Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

SKABIES

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Disusun Oleh :
Egi Herliansah (2012730124)

Dokter Pembimbing :
Dr. Bowo Wahyudi, SpKK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANJAR


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH JAKARTA

PERIODE 12 DESEMBER 2016 15 JANUARI 2017


1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
kasih sayang dan karunia-Nya, sehingga penulis sanggup menulis laporan kasus
dengan judul Skabies, sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta
di Rumah Sakit Umum Daerah Banjar periode 12 Desember 2016 15 Januari 2017.
Selain itu, besar harapan dari penulis bilamana laporan kasus ini dapat membantu
proses pembelajaran dari pembaca sekalian.
Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis telah mendapat bantuan,
bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. dr. Bowo Wahyudi, SpKK selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik di Rumah
Sakit Umum Daerah Banjar.
2. Rekan-rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Banjar periode 12 Desember 2016 15
Januari 2017.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini tidak luput dari kekurangan
karena kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis
mengharapakan kritik dan saran yang bermanfaat untuk mencapai laporan kasus yang
sempurna.
Akhir kata, semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi para pembaca.
Banjar, Desember 2016
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
LAPORAN KASUS KULIT DAN KELAMIN.......................................................6
A. IDENTITAS PENDERITA...........................................................................6
B. ANAMNESIS...............................................................................................6
C. PEMERIKSAAN FISIK...............................................................................8
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................9
E. RESUME....................................................................................................10
F.

DIAGNOSIS BANDING............................................................................11

G. DIAGNOSIS...............................................................................................11
H. PENATALAKSANAAN............................................................................11
I.

PROGNOSIS...............................................................................................12

BAB III..................................................................................................................13
PEMBAHASAN KASUS......................................................................................13
A. Mengapa pada Kasus ini Pasien Didiagnosis dengan Scabies ?.................13
B. Mengapa pada kasus ini diambil diagnosis banding Pedikulosis, Prurigo
dan Dermatitis?...................................................................................................14
C. Analisis Pemeriksaan penunjang................................................................17
D. Analisi Penatalaksanaan.............................................................................17
E. Berdasarkan Prognosis................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN

Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada
keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan
yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa
gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga
ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk
istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut
terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas
kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup
masyarakat.1
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi pada lapisan epidermis superficial terhadap Sarcoptes scabiei var hominis
dan produknya. Penyakit kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya ibu yang menggendong anaknya
yang menderita scabies atau penderita yang bergandengan tangan dengan temantemannya. Secara tidak langsung misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan
lain-lain. Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni :1
1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari) karena akitivitas tungau lebih tinggi
pada malam hari
2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga,
sebagian tetangga yang berdekatan
3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata rata panjang 1 cm,
pada ujung terowongan ditemukan papul dan vesikel.
4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.

Predileksi dari skabies ialah biasanya pada daerah tubuh yang memiliki
lapisan stratum korneum yang tipis, seperti misalnya: axilla, areola mammae, sekitar
umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volair, sela-sela jari tangan,
siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.1
Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan
masyarakat padat. Banyak faktor yang menunjang perkembangan dari penyakit ini,
antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang
sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta
ekologik.1

BAB II

LAPORAN KASUS KULIT DAN KELAMIN

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama

: An. R

Usia

: 8 tahun

Jenis Kelamin

: Laki Laki

Alamat

: Jati Mulya - Pataruman

Pekerjaan

: Pelajar

Pendidikan

: SD

No. RM

: 217820

Tanggal Masuk RS

: 20 Desember 2016

Tanggal Pemeriksaan : 20 Desember 2016

B. ANAMNESIS
Auto dan alloanamnesa pada tanggal 20 Desember 2016 pukul 10.00 WIB di poli
kulit dan kelamin.
1. Keluhan Utama

