Kelompok : 3
Anggota Kelompok :
1. Anita Ray S.
(111710101001)
2. Fikri Arsyl R.
(111710101025)
(111710101045)
4. Rika Damayanti
(111710101061)
BAB I. PENDAHULUAN
fosfat, gugus polar dan gugus non polar. Gugus polar yang terdapat pada ester,
fosfatnya bersifat hidrofilik (cenderung larut air), sedang gugus non polar yang
terdapat pada ester asam lemaknya bersifat lifofilik (cenderung larut dalam
lemak).
Dalam pembuatan biskuit sering digunakan pengemulsi (emulsifier)guna
mendapatkan adonan lebih kompak dan menghasilkan tekstur biskuit yang
kompak dan kokoh. Pengemulsi yang umum digunakan adalah teluryang dapat
melembutkan tekstur biskuit dari daya pengemulsi lesitin yang terdapat dalam
kuning telur dan membuat adonan lebih kompak oleh daya ikat dari putih telur
(Maxes, 1984).
Selain digunakan dalam pembuatan biskuit, lesitin merupakan pengemulsi yang
digunakan untuk pembuatan es krim. Lesitin ditambahkan dalam pembuatan
eskrim guna membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang
homogen pada makanan terutama yang mengandung air dan minyak. Hal ini
karena kandungan airnya dapat mencapai 63%. Es krim dikatakan bermutu
tunggi apabila mengandung lemak yang tinggi, manis, berbodi halus dengan
tekstur lembut.
Berdasarkan hal diatas dapat diketahui bahwa pentingnya bahan pengemulsi
dalam pengolahan guna membantu terbentuknya atau memantapkan sistem
dispersi yang homogen pada makanan terutama yang mengandung air dan
minyak maka dari itu dilakukan pembahasan lesitin sebagai pengemulsi.
1.2. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui fungsi lesitin dalam
pengolahan pangan.
2.1. Emulsi
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain,
yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling
antagonik. Pada bagian emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian
yang terdispersi yang terdiri dari butiir-butir yang biasanya terdiri dari lemak,
bagian kedua disebut media pendispersi yang terdiri dari air dan bagian ketiga
adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tetap tersuspensi di
dalam air (Winarno, 1992).
Emulsi adalah suspensi yang stabil dari suatu bahan cair di dalam bahan cair
lain, dimana bahan-bahan cair itu tidak tercampur. Kemantapan emulsi diperoleh
dengan penyebaran butir sangat halus bahan cair, yang disebut fase dioperasi,
menembus bahan lain, yang disebut fase tetap. Emulsi stabil apabila cairan
tersebut dapat menahan tanpa mengalami perubahan, untuk waktu yang cukup
lama,tanpa butir fase dispersi berkmpul satu sama lain atau mengendap (Earle,
1969).
Kuning telur sebagian besar tersusun oleh lipoprotein suatu zat pengemulsi dan
stabilitator yang baik dari seluruh telur. Lipoprotein kuning telur bersifat koloid
senang air terserap diantara minyak dan air. Karena itu kuning telur besar sekali
manfaatnya dalam pembuatan mayonaise dan salad dressing (Maxes, 1984).
Mayonaise adalah jenis bahan pangan berupa emulsi setengah padat yang
dibuat dari minyak nabati, cuka atau asam sitrat, kuning telur dan beberapa
bumbu yaitu garam, gula, paprika, dan MSG. Kadar minyak tidak boleh kurang
dari 65% berat dan membentuk emulsi yang sangat halus dalam cuka.
Mayonaise merupakan emulsi minyak dalam air dengan kuning telur berfungsi
sebagai emulsifier (Marsetyo, 1991).
Daya kerja emulsifier disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat
baik pada minyak dan air. Bila emulsifier tersebut lebih terikat pada air maka
terjadi dispersi minyak dalam air sebagai contoh susu. Sebaliknya bila emulsifier
lebih larut dalam minyak terjadilah emulsi air dalam minyak sebagai contoh
mentega dan margarin (Bernasconi, 1995).
Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai emulsifier adalah kuning telur,
telur utuh, gelatin, pektin, pasta kanji, albumin atau beberapa tepung yang
sangat halus seperti mustard. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh
bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air (Gamman,
1992).
Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur karena memiliki
berat jenis yang berbeda. Untuk menjaga agar butiran minyak tetap tersuspensi
di dalam air, pada mentega dan margarin diperlukan suatu zat pengemulsi
(emulsifier). Bahan yang dapat berperan sebagai pengemulsi antara lain kuning
telur, kasein, albumin, atau lesitin (Astawan, 2006).
Gelatin dan albumen (putih telur) adalah protein yang bersifat sebagai emulsifier
dengan kekuatan biasa, kuning telur merupakan emulsifier kuat. Paling sedikit
sepertiga kuning telur terdiri dari lemak, tetapi yang menyebabkan daya
emulsifier yang kuat adalah kandungan lesitinnya yang terdapat dalam bentuk
kompleks sebagai lesitin-protein.
Fungsi fungsi pengemulsi pangan dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan
utama, yaitu:
1. Untuk mengurangi tegangan permukaan, pada permukaan minyak dan air
yang mendorong pembentukan emulsi dan pembentukan kesetimbangan fase
antara minyak, air dan pengemulsi pada permukaan yang memantapkan antara
emulsi.
2. Untuk sedikit merubah sifat-sifat tekstur dan pengawetan
3. Untuk memperbaiki tekstur produk pangan (Winarno, 1997).
2.2. Lesitin
Lesitin (phospatidil kolin) dengan komponen utamanya kolin, adalah zat gizi
penting yang ditemukan secara luas pada berbagai pangan dan tersedia sebagai
suplemen. Lesitin mengandung sekitar 13 % kolin berdasar berat. Lesitin juga
zwiter ion, mempunyai muatan positif pada atom N kolin dan muatan negatif
pada atom O dari grup phospat. Lesitin dapat bersifat polar (bagian kolin) dan
non polar (bagian asam lemak) sehingga sangat efektif sebagai emulsifier.
Lesitin dan phospolipid lain mengandung komponen hidrofobik dan hidrofilik
yang digunakan sebagai sifat fungsional dalam pengolahan pangan. Lesitin
dapat digunakan sebagai emulsifier.
Sebagai food ingredient, lesitin termasuk GRAS (Generally Recognized as Safe).
Lesitin banyak digunakan untuk produk baking, keju dan sebagainya. (Winarno,
1997).
