PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak pada wanita di negara
maju dan negara berkembang. Insidensi kanker payudara meningkat di negara
berkembang karena meningkatnya harapan hidup, meningkatnya urbanisasi
dan adopsi gaya hidup barat. Kebanyakan kasus kanker payudara di negara
berkembang terdiagnosis pada stadium lanjut. Menurut WHO, jumlah kasus
kematian pada wanita di dunia lebih dari 508.000 kasus selama tahun 2011
disebabkan oleh kanker payudara. Walaupun kanker payudara merupakan
penyakit di negara maju, namun sekitar 50% kasus kanker payudara dan 58%
kematian akibat kanker payudara terjadi di negara berkembang.1
Di Indonesia kanker payudara merupakan kanker dengan insiden
tertinggi kedua dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insidennya
meningkat seperti halnya di negara barat. Berdasarkan "Pathological Based
Registration", insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 11,5%.
Diperkirakan di Indonesia mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru
pertahun dengan kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus masih berada dalam
stadium lanjut.2 Prevalensi kanker payudara di Provinsi Riau belum diketahui
secara pasti tetapi menurut data rekam medik di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau yang merupakan Rumah Sakit rujukan Provinsi Riau, selama
tahun 2010 jumlah penderita kanker yang berobat sebanyak 301 orang.
Rentang usia penderita kanker payudara yang berobat ke RSUD Arifin
Achmad tahun 2010 adalah 24 sampai 64 tahun.3
Angka kelangsungan hidup penderita kanker payudara yang hidup di
negara maju memiliki insidensi yang tinggi dan prognosis yang baik.
Sedangkan di negara berkembang, insidensi kanker payudara lebih rendah
tetapi memiliki prognosis yang buruk. Angka kelangsungan hidup berkaitan
dengan deteksi dan diagnosis dini sehingga dapat dilakukan terapi yang lebih
baik dalam menurunkan mortalitas.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
masa embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut
garis susu yang terbentang dari aksila sampai regio inguinal. Pada manusia,
golongan primata gajah, dan ikan duyung, dua pertiga kaudal dari garis tersebut
segera menghilang dan tinggal bagian dada saja yang berkembang menjadi cikalbakal payudara. Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran
payudara unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan
yang disebut mastitis neonatorum ini disebabkan oleh karena berkembangnya
sistem duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stoma yang
dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya kadar estrogen ibu di dalam
sirkulasi darah bayi. Setelah lahir, kadar hormon ini menurun, dan ini merangsang
hipofisis untuk memproduksi prolaktin yang akhirnya merangsang perubahan
payudara.4
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral
atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut
penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus
kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papila mammae, yang
disebut duktus laktiferus. Di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di
antara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang ligamentum Cooper yang memberi
rangka untuk payudara.4
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang dari a. Aksilaris, dan
beberapa a. Interkostalis. Persarafan kulit payudara dipersarafi oleh cabang
pleksus servikalis dan nervus interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri
dipersarafi oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat
sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pascabedah, yaitu n.
Interkostobrakialis dan n. Kutaneus brakius medialis yang mempersarafi
sensibilitas daerah aksiladan bagian medial lengan atas, pada diseksi aksila, saraf
ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah
Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
Epidemiologi
Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada
wanita setelah kanker mulut rahim pada wanita. Berdasarkan American Cancer
Society, sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis menderita kanker payudara, dan
kurang lebih 465.000 wanita meninggal tiap tahunnya di seluruh dunia oleh
karena penyakit ini. Insiden kanker payudara umumnya lebih rendah pada negaranegara yang sedang berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju. 7
Peningkatan insiden tidak diikuti oleh angka kematian. Angka kematian
mengalami penurunan akibat peningkatan efektivitas skrining dan terapinya.4,7
2.4
faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara,
yaitu :
1. Usia
Seperti halnya jenis kanker lainnya, insiden naik sejalan dengan
bertambahnya usia. Kanker payudara 78 % terjadi pada usia lebih 50 tahun
dan 6 % terjadi pada usia kurang dari 40 tahun. Sedangkan rata-rata kanker
payudara ditemukan pada usia 64 tahun.8
2. Genetik
Dua tumor suppressor gen, BRCA1 dan BRCA2 berperan dalam risiko
munculnya
kanker
payudara
pada
wanita.