Bruntus-bruntus kemerahan yang disertai gatal gatal diseluruh tubuh sejak


7 hari yang lalu SMRS.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien An. R datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD kota Banjar
diantar oleh keluarganya dengan keluhan bruntus-bruntus kemerahan yang
disertai gatal-gatal diseluruh tubuh sejak 7 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit. Awalnya bruntus kemerahan sebesar ujung jarum pentul

dirasakan berawal dari sela jari tangan kanan kemudian semakin banyak dan
meluas ke sela jari tangan kiri, punggung ke kedua tangan, telapak tangan,
dada, perut, punggung, daerah kemaluan, dan kaki. Keluhan gatal dirasakan
semakin hebat terutama pada malam hari dan menyebabkan pasien sering
terbangun hampir setiap malam. Rasa gatal yang dirasakan membuat pasien
menggaruk kulit hingga timbul luka akibat garukan. Untuk mengurangi
keluhan, ibu pasien biasanya menaburi tubuh pasien dengan bedak bayi.
Saat pertama kali gatal tersebut muncul, pasien tidak digigit oleh
serangga. Namun saat timbul keluhan gatal. Keluhan batuk pilek dan sakit
menelan disangkal.
Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan 2 orang saudara.
Ukuran rumah kecil dengan lingkungan padat penduduk. Riwayat orang
sekitar yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh ibu pasien,
yakni ayah, ibu, dan adik pasien. Pasien biasanya mandi 2 x dalam sehari,
mengganti pakaiannya 2 x dalam sehari termasuk pakaian dalam dan
menggunakan handuk bersamaan.

Ibu pasien mencuci pakaian sendiri

dengan sabun biasa dan disetrika. Pasien tidur bersama dengan ayah, ibu dan
adik pasien.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

Belum pernah sakit seperti ini.


4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat gejala penyakit yang sama (+), ayah, ibu, dan adik pasien.
5. Riwayat Psikososial

Mandi 2 kali sehari, tidur dengan orang tua dan saudaranya.


6. Riwayat Pengobatan

Pernah berobat ke dokter umum diberi obat berupa salep.


7. Riwayat Alergi

Menurut ibu pasien, pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan, suhu,
maupun debu.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di poli kulit dan kelamin pada tanggal 20 Desember
2016 pada pukul 10.15 WIB.
1. Status Generalis

KU

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda vital

Tekanan Darah: Tidak diukur

Nadi

: 88 kali/menit

Nafas

: 20 kali/ menit

Suhu

: Afebris

2. Status Dermatologikus
Distribusi
A/R

:
Generalisata
Hampir seluruh tubuh
(sela-sela jari kedua tangan, kedua
pergelangan tangan, ketiak, dada, perut,
punggung, kemaluan, kedua kaki, dan

Lesi

sela jari kaki)


Multipel, diskret, bilateral, batas tegas,
bentuk bulat, ukuran miliar sampai
lentikuler

Efloresensi

0,5 cm, menimbul

permukaan kulit, kering.


Papul
eritematosa,
hiperpigmentasi.

dari

makula

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 20%, mencari Sarcoptes scabiei dewasa,
larva, telur, dengan preparat kaca obyek, lalu ditutup cover glass dan dilihat
dengan mirkroskop. Tidak ditemukan Sarcoptes skabiei.

E. RESUME
Pasien An. R datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan
bruntus-bruntus kemerahan yang disertai gatal-gatal diseluruh tubuh sejak 7 hari
yang lalu SMRS. Awalnya bruntus kemerahan sebesar ujung jarum pentul
dirasakan berawal dari sela jari tangan kanan kemudian semakin banyak dan
meluas ke sela jari tangan kiri, punggung ke kedua tangan, telapak tangan, dada,
perut. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan
menyebabkan pasien sering terbangun hampir setiap malam. Rasa gatal yang
dirasakan membuat pasien menggaruk kulit hingga timbul luka akibat garukan.
Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan 2 orang saudara. Ukuran
rumah kecil dengan lingkungan padat penduduk. Riwayat orang sekitar yang
mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh ibu pasien, yakni ayah, ibu, dan
adik pasien. Pasien biasanya mandi 2 x dalam sehari, mengganti pakaiannya 2 x
dalam sehari termasuk pakaian dalam dan menggunakan handuk bersamaan. Ibu

pasien mencuci pakaian sendiri dengan sabun biasa dan disetrika, Pasien tidur
bersama dengan ayah, ibu dan adik pasien.
Pada status generalis didapatkan Keadaan Umum tampak sakit ringan,
Kesadaran compos mentis, Nadi 88 kali/menit, Nafas 20 kali/ menit, suhu afebris.
Pada status dermatologi didapatkan papul eritema dan makula hiperpigmentasi,
Lokasi sela-sela jari kedua tangan, kedua pergelangan tangan, ketiak, dada, perut,
punggung, kemaluan, kedua kaki, dan sela jari kaki. Distribusi Multipel, diskret,
bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai lentikuler 0,5 cm,
menimbul dari permukaan kulit, kering.

