Apendik Kronik (Saf)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEFARMASIAN

APPENDISITIS KRONIS
A. Penyusunan data base
Informasi dikumpulkan dan digunakan sebagai database yang spesifik untuk pasien tertentu
untuk mencegah,mendeteksi,memecahkan masalah
membuat rekomendasi terapi obat.
Database yang dikumpulkan:
Demografi:

Nama

Alamat

Kelamin

tanggal lahir

pekerjaan

agama

Riwayat medis:
Berat dan tinggi badan
Masalah medis akut dan kronis
Simtom
Vital signs
Alergi
Sejarah medis terdahulu
Hasil lab
Terapi obat:

Obat-obat yang di resepkan

Obat-obat bebas

Obat-obat yang digunakan sebelum di rawat

Kepatuhan dengan terapi obat

Alergi

yang berkaitan dengan obat dan untuk

Asessmen pengertian tentang terapi obat


Sosial: diet, olahraga, merokok/tidak, minum alkohol, atau pencandu obat
B. Rekomendasi terapi obat
Setelah penegakan diagnosis apendisitis dilakukan, tata laksana utama pada apendisitis
adalah Apendektomi. Tata laksana mulai diarahkan untuk persiapan operasi untuk
mengurangi komplikasi pasca-operasi dan meningkatkan keberhasilan operasi.
Persiapan operasi dilakukan dengan pemberian medikamentosa berupa analgetik dan
antibiotik spektrum luas, dan resusitasi cairan yang adekuat.
1. Terapi antibiotic
Pasien apendisitis seringkali datang dengan kondisi yang tidak stabil karena nyeri hebat
sehingga analgetik perlu diberikan. Antibiotik diberikan untuk profilaksis, dengan cara
diberikan dosis tinggi, 1-3 kali dosis biasanya. Antibiotik yang umum diberikan adalah
cephalosporin generasi 2 / generasi 3 dan Metronidazole. Hal ini secara ilmiah telah
dibuktikan mengurangi terjadinya komplikasi post operasi seperti infeksi luka dan
pembentukan abses intraabdominal.
Contoh : ceftriaxone.Dosis yang diberikan pada dewasa dan anak > 12 tahun : 1-2
gram satu kali sehari, pada kasus berat dosis dapat dinaikan sampai 4 gram satu
kali sehari. Pada anak 12 tahun : sekali sehari 20-80 mg/kgbb. Penggunaan
melalui iv : ceftriaxone 1 gram dilarutkan dalam 10 ml aqua pro injek dan
selanjutnya disuntikkan langsung selama 2-4 menit. Penggunaan melalui im:
ceftriaxone 1 gram dilarutkan dalam 3,5 ml larutan lidokain 1 %.
Lamanya pengobatan berbeda-beda tergantung dari penyebab penyakit seperti
pengobatan antibiotic pada umumnya, pemeberian obat harus diteruskan paling
sedikit sampai 48-72 jam.
2. Terapi analgetik
Pasien appendicitis yang telah melalui proses appendiktomi sering kali mengeluhkan rasa
sakit yang tidak biasa, oleh karena itu penggunaan analgetik pasca proses appendiktomi
sangat diperlukan. Analgetik yang biasa digunakan antara lain keterolac melalui intra
muscular sedangkan untuk pemberian oral obat yang sering digunakan adalah asam
mefenamat.
Contoh : keterolac. Untuk pengobatan intramuscular jangka pendek, diberikan
dosis 30-60 mg, kemudian dengan dosis 15-30 mg/6 jam, jika diperlukan. Dosis
maksimum yang diberikan dalam sehari 120 mg. untuk meringankan rasa sakit
derajat sedang pasca operasi diberikan dosis 30 mg dan dosis 90 mg dapat

diberikan untuk pasien nyeri berat. Durasi maksimum pengobatan dengan

keterolac adalah selama 5 hari.


