Anda di halaman 1dari 37

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Proses Menua
1.1 Defenisi
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun
psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho,
2008).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami.
Menua bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan
selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun psikologi (Nugroho,
2000).

Universitas Sumatera Utara

Dalam buku keperawatan gerontik dan geriatric, Wahyudi Nugroho


(2008) mengatakan bahwa menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
dari jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang di derita.
Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan
mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini jelas menunjukkan
bahwa proses menua itu merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor
yang saling berkaitan yang dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan
lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya.
Proses menua merupakan proses yang terus menerus/berkelanjutan secara
alamiah dan umumnya di alami oleh semua makhluk hidup, misalnya, dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga
tubuh mati sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada
organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut
usia/masih muda, tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula
orang yang sudah lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar, dan badan
tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya
tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak penyakit degeneratif
(mis: hipertensi, arteriosklerosis, diabetes militus dan kanker) yang akan
menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang dramatis,

Universitas Sumatera Utara

misalnya stroke, infark miokard, koma asidotik, kanker metastatis dan


sebagainya.
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling
berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang
proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan
sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan
detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan
dikemukakan bermacam-macam teori proses menua yang penting.
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologi, psikologi dan sosial (Iknatius, 2000).
Lansia adalah Orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak memiliki atau tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain(UU.No 4 tahun 1999).
Lansia menurut UU No.13 thn 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
Pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Secara ekonomis, penduduk lansia dapat diklasifikasikan atas lima
klasifikasi yaitu :
1) Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

Universitas Sumatera Utara

2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3) Lansia resiko tinggi


Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa.
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada kehidupan orang lain (Maryam, 2000).
Memberdayakan

penduduk lansia potensial dalam berbagai aktifitas

produktif merupakan salah satu upaya penunjang kemandirian lansia, tidak saja
dari aspek ekonomi tetapi sekaligus pemenuhan kebutuhan psikologi, social,
budaya, dan kesehatan (Nugroho, 2000).
1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
Menurut Pudjiastuti dalam bukunya pada tahun 2002 bahwa faktor yang
mempengaruhi penuaan terdiri dari : Faktor endogen adalah perubahan dimulai
dari sel jaringan organ sistem pada tubuh dan faktor ekstrogen, yaitu
lingkungan, sosial budaya, gaya hidup.

Universitas Sumatera Utara

Menurut bandiyah, 2009 faktornya terdiri dari : hereditas atau


keturunan /genetik, nutrisi atau makanan , status kesehatan , pengalaman hidup ,
stres (Nugroho, 2000).

1.3. Teori Proses Menua


Proses menua bersifat individual:
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
a. Teori Biologis
1. Teori Genetik
Teori genetik clock, teori ini merupakan teori intrinsik yang
menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang
mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan
bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya memiliki suatu jam
genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia
yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu
sehingga bila jenis ini berhenti berputar, dia akan mati.
Manusia mempunyai umur harapan hidup nomor dua terpanjang
setelah bulus. Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi,

Universitas Sumatera Utara

meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya


peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian
obat-obatan atau tindakan tertentu.
Teori mutasi somatic, menurut teori ini, penuaan terjadi karena
adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk.
Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam
proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terusmenerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau
perubahan sel menjadi kanker atau sel menjadi penyakit. Setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas
adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel (Suhana, 2000).

2. Teori nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory), mutasi
yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Mutasi yang
merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak
mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989).
Proses metababolisme tubuh, memproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga

Universitas Sumatera Utara

jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan


kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi
kelainan autoimun.
Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory), teori
radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh,
karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam
mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang
tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang
menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom)

mengakibatkan oksidasi

oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal


bebas ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994).
Radikal bebas dianggap sebagai penyabab penting terjadinya
kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat dilingkungan
seperti:
1. Asap kendaraan bermotor
2. Asap rokok
3. Zat pengawet makanan
4. Radiasi
5. Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan
pigmen dan kolagen pada proses menua.

