Anda di halaman 1dari 6

1. Mengapa luka hanya terasa dengan tekanan dalam ?

Jawab :
Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang
rusak:
a. Luka bakar derajat satu (superfisial)
Pada luka bakar derajat satu, epidermis mengalami kerusakan atau
cedera dan sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut bisa
terasa nyeri, tampak merah, dan kering seperti luka bakar
matahari, atau mengalami lepuh/bulae.
b. Luka bakar derajat dua (partial-thickness)
Luka bakar derajat dua meliputi destruksi epidermis serta lapisan
atas dermis dan cedera pada bagian dermis yang lebih dalam.
Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah dan mengalami eksudasi
cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh pengisian
kembali kapiler, folikel rambut masih utuh.
c. Luka bakar derajat tiga (full-thickness)
Luka bakar derajat tiga meliputi destruksi total epidermis serta
dermis, dan pada sebagian kasus, jaringan yang berada di
bawahnya. Warna luka bakar sangat bervarisi, mulai dari warna
putih hingga merah, cokelat atau hitam. Darah yang terbakar tidak
terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar
tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar
keringat turut hancur.
Luka bakar yang tidak terasa nyeri dikarenakan sudah terjadi pada
derajat tiga dan serabut serabut sarafnya hancur.

2. Cara mengukur terapi cairan pada luka bakar?


Jawab :
Penatalaksanaan Kehilangan cairan dan syok.

Setelah menangani kesulitan pernafasan, kebutuhan yang paling


mendesak adalah mencegah terjadinya syok irreversible dengan
menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Kebutuhan cairan
yang diproyeksikan dalam 24 jam pertama dihitung berdasarkan luas
luka bakar. Beberapa kombinasi kategori cairan dapat digunakan

krstaloid/elektrolit misalnya larutan natrium klorida fisiologik atau


larutan Ringer laktat.

koloid seperti whole blood, plasma serta plasma expander,

3. Bagaimana respon tubuh terhadap luka bakar ?


Jawab :
Perubahan Anatomi Patologi pada Kulit dan Perubahan Fisiologi
1. Perubahan anatomi patologi pada kulit
Pada luka bakar terjadi perubahan mikrosirkulasi kulit
dan terbentuk edema. Trauma panas menghasilkan perubahan
karakteristik pada daerah yang terbakar, yaitu zone dengan selsel mati sehingga sifatnya irreversible (zona koagulasi) dan
daerah paling luar yang memperlihatkan hiperemia dimana
kerusakan sel sangat minim dan paling dini menunjukkan
perbaikan (zona hiperemia). Diantara keduanya terdapat zona
statis dengan gangguan pada sel dan sirkulasi darah yang
bersifat sementara. Tetapi zona statis ini sangat potensial untuk
menjadi luka yang lebih luas dan lebih dalam sehingga
mengenai seluruh tebal kulit karena kondisi sel-selnya sangat

peka terhadap infeksi dan kekeringan yang menimbulkan


kematian sel.
Dengan penanganan luka bakar yang adekuat akan
memberikan kesempatan kepada pembuluh darah untuk
menghilangkan sludging (pengendapan partikel padat dari
cairan) dan hipoksia jaringan tidak berlarut-larut. 3
2. Perubahan Fisiologi
Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit sampai syok, yang dapat menimbulkan
asidosis, nekrosis tubular akut, dan disfungsi serebral. Kondisikondisi ini dijumpai pada fase awal ( akut atau syok) yang
biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama.3
Pada luka bakar timbul beberapa macam gangguan
fisiologi yang akut, antara lain:
a. Gangguan Cairan
Terjadi

perpindahan

cairan

dan

elektrolit

dari

intravaskular ke ekstra vaskular dan penguapan air yang


berlebihan melalui permukaan kulit yang rusak.
Cairan dalam darah dan cairan ekstra sel dari bagian
tubuh yang tidak terbakar pindah tempat masuk ke dalam
bagian tubuh yang mengalami edema dan ke dalam bula
untuk kemudian sebagian melalui kulit yang rusak. Ini
menjelaskan

bahwa

pada

syok

luka

bakar

selain

hipovolemia juga terjadi kekurangan cairan ekstra sel dalam

jaringan yang sehat sehingga terjadi gangguan metabolisme


sel yang memperberat syok.10
Insensible Loss
Orang normal : 15 21 cc/jam/m 2 Luas Permukaan Tubuh
(LPT)
Penderita luka bakar : (25 % LB) cc/jam/m2 LPT
b. Gangguan Sirkulasi dan Hematologi
Resistensi

perifer

naik

karena

sistem

arteriola

mengalami vasokonstriksi disamping viskositas darah yang


bertambah. Hemokonsentrasi ini menimbulkan fenomena
sludging

yang

mengakibatkan

bertambah

hebatnya

gangguan sirkulasi perifer sehingga oksigenasi dan perfusi


jaringan sangat buruk.1
c. Gangguan Hormonal dan Metabolisme
Perubahan pada fungsi ini, pada posisi anterior
bersifat neurogen dan tidak jelas apakah dipengaruhi oleh
rangsangan metabolik. Sistem saraf simpatis terangsang
akibat trauma yang cukup lama. Pengaruh perubahan pola
produksi dan sekresi berbagai hormon mengakibatkan
adanya perubahan metabolik dalam jaringan. 1
d. Gangguan Imunologi

Netrofil-netrofil

yang

seharusnya

memfagositosis

kuman-kuman, terperangkap dalam kapiler di zona stasis.


Secara bertahap penurunan daya tahan ini berkurang. Bila
tubuh adekuat akan terjadi granulasi di zona stasis dan
dapat menahan pertumbuhan bakteri, tetapi bila tidak, pada
saat penurunan kemampuan neutrofil dapat timbul sepsis. 1
F. Penatalaksanaan
Penalataksanaan dan penanganan awal luka bakar berjalan simultan
mengikuti kaidah standar Advanced Trauma Life Support dari Komite Trauma
American College of Surgeons. Pada survei primer dinilai dan ditangani A, B,
C dan D penderita. 9
A (Airway) : Jalan nafas, adalah sumbatan jalan atas (larinx, pharinx) akibat
cedera inhalasi yang ditandai kesulitan bernafas atau suara nafas yang
berbunyi (stridor hoarness). Kecurigaan dibuat bila ditemukan oedem mukosa
mulut dan jalan nafas, ditemukan sisa-sisa pembakaran di hidung atau mulut
dan luka bakar mengenai muka atau leher. Cedera ini harus segera ditangani
karena angka kematiannya sangat tinggi.
B (Breathing) : Kemampuan bernafas, ekspansi rongga dada dapat
terhambat karena nyeri atau eschar melingkar di dada.
C (Circulation) : Status volume pembuluh darah. Keluarnya cairan dari
pembuluh darah terjadi karena meningkatnya permeabilitas pembuluh darah
(jarak antara sel endotel dinding pembuluh darah). Bila disertai syok (suplai
darah ke jaringan kurang), tindakannya adalah atasi syok lalu lanjutkan
resusitasi cairan.

D (Disability) : Status neurologis pasien.

Anda mungkin juga menyukai