Contoh : asam mefenamat. Untuk pengobatan pasca operasi, asam mefenamat
diberikan dengan dosis 500 mg sebanyak 3 kali sehari atau dengan kebutuhan
masing-masing penderita pasca bedah

3. Terapi antasida

Penggunaan analgetik untuk menghilangkan nyeri pasca bedah sering menimbulkan efek
samping lain seperti mua atau muntah. Hal ini dikarenakan sifat analgetik yang
digunakan dapat mengiritasi lambung penderita. Oleh karena itu penggunaan antasida
dalam pengobataan ini merupakan hal yang harus diperhatikan, contoh obat yang biasa
digunakan untuk mengatasi iritasi lambung penderita, diantaranya ranitidine.
Contoh : ranitidine. Ranitidine digunakan untuk mencegah iritasi lambung akibta
penggunaan analgetika. Pemberian ranitidine melalui intra vena sebanyak 50 mg
diencerkan sampai 20 ml dan dapat diberikan selama tidak kurang dari 2 menit
dan dapat diiulang 6-8 jam, sedangkan pada anak ranitidine diberika melalui iv
dengan dosis 25 mg/selama 2 jam, dapat diulang setiap6-8 jam.
C. Menentukan adanya masalah yang berkaitan dengan obat (DRP)
Database pasien harus dinilai untuk melihat adanya masalah yang berkaitan dengan obat seperti

indikasi tidak tertangani (untreated indication)

pilihan obat yang kurang tepat (improper drug selection)

penggunaan obat tanpa indikasi (drug uses without indication)

Dosis terlalu besar (over dosage)

Dosis terlalu kecil (sub therapeutic dosage)

Reaksi obat yang tidak dikehendaki (adverse drug reaction)

Interaksi obat (drug interaction)

Gagal menerima obat (failure to receive medication)

D. Penyusunan Rencana Pelayanan Kefarmasian


Penyusunan rencana pelayanan kefarmasian melibatkan identifikasi kebutuhan pasien yang
berhubungan dengan obat, dan memecahkan masalah terapi obat melalui proses yang terorganisir
dan diproritaskan berdasarkan kondisi medis pasien dari segi resiko dan keparahan.
E. Implementasi

Kegiatan ini merupakan upaya melaksanakan rencana pelayanan kefarmasian yang sudah
disusun. Kegiatan ini berupa menghubungi dokter untuk meklarifikasi atau memodifikasi resep,
memulai terapi obat, memberi edukasi kepada pasien atau keluarganya, dll.
Apoteker bekerja sama dengan pasien untuk memaksimalkan pengertian dan keterlibatan pasien
dalam rencana kefarmasian, yakinkan monitoring terapi obat (misalnya rasa nyeri dan infeksi
yang mungkin timbul ) dimengerti oleh pasien, dan pasien mengerti menggunakan semua obat
dan peralatan. Apoteker mencatat tahap-tahap yang diambil untuk mengimplementasikan rencana
kefarmasian termasuk parameter baseline monitoring, dan hambatan-hambatan apa yang perlu
diperbaiki.
F. Monitoring
Pemantauan yang dilakukan terhadap pasien meliputi monitoring perkembangan pasien dari harike hari, penggunaan obat selama proses pengobatan dan efek samping yang mungkin
ditimbulkan pada saat proses pengobatan. Dokter, apoteker, perawat, terapis dan para medis lain
saling bekerja sama dalam proses pengobatan pasien appendicitis kronis. Selain monitoring
penggunaan obat selama di rumah sakit, apoteker juga wajib memonitor penggunaan obat dan
kemungkinan efek samping yang timbul pada saat pasien di rumah atau pada saat rawat jalan.
Oleh karena itu apoteker juga harus membangun komunikasi yang baik tidak hanya ke pasien
namun juga dengan keluarga pasien. Berikut beberapa topic penting untuk edukasi kepada pasien
appendicitis kronis:

Pentingnya control teratur

Peranan obat-obat yang digunakan

Dosis obat yang digunakan dengan tepat

Waktu dan cara menggunakan obat yang tepat

Efek samping obat dan penangannya

Kombinasi terapi obat dan non obat dalam mencapai hasil yang diinginkan

Pentingnya terapi non farmakologi

Obat-obat yang harus dihindari

Makanan yang harus dihindari

G. Peran dan Peluang Apoteker.

Selain melakukan asuhan kefarmasian yang diuraikan, apoteker berinteraksi dengan profesi
kesehatan lainnya terutama dokte. Apoteker dapat menjadi perantara pasien denga dokter. Selain
dokter, apoteker adalah tim kesehatan yang mempunyai akes kepada informasi tentang semua
obat yang dikonsusmsi pasien. Seringnya dokter tidak menyadari terapi atau obat-obatan lain
yang diresepkan dokter lain kepada pasien. Dokter dan Apoteker dapat bekerja sama sehingga
target yang diinginkan dokter dapat tercapai.
Apoteker dapat membantu dokter dalam,

Memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien

Memonitor respon pasien di farmasi komunitas

Membantu kepatuhan pasien terhadap terapi obat dan non obat

Mendeteksi dan mengurangi efek samping, dan

Merujuk pasien ke dokter bila diperlukan

FORMULIR ASUHAN KEFARMASIAN


1.
DATA BASE PASIEN
A. Demografi

Nama
Kelamin
Berat Badan

:
:
:

Umur
Tinggi

:
:

tahun
cm

kg

B. Keluhan Utama

C. Sejarah penyakit yang diderita saat ini

D. Sejarah Medis terdahulu


Penyakit

Onset

Membaik/sembuh

Resep

E. Kepatuhan : Baik: . Sedang: ..


Buruk: .
Saran: ....
F. Sejarah Alergi : Ya: ... Tidak: .. Tidak diketahui: .
Tipe : .
G. Sejarah Sosial :
Merokok : Ya : .
Tidak : ..
Alkohol : Ya :
Tidak : ..
H. Sejarah Obat
1. Apakah pasien saat ini atau dalam waktu 3 bulan terakhir mekonsumsi obat resep?
Ya. Tidak .. ,
Bila ya sebutkan, dan jelaskan (nama obat, dosis, regimen,
lama pemakaian dan kegunaan)
.
.
2. Apakah pasien saat ini mekonsumsi obat bebas ? Ya Tidak
Bila yasebutkan, dan jelaskan (nama obat, dosis, regimen, lama pemakaian dan kegunaan)
.
.

3. Penilaian sejarah obat:


Ketidakpatuhan pasien
.
Pengetahuan tentang obat
.
Cara menggunakan obat tidak benar
..
Komunikasi kurang cukup dengan profesi kesehatan lainnya
..
Reaksi efek samping obat
.
Masalah yang berhubungan dengan obat lainnya
.

I. Review Sistem
Status secara umum
Tanda-tanda vital
Hepar
Sistem Kardiovaskular
Dada/chest
Abdomen
Kulit
Neuro/mental
Status cairan
Hasil

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

J. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan

Hasil

Tgl :

Tgl :

Tgl :

Tgl :

K. Diagnosis/ Daftar masalah medis

.
L. Penggunaan obat di ruangan
Tgl :
Obat

2.

Dosis

Tgl :
Rute
Obat

Dosis

Rute

Tgl :
Obat

Dosis

Rute

DAFTAR MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN OBAT (DRP)

3.

OUTCOME FARMAKOTERAPEUTIK YANG DIINGINKAN UNTUK


SETIAP DRP
(i)

(ii)

4.

ALTERNATIF FARMAKOTERAPEUTIK UNTUK SETIAP DRP


Termasuk: nama obat, bentuk sediaan, frekuensi, rute dan lama pemberian disertai efikasi,
keamanan, biaya, dll.

..

5.

PILIHAN PEMECAHAN FARMAKOTERAPEUTIK TERBAIK

6.

..
MONITORING

..

Anda mungkin juga menyukai