Mutasi pada
BRCA1
berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara mencapai 50%85% pada wanita. Laki-laki dengan mutasi BRCA1 tidak mengalami
peningkatan risiko kanker payudara, tetapi terjadi peningkatan risiko
kanker prostat dan kanker kolon. Wanita yang mengalami mutasi pada
BRCA2
memiliki
risiko
yang
sama
dengan
mutasi
BRCA1
kali
lipat.
Risiko
rendah pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih muda.
Laktasi mempengaruhi risiko. Kemungkinan risiko meninggi terhadap
adanya kanker payudara pada wanita yang menelan pil KB berdasarkan
penelitian yang pernah dilakukan.15
4. Diet tinggi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun
tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko
kanker payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.14
5. Sinar ionisasi
Klasifikasi
Klasifikasi World health Organization (WHO) untuk tumor payudara
demikian, lesi ini juga memiliki tendensi menjadi lebih multifokal. Tetapi
prognosis tetap sebanding dengan karsinoma duktal.
10
angka survival ini brhubungan dengan jumlah nodus limfatik yang terlibat.
Semakin banyak keterlibatan maka semakin buruk prognosisnya.
f. Invasi limfatik atau vaskuler
Bila telah terjadi invasi melalui sistem limfatik ataupun pembuluh darah
merupakan indikator buruknya prognosis.
g. Status reseptor hormon
Status OR telah menjadi salah satu indikator prognostik, dimana
diperkirakan 60% tumor positif OR. Pasien dengan tumor yang
mengekpresikan reseptor OR mempunyai ketahanan hidup lebih baik
dibanding pasien yang tidak memiliki ekspresi reseptor OR. Ada beberapa
bukti yang menunjukkan bahwa keberadaan ekspresi OR dan PR memiliki
prognosis lebih baik jika dibanding keberadaan hanya ekspresi OR saja.
h. Indikator prognostik lainnya
Beberapa indikator prognostik lainnya saat ini sedang diteliti. Diantaranya
ekspresi reseptor growth factor, ekspresi molekul adeshi sel, ekspresi
onkogen dan produknya dan mutasi gen wild-type-supressor.
Kombinasi indikator-indikator ini telah disusun menggunakan teknik model
statistik untuk meningkatkan informasi prognostik. Sebagai contoh adalah
Nottingham Prognostic Index (NPI) yang menghitung ukuran tumor, tingkatan
tumor dan stading nodus limfatik.10
Tabel 2. The Nottingham Prognostic Index (NPI).10
NPI = 0.2 x tumour size (cm) + lymph node status (13 according to stage AC) + tumour
grade (IIII).
An NPI of less than or equal to 3.4 is good prognosis, 3.415.4 is moderate prognosis, and
greater than 5.4 is a poor prognosis. Patients in the good prognostic group have a 15- year
survival of 85%, but patients with an NPI of equal to or less than 2.4 have a 15-year survival
of 94%.