Universitas Sumatera Utara

Teori menua akibat metabolism, telah dibuktikan dalam berbagai


percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan
perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Darmojo, 2000).
Teori rantai silang (cross link theory), teori ini menjelaskan
bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam
nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi,
mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada
membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku,
kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
Teori fisiologis, teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik,
terdiri atas teori oksidasi stres (wear and tear theory). Di sini terjadi
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai
(regenerasi

jaringan

tidak

dapat

mempertahankan

kestabilan

lingkungan internal).
b. Teori Sosiologis
Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara
lain:
1. Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai

Universitas Sumatera Utara

masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi


sosial merupakan kunci mempertahankan status sosial berdasarkan
kemampuan bersosialisasi.
Pokok-pokok sosial exchange theory antara lain:
1.

Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai


tujuannya masing-masing.

2.

Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan


biaya dan waktu.

3.

Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor


mengeluarkan biaya.

2. Teori aktivitas atau kegiatan


a. Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam
kegiatan sosial.
b. Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin.
c. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
d. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.

Universitas Sumatera Utara

3. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya.
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang
lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang
dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman hidup seseorang
suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat dia menjadi
lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan
harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lanjut
usia.
4. Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
Pokok-pokok disangagement theory
a. Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa pensiun.
Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga
berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa dan
meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.
b. Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini
karena lanjut usia dapat merasakan tekanan sosial berkurang,

Universitas Sumatera Utara

sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang


lebih baik.
c. Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu diperhatikan:
1. Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
2. Proses tersebut tidak dapat dihindari
3. Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat.
Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961).
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia,
apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami
kehilangan ganda (triple loss):
1. Kehilangan peran (loss of role).
2. Hambatan

kontak

sosial

(restriction

of

contact

and

relationship).
3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores
and values)
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami
proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan

Universitas Sumatera Utara

terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan


mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa
peluang yang memungkinkan dapat diintervensi agar proses menua
dapat diperlambat.
Kemungkinan yang terbesar adalah mencegah:
1. Meningkatnya radikal bebas.
2. Memanipulasi sistem imun tubuh.
3. Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai misteri
kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses
menua merupakan salah satu misteri yang paling sulit
dipecahkan. Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari
luar (eksogen) tidak boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan
dan budaya gaya hidup yang salah. Banyak faktor yang
memengaruhi proses menua (menjadi tua), antara lain
herediter/genetik,
pengalaman

nutrisi/makanan,

hidup,

lingkungan,

status
dan

kesehatan,

stres.

Proses

menua/menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit, karena


orang meninggal bukan karena tua, orang muda pun bisa
meniggal dan bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos
mengenai lanjut usia yang sering merugikan atau bernada

Universitas Sumatera Utara

negatif, tetapi sangat berbeda dengan kenyataan yang


dialaminya (Nugroho, 2000).

1.4 Aspek Fisiologik Dan Patologik Akibat Proses Menua


Perubahan akibat proses menua dan usia biologis, dengan makin
lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik
dan fungsional atas organ-organnya makin besar. Peneliti Andres dan Tobin
(seperti di kutip oleh Kane) mengintroduksi Hukum 1% yang menyatakan
bahwa fungsi organ-organ akan menurun sebanyak satu persen setiap
tahunnya setelah usia 30 tahun walaupun penelitian oleh Svanborg
menyatakan bahwa penurunan tersebut tidak sedramatis seperti di atas, tetapi
memang terdapat penurunan yang fungsional dan nyata setelah usia 70 tahun.
Sebenarnya lebih tepat bila dikatakan bahwa penurunan anatomik dan fungsi
organ tersebut tidak dikaitkan dengan umur kronologik melainkan dengan
umur biologiknya. Dapat disimpulkan, mungkin seseorang dengan usia
kronologik baru 55 tahun sudah menunjukkan berbagai penurunan anatomik
dan fungsional yang nyata akibat umur biologiknya yang sudah lanjut sebagai
akibat tidak baiknya faktor nutrisi, pemeliharaan kesehatan, dan kurangnya
aktivitas.
Penurunan anatomik dan fungsional dari organ-organ tersebut akan
menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut. Batas
antara penurunan fungsional dan penyakit seringkali para ahli lebih suka

Universitas Sumatera Utara

menyebutnya sebagai suatu perburukan gradual yang manifestasinya pada


organ tergantung pada ambang batas tertentu dari organ tersebut dan pada
dasarnya tergantung atas:

1.Derajat kecepatan terjadinya perburukan atau deteriorisasi


2.Tingkat tampilan organ yang dibutuhkan
Pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pada seorang lanjut usia,
perbedaan penting dengan perkataan lain: pertanda penuaan adalah bukan
pada tampilan organ atau organisme saat istrahat, akan tetapi bagaimana
organ atau organisme tersebut dapat beradaptasi terhadap stres dari luar
(Kane,

2001).

