Anda di halaman 1dari 19

PROFIL JENIS LUKA PADA JENAZAH YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN LUAR

PADA KASUS KECELAKAAN LALULINTAS DI DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG
PERIODE NOPEMBER 2015 - NOPEMBER 2016

Oleh:
Fierda Noor Insani

105070107111038

Anggoro Satrio Bimantoro

115070100111011

Ajeng Nawangwulan

115070100111056

Retna Gumilang

115070100111100

Shane Htet Naung

115070108011001

Kemala Octariny

125070107111061

Pembimbing:
dr. Eriko Prawestiningtyas, Sp.F

SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi transportasi yang meningkat pesat, telah
menyebabkan tingkat kecelakaan lalu lintas semakin tinggi. Akibat kemajuan
teknologi, disatu sisi menyebabkan daya jangkau dan daya jelajah transportasi
semakin luas, disisi lain menjadi penyebab kematian yang sangat serius dalam
beberapa

dekade

terakhir.

Keadaan

ini,

semakin

parah

mengingat

kurangnyakesadaran masyarakat akan keselamatan lalu lintas, dan lamban atau


kurang tepatnya penanganganan korban akibat kecelakaan lalu lintas lalu lintas
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi
semua sektor kehidupan. Pada tahun 2002 diperkirakan sebanyak 1,18 juta
orangmeninggal karena kecelakaan. Angka kecelakaan ini merupakan 2,1% dari
kematian global. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak
terjadinya cedera di seluruh dunia. (Paden, Margi, et.al., 2004).
Kecelakaan lalu lintas menempati urutan ke-9 pada disability adjusted life
years (DALYs) dan diperkirakan akan menempati peringkat ke-3 di tahun 2020.
Sedangkan di Negara berkembang urutan ke-28 (Coats TJ, et.al., 2002)
Cedera akibat kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama kematian
dan disabilitas (ketidakmampuan) secara umum terutama di Negara berkembang
(WHO, 200).
Kematian akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia menunjukan
kecenderungan yang meningkat, yaitu dari 1,0% pada tahun 1986, menjadi 1,5%
pada tahun 1992, 1,9% pada tahun 1995, 3,5% pada tahun 1998 dan menjadi
5,7% di tahun 2001 (Depkes RI, 1995; Depkes RI 1996).
Data dari Ditlantas Markas Besar Kepolisian RI menunjukkan bahwa pada
tahun 2009 terdapat 99.951 korban kecelakaan lalu lintas dengan 18,46%
(18.448 korban) meninggal (Kemenkes RI, 2007).
Di Indonesia, sebahagian besar (70,0%) korban kecelakaan lalu lintas
adalah pengendara sepeda motor yang berusia produktif (15-55 tahun) dan
berpenghasilan rendah. Cedera kepala (33,2%) menempati peringkat pertama
pada urutan cedera yang dialami oleh korban kecelakaan lalu lintas (Kemenkes
RI, 2007).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui jumlah kasus kecelakaan lalu lintas pada periode
Nopember 2015 sampai dengan Nopember 2016
2. Mengetahui jumlah kasus kecelakaan lalu lintas yang setuju
dilakukan pemeriksaan luar pada periode Nopember 2015 sampai
dengan Nopember 2016
3. Mengetahui jumlah kasus kecelakaan lalu lintas yang setuju
dilakukan pemeriksaan luar pada periode Nopember 2015 sampai
dengan Nopember 2016
4. Mengetahui analisa penyebab luka pada jenazah kasus kecelakaan
lalu lintas pada periode Nopember 2015 sampai dengan Nopember
2016
1.3 Manfaat
Sebagai penambah wawasan dokter muda mengenai jenis luka dan analsa
penyebabnya pada jenazah dengan kecelakaan lalu lintas.
1.4 Ruang Lingkup
Data yang diambil periode Nopember 2015 Nopember 2016 di
Departemen Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian-kejadian yang tidak
terduga sebelumnya,dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka atau
kematian. Kecelakaan lalu lintas dibagi atas a motorvehicle traffic accident dan
non motorvehicle traffic accident. A motorvehicle traffic accident adalah setiap
kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya. Non motorvehicle traffic accident
adalah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai
jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan
yang bukan kendaraan bermotor.
Berdasarkan Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Lalu Lintas dan
Angkutan JalanTahun 2009 Bab I Pasal1 Ayat (24), kecelakaan lalu lintas adalah
suatu peristiwa di jalan yangti dak disangka-sangka dan tidak disengaja
melibatkan kendaraan dengan/atau pemakai jalanlainnya, mengakibatkan korban
manusia atau kerugian harta benda.
4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu
lintas, antara lain:
1. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan.
Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu
lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan
terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang
diberlakukan, atau pula pura-pura tidak tahu.
2. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelehan logam yang mengakibatkan
bagian kendaraan patah,peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai
penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan teknologi
yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk
mengurangi faktor kendaraan, perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan,
di samping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan
bermotor secara teratur.
4