NO
Variasi Emulsi
Waktu
10 menit
30 menit
Warna
Buih
Warna
Buih
1
0%
++++
+
++++
2
0,1%
+++
++
+++
++
3
0,5%
++
+++
++
+++
4
1%
+
++++
+
++++
Keterangan:
Kurang keruh : +
Keruh
:++
Lebih Keruh
:+++
Lebih Keruh
:++++
BAB 4. PEMBAHASAN
Larutan immiscible dapat bercampur karena adanya emulsifier yaitu suatu zat
yang memiliki dua sisi yaitu sisi yang larut air (hidrofilik) dan sisi yang tidak larut
air (hidrofobik/lipofilik). Mekanisme pencampuran dua larutan immiscible pada
suatu sistem emulsi secara umum adalah emulsifier bertindak sebagai jembatan
penghubung dimana sisi hidrofilik akan berikatan dengan fase air dan sisi lipofilik
berikatan dengan fase minyak menghasilkan campuran air dan minyak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan selama praktikum dengan
menggunakan bahan kuning telur, minyak dan air yang dilakukan proses emulsi
dengan presentasi emulsifier yang berbeda-beda yaitu 0%, 0,1%, 0,5% dan 1%.
Dengan waktu pegadukan selama 2 menit. Setelah pengadukan bahan yang
telah di emusi dilakukan pengamatan dengan dua variasi waktu yaitu 10 dan 30
menit.
Pada hasil pengamatan berdasarkan perbedaan variasi yang dilakukan
pada 0% tanpa menggunakan emulsifier, 0,1% dengan 0,15 ml emulsifier, 0,5%
dengan 0,75 ml dan 1% dengan penambahan 1,5 ml emulsifier. Selama 10 menit
dapat diketahui warna pada 0% menjadi sangan keruh dibandingkan dengan
yang menggunakan penambahan emulsifier. Hal ini juga dapat didukung dengan
pengamatan yang selama 30 menit perbedaan tersebut semakin jelas
kenampakannya. Hal ini terjadi karena berdasarkan pada literatur bahwa
semakin besar konsentrasi emulsifier maka warna semakin tidak keruh karena
antara minyak dengan air telah bercampur dengan ukuran partikel yang semakin
kecil. Di mana sejumlah zat yang tidak dapat larut pada sistem akan
ditempatkan pada inti bagian yang menghasilkan larutan yang semi transparan.
Pada waktu ke 30 menit emulsi stabil kecuali pada variasi 0%. Hal ini sesuai
literature yaitu emulsi stabil apabila cairan tersebut dapat menahan tanpa
mengalami perubahan, untuk waktu yang cukup lama,tanpa butir fase dispersi
berkmpul satu sama lain atau mengendap
Mekanisme pembentukan tersebut adalah mekanisme pembentukan emulsi
yang umum atau disebut makroemulsion. Mekanisme micro emulsion secara
umum dapat terjadi jika emulsifier membentuk micelle, di mana zat yang tidak
larut akan diikatkan pada micelle emulsifier.
Berdasarkan perbedaan waktu pengamatan yang dilakukan yaitu 10 dan
30 menit dapat diketahui semakin banyak buih yang dihasilkan, hal ini terjadi
karena proses pemisahan antara larutan dengan buih setelah mengalami proses
homogenaiser memerlukan waktu untuk pemisahannya.
BAB 4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Emulsi adalah suspensi yang stabil dari suatu bahan cair di dalam bahan cair
lain, dimana bahan-bahan cair itu tidak tercampur.
2. Emulsifier adalah suatu zat yang diperlukan untuk membentuk suatu selaput
(film) disekitar butiran yang terdispersi, sehingga mencegah bersatunya kembali
butir-butiran tersebut.
3. Daya kerja emulsifier disebabkan oleh bentuk melokulnya yang dapat terikat
baik pada minyak atau air.
4. Mayonaise adalah jenis bahan pangan berupa emulsi setengah padat yang
dibuat dari minyak nabati, cuka atau asam sitrat, kuning telur dan beberapa
bumbu yaitu garam, gula, paprika, dan MSG.
5.
Kuning telur dan putih telur yang digunakan berfungsi sebagai emulsifier.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EMULSI
B. JENIS-JENIS EMULSI
E. KESTABILAN EMULSI
10
10
11
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul EMULSI.
Tidak lupa Sholawat serta Salam kita ucapkan kepada Nabi Besar Muhamad SAW
yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.
Dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan kedangkalan ilmu
yang kami miliki. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada temanteman dan pihak yang turut membantu terselesainya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan dapat diterima oleh Ibu
Dra. Sabiha Ramdlani J, selaku dosen pengampu mata kuliah Kimia ini.
Syahminan Ridhani
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri atas dua fase cairan yang tidak saling
melarutkan, dimana satu cairan terdispersi dalam bentuk globula (fase terdispersi) di dalam
cairan lainnya (fase kontinyu). Berdasarkan jenis fase kontinyu dan fase terdispersinya
dikenal dua tipe emulsi yaitu emulsi tipe O/ W dan tipe W/ O.
Didalam proses pembuatan emulsi biasanya ditambahkan campuran dua atau lebih
bahan kimia yang tergolong ke dalam emulsifier dan stabilizer. Tujuan dari penambahan
emulsifier adalah untuk menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase (tegangan
interfasial) sehingga mempermudah terbentuknya emulsi.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah tentang Emulsi ini adalah untuk memberikan pengertian,
jenis-jenis emulsi dan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EMULSI
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang meruapakan fase terdispersi dan larutan
air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air
atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak
sebagai fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan
dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan
kecil menjadi tetesan besardan akhirnya menjadi suatu fase tunggal yang memisah (Levine,
1983).
Emulsi merupakan preparat farmasi yang terdiri 2 atau lebih zat cair yang sebetulnya
tdk dapat bercampur (immicible) biasanya air dengan minyak lemak. Salah satu dari zat cair
tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain distabilkan
dengan zat pengemulsi (emulgator/emulsifiying/surfactan). Sedang menurut Farmakope
Indonesia edisi ke III, emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfactan yang cocok. Dalam batas emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan
medium dispersi sebagai fase luar atau kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak
dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi
m/a. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut
emulsi air-dalam-minyak dan dikenal sebagai emulsi a/m. Karena fase luar dari suatu
emulsi bersifat kontinu, suatu emulsi minyak dalam air diencerkan atau ditambahkan dengan
air atau suatu preparat dalam air. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu
fase ketiga atau bagian dari emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying egent). Tergantung
pada konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat bervariasi dan emulsi farmasi bisa
disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat) (Ansel, 1989).
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsa yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan
lain-lain. Emulsa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan
emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat
disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur
(Anief, 2000).
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga
krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam airdibuat pada suhu tinggi, berbentuk
cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat
terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan volume
fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah
padat, misalnya krim stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal
hanya hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh
fase eksternal setengah padat (Atmadja, 2000).
Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat dugunakan bersama
surfakatan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar permukaan
dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan pembenrukan
agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat
menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan
minyak lebih rendah daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan
meningkat, terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin
besar pula kecepatan pembentukan krim (Moechtar, 1989).
Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting untuk emulsi minyak
dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih
sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik atau
bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahn pengemulsi ionik dan nonionik,
gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam seperti tragakan dan gom (Oktavia, 2006).
