TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Bahan Bakar
Menurut Muin dalam Raharjo (2007), bahan bakar dapat diartikan sebagai semua
bahan yang dapat dibakar. Namun dalam pengertian yang lebih sempit, bahan bakar
merupakan suatu bahan atau material yang dikonsumsi untuk menghasilkan energy. Dari
pengertian ini, menurut Tjokrowisastro dan Widodo dalam Raharjo (2007) menyatakan
bahwa terdapat sejumlah bahan yang dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :
a. Bahan yang dikonsumsi dalam proses pembakaran (reaksi kimia)
b. Bahan yang digunakan pada reaktor nuklir (reaksi ini)
c. Bahan yang dikonsumsui makhluk hidup (metabolisme)
Menurut Tjokrowisastro dan Widodo dalam Raharjo (2007), secara umum bahan
bakar dapat dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan kondisi fisiknya, yaitu :
a. Bahan bakar padat
b. Bahan bakar cair
c. Bahan bakar gas
Menurut Tjokrowisastro dan Widodo dalam Raharjo (2007), minyak bumi berasal
dari kehidupan laut yang telah membusuk. Sedangkan untuk minyak mentah biasanya
ditemui di dalam kubah karang berpori yang besar. Yang berperan penting dalam
pembentukan minyak bumi hanya 2 unsur, yaitu C sebesar lebih dari 85% dan H sebesr 1215%.
Menurut Raharjo (2007), minyak bumi dapat diolah lebih lanjut untuk
menghasilkan berbagai jenis bahan bakar minyak dengan proses destilasi atau
penyaringan, menjadi :
1. Bensin (gasoline)
Bensin pada umumnya adalah campuran produk yang dihasilkan dari beberapa proses.
Dengan pencampuran ini maka sifat bahan bakar bensin dapat ditukar untuk
memberikan karakteristik operasi sesuai dengan yang diinginkan.
2. Minyak Tanah (kerosene)
Kerosin biasa digunakan sebagai minyak bakar, minyak lampu, dan bahan bakar jet.
Pada proses pembakaran, kerosin mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan
asap hitam dan putih pada cerobong serta membentuk jamur pada sumbu. Asap hitam
disebabkan karena struktur atom hidrokarbon sementara asap putih disebabkan olh
disulfide.
3. Bahan Bakar Diesel (solar)
Bahan bakar diesel yang dijual di pasaran merupakan hasil dari destilasi langsung,
cracking, atau merupakan campuran (blending). Bahan bakar diesel memiliki sifat
mengeluarkn asap bila dikenai pembakaran dan viskositas yang cukup tinggi.
Viskositas ini berpengaruh terhadap proses pengabutan. Bahan bakat diesel juga
mengandung kadar belerang yang tinggi, yang dapat menyebabkan keausan pada
bagian mesin. Jika pada pembakaran solar dihasilkan excess air yang besar, maka
II-1
Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi.
Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan
dimanipulasi. Kebanyakan bahan bahan bakar digunakan manusia melalui proses
pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas
setelah direaksikan dengan oksigendi udara. Proses lain untuk melepas energi dari
bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau
Fusi nuklir). Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini
merupakan bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya
yang bisa dipakai adalah logam radioaktif (Abidin, 2012).
Menurut Hermawan dalam Pratama (2015), adapun tujuan dari pembakaran bahan
bakar adalah untuk memperoleh energi yang disebut dengan energi panas (heat energy).
Hasil pembakaran bahan bakar yang berupa energy panas dapat dibentuk menjadi
energy lain, misalnya : energi untuk penerangan, energy mekanis dan sebagainya.
Dengan demikian setiap hasil pembakaran bahan bakar akan didapatkan suatu bentuk
energi yang lain yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Sisa-sisa hasil pembakaran
dalam bahan bakar yang harus diperhatikan. Oleh karena itu sisa hasil dari pembakaran
yang kurang sempurna akan dapat berpengaruh negatif terhadap lingkungan. Sisa
pembakaran ini akan mengandung gas-gas beracun, terutama ditimbulkan oleh
pembakaran motor bensin. Sedangkan hasil pembakaran yang ditimbulkan oleh motor
diesel akan dapat menimbulkan gas asap yang berwarna gelap yang akan mengotori
lingkungan. Namun, pada motor diesel ini tidak berbahaya bagi lingkungan, jika
dibandingkan dengan gas sisa hasil pembakaran pada motor bensin.
Menurut Sunitra (2013), ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar
diartikan sebagai bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran
tersebut dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor. Bahan bakar dibakar
dengan tujuan untuk memperoleh kalor. Syarat umum bahan bakar, yaitu :
1. Tersedianya dalam jumlah yang banyak
2. Relatif murah
3. Punya nilai kalor yang tinggi
4. Emisi rendah
Menurut Kennedy (1990), bahan bakar dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
Laboratorium Teknik Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
II - 2
1. Bahan bakar fosil yang meliputi batubara, minyak bumi, dan gas bumi
2. Bahan bakar nuklir yang meliputi uranium dan plutonium
3. Bahan bakar lain yang meliputi sisa tumbuhan, minyak nabati, dan minyak hewani
Bahan bakar cair di klasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu:
Bahan bakar cair yang mudah menyala (yang mempunyai titik nyala dibawah 37.8 oC
dan tekanan uap tidak lebih dari 2.84 kg/cm2), terbagi :
a. kelas IA, punya titik nyala dibawah 22.8 oC dan titik didih dibawah 37.8 oC.
b. kelas IB, punya titik nyala dibawah 22.8 oC dan titik didih sama atau diatas 37.8 oC.
c. kelas IC,punya titik nyala sama atau diatas 22.8 oC dan titik didih dibawah 60 oC.