3. Faktor jalan
Faktor jalan terkait dengan perencanaan jalan, geometrik jalan, pagar
pengaman di daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan
kondisi permukaan jalan.Jalan yang rusak/berlubang sangat membahayakan
pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.
4. Faktor lingkungan
Hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak
pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga
terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau
lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan
kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.
4.3 Perlukaan
Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya
kontinuitas jaringan yang disebabkan karena adanya kekuatan dari luar. Jenis
luka dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu: luka akibat kekerasan tajam,
dan kekerasan tumpul.
Kekerasan tajam
Ciri-ciri umum dari luka akibat benda tajam adalah sebagai berikut:
Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata, dan sudutnya runcing
Bila ditautkan akan menjadi rapat (karena benda tersebut hanya
memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis

lurusatau sedikit lengkung.


Tepi luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
Kekerasan tumpul
Jenis luka yang ditimbulkan akibat kekerasan tumpul adalah luka memar,

luka lecet, dan luka robek/terbuka.


Luka memar adalah perdarahan jaringan bawah kulit akibat pecahnya
kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Letak, bentuk dan
luas memar dipengaruhi oleh besarnya kekerasan, jenis benda, penyebab,
kondisi dan jenisjaringan, usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan
pembuluh darah serta penyakit yang diderita. Bila kekerasan tumpul mengenai
jaringan longgar seperti didaerah mata, leher atau pada bayi dan orang usia
lanjut, maka memar cenderung lebih luas. Adanya jaringan ikat longgar
memungkinkan berpindahnya memar ke daerah yang lebih rendah akibat
gravitasi. Informasi mengenai bentuk benda tumpul apat diketahui jika ditemukan
perdarahan tepi. Pada perdarahan tepi, perdarahan tidak dijumpai pada lokasi

