Reaksi SN1 adalah sebuah reaksi substitusi dalam kimia organik. SN1 adalah singkatan dari
substitusi nukleofili dan "1" memiliki arti bahwa tahap penetapan laju reaksi ini adalah reaksi
molekul tunggal[1] [2]. Reaksi ini melibatkan sebuah zat antara karbokation dan umumnya terjadi
pada reaksi alkil halida sekunder ataupun tersier, atau dalam keadaan asam yang kuat, alkohol
sekunder dan tersier. Dengan alkil halida primer, reaksi alternatif SN2 terjadi. Dalam kimia
anorganik, SN1 dirujuk sebagai mekanisme disosiatif. mekanisme reaksi ini pertama kali diajukan
oleh Christopher Ingold, dkk. pada tahun 1940.[3]
Daftar isi
1 Mekanisme reaksi
2 Kinetika
4 Reaksi samping
5 Efek pelarut
6 Lihat pula
7 Pranala luar
8 Catatan kaki
Mekanisme reaksi
Reaksi SN1 antara molekul A dan nukleofil B memiliki tiga tahapan:
1. Pembentukan sebuah karbokation dari A dengan pemisahan gugus lepas dari karbon;
tahap ini berjalan dengan lambat dan reversibel[4].
2. Serangan nukleofilik: B bereaksi dengan A. Jika nukleofil tersebut adalah molekul netral
(contoh: pelarut), tahap ketiga diperlukan agar reaksi ini selesai. Jika pelarutnya adalah
air, maka zat antaranya adalah ion oksonium.
3. Deprotonasi: Penyingkiran proton pada nukleofil yang terprotonasi oleh ion ataupun
molekul di sekitar.
Kinetika
Berbeda dengan reaksi SN2, reaksi SN1 berjalan melalui dua tahap (tidak meliputi protonasi atau
deprotonasi). Tahap penetapan laju reaksi ada pada tahap pertama, oleh karena itu laju reaksi dari
keseluruhan reaksi secara umum sama dengan laju pembentukan karbokation dan tidak
melibatkan konsentrasi nukleofil. Oleh karena itu kenukleofilikan tidak menjadi faktor kelajuan
reaksi dan laju keseluruhan reaksi hanya bergantung pada konsentarsi pereaksi.
Laju reaksi = k [pereaksi]
bahwa hal ini juga akan meningkatkan laju pembentukan karbokation. Oleh karena itu,
mekanisme reaksi SN1 mendominasi pada reaksi di pusat alkil tersier dan juga terlihat pada
reaksi di pusat alkil sekunder dengan keberadaan nukleofil lemah.
Reaksi samping
Dua jenis reaksi samping yang umumnya terjadi adalah reaksi eleminasi dan penata ulang
karbokation. Jika reaksi ini dilakukan dalam keadaan hangat atau panas (yang mana
meningkatkan entropi), Reaksi eleminasi E1 akan mendominasi, mengakibatkan pembentukan
alkena. Bahkan jika reaksi dilakukan dalam temperatur yang rendah, alkena dalam jumlah kecil
juga bisa terbentuk. Usaha untuk melakukan reaksi SN1 dengan menggunakan nukleofil kuat
yang bersifat basa seperti ion hidroksida atau metoksida juga akan mengakibatkan terbentuknya
alkena via reaksi eliminasi E2, terlebih lagi apabila reaksi ini dipanaskan. Selain itu, jika zat
antara karbokation dapat ditata ulang menjadi karbokation yang lebih stabil, ia akan memberikan
hasil reaksi yang berasal dari karbokation yang lebih stabil daripada hasil reaksi substitusi
sederhana.
Efek pelarut
Oleh karena reaksi SN1 melibatkan pembentukan zat antara karbokation yang tidak stabil pada
tahap penetapan laju reaksi, segala sesuatu yang dapat memfasilitasinya akan meningkatkan laju
reaksi. Pelarut yang biasa digunakan biasanya bersifat polar (untuk menstabilisasikan zat antara
secara umum) dan protik (untuk melarutkan gugus lepas secara khususnya). Pelarut polar protik
meliputi air dan alkohol, yang juga dapat bertindak sebagai nukleofil.
Skala Y menghubungkan laju reaksi solvolisis dari pelarut (k) dengan pelarut standar (80% v/v
etanol/air) (k0) melalui persamaan
dengan m sebagai tetapan pereaksi (m = 1 untuk tert-butil klorida) dan Y sebagai parameter
pelarut[5]. Sebagai contoh 100% etanol memberikan nilai Y = - 2,3 dan 50% etanol dalam air
memberikan nilai Y = +1,65[6].
Perbedaan mekanisme reaksi SN2, SN1, E1 dan E2. Reaksi substitusi alkil halida
dengan nukleofil dapat terjadi oleh suatu jalur SN1 atau jalur SN2. Metil halida, alkil
halida primer dan sekunder terutama bereaksi dengan jalur SN2. Laju reaksi SN2
meningkat dengan bertambahnya nukleofilisitas spesies penyerang. Nukleofil yang
lazim baiknya adalah -OH, -OR, dan -CN.
Tahap 2.
Tahap 3.
Mekanisme reaksi E1
Mekanisme reaksi E1 merupakan alternatif dari mekanisme reaksi SN1. Karbokation
dapat memberikan sebuah proton kepada suatu basa dalam reaksi eliminasi.
Mekanisme reaksi E1 terdiri dari dua tahap. Perhatikan contoh berikut ini.
Tahap 1.
Tahap 1 reaksi E1 berjalan lambat.
Tahap 2.
Tahap 2 reaksi E1 berjalan cepat.
Mekanisme reaksi E2
Reaksi E2 menggunakan basa kuat seperti -OH, -OR, dan juga membutuhkan kalor.
Dengan memanaskan alkil halida dalam KOH, CH 3CH2ONa.