Komponen utama emulsi berupa fase disper (zat cair yang terbagi-bagi menjadi
butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal)); Fase kontinyu (zat cair yang berfungsi
sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal)); dan Emulgator (zat
yang digunakan dalam kestabilan emulsi). Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi
sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi 2 : Emulsi tipe w/o
(emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar ke dalam minyak, air berfungsi sebagai fase
internal & minyak sebagai fase eksternal) dan Emulsi tipe o/w (emulsi yang terdiri dari
butiran minyak yang tersebar ke dalam air) (Ansel, 1989).
B. JENIS-JENIS EMULSI
1. Emulsi Gas
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair seperti
hairspray, asap rokok dan obat nyamuk semprot dapat membentuk sistem koloid dengan
bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti sol liofob
yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
2. Emulsi Cair
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair
melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu
zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya
seperti minyak. Contohnya adalah pada susu. Sifat emulsi cair yang penting ialah:
demulsifikasi dan pengenceran.
Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi,
penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.
Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.
3. Emulsi Padat (Gel)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Hal
ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contohnya mentega.
Gel yang dibedakan menjadi gel elastic dan gel non elastic dimana gel elastic ikatan
partikelnya tidak kuat sedangkan non elastic ikatan antar partikelnya membentuk ikatan
kovalen yang kuat
Satu variable penting dalam uraian emulsi - emulsi adalah fraksi volum , dalam dan
luar fase.Untuk tetesan bentuk bola radius , fraksi volume diberikan sejumlah densitas n,
waktu untuk volum bentuk bola = 43 n/3 .Banyak sifat sifat emulsi ditandai ole jumla
volumnya.
Tetesan emulsi karena lemah atau tidak stabil nilai fraksi volume bisa diantara 3- 6
untuk kebanyakan sistem emulsi.
Konduktivitas dari emulsi sendiri dapat ditentukan dengan teori klasik (Maxwell)
Dimana K, Km dan Kd adalah konduktivitas spesifik dari emulsi,medium pendispersi
dan fase terdispersi.
Dalam sistem koloi akan terjadi peningkatan dielektrika, salah satu model untuk
menentukan konstanta dieletrika tipe emulsi adalah:
Tipe M/A
Tipe A/M
Dimana dan s adalah permitivitas dengan frekuensi tinggi dan statis.T waktu
tenggang dan luas pendistribusian, serta adalah komponen polarisasi.
E. KESTABILAN EMULSI
Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air,
dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang
disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa
yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi
pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada
sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .
Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:
1. Gaya tarik-menarikdikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini menyebabkan
partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap.
2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik yang
bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid.
Ada beberpa faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi yaitu sebagai berikut :
1. Tegangan antarmuka rendah
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan
medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan
yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air,
dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispersi
dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah.
Emulsi merupakan suatu sistem dua fase yang terdiri dari dua cairan yang tidak mau
bercampur, dimana cairan yang satu terbagi rata dalam cairan yang lain dalam bentuk butirbutir halus karena distabilkan oleh komponen yang ketiga yaitu emulgator. Emulgator sendiri
bisa berasal dari alam maupun buatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., (2000). Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi Dan Emulsi. Gadjah Mada
University
Press: Yogyakarta
Ansel, H.C., (1989). Pengatar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press: Jakarta
Atmadja. (2000). Studi Pemurnian Dan Karakterisasi Emulsifaier Campuran Mono Dan
Diasilgliserol Yang Diproduksi Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit Dengan
Teknik Esterifikasi Enzimatis Menggunakan Lipase Rhizomucor Miehe. Skripsi.
Institut
Pertanian Bogor: Bogor
Levine, I., (1983). Physical Chemistry. Second Edition. Mcgraw-Hill Book Company: New
York
Moechtar. (1989). Farmasi Fisika Bagian Larutan Dan Sistem Dispers. , Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta
Oktavia, e. 2006. studi pendahuluan polimerisasi emulsi opal (colorant emulsion)
polistirenaKo-Polibutil akrilat. Program magister departemen kimia FMIPA UI: Depok
Sukardjo. (1989). Kimia Fisika. Penerbit Rineka Cipta: Yogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN
sebagainya
Untuk mengetahui resiko penggunaan BTP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetian Bahan Tambahan Pangan (BTP)
Pengertian Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/88 No.1168/Menkes/PER/X/1999 secara umum adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas
makanan, mempuyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke
dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan,
penyediaan, perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan
makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung)
suatu komponan yang mempengaruhi sifat khas makanan.
Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam pengertian luas adalah bahan yang ditambahkan
ke dalam produk pangan selain bahan baku utama. Secara khusus BTP adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau karakteristik pangan, baik yang
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTP dapat ditambahkan pada proses produksi,
pengemasan, transportasi atau penyimpanan.
Memperbaiki atau memelihara nilai gizi. Contohnya adalah: Vitamin dan mineral
yang umumnya ditambahkan ke dalam makanan seperti susu, tepung, dan lain-lain
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi orang yang kekurangan gizi, atau untuk
mempertahankan bahkan meningkatkan atau memperbaiki kandungan gizi bahan
makanan tersebut yang kemungkinan hilang akibat pemrosesan.
Menjaga cita rasa dan sifat produk makanan secara keseluruhan. Contoh : Bahan
pengawet mempertahankan mutu produk makanan dari mikrobia yang dapat
menyebabkan kerusakan produk, misal berjamur atau busuk.
Menjaga tingkat keasaman atau kebasaan makanan yang diinginkan. Contoh : Bahan
pengembang menghasilkan gas karbon dioksida sehingga tekstur biskuit, cake dan
produk sejenis lainnya mengembang.
Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan, dengan
mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahakan
kesegaran, cita rasa dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna, pemanis.
2.
Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak mempunyai
fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau
cukup banyak akibat perlakuan selama produksi, pengolahan, pengemasan. Contoh residu
pestisida, antibiotic, dan hidrokarbon aromatik polisiklis.
Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan
lebih murah, tetapi ada pula kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses
sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat
karsinogenik yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia. Bahan
tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :
1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan.
2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak
memenuhi persyaratan.
3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi
yang baik untuk pangan.
4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis di bawah ambang batas
yang telah ditentukan. Jenis BTP ada 2, yaitu GRAS (Generally Recognized as Safe), zat ini
aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis lainnya, yaitu ADI
(Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake)
demi menjaga/melindungi kesehatan konsumen.
1. BTP ANTIOKSIDAN
a. Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan
Tambahan Makanan, Antioksidan adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah
atau menghambat oksidasi. Antioksidan adalah bahan tambahan yang digunakan untuk
melindungi komponen komponen makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan
rangkap), terutama lemak dan minyak. Meskipun demikian antioksidan dapat pula digunakan
untuk melindungi komponen lain seperti vitamin dan pigmen, yang juga banyak mengandung
ikatan rangkap di dalam strukturnya. Adanya ion logam, terutama besi dan tembaga, dapat
mendorong terjadinya oksidasi lemak. Ion-ion logam ini seringkali diinaktivasi dengan
penambahan senyawa pengkelat, dan dapat juga disebut bersifat sinergistik dengan
antioksidan karena menaikkan efektivitas antioksidan utamanya. Untuk dapat digunakan
sebagai antioksidan, suatu senyawa harus mempunyai sifat-sifat : tidak toksik, efektif pada
konsentrasi rendah (0,01-0,02%), dapat terkonsentrasi pada permukaan/lapisan lemak
(bersifat lipofilik) dan harus dapat tahap pada kondisi pengolahan pangan umumnya.