yang tertekan, tetapi perdarahan akan menepi sehingga bentuk perdarahan


sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang yang berdekatan/cetakan
negatif. Memar biasanya merupakan cedera ringan, karena sangat jarang memar
dapat menyebabkan keadaan yang fatal. Bentuk dan ukuran memar dapat
menunjukkan jenis dan derajat kekerasan yang dialami. Usia dari memar
tersebut juga bisa diperkirakan, sehingga dengan demikian juga dapat
memperkirakan saat terjadinya cedera.
Luka lecet merupakan luka kulit yang superfisial akibat cedera pada
epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau
runcing. Walaupun kerusakannya minimal tetapi luka lecet dapat memberikan
petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada organ dalam tubuh.
Pada luka robek yang merupakan luka terbuka yang terjadi akibat kekerasan
tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot. Ciri luka robek
adalah tidak beraturan,tepi tidak rata, akar rambut tampak hancur atau tercabut
bila kekerasannya di daerahyang berambut, sering tampak luka lecet memar di
sekitar luka. Pada kecelakaan lalu lintas, terjadinya perlukaan dapat saja disertai
dengan patah tulang, baik patah tulang tertutup atau pun patah tulang terbuka.
4.4 Perlukaan dan Kematian dalam Kecelakaan Lalu Lintas
Kematian dalam kecelakaan lalu lintas dapat terjadi sebagai akibat dari
tabrakan atau benturandari kendaraan. Secara imajinatif semua model dari
sarana transportasi mempunyai kemampuan untuk menyebabkan kematian atau
kecacatan.Kematian karena kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi empat
kategori tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan, antara lain :
1. Arah depan
Ini adalah paling umum, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80% dari
semua kecelakaan lalu lintas. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua
kendaraan/orang bertabrakan yang mana keduanya arah kepala, atau bagian
depan dari kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok,
ataupun tiang listrik. Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang dari
kendaraan bermotor akan terus melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman
pada pengguna mobil). Poladan lokasi luka akan tergantung dari posisi saat
kecelakaan.
2. Arah samping (lateral)
Biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain menabrak dari arah
samping, ataupun mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam benda tidak
bergerak. Dapat terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah depan,
bila benturan terjadi pada sisi kiri dari kendaraan, pengemudi akan cenderung

mengalami perlukaan pada sisi kiri, dan penumpang depan akan mengalami
perukaan yang lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai bantalan. Bila
benturan terjadi pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, demikian
juga bila tidak ada penumpang.
5. Terguling
Keadaan ini lebih mematikan (lethal) dibandingkan tabrakan dari samping,
terutama bila tidakdipakainya pelindung kepala (helm), terguling di jalan, sabuk
pengaman dan penumpang terlempar keluar mobil. Beberapa perlukaan dapat
terbentuk pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras, pada
beberapa

kasus,

korban

yang

terlempar

bisa

ditemukan

hancur

atau

terperangkap di bawah kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian


mungkin adalah traumatic asphyxia
4. Arah belakang
Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh
bagian bagasi dankompartemen penumpang belakang (pada pengguna mobil),
yang dengan demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan
yang parah dan mengancam jiwa.
2.5 Pemeriksaan Forensik Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Pada

kematian

yang

berhubungan

dengan

sarana

transportasi,

pemeriksaan post mortem dilakukan untuk beberapa alasan :

Untuk secara positif menegakkan identitas dari korban, terutama bila

jenazah telah terbakar habis, atau termutilasi.


Untuk menentukan sebab kematian dan apakah kematian disebabkan

kesalahan atau kecacatan sarana transportasi.


Untuk menentukan seberapa luas luka yang diterima.
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan

yang

dapat

menyebabkan kecelakaan tersebut, seperti infark miokardial atau

keracunan obat.
Untuk
mendokumentasikan

penemuan

untuk

kemungkinan

penggunaannya yang mengarah kepada penegakkan keadilan.


Bukti-bukti sisa dapat ditemukan pada kecelakaan kendaraan bermotor,
danpada kasus-kasus tertentu harus dikumpukan sebagai barang bukti. Barang
bukti ini dapat menjadi penting selanjutnya bila posisi dari penumpang dari
kendaraan bermotor pada waktu terjadinya benturan dipertanyakan. Bukti sisa ini
dapat ditemukan di dalam kendaraan ataupun pada tubuh korban.Pencarian
bukti dapatdilakukan antara lain:

Dalam kendaraan
Carilah rambut, darah, ataupun sobekan baju ataupun rambut dari
penumpang yang tertinggal pada pecahan kaca, gagang pintu/kenop,

atau permukaan yang dimana terjadi benturan.