F. DIAGNOSIS BANDING

Skabies

Pedikulosis

Prurigo

Dermatitis atopik

G. DIAGNOSIS
Skabies

H. PENATALAKSANAAN

Diagnostik
-

Darah Lengkap

Terapi

Sistemik
-

Antihistamin

: Loratadin 1x 10 mg

Topikal
-

Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari selama


10 jam, satu kali dalam seminggu.

Edukasi

Edukasi pada pasien dan keluarga bahwa penyakit ini menular

Menghindari orang-orang yang terkena penyakit ini dan memberitahu


kepada meraka yang terkena agar segera berobat

Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan

Semua baju dan alat-alat tidur dicuci dengan air panas lalu dicuci dan
secara terpisah, dijemur dan disetrika

Jangan menggaruk bagian yang gatal

Jangan memakai handuk dan pakaian bersama-sama

Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah yang berkontak dengan
penderita harus diperiksa dan bila menderita penyakit yang sama harus
segera diobati.

I. PROGNOSIS
Quo ad Vitam

: dubia ad bonam

Quo ad Sanam

: dubia ad bonam

Quo ad Fungsionam

: dubia ad bonam

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. Mengapa pada Kasus ini Pasien Didiagnosis dengan Scabies ?


Berdasarkan Anamnesis pada Pasien
:
Bruntus-bruntus kemerahan yang disertai gatal gatal diseluruh tubuh sejak

7 hari yang lalu SMRS.


Beruntus pertama kali muncul di sela sela jari kedua tangan kemudian

menyebar ke kedua siku, perut, daerah kemaluan dan kaki.


Gatal gatal dan semakin meningkat pada malam hari dan sering menggaruk

nya.
Keluarga pasien baik ayah, ibu, dan adik pasien mengalami keluhan yang
sama.

Berdasarkan Teori
:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan pemerksaan
yang dilakukan. Dari anamnesis didapatkan bruntus bruntus kemerahan yang
gatal timbul pada sela kedua tangan, punggung tangan, dada, perut, daerah
kemaluan dan kaki. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam
hari. Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan riwayat orang sekitar
yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh ibu pasien, yakni sepupu
pasien yang sering diajak bermain. Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit
skabies, dimana hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya
2 dari tanda 4 tanda kardinal skabies maka diagnosis klinis dapat ditegakkan. 1
Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni :1,4
1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari) karena akitivitas tungau lebih tinggi
pada malam hari.
2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga,
sebagian tetangga yang berdekatan.
3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, ratarata panjang 1 cm,
pada ujung terowongan ditemukan papul dan vesikel.

4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.


Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturnal, adanya
orang di sekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama dan ditemukannya
tungau pada pemeriksaan mikroskopik.1

B. Mengapa pada kasus ini diambil diagnosis banding Pedikulosis, Prurigo dan
Dermatitis?
Pada laporan kasus ini, diambil beberapa diagnosis kerja yaitu Pedikulosis,
Prurigo dan Dermatitis, berdasarkan gejala klinis dan teori.
1. Skabies.
a. Definisi
: Penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei
jenis var hominis.
b. Penyebab
: Sarcoptes scabiei.
c. Umur
: Banyak menyerang anak-anak dan terkadang orang
dewasa.
d. Jenis Kelamin
e. Daerah/musim

: Frekuensi pria sama dengan wanita.


: Populasi pada suatu tempat mempermudah penularan.

(penularan dapat langsung dan tidak langsung melalui pakaian, handuk,


tempat tidur dan alat alat tidur).
f. Kebersihan
: Kumuh dan kebersihan serta hygiene yang buruk.
g. Lokalisasi
: Sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, sekitar
pusat, paha bagian dalam, genitalia pria, dan bokong. Pada bayi di kepala,
telapak tangan, dan kaki.
h. Efloresensi
: Papula eritema, vesikel, jika ada garukan akan timbul
pustul, krusta, dan eksoriasi
i. Gejala Klinis
: Mengeluh gatal, terutama pada malam hari.3,4,5
2. Pediculosis Corporis
a. Definisi
: Penyakit kulit yang disebabkan Pediculus humanus
var corporis.
b. Penyebab

: Gigitan Pediculus humanus var corpora, tuma.

Melekat pada lipatan pakaian dan menghisap darah pada kulit orang
dewasa.
c. Umur
d. Jenis Kelamin
e. Daerah musim

: Biasanya pada usia dewasa.


