Apendik Kronik (Saf)
Apendik Kronik (Saf)
Apendik Kronik (Saf)
APPENDISITIS KRONIS
A. Penyusunan data base
Informasi dikumpulkan dan digunakan sebagai database yang spesifik untuk pasien tertentu
untuk mencegah,mendeteksi,memecahkan masalah
membuat rekomendasi terapi obat.
Database yang dikumpulkan:
Demografi:
Nama
Alamat
Kelamin
tanggal lahir
pekerjaan
agama
Riwayat medis:
Berat dan tinggi badan
Masalah medis akut dan kronis
Simtom
Vital signs
Alergi
Sejarah medis terdahulu
Hasil lab
Terapi obat:
Obat-obat bebas
Alergi
3. Terapi antasida
Penggunaan analgetik untuk menghilangkan nyeri pasca bedah sering menimbulkan efek
samping lain seperti mua atau muntah. Hal ini dikarenakan sifat analgetik yang
digunakan dapat mengiritasi lambung penderita. Oleh karena itu penggunaan antasida
dalam pengobataan ini merupakan hal yang harus diperhatikan, contoh obat yang biasa
digunakan untuk mengatasi iritasi lambung penderita, diantaranya ranitidine.
Contoh : ranitidine. Ranitidine digunakan untuk mencegah iritasi lambung akibta
penggunaan analgetika. Pemberian ranitidine melalui intra vena sebanyak 50 mg
diencerkan sampai 20 ml dan dapat diberikan selama tidak kurang dari 2 menit
dan dapat diiulang 6-8 jam, sedangkan pada anak ranitidine diberika melalui iv
dengan dosis 25 mg/selama 2 jam, dapat diulang setiap6-8 jam.
C. Menentukan adanya masalah yang berkaitan dengan obat (DRP)
Database pasien harus dinilai untuk melihat adanya masalah yang berkaitan dengan obat seperti
Kegiatan ini merupakan upaya melaksanakan rencana pelayanan kefarmasian yang sudah
disusun. Kegiatan ini berupa menghubungi dokter untuk meklarifikasi atau memodifikasi resep,
memulai terapi obat, memberi edukasi kepada pasien atau keluarganya, dll.
Apoteker bekerja sama dengan pasien untuk memaksimalkan pengertian dan keterlibatan pasien
dalam rencana kefarmasian, yakinkan monitoring terapi obat (misalnya rasa nyeri dan infeksi
yang mungkin timbul ) dimengerti oleh pasien, dan pasien mengerti menggunakan semua obat
dan peralatan. Apoteker mencatat tahap-tahap yang diambil untuk mengimplementasikan rencana
kefarmasian termasuk parameter baseline monitoring, dan hambatan-hambatan apa yang perlu
diperbaiki.
F. Monitoring
Pemantauan yang dilakukan terhadap pasien meliputi monitoring perkembangan pasien dari harike hari, penggunaan obat selama proses pengobatan dan efek samping yang mungkin
ditimbulkan pada saat proses pengobatan. Dokter, apoteker, perawat, terapis dan para medis lain
saling bekerja sama dalam proses pengobatan pasien appendicitis kronis. Selain monitoring
penggunaan obat selama di rumah sakit, apoteker juga wajib memonitor penggunaan obat dan
kemungkinan efek samping yang timbul pada saat pasien di rumah atau pada saat rawat jalan.
Oleh karena itu apoteker juga harus membangun komunikasi yang baik tidak hanya ke pasien
namun juga dengan keluarga pasien. Berikut beberapa topic penting untuk edukasi kepada pasien
appendicitis kronis:
Kombinasi terapi obat dan non obat dalam mencapai hasil yang diinginkan
Selain melakukan asuhan kefarmasian yang diuraikan, apoteker berinteraksi dengan profesi
kesehatan lainnya terutama dokte. Apoteker dapat menjadi perantara pasien denga dokter. Selain
dokter, apoteker adalah tim kesehatan yang mempunyai akes kepada informasi tentang semua
obat yang dikonsusmsi pasien. Seringnya dokter tidak menyadari terapi atau obat-obatan lain
yang diresepkan dokter lain kepada pasien. Dokter dan Apoteker dapat bekerja sama sehingga
target yang diinginkan dokter dapat tercapai.
Apoteker dapat membantu dokter dalam,
Nama
Kelamin
Berat Badan
:
:
:
Umur
Tinggi
:
:
tahun
cm
kg
B. Keluhan Utama
Onset
Membaik/sembuh
Resep
I. Review Sistem
Status secara umum
Tanda-tanda vital
Hepar
Sistem Kardiovaskular
Dada/chest
Abdomen
Kulit
Neuro/mental
Status cairan
Hasil
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
J. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Tgl :
Tgl :
Tgl :
Tgl :
.
L. Penggunaan obat di ruangan
Tgl :
Obat
2.
Dosis
Tgl :
Rute
Obat
Dosis
Rute
Tgl :
Obat
Dosis
Rute
3.
(ii)
4.
..
5.
6.
..
MONITORING
..