VIRUS
Virus adalah suatu mikroorganisme yang sering mengganggu pertumbuhan sel di
dalam tubuh manusia. Hal ini dikarenakan virus menggunakan bagian sel tubuh dari
organisme untuk media bereproduksi dan mempertahankan hidup dengan mengambil fungifungsi sel dalam tubuh inangnya. Virus memiliki ukuran mikroskopik, yaitu antara 15 600
nm, dan mengandung inti dari RNA/ DNA. Tiap - tiap virus memiliki afinitas terhadap selsel tertentu. Sebagai contoh, virus HIV hanya menyerang sel sel CD4+ pada sel darah
putih, dan virus Hepatitis C hanya menyerang sel-sel liver.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Virus dapat bereplikasi jika menginfeksi tubuh host-inangnya dengan jalan melalui
proses enzimatik inangya. Oleh karena itu, suatu virus tidak dapat bereproduksi sendiri.
Virus memiliki material genetik, yang berupa protectif protein coat yang disebut kapsid.
Virus Dapat menginfeksi berbagai varietas organisme, baik eukariot (hewan, tumbuhan,
protista, dan fungi) maupun prokariot (bakteria dan archae). Virus yang menginfeksi bakteri
dikenal bakteriophage (phage).
Infeksi virus dapat menyebabkan penyakit serius terhadap manusia. Sebagai contoh
adalah penyakit AIDS, HIV, Rabies, dan lainnya. Terapi untuk menangani virus dengan
antibiotik tidak mampu memberikan efek terapi. Sebagai penggantinya, maka digunakan
antivirus.
Siklus hidup virus terdiri dari 5 tahap, yaitu:
1. Attachment
Attachment adalah ikatan khas diantara viral capsid proteins dan spesifik reseptor
pada permukaan sel inang. Virus akan menyerang sel inang yang spesifik, contohnya
Human Immunodeficiency Virus (HIV) hanya menginfeksi manusia pada sel T. karena
membran protein virus (gp120) dapat berinteraksi dengan CD4+ dan reseptor pada
permukaan sel T.
2. Penetration
Virus masuk ke sel inang menembus reseptor secara endocytosis atau melalui
mekanisme lain.
3. Uncoating
Uncoating adalah proses terdegradasinya viral kapsid oleh enzim viral atau hostenzim yang dihasilkan oleh veral genomic nucleat acid.
4. Replication
Replikasi virus dapat dilakukan secara litik maupun lisogenik. Meskipun media
yang digunakan untuk masuk virus ke sel inangnya berbeda beda, tapi mekanisme
dasar pengadaan sama untuk semua virus. Siklus hidup virus yang paling mudah
dipahami adalah siklus hidup bakteriophage (phage). Phage biasa menggandakan diri
dengan 2 mekanisme alternatif, yaitu daur litik (virulen), dan daur lisogenik (avirulen).
Daur litik berakhir dengan lisis (pecah) yaitu matinya sel induk, sedangkan daur
lisogenik berakhir dengan sel induk yang masih tetap hidup. Berikut adalah gambar daur
hidup virus mekanisme litik:
NAMA : SELVI
Faga T4 memiliki sekitar 100 gen, yang ditranskripsi dan ditranslasi menggunakan
peralatan sel inangnya. Salah satu gen faga pertama yang ditranslasi setelah infeksi
mengkose enzim yang memotong DNA sel inang tersebut. DNA faga terlindungi karena
mengandung bentuk sitosin termodifikasi yang tidak dapat dikenali oleg enzim.
Nukleotida yang diselamatkan dari DNA sel ini digunakan untuk membuat salinan
genom faga. Keseluruhan siklus litik, mulai dari pertama kali faga kontak dengan
permukaan sel sampai ke proses lisis, hanya menghabiskan waktu sekitar 20-30 menit
pada suhu 370C. Berikut adalah gambar daur hidup virus secara lisogenik:
Pada fase lisogenik ini, Profage akan berada di dalam tubuh bakteri selama bakteri
masih mempunyai virulensi. Ketika sel bakteri mengalami pembelahan, DNA virus yang
ikut terkopi sehingga terbentuklah dua bakteri yang masing-masing mempunyai profage.
Pembelahan sel bakteri dapat berulang-ulang dalam beberapa generasi dan profagenya
juga akan terbagi dalam beberapa generasi. Istilah lisogenik mengimplikasikan bahwa
profage pada kondisi tertentu, dapat menghasilkan phage aktif yang melisis sel
inangnya. Hal ini terjadi ketika genom lamda keluar dari kromosom bakteri. Pada saat
ini, genom lamda memerintahkan sel inang untuk membuat phage yang utuh dan
kemudian menghancurkan dirinya sendiri, melepaskan partikel phage yang dapat
menginfeksi. Yang mengubah virus dari menggunakan cara lisogenik menjadi cara litik
adalah pemicu dari lingkungan, seperti radiasi atau adanya beberapa zat kimia tertentu.