Bahan bakar cair mudah terbakar (yang mempunyai titik nyala sama atau diatas 37.8 oC,
terbagi:
a. kelas IIA, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 oC dan titik didih dibawah 60 oC.
b. kelas IIB, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 oC dan titik didih dibawah 93 oC.
c. kelas IIC, punya titik nyala sama atau diatas 93 oC.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padar antara lain :
Ukuran Partikel
Partikel yang lebih kecil ukurannya akan lebih cepat terbakar
Kecepatan Aliran Udara
Laju pembakaran pada bahan bakar akan naik dengan adanya kenaikan kecepatan aliran
udara dan kenaikkan temperature
Jenis Bahan Bakar
Jenis bahan bakar akan menentukan karakteristik bahan bakar. Karakteristik tersebut
antara lain kandungan volatile matter, dan kandungan moisture.
Temperatur Udara Pembakaran
Kenaikkan Temperatur pembakaran menyebabkan semakin pendeknya waktu
pembakaran
II - 3
II - 4
Parameter
Satuan
Nilai
1.
Kg/m3
840 890
2.
Mm2/s
2,3 6,0
3.
Angka Setana
4.
5.
8.
Titik Kabut
Korosi Lempeng Tembaga (3 jam
pada 50oC
Residu Karbon
- Dalam contoh asli
- Dalam 10% ampas distilasi
Air dan Sedimen
9.
10.
Abu Tersulfatkan
11.
6.
7.
Min. 51
(cSt)
o
Min. 100
Maks. 18
Maks. No 3
%-massa
Maks. 0,05
(maks. 0,3)
%-vol.
Maks. 0,05
Maks. 360
%-massa
Maks. 0,02
Belerang
ppm-m (mg/kg)
Maks. 100
12.
Fosfor
ppm-m (mg/kg)
Maks. 10
13.
Angka Asam
Mg-KOH/g
Maks. 0,8
14.
Gliserol Bebas
%-massa
Maks. 0,02
15.
Gliserol Total
%-massa
Maks. 0,24
II - 5
%-massa
Maks. 96,5
17.
Angka Sodium
%-massa
Maks. 115
18.
Uji Halphen
Negatif
Biodiesel memiliki tingkat polusi yang lebih rendah dari pada solar dan dapat
digunakan pada motor diesel tanpa modifikasi sedikitpun. Biodiesel dianggap tidak
menyumbang pemanasan global sebanyak bahan bakar fosil. Mesin diesel yang beroperasi
dengan menggunakan biodiesel menghasilkan emisi karbon monoksida, hidrokarbon yang
tidak terbakar, partikulat, dan udara beracun yang lebih rendah dibandingkan dengan mesin
diesel yang menggunakan bahan bakar petroleum (Dyah, 2011).
Menurut Dyah (2011), penggunaan biodiesel mempunyai beberapa keuntungan,
menurut studi yang dilakukan National Biodiesel Board beberapa keuntungan penggunaan
biodiesel antara lain:
1. Biodiesel mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan minyak diesel,
sehingga dapat langsung dipakai pada motor diesel tanpa melakukan modifikasi
yang signifikan dengan resiko kerusakan yang sangat kecil.
2. Biodiesel memberikan efek pelumasan yang lebih baik daripada minyak diesel
konvensional. Bahkan satu persen penambahan biodiesel dapat meningkatkan
pelumasan hampir 30 persen.
3. Hasil percobaan membuktikan bahwa jarak tempuh 15.000.000 mil, biodiesel
memberikan konsumsi bahan bakar, HP, dan torsi yang hampir sama dengan
minyak diesel konvensional.
4. Biodiesel dapat diperbarui dan siklus karbonnya yang tertutup tidak menyebabkan
pemanasan global (Dunn, 2005). Analisa siklus kehidupan memperlihatkan bahwa
emisi CO2 secara keseluruhan berkurang sebesar 78% dibandingkan dengan mesin
diesel yang menggunakan bahan bakar petroleum.
II.1.3.2 Biosolar
Minyak solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi mentah,
bahan bakar ini mempunyai warna kuning cokelat yang jernih. Minyak solar biasanya
digunakan sebagai bahan bakar pada semua jenis motor Diesel dan juga sebagai bahan
bakar untuk pembakaran langsung di dalam dapur-dapur kecil yang menghendaki hasil
pembakaran yang bersih. Minyak ini sering disebut juga sebagai gas oil, ADO, HSD, atau
Diseline. Pada temperatur biasa, artinya pada suhu kamar tidak meguap, dan titik nyalanya
jauh lebih tinggi dari pada bahan bakar bensin (Dika, 2012).
Menurut Dika (2012), kualitas solar dinyatakan dengan angka setane atau cetane
number (CN). Bilangan setane yaitu besar presentase volume normal cetane dalam
campurannya dengan methylnapthaleane yaitu menghasilkan karakteristik pembakaran
yang sama dengan solar yang bersangkutan, secara umum solar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Light Diesel Fuel (LDF) mempunyai CN = 50
Laboratorium Teknik Pembakaran
Program Studi D3 Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
II - 6
II - 7
II - 8
II - 9
II - 10