2.7
Stadium Tumor
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem TNM dari
11
Tis (paget): penyakit paget pada puting susu tanpa ada masa tumor
(penyakit paget dengan masa tumor dikelompokan berdasarkan ukuran tumor)
T1
: Tumor dengan ukuran terpanjang 2 cm atau kurang
T1mic : Ada microinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm
T2
: Tumor dengan ukuran terpanjang lebih dari 2 sampai 5 cm
T3
: Tumor dengan ukuran terpanjang lebih dari 5 cm
T4
: Ukuran tumor berapapun dengan infiltrasi/ekstensi pada dinding dada
T4a
T4b
atau kulit
: Infiltrasi ke dinding dada (tidak termasuk otot pektoralis)
: Infiltrasi ke kulit termasuk peau d'orange), ulserasi, nodul satelit pada
T4c
T4d
N2b
N3
M= Metastasis Jauh
Mx
: Metastasis jauh belum dapat dinilai
M0
: Tidak terdapat metastasis jauh
M1
: Terdapat metastasis jauh
12
Stage IIB
Stage IIIA
Stage
IIIB
Stage
IIIC
Stage IV
2.8
Primary
Tumor
Tis
T1
T0
T1
T2
T2
T3
T0
T1
T2
T3
T3
T4
Regional Lymph
Nodes
N0
N0
N1
N1
N0
N1
N0
N2
N2
N2
N1
N2
N0
Distant
Metastasis
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
T4
T4
Tiap T
N1
N2
N3
M0
M0
M0
Tiap T
Tiap N
M1
Diagnosis
Diagnosis kanker payudara ditegakkan berdasarkan tripple diagnostic
13
b. Keluhan ditempat lain: nyeri tulang terus menerus dan semakin berat,
rasa sakit atau rasa penuh di ulu hati, batuk dan sesak napas, sakit
kepala hebat dan muntah.
c. Faktor resiko: Usia yang semakin tua, usia pertama melahirkan anak
>35 tahun, riwayat paritas, laktasi dan menstruasi, pemakaian obatobat hormonal jangka panjang, riwayat operasi tumor payudara jinak,
riwayat operasi kanker ovarium pada usia muda, dan riwayat radiasi
daerah dada di usia muda.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status generalis dihubungkan dengan performance status: skor
Karnofsky, WHO/ECOG score.
b. Status lokalis: pemeriksaan payudara kanan dan kiri, masa tumor
(lokasi, ukuran, konsistensi, permukaan tumor, bentuk dan batas
tumor, jumlah tumor, fiksasi tumor (pada kulit, muskulus pektoralis,
dinding toraks)), perubahan warna kulit (kemerahan, seperti kulit
jeruk), papila mama (retraksi, erosi, krusta, eksim, discharge), KGB
aksila, infra klavikula, supra klavikula meliputi jumlah, ukuran,
konsistensi, terfiksir satu sama lain atau jaringan sekitar dan
pemeriksaan tempat lain yang dicurigai terdapat metastasis.
B. Pemeriksaan Radiodiagnostik (imaging)
1. Rekomendasi: mamografi dan USG payudara dan mamografi untuk tumor
> 3 cm, foto toraks dan USG abdomen.
2. Optional atas indikasi: bone scanning, bone survey, CT scan, MRI
C Pemeriksaan fine needle aspiration biopsy (FNAB/FNA) dilakukan pada lesi
yang secara klinis dan radiologi dicurigai ganas. FNAB merupakan biopsi
yang memberikan informasi sitologi, belum menjadi standar baku untuk
diagnosis definitif. Jika tersedia, dianjurkan triple diagnosis (klinis,
mammografi, FNAB). Akurasi FNAB di negara maju sangat baik sehingga
dapat dijadikan standar diagnosis pasti kanker payudara. Akurasi FNAB di
Indonesia
semakin
baik
(>90%)
sehingga
beberapa
senter
dapat
14
Terapi
Modalitas terapi11
1. Pembedahan
Pembedahan dilakukan terutama pada stadium awal. dapat dilakukan
dengan mastektomi radikal, modifikasi mastektomi radikal, mastektomi
simpel, BCS (Breast Conserving Surgery)
2. Radioterapi
Radioterapi merupakan terapi loko regional dan umumnya eksternal
dengan Co60 ataupun terapi dengan sinar X. Radioterapi dengan
brachyterapy hanya dilakukan pada kasus selektif dan hanya pada sentar
yang
mempunyai
fasilitas.
Radioterapi
dapat
dilakukan
sebagai
neoadjuvant, adjuvant, dan paliatif baik pada tumor primer maupun pada
metastasis.
3. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan sebagai kombinasi. Kombinasi kemoterapi yang
telah menjadi standar adalah:
- CMF (Cyclophosphamide-Methotrexate-5Fluoro Uracil)
- CAF/CEF(Cyclophosphamide-Adriamycin/Epirubicin-5Fluoro Uracil)
- T-A (Taxanes/Paclitaxel/Doxetacel-Adriamycin)
- Gapecitabine (Xeloda oral)
- Dan beberapa kemoterapi lain seperti navelbine, gemcitabine
digunakan sebagai kemoterapi lapis ketiga
Pemberian kemoterapi dapaat sebagai neoadjuvant, adjuvant, therapeutic
chemotherapy, paliatif, dan sebagai metronomic chemotherapy.
15
BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. N
Umur
: 44 tahun
Tgl lahir
: 14 November 1970
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: D-3
Suku
: Minang
Alamat
: Perumahan BTN Perawang
Status
: Menikah
Asal
: Perawang
Agama
: Islam
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama
16
pengobatan alternatif.
3 bulan SMRS pasien mengaku karena merasa tidak ada perubahan
dengan pengobatan alternatif, maka pasien memutuskan untuk segera
Riwayat Pengobatan
Pasien hanya berobat ke pengobatan alternatif
Riwayat Penyakit dahulu
-
17
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS:
Keadaan Umum
Skala Karnofsky
: 80%
Kesadaran
: Komposmentis
Keadaan Gizi
: Baik
Vital sign
-
TD
Nadi
F. Napas
Suhu
: 120/70 mmHg
: 80x/menit
: 20x/menit
: 36,6oC
: Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), mukosa bibir kering (-),
pembesaran KGB (-)
Palpasi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
18
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
: Dinding abdomen tampak datar, tidak tampak jejas, scar atau lesi.
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi
Palpasi
RESUME:
Ny. N, 44 tahun datang ke RSUD AA dengan keluhan benjolan padat
sebesar telur ayam di payudara sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu.
Benjolan tidak terasa nyeri berdenyut, dari puting susu tidak ada
mengeluarkan cairan. 6 bulan SMRS puting susu terlihat masuk kedalam dan
benjolan dirasakan semakin membesar.
19
Pemeriksaan mamografi
Foto toraks
USG Abdomen
Pemeriksaan histopatologi
: Kesan
: Cor
: Kesan
20
- Dubia
BAB IV
PEMBAHASAN
Ny. N, 44 tahun, datang ke RSUD Arifin Achmad dengan keluhan
benjolan padat di payudara sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
didiagnosis Tumor mamae dekstra suspect maligna. Pada pasien ini diagnosis
akhir onkologinya adalah Karsinoma mamae dekstra duktal invasif (T4b N0 M0)
stadium IIIB.
21
adalah
pembedahan
(BCS,
Mastektomi
radikal
modifikasi,
22
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Breast cancer: prevention and control.
http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/ (accessed 03 April
2015).
2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Press Release Hari Kanker
Sedunia tahun 2014. http://pppl.depkes.go.id/berita?id=1295 (accessed 14
Januari 2015).
3. Medical Record RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Prevalensi Kanker
Payudara. Pekanbaru. RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau; 2011.
4. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004. 387-402
5. Swart R, Downey L, Lang J, Thompson PA, Livingston RB, Stopeck AT.
Breast Cancer. Desember 2014 (cited April 03, 2015). Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/283561-overview
6. American Cancer Society. Breast cancer facts & figures 2009-2010.
Atlanta: American Cancer Society; 2009.
7. Rasjidi I. Deteksi dini dan pencegahan kanker pada wanita. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2009.
8. Pass HA. Disease of the Breast. In : Norton JA (Editor). Essential practice
of Surgery : basic science and clinical evidence. New York : Springer,
2002. P655-68
9. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Bagian 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1994. 365-414
10. Heys SD. The Breast. In: Kingsnorth AN, Majid AA. Fundamental of
Surgery Practice. 2nd Ed. New York : Cambridge University Press; 2006.
322-50
11. Manuaba TW. Panduan penatalaksanaan kanker solid PERABOI 2010.
Jakarta. CV Sagung seto; 2010.
12. American Cancer Society. Breast cancer. (cited April 03, 2015).
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003090-pdf.
23