Pada tubuh korban
Carilah tempelan cat, fragmen kaca, ataupun bagian dari kendaraan yang
bisa tertanam pada luka.
Toksikologi juga seharusnya dilakukan baik pada pengemudi maupun

penumpang pada kecelakaan lalu lintas. Analisa ini haruslah mencakup


pemeriksaan untuk alkohol, karbonmonoksida (CO), obat-obatan, dan narkotika.
Beberapa kecelakaan lalu lintas disebabkan karena tindakan bunuh diri (suicidal
action). Beberapa bukti yang menyokong (corroborating evidences ) keadaan
bisa ditemukan pada kasus seperti ini, seperti:

Korban biasanya mempunyai sejarah percobaan bunuh diri ataupun

mengidap penyakit mental.


Bukti pada tubuh korban yang menyokong dapat ditemukan, seperti luka
lama maupun baru, irisan pada pergelangan, ataupun mengkonsumsi
obat-obatan pada dosis letal. Dan pada beberapa kasus, individu akan
menembak

dirinya

sendiri

di

dada

ataupun

dikepala

sewaktu

mengendarai kendaraan.
Investigasi pada tempat kejadian perkara (TKP) tidak memperlihatkan

adanya bukti-bukti ataupun adanya saksi yang mendukung.


Kendaraan bisa sudah keluar dari jalur dan dikemudikan langsung
menuju kepada benda yang tidak bergerak, ataupun sangat jarang ke
arah kendaraan dari arah berlawanan.
Bukti lain yang dapat ditemukan seperti adanya batu ataupun objek yang

besar diletakkan di bawah injakan rem kendaraaan.Bila tabrakan dari kendaraan


menyebabkan kebakaran, dan bila tubuh terbakar, segalaupaya haruslah
dilaksanakan untuk mengidentifikasi jenazah yang terbakar.

BAB III
PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengumpulan data dengan metode pencatatan data


rekam medik dari bagian pengelolaan data rekam medik Departemen Forensik
dan Medikolegal Rumah Sakit Saiful Anwar Malang periode Januari 2014Desember 2015, didapatkan 715 kasus kecelakaan lalu lintas dalam rekam
medik yang ditangani oleh Departemen Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit
Saiful Anwar Malang.
Tabel 3.1 menunjukkan data perbandingan jumlah korban kecelakaan lalu
lintas (KLL) periode Januari 2014-Desember 2015. Data berupa perbandingan
angka jenazah korban KLL periode Januari 2014-Desember 2015 disajikan
dalam bentuk diagram seperti pada Gambar 3.1.

Tabel 3.1 Data Perbandingan Jumlah Korban KLL periode Januari 2014Desember 2015
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Jumlah Korban
548
167
715

Persentase
76,66%
23,34%
100%

Perbandingan Angka Jenazah Korban KLL Januari 2014 - Desember 2015

Laki Laki
Perempuan

Gambar 3.1 Perbandingan Angka Jenazah Korban KLL periode Januari 2014Desember 2015
Tabel 3.2 menunjukkan data asal korban kecelakaan lalu lintas (KLL)
periode Januari 2014-Desember 2015. Data berupa asal jenazah korban KLL
periode Januari 2014-Desember 2015 disajikan dalam bentuk diagram seperti
pada Gambar 3.2.
Tabel 3.2 Data Asal Korban KLL periode Januari 2014-Desember 2015

10

Asal
Malang Raya
Luar Malang
Total

Jumlah Korban
449
266
715

Persentase
62,19%
37,81%
100%

Perbandingan Angka Jenazah Korban KLL Januari 2014 - Desember 2015

Malang Raya
Luar Malang Raya

Gambar 3.2 Perbandingan Asal Jenazah Korban KLL periode Januari 2014Desember 2015
Tabel 3.3 menunjukkan data perbandingan usia korban kecelakaan lalu
lintas (KLL) periode Januari 2014-Desember 2015. Data berupa perbandingan
usia jenazah korban KLL periode Januari 2014-Desember 2015 disajikan dalam
bentuk diagram seperti pada Gambar 3.3.