5. Release
Virus dilepaskan dari sel inang melalui lisis. Enveloped viruses (e.g. HIV)
dilepaskan dari sel inangnya melalui budding. Disamping itu, virus mendapatkan
phospholipid envelope yang berisi kumpulan viral glikoprotein.
Mekanisme virus dalam menginfeksi inangnya berlangsung pada fase replikasi. Ada
3 cara virus menginfeksi inangnya, yaitu sebagi berikut:
NAMA : SELVI
HIPOTESIS ENDOSIMBION
Dalam upaya menjembatani kesenjangan perubahan sejarah evolusi, para ilmuwan
mengusulkan Teori Endosimbiosis Serial (SET). SET menyatakan bahwa evolusi eukariota
NAMA : SELVI
dari prokariota melibatkan serikat simbiotik nenek moyang sebelumnya. Secara khusus,
teori endosimbiosis adalah teori yang menjelaskan tentang pembentukan mitokondria dan
kloroplas yang berasal dari penggabungan atau simbiosis sel prokariotik ke dalam sel
prokariotik lain yang lebih besar. Kata endo berarti dalam, dan simbiosis berarti
hubungan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain. Nenek moyang ini
termasuk sel inang, mitokondria, kloroplas, dan sebuah prokariot yang memberikan gerak
seluler. Dalam teori tersebut juga sudah dijelaskan bahwa nenek moyang mitokondria
adalah bakteri yang hidup bebas seperti Daptobacter dan Bdellovibrio, sedangkan nenek
moyang kloroplas adalah sianobacteria dan prokariot adalah archaebacterium. Dalam
bukunya, Lynn Margulis yang merupakan pencetus versi modern SET, mengusulkan bahwa
sel-sel eukariotik sebagai komunikasi dari interaksi entitas yang bergabung bersama dalam
urutan tertentu yang kemudian akan menjadi organel dari sel inang. Sepanjang tulisannya
itu pula Margulis berpendapat bahwa simbiosis merupakan pendorong utama di balik
evolusi. Menurutnya kerjasama, interaksi, dan saling ketergantungan antara kehidupan
untuk dominasi global akan hidup. Hal ini juga melengkapi gagasan evolusi Darwin
mengenai kompetisi yang terus-menerus antara mahluk hidup.
Penemuan yang memperkuat SET adalah, penemuan yang dilakukan oleh Kwang
W. Jeon. Dia menyaksikan pembentukan sebuah simbiosis amuba dan bakteri dimana
amuba menjadi tergantung pada endosimbion bakteri. Jeon mengetahuinya dengan
melakukan transplantasi inti antara amuba terinfeksi dan amuba yang kurang bakteri.
Penemuan ini menunjukkan bahwa endosimbiosis bisa memberikan mekanisme utama
untuk evolusi seluler dan mampu menjelaskan pengenalan spesies baru. Selain bukti
tersebut terdapat bukti lain yang dapat mendukung SET, yaitu gagasan tentang asal
endosimbiotik mitokondria dan kloroplas. Di jelaskan bahwa mitokondria baru dan
kloroplas dapat timbul hanya dari mitokondria dan kloroplas yang sudah ada sebelumnya,
karena mitokondria dan kloroplas tidak dapat dibentuk dalam sel yang tidak memiliki
keduanya sebab gen nuklirnya hanya kode untuk beberapa protein.
Mengenai udulipodia eukariotik yang berasal dari bakteri spirochete, masih terdapat
kontroversi walaupun termasuk aspek yang diterima dari SET. SET mendalilkan bahwa
udulipodia mungkin berasal dari bakteri melalui simbiosis motilitas (hipotesis eksogen).
Sedangkan gagasan penentangnya menjelaskan bahwa udulipodia berasal dari internal
sebagai perpanjangan mikrotubulus yang digunakan dalam mitosis (hipotesis eksogen).
Hipotesis ini juga menekankan peran berbagai jenis mutasi pada evolusi pemisahan sel
eukariotik dari prokariotik. Menurut Bermudes dan Margulis (1985) terdapat bukti yang
dapat menunjukkan hubungan darah atau mengenai asal undulipodia. Selain itu, SET dalam
teorinya menyatakan bahwa eukariota berkembang ketika sel-sel archaea dan eubacterial
(spirochete) diperbolehkan untuk mobilitas dan akhirnya mitosis. Karakteristik dari sel
eukariotik sendiri adalah inti, Margulis mendukung suatu proses yang melibatkan
kombinasi dari keturunan langsung dan simbiosis sebagai sumber sel bernukleus.
Meskipun didukung oleh beberapa bukti yang ada sekarang, masih memiliki
keterbatasan. Kalau kloroplas dan mitokondria berasal dari sel prokariot yang bersimbiosis
dengan
sel
eukariot,
maka
baik
NAMA : SELVI