Sumber
Vitamin
Vitamin C
Vitamin E
Anthosianidin
Oenin
Cyanidin
Delphinidin
Anggur (wine)
Buah anggur, raspberri,
strawberri
Kulit buah aubergine
Flavo-3-ols
Quercertin
Kaempferol
Flavonone
Rutin
Luteolin
Chrysin
Apigenin
Flavan-3-ols
(Epi)catecin
Epigallocatecin
pigallocatecin
gallate
Epicatecin
gallate
Flavonone
Taxifolin
Narirutin
Naringenin
Hesperidin
Hesperetin
Theaflavin
Theaflavin
Theaflavin-3gallate
Theaflavin3-gallate
Theaflavin
digallate
Black tea
Black tea
Black tea
Black tea
Hydroxycinnamat
Caffeic acid
Chlorogenic
acid
Ferulic acid
p-Coumaric
acid
Padi-padian, tomat,
asparagus
Buah anggur putih, tomat,
asparagus
Sumber : Rice-Evans et al. (1997)
Nama Antioksidan
1.
Askorbat
2.
Butil Hidroksianisol (BHA)
3.
Butil Hidroksitoluen
4.
Propil Galat
5.
2.
Tokoferol
Penggunaan Dalam
Pangan
Kaldu
Daging Olahan, Jam,
Jelly
Ikan Beku
Lemak dan minyak
makan serta mentega
Margarin
Ikan Beku
Minyak,
Mentega,
Margarine
Lemak, minyak makan,
margarine, dan mentega
Pangan Bayi
Ukuran
Maksimum yang
diijinkan
1 gr/kg
500 mg/kg
400 mg/kg
200 mg/kg
100 mg/kg
1 gr
200 mg/kg
100 mg/kg
300 mg/kg
a. Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/MENKES/PER/ IX/88, anti
kempal dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: aluminium
silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja). Fungsi Anti
Kempaladalah senyawa anhidrat yang dapat mengikat air tanpa menjadi basah dan biasanya
ditambahkan ke dalam bahan pangan yang bersifat bubuk atau partikulat seperti garam meja,
campuran kering (dry mixes), dan lain-lain. Penambahan senyawa anti kempal bertujuan
untuk mencegah terjadinya penggumpalan dan menjaga agar bahan tersebut tetap dapat
dituang (free flowing).
b. Mekanisme Kerja
Senyawa anti kempal biasanya merupakan garam-garam anhidrat yang bersifat cepat
terhidrasi dengan mengikat air, atau senyawa-senyawa yang dapat mengikat air melalui
pengikatan di permukaan (surface adhesion) tanpa menjadi basah dan menggumpal. Senyawa
senyawa tersebut biasanya adalah senyawa yang secara alami berbentuk hampir kristal (near
crystalline). Senyawa anti kempal dapat digolongkan menjadi :
a.Garam (aluminium, amonium, kalsium, potassium, dan sodium).
b.Kalsium posfat.
c.Magnesium oksida.
d.Garam (magnesium, kaslium, dan campuran kalsium aluminium) dari asam silikat.
Senyawa golongan 1, 2, dan 3 membuat hidrat, sedangkan senyawa 4 dan 5 menyerap
air.Senyawa anti kempal biasanya dapat dimetabolisme atau tidak toksik pada tingkat
penggunaan yang diizinkan. Kalsium silikat banyak digunakan untuk menghindari
penggumpalan baking powder dan mempunyai kemampuan untuk mengikat air 2,5 kali dari
beratnya. Selain mengikat air, kalsium silikat juga dapat mengikat minyak dan senyawasenyawa nonpolar lainnya. Sifat inilah yang membuat kalsium silikat banyak digunakan di
dalam campuran-campuran yang mengandung bumbu, terutama yang kandungan minyak
atsirinya tinggi. Kalsium stearat sering digunakan sebagai processing aid dalam pembuatan
permen keras (hard candy). Senyawa anti kempal yang relatif baru dikembangkan adalah
bubuk selulose berkristal mikro (microcrystalline cellulose powder). Senyawa ini banyak
dipakai untuk produk keju parut agar tidak membentuk gumpalan.
Bahan-bahan makanan yang tergolong bahan anti kempal diantaranya :
a. Aluminium Silicate (Aluminium silikat)
b. Calcium Aluminium Silicate (Kalsium aluminium silikat)
c. Calcium Silicate (Kalsium silikat)
d. Magnesium Carbonate (Magnesium karbonat)
e. Magnesium Oxide (Magnesium oksida)
f. Magnesium Silicate Magnesium silikat
g. Sodium Alumino Silicate (Natrium alumino silikat)
h. Myristic Acid, Palmitic Acid and Stearic Acid (Miristat, palmitat dan stearat)
i. Silicon Dioxide amorpus (Silikon Dioksida Amorf)
j. Cacium Phospate, Tribasic (Trikalsium fosfat)
k. Magnesium Phospate, Tribasic (Trimagnesium fosfat)
Tabel Dosis Pemakaian BTP Anti Kempal
No.
1.
2.
3.
4.
Magnesium Karbonat
Magnesium Oksida dan
Magnesium Silikat
Penggunaan Dalam
Pangan
susu dan Krim Bubuk
Serbuk
Garam
dengan
Rempah dan Merica
Gula Bubuk
Garam Meja
Sama
seperti
Kalsium
Silikat
Sama seperti Alumunium
Silikat
a. Defenisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/ Per/IX/1988 tentang
Bahan Tambahan Makanan, Pengatur keasaman adalah bahan tambahan makanan yang dapat
mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Zat aditif ini
dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh:
asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat,
asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat. Fungsi Asam, baik organik maupun
anorganik, secara alami terdapat di dalam bahan pangan. Keberadaannya beragam, dari
sebagai metabolit antara hingga sebagai komponen pendapar (buffering agent). Asam
seringkali ditambahkan ke dalam bahan pangan dan proses pengolahan pangan. Fungsinya
yang paling penting adalah sebagai senyawa pendapar. Asam dan garamnya sering pula
ditambahkan sebagai campuran pembentuk adonan (leavening system), sebagai antimikroba
dan senyawa pengkelat. Asam berperan sangat penting dalam pembentukan gel pektin, dapat
bertindak sebagai penghilang busa (defoaming agent) dan membantu proses denaturasi
protein dalam pembuatan yogurt, keju, dan produk-produk fermentasi susu lainnya. Dalam
proses pengolahan buah dan sayuran, asam sering ditambahkan untuk menurunkan pH dan
mengurangi kebutuhan panas selama proses sterilisasi. Fungsi lain dari asam yang tak kalah
pentingnya, tentu saja adalah kontribusinya terhadap rasa dan aroma bahan pangan. Asam
juga mempunyai kemampuan untuk mengubah dan meningkatkan intensitas rasa dari
komponen citarasa lainnya. Asam lemak rantai pendek berkontribusi terhadap aroma berbagai
makanan.