11

Tabel 3.3 Data Perbandingan Usia Korban KLL periode Januari 2014-Desember
2015
Kategori
Usia Produktif (21-55 tahun)
Usia Non Produktif (<21 atau

Jumlah Korban
468
247

Persentase
65,45%
34,55%

>55 tahun)
Total

715

100%

Perbandingan Menurut Usia

Produktif
Non Produktif

12

Gambar 3.3 Perbandingan Usia Jenazah Korban KLL periode Januari 2014Desember 2015

Dari Total 715 Kasus KLL Pada Januari 2014 hingga Desember 2015,
Saeluruh jenazah memiliki jenis luka yang bervariasi dan yang paling banyak
ditemukan adalah luka babras sebanyak 628 kasus (87%) diikuti luka memar
sebanyak 585 kasus (81%) Fraktur Tertutup sebanya 438 kasus (61%) Darah
yang keluar 274 kasus (38%) Luka Robek 173 kasus (24%) Luka terbuka 155
kasus (21%) patah tulang terbuka 134 kasus (18%) dan Hematoma 103 kasus
(14%). Data tersebut disajikan dalam bentuk diagram (Gambar 3.4).

Perbandingan Jenis Luka


700
600
500
400
300
Perbandingan Jenis Luka

200
100
0

Gambar 3.4 Data Kelainan Jenazah Korban KLL


Dari 628 Kasus Dengan Luka Babras,

yang terbanyak adalah di

ekstermitas atas sebanyak 511 kasus , kemudian di wajah 426 kasus , kemudian
di ekstermitas bawah 394 kasus, di region dada 129 kasus, dan di region perut
66 kasus.

13

Luka Babras menurut regional tubuh


600
500
400
300

Luka Babras menurut


regional tubuh

200
100
0

Gambar 3.5 Data Kelainan Luka Babras Menurut Regional Tubuh


Dari 585 Kasus Dengan Luka Memar, yang terbanyak adalah di kepala
dan wajah sebanyak 427 kasus , kemudian di ekstermitas atas 382 kasus ,
kemudian di ekstermitas bawah 162 kasus, di regio dada 152 kasus, dan di
region perut 63 kasus

Luka Memar Menurut Regional Tubuh


450
400
350
300
250
200
150
100
50
0

Luka Memar Menurut


Regional Tubuh

Gambar 3.6 Luka Memar Menurut Regional tubuh


Dari 438 Kasus Patah Tulang Tertutup,

yang terbanyak adalah di

ekstermitas bawah sebanyak 227 kasus , kemudian di kepala dan wajah 203

14

kasus , kemudian di ekstermitas atas 176 kasus, di regio dada 36 kasus, dan
tidak ada pada region perut

Fraktur Tertutup Menurut Regio Tubuh


250
200
150
100
50
0

Fraktur Menurut Regio


Tubuh

Gambar 3.7 Data Kelainan Fraktur Tertutup Menurut Regio Tubuh


Dari 274 kasus perdarahan yang keluar yang terbanyak adalah perdarahan
keluar dari telinga sebanyak 221 kasus , kemudian dari hidung sebanyak 196
kasus dan dari mulut sebanyak 30 kasus

Perdarahan yang Keluar


250
200
150

Perdarahan yang Keluar

100
50
0
Telinga

Hidung

Mulut

Gambar 3.8 Data perdarahan yang keluar


Dari 173 kasus luka robek, yang terbanyak adalah di kepala dan wajah
sebanyak 93 kasus , kemudian di ekstermitas bawah sebanyak 68 kasus ,

15

kemudian di ekstermitas atas 61 kasus, di regio dada dan perut tidak ditemukan
kelainan.

Luka Robek Menurut Regional Tubuh


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Luka Robek Menurut


Regional Tubuh

Dari 155 kasus luka terbuka,

yang terbanyak adalah di ekstremitas

bawah sebanyak 94 kasus, kemudian ekstremitas atas sebanyak 87 kasus ,


kemudian di kepala dan wajah sebanyak 48 kasus , di regio dada 10 kasus dan
di region perut 5 kasus.