: Frekuensi pria sama dengan wanita.
: lebih sering pada cuaca dingin dengan orang yang

memakai pakaian yang tebal.


f. Kebersihan
: Higiene kurang.
g. Lokalisasi
: Daerah pinggang, ketiak, inguinal.

h. Efloresensi

: Papula-papula miliar disertai bekas garukan yang

menyeluruh.
i. Gejala Klinis

: Tuma yang menggigit dan mengeluarkan liur, sehingga

timbul papula papula dan area digaruk akan tampak bekas garukan.1,2
3. Prurigo Hebra
a. Definisi
: Reaksi kulit yang bersifat residif dengan efloresensi
beraneka ragam.
b. Penyebab
: Belum jelas, diduga dari luar seperti gigitan ada
pengaruh serangga, sinar matahari, udara dingin, dan pengaruh dari dalam
tubuh.
c. Umur
d. Jenis Kelamin
e. Daerah musim

: Anak-anak sampai dewasa muda.


: Wanita > Pria.
: Lebih banyak pada daerah beriklim panas Kebersihan

Kurang baik.
f. Lokalisasi
g. Efloresensi

: Bagian ekstensor ekstremitas, dahi, dan abdomen.


: papula eritema (urtikaria popular), selanjutnya menjadi

papula runcing dan menjadi vesikel, eksoriasi, dan linefikasi.


h. Gejala Klinis
: Gelisah gatal dan mudah dirangsang.1,5
4. Dermatitis Atopik
a. Definisi
: Peradangan kulit yang timbul akibat riwayat atopi.
b. Penyebab
:Faktor keturunan, bisa karna alergen Pada bayi 2 bulan
c.
d.
e.
f.
g.

2 tahun.
Umur
Jenis Kelamin
Daerah/musim
Kebersihan
Lokalisasi

: Pada anak 3-10 tahun Pada dewasa 13-30 tahun.


: Frekuensi wanita lebih banya
: Panas dan lembab.
: Kurang baik dan dapat memperberat gejala.
: Pada bayi kedua pipi, kepala, badan, lipat siku, lipat

lutut Pada anak tengkuk, lipat siku, siku, lipat lutut Pada dewasa tengkuk,
lipat lutut, lipat siku punggung kaki.
h. Efloresensi
: Pada bayi eritema berbatas tegas, papula/vesikel
miliar, erosi dan eksudat Pada anak papula miliar, likenifikasi, tak
bereksudat Pada dewasa hiperpigmentasi, kering dan likenifikasi.1

KETERANGA
N PASIEN

PENYAKIT
SKABIES

PEDIKULOSI

PRURIGO

S
Penyakit

DERMATITIS
ATOPI

yang

disebabkan oleh
kutu atau tungau

Usia 8 tahun

Jenis

kelamin

di

laki-laki
Tinggal
daerah tropis
Penularan:
pasien

tidur

bersama dengan
orang

tuanya,

dan
menggunakan
handuk
bersamaan
Higien kurang
Menyerang
kelompok

ayah, ibu, dan


adik.
Tempat
predileksi pasien
: sela-sela jari
kedua

tangan,

kedua
pergelangan
tangan,

ketiak,

dada,

perut,

punggung,
kemaluan, kedua
kaki, dan sela
jari kaki.
Lesi pada pasien
:

Multipel,

diskret, bilateral,
batas

tegas,

bentuk

bulat,

ukuran

miliar

sampai
lentikuler
cm,

0,5

menimbul

dari permukaan
kulit, kering.
Efloresensi
papul

eritema,

macula
hiperpigmentasi

C. Analisis Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan darah rutin hemoglobin Pada kasus ini mengapa dilakukan
pemeriksaan Hb dikarenakan menurut literatur pada kasus oleh karena infeksi
kulit karena serangga sejenis tungau atau kutu dapat menyebabkan anemia,
biasanya pada Pediculosis biasanya tungau mengisap darah pasien.1
D. Analisi Penatalaksanaan
Penatalaksanaan

skabies

dilakukan

pengobatan

secara

non-

medikamentosa dan medikamentosa. 6


Pengobatan non-medikamentosa yang diberikan pada pasien adalah :

Non-medikamentosa
- Edukasi ke pasien bahwa penyakit ini menular. (pada anamnesa pasien
-

sesuai karena pasien tertular dari anggota keluarga).


Meningkatkan kebersihan individu dan lingkungan (sesuai dirumah

pasien jarang membersihkan rumah nya).