Bahan-bahan yang tergolong pengatur keasaman di antaranya:
a. Alumunium Amonium Sulfat
m. Asam Malat
b. Aluminium Natrium Sulfat
n. Asam Sitrat
c. Alumunium kalium Sulfat
o. Asam Tartrat
d. Amonium Bikarbonat
p. Diamonium Fosfat
e. Amonium Hidroksida
q. Dikalsium Fosfat
f. Amonium Karbonat
r. Dinatrium Fosfat
g. Asam Adipat
s. kalium Bikarbonat
h. Asam Asetat Glasial
i. Asam Fosfat
j. Asam Fumarat
k. Asam Klorida
l. Asam Laktat
Tabel Dosis Pemakaian BTP Pengatur Keasaman
No
.
1.
2.
Asam Laktat
Penggunaan Dalam
Pangan
Soda kue
Pangan Pelengkap
Serelia
Pangan Bayi Kaleng
Ukuran Maksimum
Yang Diijinkan
Secukupnya
15 gr/kg
2 gr/kg
3.
4.
Asam Sitrat
5 gr/kg
2 gr/kg
Secukupnya
a. Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan
Tambahan Makanan, Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan yang dapat
menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
Yang dimaksud dengan BTP Pemanis Buatan adalah BTP yang dapat menyebabkan rasa
manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori. Bahan
ini hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah tertentu. Pemanis buatan
pada awalnya diproduksi komersial untuk memenuhi ketersediaan produk makanan dan
minuman bagi penderita Diabetes mellitus yang harus mengontrol kalori makanannya. Dalam
perkembangannya, pemanis buatan juga digunakan untuk meningkatkan rasa manis dan
citarasa produk-produk yang mengharuskan rasa manis dan di dalamnya sudah terkandung
gula. Ketentuan terkait pemanis buatan dikeluarkan BPOM berupa SK Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor : HK.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan.
Peraturan Teknis ini terdiri dari :
a) Ketentuan Umum berisi definisi dan informasi yang perlu diketahui.
b) Penggunaan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan.
Penggunaan Umum Pemanis Buatan.
Penggunaan Pemanis Buatan Golongan Poliol.
Persetujuan Penggunaan Pemanis Buatan.
Jenis BTP
Pemanis Buatan
Nilai kalori
Kkal/g
ADI*
KJ/g
Kkal Mg/kg BB
1.
2.
3.
4.
Alitam
Asesulfam-K
Aspartam
Isomalt
1,4
0
0,4
2
5,85
0
1,67
8,36
0,34
15
50
tidak dinyatakan karena
termasuk Generally
Recognized as Safe
(GRAS)
Laktitol
8,36
Maltitol
2,1
8,78
Manitol
1,6
6,69
8.
9.
10.
11.
Neotam
Sakarin
Siklamat
Silitol
0
0
0
2,4
0
0
0
10,03
12.
13.
Sorbitol
Sukralosa
2,6
0
2
5
11
tidak dinyatakan karena
termasuk GRAS
5.
6.
7.
10,87
0
Nama
Asam Askorbat
Natrium Steroi-2laktat
Penggunaan Dalam
Pangan
Tepung
Adonan kue
Roti dan sejenisnya
Wafer
dan
tepung
campuran
Mono dan Diglycerides, dikenal juga dengan istilah discrete substances.Pertama kali dibuat
oleh Berthelot pada tahun 1853 melalui reaksi esterifikasi asam lemak dan glycerol. Mono
dan diglycerides merupakan zat pengemulsi yang umum digunakan. Komponenkomponen ini
dapat diperoleh dengan memanaskan triglyceride dan glycerol dengan suatu katalis yang
bersifat basa. Reaksi ini akan menghasilkan campuran yang terdiri dari 45 persen
monogliserida dan 45 persen digliserida, serta 10 persen trigliserida bersamasama dengan
sejumlah kecil gliserol dan asam-asam lemak bebas. Mono dan digliserida yang terbentuk
kemudian dipisahkan dengan cara destilasi molekuler. Yang tergolong monodan diglycerides
antara lain:
Glycerol monolaurate, dibuat dari reaksi glycerol dan asam laurat.
Ethoxylated mono dan diglycerides (EMG), juga disebut dengan polyoxyethylene (20)
mono dan diglycerides.
Diacetyl tartaric acid ester of monoglycerides (DATEM).
Lactic acid ester of monoglycerides, misalnya glyceril lactylpalmitate.
Succinylated monoglycerides
Stearoyl Lactylates, merupakan hasil reaksi dari steric acid dan lactic acid, selanjutnya
diubah ke dalam bentuk garam kalsium dan sodium. Bahan pengemulsi ini sering digunakan
dalam produk-produk bakery.
Propylene Glycol Ester, merupakan hasil reaksi dari propylene glycol dan asam-asam lemak.
Umumnya digunakan dalam pembuatan kue, roti dan whipped topping.
Sorbitan Esters. Asam sorbitan yang terbentuk dari reaksi antara sorbitan dan asam lemak.
Sorbitan adalah produk dihidrasi dari gula alkohol yang dapat diperoleh secara alami yaitu
sorbitol. Sampai saat ini hanya sorbitan monostearat, satu-satunya ester sorbitan yang
diizinkan digunakan dalam pangan. Bahan tersebut umumnya digunakan dalam pembuatan
kue, whipped topping, cake icing, coffee whiteners, serta pelapis pelindung buah dan sayuran
segar.
Polysorbates. Ester polioksietilen sorbitan umumnya disebut polisorbat. Ester ini dibuat dari
reaksi antara ester-ester sorbitan dan ethylene oxide. Tiga jenis polisorbat yang diizinkan
untuk digunakan dalam pangan adalah polisorbat 60, Polisorbat 65, polisorbat 80.
Polyglycerol Ester, dibuat dari reaksi antara asam-asam lemak dan glycerol yang sudah
mengalami polimerisasi. Tingkat polimerisasinya antara 2-10 molekul. Ester-ester
poliglycerol digunakan dalam pangan yang diaerasi mengandung lemak, beverage, icing, dan
margarine.
Ester-ester Sukrosa, adalah mono, di dan triester sukrosa dan asam-asam lemak. Ester ini
dihasilkan dari reaksi sukrosa dan lemak sapi. Penggunaannya dalam pangan umumnya pada
pembuatan roti, produk tiruan olahan susu, dan whipped milk product.
.Lecitin, adalah campuran fosfatida dan senyawa-senyawa lemak yang terdiri dari fosfatidil
kolin, fosfatidil etanolamin, fosfatidil inositoll, dan komponen-komponen lainnya. Lesitin
merupakan bahan penyusun alami pada hewan maupun tanaman. Lecitin paling banyak
diperoleh dari kedele dan kuning telur. Biasanya digunakan untuk emulsifier pada margarine,
roti, kue dan lain-lain.