Luka Terbuka Menurut Regional Tubuh


100
80
60
40
20
0

Luka Terbuka Menurut


Regional Tubuh

Gambar 3.8 Data luka Terbuka menurut regional Tubuh


Dari 134 kasus fraktur terbuka, yang terbanyak adalah di ekstremitas
bawah sebanyak 88 kasus, kemudian ekstremitas atas sebanyak 52 kasus ,

16

kemudian di kepala dan wajah sebanyak 38 kasus , di regio dada 5 kasus dan di
region perut tidak ditemukan.

Fraktur Terbuka Menurut Regional Tubuh


100
80
60
40
20
0

Fraktur Terbuka Menurut


Regional Tubuh

Gambar 3.9 Data Fraktur terbuka menurut Regional Tubuh

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang mempengaruhi semua sektor kehidupan. Pada tahun 2002
diperkirakan sebanyak 1,18 juta orang meninggal karena kecelakaan. Angka
diperkirakan akan menempati peringkat ke-3 di tahun 2020. Cedera akibat
kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama kematian dan disabilitas
(ketidakmampuan) secara umum terutama di negara berkembang
Di Indonesia, sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah
pengendara

sepeda

motor

yang

berusia

produktif

(15-55

tahun)

dan

berpenghasilan rendah. Cedera kepala (33,2%) menempati peringkat pertama


pada urutan cedera yang dialami oleh korban kecelakaan lalu lintas

17

Dari hasil Rekam Medik RSUD Saiful Anwar Malang Departemen Kedokteran
Forensik melalui pengumpulan data dengan metode pencatatan data rekam
medik Departemen Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Saiful Anwar Malang
periode Januari 2014-Desember 2015, didapatkan 715 kasus kecelakaan lalu
lintas dalam rekam medik yang ditangani oleh Departemen Forensik dan
Medikolegal Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Jenazah kecelakaan lalu lintas
lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Jenazah kecelakaan terbanyak
ditemukan pada usia produktif yaitu umur 21 55 tahun . Berdasarkan daerah
kejadian, kecelakaan lalu lintas terbanyak di daerah Malang dibandingkan luar
Malang.Berdasarkan jenis luka yang dialami pada kecelakaan lalu lintas
kebanyakan ditemukan luka babras dan diikuti luka memar, fraktur tertutup,
kemudian luka robek, luka terbuka, patah tulang terbuka dan hematome adalah
kasus yang paling sedikit dibangdingkan yang lainnya.

4.2 Saran
a. Agar menambahkan kriteria sistem pencatatan pada rekam medis tentang
pembagian pemeriksaan luar jenazah atau pemeriksaan dalam jenazah,
traumatologi pada jenazah dan waktu kejadian perkara.
b. Diharapkan dari pencatatan data rekam medis lebih teperinci dan dimasukkan
ke data base komputer supaya lebih mudah menganalisa data.

18

DAFTAR PUSTAKA

Coats TJ, Davies G.Prehospital care for road traffic casualities. BrMed
J.2002; 324:1135-1138.3.
KemenkesRI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. available at :
depkes.go.id. Diakses : 22 Desember 2016
KemenkesRI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2009. available at :
depkes.go.id. Diakses : 22 Desember 2016
Paden, Margi, et.al. 2004. World Report on Traffic Injury Prevention. WHO.
Survei Kesehatan rumahtangga. Jakarta. Badan Litbang Kesehatan,
Depertemen Kesehatan RI;1995
Survei Kesehatan rumahtangga. Jakarta. Badan Litbang Kesehatan,
Depertemen Kesehatan RI;1998
World Health Organization. Statistic of road traffic accident. Geneva: UN
Publication, 2000.

19

Anda mungkin juga menyukai