karakteristik dari sample untuk
mendukung proses pembakaran.
Dalam dunia indusri, terutama industri perminyakan penting sekali untuk
mengetahui flash dan fire point dari suatu bahan bakar. Hal ini berkaitan dari segi
penggunaan atau pengolahan dan penyimpanan. Minyak bumi yang mempunyai flash point
terendah akan membahayakan, karena minyak tersebut mudah terbakar. Apabila minyak
tersebut mempunyai titik nyala tinggi juga kurang baik, karena akan susah mengalami
pembakaran. Tetapi kalau ditinjau dari segi keselamatan maka minyak yang baik
mempunyai flash point yang tinggi karena tidak mudah terbakar (Hermeidi, 2015).
II.1.4.2 Repeatability dan Reproducibilty
Ketepatan metode tes ini sebagaimana ditentukan oleh hasil pemeriksaan statistik
uji antar laboratorium adalah sebagai berikut:
a. Repeatability
Perbedaan antara hasil yang berturut-turut. Hasil yang diperoleh dari operator yang
sama, aparat yang sama, dan di bawah kondisi operasi konstan pada bahan uji identik, akan
dalam jangka panjang, dalam operasi normal dan benar dari metode pengujian, melebihi
nilai berikut dalam satu kasus di 20 kali pengujian.
b. Reproducibility
Perbedaan antara dua dan hasil independen, yang diperoleh dari operator yang
berbeda, bekerja di laboratorium yang berbeda, pada bahan yang identik, akan dilakukan
dalam jangka panjang, dalam operasi normal dan benar dari tes metode, melebihi nilai
berikut hanya dalam satu kasus di 20 kali pengujian.
II.1.4.3 Macam Alat Uji Untuk Menetukan Flash dan Fire Point
Laboratorium Teknik Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember

II - 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Menurut dika (2012), macam alat uji untuk menetukan flash dan fire point adalah
sebagai berikut:
1. Open Flash and Fire Point
Alat uji ini didesain sesuai GB/T3536-2008 Petroleum Products yang sudah jelas
untuk menentukan flash point, Instruments ini dirancang dengan metode cangkir terbuka
dan ASTMD 92 standart test metdod for flash and fire points by cleveland open cup tester.
Dengan spesifikasi titik nyala diatas 79 dan dibawah 400 Pemeriksaan titik nyala dan
titik bakar dapat dilakukan untuk semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan
bahan lainnya yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79.

Gambar II.2 Cleveland Open Cup Tester


2. Closed Flash and Fire Point
Terkait dengan standart GB/T 261-2008 penentuan titik nyala pensky-martens metode
cangkir tertutup dan metode uji standar ASTM D93 untuk pengujian flash point menurut
Pensky-Martens pengukuran cangkir tertutup. Electronic flashpoint tester di gunakan
mengukur titik nyala dari berbagai macam bahan bakar, pelumas dan bahan kimia. Para
produsen, distributor, dan pengguna bahan bakar menggunakan flashpoint tester standar
ASTM ini, Dalam memastikan kualitas bahan bakar sesuai spesifikasi dan mencegah
potensi out of spec secara sengaja atau tidak di sengaja.

Gambar II.3 Pensky-Martens Closed Cup Tester

II.2 Aplikasi Industri


PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PROSES DAUR ULANG PELUMAS
BEKAS TERHADAP SIFAT-SIFAT FISIS
Laboratorium Teknik Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember

II - 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Siswanti
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Jl. SWK 104 Lingkar utara Condongcatur, Yogyakarta, 5584
Dengan meningkatnya penggunaan mesin-mesin pabrik, sarana transportrsi
bermotor dan lain-lain, menyebabkan kebutuhan penggunaan minyak pelumas akan
meningkat pula. Tingginya kebutuhan minyak pelumas akan menimbulkan dampak
lingkungan yang berbahaya antara lain peningkatan jumlah minyak pelumas bekas hasil
aktifasi permesinan akibat adanya proses reaksi oksidasi dan dekomposisi suhu pada
tinggi. Minyak pelumas bekas jika dibuang akan menimbulkan masalah lingkungan yang
berbahaya, karena mengandung kotoran logam-logam dengan kadar yang tinggi, bahan
aditif, sisa bahan bakar dan kotoranl ain. Pengolahan kembali (daur ulang) minyak pelumas
bekas merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat
limbah minyak pelumas bekas juga dalam rangka efisiensi konsumsi minyak bumi yang
semakin menyusut dari tahun ke tahun. Aditif minyak pelumas adalah senyawa kimia yang
ditambahkan ke dalam minyak pelumas dengan maksud untuk mendapatkan mutu minyak
pelumas yang baik dalam pemakaiannya, meningkatkan daya kerja mesin, memperpanjang
efisiensi kerja mesin, serta memperpanjang masa pemeliharaan. Aditif yang digunakan
memiliki beberapa persyaratan diantaranya adalah dapat larut dalam minyak pelumas,
stabil untuk waktu yang lama, tidak mempunyai bau yang menyengat, serta tidak merusak
mesin.
Bahan penelitian yang digunakan adalah minyak pelumas bekas, fenol,
nitrobenzene, detergen, H2SO4 pekat, dan CaCl2. Sebelum digunakan sebagai bahan bakar,
oli bekas terlebih dahulu dilakukan proses daur ulang, dan proses analisa sifat fisis pelumas
bekas.
Dari pengujian diperoleh bahwa nilai flash pointi/titik nyala akan mengalami
penurunan seiring dengan semakin lamanya pemakaian minyak pelumas di dalam mesin.
Hal ini disebabkan karena adanya pemutusan rantai karbon minyak pelumas karena
semakin tinggi suhu di dalam mesin. Jika rantai karbon menjadi lebih pendek, maka flash
point juga akan menurun. Sama halnya dengan fire point, semakin lama pemakaian minyak
pelumas di dalam mesin, maka fire point nya juga ajan mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan adanya pemutusan rantai karbon minyak pelumas karena semakin tingginya
suhu di dalam mesin. Jika rantai karbon semakin pendek, maka fire point nya juga akan
semakin menurun
Penambahan aditif fenol dan nitrobenzene dengan perbandingan 1:1 pada minyak
pelumas bekas setelah di daur ulang dapat meningkatkan indeks viskositas. Perbandingan
aditif dan minyak pelumas bekas yang optimal adalah 1,5:1.

Laboratorium Teknik Pembakaran


Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember

II - 10

Anda mungkin juga menyukai