Algin
Algin
merupakan
komponen
utama
dari
getah
ganggang
coklat (Phaeophyceae) yang diperoleh dengan cara melarutkannya dalam alkali larutan
natrium karbonat. Proses ini untuk menghilangkan selulosa sekaligus memisahkan algin
dalam bentuk garam kalsium atau asam alginat. Selain itu, produk sampingan terpenting
proses pemisahan Algin adalah propilen glikol alginat. Algin yang memiliki mutu food
grade harus bebas dari selulosa serta warnanya sudah dilunturkan. Fungsi algin dalam
industri pangan dianggap cukup penting, sebagai salah satu alternatif bahan tambahan
makanan yang halal. Fungsi algin pada prinsipnya dapat menggantikan gelatin atau lemak
hewan yang berfungsi sebagai stabilizer-emulsifier dan pengental penstabil emulsi. Algin
merupakan molekul linier dengan berat molekul tinggi. Kondisi ini memberikan implikasi
pada algin, yakni mudah menyerap air. Inilah alasan yang memungkinkan algin dijadikan
sebagai bahan pengental. Di samping proses pengentalan larutan itu sendiri, algin juga dapat
meningkatkan daya suspensi larutan tersebut (stabilisator). Pada sistem yang lain, algin yang
memiliki produk sampingan propilen glikol alginat memiliki gugus hidrolik dan lipofilik.
Keadaan ini memungkinkan algin berfungsi sebagai pengemulsi yang asli dengan sifat
pengental yang kuat. Dengan sifat-sifat di atas, algin digunakan dalam industri makanan pada
produk:
Susu (es krim). Dalam hal ini, algin berfungsi sebagai stabilisator yang dapat menjaga
keutuhan es krim dan membuahkan tekstur yang halus. Selain itu mencegah timbulnya kristal
es yang besar dalam produk yang dihasilkan sesuatu yang sangat dihindari dalam
pembuatan es krim. Algin juga digunakan sebagai stabilisator pada produk susu lainnya,
seperti susu es (ice milk), milk shake mixesdan sherbets, yoghurt, roti dan kue. Karena
sifatnya yang baik dalam menahan air (water holding capacity), algin dapat mengatasi cepat
mengeringnya produk pada keadaan udara berkelengasan rendah. Algin dipergunakan pada
roti dan kue dalam cake filling dan toppings, bakery jellies, pie filling dan lain sebagainya.
Bumbu salad. Propylen glikol alginat yang terdapat pada algin memiliki sifat selain sebagai
pengemulsi, juga sebagai bahan pengental. Karena itu, algin sangat tepat jika ditambahkan
dalam produk french dressing. Adanya algin pada produk tersebut akan membuat bumbu
salad menjadi tahan lama dan tidak pecah, baik disimpan pada suhu tinggi maupun suhu
rendah.
Permen agar-agar. Algin mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menahan air yang
baik. Penggunaan algin dalam pembuatan permen agar-agar menjadikan permen bersifat
bening dan tahan lama serta memiliki tekstur yang empuk sampai saat pengunyahan.
Produk kalengan. Produk pangan yang dikalengkan, biasanya mengandung
cairan.Penambahan algin mengganti sebagian besar pati pada produk pangan kaleng untuk
mengurangi waktu proses pemanasan. Pengurangan waktu proses pemanasan ini berkaitan
dengan adanya ion kalsium pada algin. Saat terjadi pemanasan, ion kalsium terhambat.
Akibatnya, larutan memiliki viskositas yang rendah. Setelah proses pemanasan-sterilisasi
selesai dan suhu diturunkan, ion kalsium bereaksi dengan algin yang menyebabkan viskositas
meningkat hingga mencapai kondisi yang diinginkan.Karena memiliki kandungan kalori yang
rendah (1,4 kkal/gram) algin juga digunakan pada produk pelangsing tubuh (dietetic
foods). Selain cocok untuk produk pangan, algin juga dapat digunakan pada produk obatobatan dan kosmetika. Sebagai contoh untuk bahan suspensi,stabilisator dalam pembuatan
salep dan sebagai pengikat (binder) dalam pembuatan tablet.
Tabel Dosis Pemakaian Pengelmulsi, Pemantap, Pengental
No
.
1.
Nama Pengemulsi,
Pemantap, dan Pengental
Agar
2.
Dekstrin
3.
Gelatin
dan
Ukuran Maksimum
yang diijinkan
2 gram/kg
10 gram/kg
8 gram/kg
5 gram/kg
30gr/kg
10gr/kg
secukupnya
10 gr/kg
5 gr/kg
4.
Gom
5.
Karagen
6.
7.
Lecitin
Karboksimetil selulosa
(CMC)
8.
Pektin
Es Krim
Keju
Saus Selada
Yogurt
Sardine
Es Krim
Yogurt
Minuman hasil olahan susu,
roti, dan margarine
Sardine
Es Krim
Keju
Es Krim
Yogurt dan sayuran kaleng
yang mengandung mentega
10 gr/kg
8 gr/kg
7.5 gr/kg
5 gr/kg
20 gr/kg
10 gr/kg
5 gr/kg
Secukupnya
20 gr/kg
10 gr/kg
5 gr/kg
30 gr/kg
10 r/kg
7. BTP PENGAWET
a. Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan
Tambahan makanan, BTP pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah
atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap
pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Proses pengawetan adalah upaya menghambat kerusakan pangan dari kerusakan
yang disebabkan oleh mikroba pembusuk yang mungkin memproduksi racun atau toksin.
Tujuan pengawetan yaitu menghambat atau mencegah terjadinya kerusakan,
mempertahankan mutu, menghindarkan terjadinya keracunan dan mempermudah penanganan
dan penyimpanan. Daya keawetan pangan berbeda untuk setiap jenisnya. contohnya telur
yang diawetkan dapat bertahan 1-2 bulan; daging yang dibekukan dapat awet 6-9 bulan; ikan
asin sekitar enam bulan; apel segar yang disimpan dengan kontrol atmosfer (dalam ruang
pendingin atau refrigerator/chiller pada temperatur 6-10 C) dapat awet sekitar 3 bulan.
Secara umum metoda pengawetan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Penambahan BTP Pengawet
b. Pemanasan dengan suhu tinggi (Pemanasan)
b. Metode Pengawetan dengan penambahan BTP Pengawet
Kondisi lingkungan yang beriklim tropis dan kelembaban udara yang tinggi
memungkinkan untuk tumbuhnya mikroba perusak makanan. Sesuai dengan peraturan
menteri kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 terdapat 26 jenis pengawet yang diijinkan
untuk ditambahkan ke dalam makanan dan minuman.