Pakaian, handuk, sprei yang digunakan direndam dengan air panas lalu
dicuci secara terpisah, dijemur dan disetrika. (sesuai pada ibu pasien
anamnesa, menggunakan handuk bersamaan).

Jangan menggaruk luka karena bisa menjadi tempat infeksi baru dan dapat
meninggalkan bekas garukan yang permanen. (berdasarkan pasien
anamnesa, sering menggaruknya jika gatal).6

Pengobatan sistemik pada scabies dapat berupa sistemik, yaitu :

Topikal
Permethrin krim suatu skabisi yang efektif pada manusia dengan toksisitas
rendah, bahkan dengan pemakaian yang berlebihan sekalipun dan obat ini
telah dipergunakan lebih dari 20 tahun. Krim permetrin ditoleransi dengan
baik, diserap minimal dan tidak di absorpsi sistemik, serta dimetabolisasi
dengan cepat.7,8
a. Indikasi

: permethrin cream 5% digunakan untuk terapi nvestasi

Sarcoptes scabiei. Permukaan kulit mulai dari kepala sampai ke jari kaki,
terutama daerah belakan telingan patan bokong, dan Lama. sela sela jari
kaki. pemakaian selama 8 - 12 jam. pada malam hari Diajurkan
pengolesan kemudian dicuci pada keesokan harinya.6
b. Efek samping
: dapat timbul rasa panas seperti terbakar ringan, pedih,
yang gatal, eritema, hipestesi serta ruam kulit Efek samping ini bersifat
sementara dan akan menghilang sendiri.7
c. Peringatan
:
- Infestasi Skabies kadang diikuti dengan adanya pruritus, edema dan
eritema. Pengobatan dengan Scabimite bisa secara sementara

memperburuk kondisi ini


Keamanan dan keefektifan pada anak anak berumur 2 bulan belum

diumumkan.
Penggunaan selama kehamilan dan menyusui harus dengan

rekomendasi dokter.9
d. Keuntungan
:
- Aman dan efektif untuk di gunakan dalam beberapa tingkat skabies.
- Diaplikasikan secara tunggal (sekali pemakaian).
- Non neurotoxic scabicide.7
Medikamentosa pada pasien
Topikal Permethrin krim 5% dioleskan pada seluruh tubuh dari leher
ke bawah dan dibilas setelah 8 12 jam, dianjurkan dioleskan pada malam hari
kemudian pada keesokan harinya.1

E. Berdasarkan Prognosis
Quo ad Vitam

: Bonam, tidak ada kegawatan mengancam jiwa.

Quo ad Functionam

: Bonam dengan penanganan berkelanjutan untuk


meningkatkan kualitas hidup pasien.

Quo ad Sanasionam

: Bonam terutama jika kepatuhan berobat dan


penggunaan obat-obatan berjalan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Handoko, Rony P. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Penyakit

2.

kulit penyakit parasit hewani. Jakarta: FKUI. 2016. p. 122-125.


Kartowigno, S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit Edisi Pertama. Palembang:

3.

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2011. p. 167-173.


Siregar, R. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: EGC 2005.

4.

p. 102-103.
Sungkar, S. Penyakit yang Disebabkan Artropoda. Dalam Srirasi G., H. Hery
D., dan Wita Pribadi, ed. Parasitologi Kedokteran Edisi III. Jakarta: FKUI.

5.

2003. p. 264-267.
Burns DA. Diseases Caused by Arthropod and other Noxious Animals. In: Burns
T Breathnac S, Cox N, and Griffiths C, ed. Rook's Textbook of Dermatology.

6.

7th ed. Oxford: Blackwell. 2004. p. 33.37-33.46.


Golant AK, Levitt J Scabies: A Review Diagnosis and Management Based on
Mite Biology. New York: Departemen of Dermatology, yhe mount Sinai. 2012. p.

7.

1- 12.
Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. Dermatological pharmacology. In: Hardman
JG, Limbird IE, eds. Goodman and Gillman's the pharmacological basis of

8.

theraupetic. 10th ed. New York: McGraw Hill 2001. p. 795-814


Johnston, G, Sladden, M. Prurigo: Diagnosis and Treathment. America: British

Medical Journal. 2005. p. 619-622.


9. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA. Et al. Dermatology in General
Medicine 7th Ed. New York: McGraw-Hill. 2008. p. 1205

Anda mungkin juga menyukai