Jenis pengawet yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri dari asam asetat,
kalsium asetat, natrium asetat, asam benzoat dan garamnya (kalium benzoat, kalsium
benzoat, dan natrium benzoat), asam propionat dan garamnya (kalium propionat, kalsium
propionat, dan natrium propionat), asam sorbat dan garamnya (kalium sorbat, kalsium sorbat,
dan natrium sorbat), belerang dioksida dan garam sulfit (kalium bisulfit, kalium metabisulfit,
kalium sulfit, kalsium bisulfit, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, dan natrium sulfit), phidroksibenzoat (etil p-hidroksibenzoat, metil p-hidroksibenzoat, dan propil phidroksibenzoat), lisozim hidroklorida, nitrat (kalium nitrat dan natrium nitrat), dan nitrit
(kalium nitrit dan natrium nitrit). Penggunaan pengawet diatas diizinkan ditambahkan dengan
jumlah tidak melebihi batas maksimum dan sesuai dengan kategori pangan.
Tabel Dosis Pemakaian BTP Pengawet
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
Nama Pengawet
Ukuran
Maksimum yang
diijinkan
600 gr/kg
1 gr/kg
3 gr/kg
125 mg nirit/kg
atau 500 mg
nitrat/kg
1 gr/kg
500 kg/kg
Bahan pewarna alami meliputi pigmen yang berasal dari bahan alami seperti
tumbuhan, mineral dan hewan, serta bahan yang diproses oleh manusia yang bahan bakunya
berasal dari bahan alami.
membentuk anthosianidin. Warna pigmen anthosianin merah, biru, dan violet. Pigmen
tersebut biasanya terdapat pada bunga- buah-buahan dan sayur-sayuran. Warna pigmen
dipengaruhi oleh konsentrasi pigmen, dan pH. Pada konsentrasi yang encer, anthosianin
berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna merah dan konsentrasi biasa
berwarna ungu. Pada pH rendah, pigmen anthosianin berwarna merah dan pada pH tinggi
berubah menjadi violet, lalu menjadi biru.
Jenis BTP pewarna yang diperbolehkan oleh Badan POM adalah sebagai berikut :
A. Pewarna Alami
a. Anato
b. Beta-Apo-8-karotenal
c. Etil Beta-Apo-8-karotenoat
d. Kantasantin
e. Karamel, amonia Sulfit
f. Karamel
g. Karmin
h. Beta-karoten
i. Klorofil
j. Klorofil tembaga komplex
k. Kurkumin
l. Riboflafin
m. Titanium dioksida
B. Pewarna Sintetik
a. Biru Berlian
b. Coklat HT
c. Eritrosin
d. Hijau FCF
e. Hijau S
f. Indigotin
g. Karmosin
h. Kuning FCF
i. Kuning Kuinolin
j. Merah Allur
k. Ponceau 4RTartrazin
Beberapa pewarna alami yang diijinkan dalam pangan, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No 772/Menkes/RI/Per/IX/88 diantaranya adalah :
Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat yang dapat digunakan untuk mewarnai
jem/jeli (200 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300 mg/kg) dan yogurt beraroma
(150 mg/kg)
Beta-karoten, yaitu pewarna alami berwarna merah orange yang dapat digunakan
untuk mewarnai es krim (100 mg/kg), keju (600 mg/kg)
Kurkumin, yaitu pewarna alami yang berwarna kuning-orange yang dapat digunakan
untuk mewarnai es krim dan sejenisnya (50 mg/kg)
b. Mekanisme Kerja
Banyak penelitian tentang bagaimana mempertahankan tekstur buah-buahan
dan sayuran berkaitan erat dengan tinggi dan rendahnya kandungan kalsium didalam sel-sel
jaringannya. Semakin rendah kandungan kalsiumnya, buah dan sayuran akan lebih cepat
lunak dan layu. Penambahan kalsium banyak diaplikasikan pada buah dan sayuran sebelum
dan sesudah panen untuk menunda proses pematangan. Disamping itu, proses pengerasan dan
ketahanan terhadap proses pelayuan dihasilkan dari kestabilan sistem membran dan
pembetukan kalsium pektat (Ca-Pectates) yang akan menambah pengerasan pada dinding sel
dan penguatan pada kulit buah dan sayuran. Salah satu bahan pengeras yang diijinkan yaitu
kalsium klorida dapat ditambahkan dengan kombinasi proses pemanasan untuk buah dan
sayuran dalam kaleng. Pada proses panas, molekul COO- akan terbentuk dari pektin yang
terkandung pada buah dan sayuran selanjutnya dengan Ca2+ akan membentuk lapisan garam
saling bersilangan. Lapisan garam ini menyebabkan dinding sel buah akan terlindungi dari
enzim-enzim yang menyebabkan proses pelayuan dan matang. Bahan-bahan tambahan
makanan diijinkan sebagai bahan pengeras diantaranya :
1. Aluminium Amonium Sulfat
2. Aluminium Kalium Sulfat
3. Aluminium Natrium Sulfat
4. Aluminium Sulfat (Anhidrat)
5. Kalsium Glukonat
6. Kalsium Karbonat
7. Kalsium Klorida
8. Kalsium Laktat
9. Kalsium Sitrat
10. Kalsium Sulfat
11. Monokalsium Fosfat
Selain dijinkan oleh peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), bahan
pengeras diatas juga telah dievaluasi masalah keamanannya oleh CODEX JECFA
FAO/WHO. Kalsium Sulfat dalam US FDA juga dinyatakan sebagai aman atau Generally
Recognize as Safe (GRAS).
2.
3.
Nama Bahan
Pengeras
Kalsium
Glukonat
Kalsium Klorida
Kalsium Sulfat
Ukuran Maksimum
Yang Diijinkan
800 mg/kg
250 mg/kg
260 mg/kg
Nama Bahan
Sekuestran
Selain BTP yang tercantum dalam peraturan menteri masih ada beberapa BTP yang
biasa digunakan dalam pangan, misalnya :
1. Enzim, yaitu enzim yang berasal dari hewan, tumbuhan atau mikroba yang dapat
menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk, lebih larut
dan lain-lain.
2. Penambah gizi, yaitu berupa asam amino, mineral atau vitamin baik tunggal ataupun
campuran yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan.
3. Humektan, yaitu bahan tambahan pangan yang menyerap lembab (uap air) sehingga
mempertahankan kadar air pangan.
2.
Formalin (formaldehid).
Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak disalahgunakan untuk
produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika
kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat yang
terdapat dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang
menyebabkan keracunan pada tubuh. Formalin adalah larutan 37 persen formaldehida dalam
air, yang biasanya mengandung 10 sampai 15 persen metanol untuk mencegah polimerasi.
Formalin dapat dipakai sebagai bahan anti septik, disenfektan, dan bahan pengawet dalam
biologi. Zat ini juga merupakan anggota paling sederhana dan kelompok aldehid dengan rumus
kimia HCHO.
3.
dalam
yang perlahan menimbulkan akumulasi pada sel adiphose tulang dan lemak.
4.
Kloramfenikol (chloramfenicol).
Penggunaan kloramfenikol sebagai bahan tambahan pangan digunakan sebagai anti
mikrobial, terutama ditambahkan pada air susu untuk tujuan mematikan mikroba pengurai pada
susu.
Efek terhadap kesehatan dari kloramfenikol yang diberikan sebanyak 50 mg/kg berat
badan pada neonatus, terutama yang prematur dapat mengalami pray sickness. Kelainan ini
berdasarkan atas belum sempurnanya kemampuan hati neonatus untuk mengadakan konjugasi
kloramfenikol dengan asam glukoramat. Kloramfenikol yang tidak mengalami konjugasi masih
bersifat toksik.
5.
Kalium Klorat
Kalium klorat (KClO3) salah satu fungsinya sebagai pemutih, sehingga sering
dimasukkan dalam obat kumur pemutih dan pasata gigi. Sejak tahun 1988, Pemerintah
Indonesia sudah melarang penggunaan kalium klorat sebagai bahan tambahan makanan karena
senyawa ini dapat merusak tubuh bahkan kematian.Jika terpapar dalam jangka waktu lama
dapat menyebabkan methemoglobinemia (kelainan dalam darah), kerusakan hati dan ginjal,
iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bila dimakan bersamaan dengan produk
pangan, kalium klorat dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan, gejalanya mual,
muntah dan diare.
6.
Dietilpirokarbonat.
Dietilpirokarbonat (DEP) termasuk di dalam bahan kimia karsinogenik mengandung
unsur kimia C6H10O5 adalah bahan kimia sintetis yg tdk ditemukan dlm produk-produk alami
dan digunakan sebagai pencegah peragian pada minuman yang mengandung alkohol maupun
minuman yang tidak beralkohol.DEP sering digunakan untuk susu dan produk susu, bir, jus jeruk
dan minuman buah-buahan lain sehingga minuman ini dapat bertahan lama. DEP apabila masuk
ke dalam tubuh dan terakumulasi dalam jangka panjang, dapat memicu timbulnya kanker.
7.
Nitrofuranzon.
Nitrofuranzon
merupakan
bahan
sintetik
yang
bersifat
bakteri ida
pada
hewan.Nitrofuranzon digunakan dalam pakan ternak, pada pangan digunakan sebagai senyawa
antimikroba. Efek farmakologi nitrofuranzon dari hasil penelitian terhadap tikus dapat
mengakibatkan skin lession pada kulit, infeksi pada kandung kemihmembunuh flora usus.
8.
9.
Merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna
merah keunguan dalam larutan berwarna merah terang berpendar (berfluorescensi). Nama
lain dari Rhodamin B adalah : Tetra ethyl rhodamin, Rheonine B, D & Red No.19, CI Basic
Violet 10, CI No.45179. Rhodamin B sering digunakan sebagai zat pewarna untuk tekstil,
kertas dan sebagai reagensia untuk pengujian Antimon, Cobalt, Bismuth dan lain lain,
Rhodamin B dilarang digunakan dalam obat, makanan dan kosmetika (Permenkes
No.239/Menkes/Per/V/85 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan
berbahaya), Rhodamin B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan dan kosmetika
misalnya sirup, kerupuk, lipstik dan lain lain. Pewarna makanan-minuman untuk warna
merah disarankan memakai pewarna alam atau pewarna sintetik yang aman sesuai dengan
Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan, contoh :
Karmin, Merah Allura.
Bahaya utama Rhodamin B terhadap kesehatan adalah paparan Rhodamin dalam
waktu yang lama (kronis) dapat menyebabkan gangguan fungsi hati / kanker hati sedangkan
tanda dan gejala akut bila terpapar Rhodamin Badalah jika terhirup dapat menimbulkan iritasi
pada saluran pernafasan, jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit, jika terkena
mata dapat menimbulkan iritasi pada mata dan jika tertelan dapat menimbulkan iritasi pada
saluran pencernaan. Rhodamin B dapat melukai mata, merusak hati, menyebabkan tumor
hati/karsinogenik.
akan hilang selama pembakaran atau pemanasan. Bila terlau banyak digunakan,sisas kalium
bromat akan tetap banyak dalam roti. Kalium bromat merupakan bahan kimia yang dalam dosis
berlebih dalam tubuh dapat menyebabkan gejala muntah-muntah, diare, methemoglobinemia
dan reinjury (luka).
Kalium bromat dilarang pada beberapa negara karena dianggap sebagai karsinogen,
pemicu kanker. The Centre for Science in teh Public Interest (CPSI), sebuah lembaga advokasi
nutrisi dan kesehatan terkemuka di Amerika Serikat, mengajukan permohonan kepada food and
Drug Administration (FDA) untuk melarang penggunaan kalium bromat. Di negara-negara Eropa,
Inggris Kalium bromat dilarang pada beberapa negara karena dianggap sebagai karsinogen,
pemicu kanker. The Centre for Science in teh Public Interest (CPSI), sebuah lembaga advokasi
nutrisi dan kesehatan terkemuka di Amerika Serikat, mengajukan permohonan kepada food and
Drug Administration (FDA) untuk melarang penggunaan kalium bromat. Di negara-negara Eropa,
Inggris, dan Kanada, kalium bromat telah dilarang mulai 1990 an.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam pengertian luas adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam produk pangan selain bahan baku utama. Secara khusus BTP adalah
bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau karakteristik
pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTP dapat ditambahkan pada
proses produksi, pengemasan, transportasi atau penyimpanan.
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan. Bahan tambahan pangan yang digunakan
hanya dapat dibenarkan apabila, tidak digunakan untuk menyembunyikan atau menutupi
penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan dan tidak digunakan
untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk
pangan serta tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan (BPOM,
2003).
Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis di bawah ambang batas
yang telah ditentukan. Jenis BTP menurut penggunaannya ada 2, yaitu GRAS (Generally
Recognized as Safe), zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan
jenis lainnya, yaitu ADI (Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan
hariannya (daily intake) demi menjaga/melindungi kesehatan konsumen.
Jenis-jenis BTP yaitu : Bahan Pengawet, Pewarna, Pemanis, Penyedap, Antikempal,
Antioksidan, Pengemulsi, Pengatur Keasaman, Sekuestran dan Pemutih.
Saran
Perlu tinjauan pustaka mengenai cara penambahan Bahan Tambahan Pangan secara
sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/197807
162006042-AI_MAHMUDATUSSA'ADAH/BAHAN_TAMBAHAN_PANGAN.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31027/3/Chapter%20II.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/195810141986012F._MARIA_TITIN_SUPRIYANTI/Titin_file_4,aditif.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/10/jtptunimus-gdl-s1-2008-srisugiyat-489-3-bab2.pdf
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/538/jbptunikompp-gdl-ajiedwipra-26860-4-unikom_ai.pdf
http://heavenlyblush.com/blog/2010/09/18/pengawet-pemanis-pewarna-mana-yang-aman/
Cahyadi, Wisnu. 2009. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara
Kuswara, Sutrisno. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Bogor : Ebook pangan
Saparinto, Cahyo. 2006. Bahan Tambahan Pangan.Yogyakarta : Kanisius
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !
Posting LamaBeranda
RECENT POST
POPULAR POSTS
COMMENTS