Sebagai

contoh,

seorang

lansia

mungkin

masih

menunjukkan nilai gula darah normal pada saat puasa, akan tetapi
mungkin menunjukkan nilai gula darah normal pada saat puasa, akan
tetapi mungkin menunjkkan nilai yang abnormal tinggi dengan
pembebanan glukosa. Oleh karena itu pengguna tes darah 2 jam post
pradial kurang memberikan arti ketimbang nilai gula darah puasa.
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia kadang bekerja bersama-sama
untuk menghasilkan nilai fungsional yang terlihat normal pada lansia.
Sebagai contoh, walaupun filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal sudah
menurun, banyak lansia menunjukkan nilai kreatinin serum dalam batas
normal. Ini disebabkan karena masa otot bersih dan produksi kreatinin
yang sudah menurun pada usia lanjut. Oleh karena itu pada usia lanjut

Universitas Sumatera Utara

kreatinin serum tidak begitu tepat uuntuk dijadikan sebagai indikator


fungsi ginjal dibanding dengan pada usia muda. Oleh karena fungsi ginjal
sangat penting untuk menentukan berbagai hal (pemberian obat, nutrisi,
dan prognosis penyakit), maka diperlukan cara lain untuk menentukan
parameter fungsi ginjal. Pada lansia oleh karenanya dianjurkan memakai
formula Cocroft-gault.
1.5 Tinjauan masalah psikologik pada lansia
Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali
mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka
hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk
memikirkannya. Dalam hal ini dikenal apa yang disebut disengagement
theory, yaitu berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya
satu sama lain. Dulu hal ini diduga dapat mensukseskan proses menua.
Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat sekarang, yang
justru menganjurkan masih tetap ada social involvement (keterlibatan
sosial) yang dianggap lebih penting dan meyakinkan. Masyarakat sendiri
menyambut hal ini secara positif. Contoh yang dapat dikemukakan
umpama dalam bidang pendidikan, yang masih tetap ditingkatkan pada
usia lanjut ini untuk menaikkan intelegensi dan memperluas wawasannya
(Broklehurst dan allen, 1987). Di negara-negara industri maju bahkan
didirikan apa yang disebut university of the thrird age. Pemisahan diri
(disengagement) baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir

Universitas Sumatera Utara

kehidupan lansia saja. Para lansia yang realistis dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya yang baru.
Karena telah lanjut usia mereka seringkali dianggap terlalu lamban,
dengan daya reaksi yang lambat dengan kesigapan dan kecepatan
bertindak dan berfikir yang menurun, meskipun kinerja mereka banyak
yang masih baik. Banyak contoh-contoh historis, seperti antara lain:
G.Verdi, Goethe, Andre Topolev, Galilei, Laplace, Eisenhower, Churchill,
R.Reagan yang masih Berjaya dan sangat produktif pada bidangnya
masing-masing pada usia yang sangat lanjut (lebih dari 70 tahun).
Daya ingat (memori) mereka memang banyak yang menurun dari lupa
samapai pikun dan demensia. Biasanya mereka masih ingat betul
peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenai halhal yang baru terjadi. Pada lansia yang masih produktif justru banyak yang
menggunakan waktu menulis buku ilmiah, maupun memorinya sendiri.
Stereotype psikologik orang lanjut usia
Biasanya sifat-sifat streotype para lansia ini sesuai dengan
pembawaanya pada waktu muda. Beberapa tipe yang dikenal adalah
sebagai berikut:
1. Tipe konstruktif: orang ini mempunyai integritas baik, dapat
menikmati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristis,
fleksibel (luwes) dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat ini dibawanya
sejak muda. Mereka dapat menerima fakta-fakta proses menua,

Universitas Sumatera Utara

mengalami pensiun dengan tenang, juga dalam menghadapi masa


akhir.
2. Tipe ketergantungan (dependent): orang lansia ini masih dapat di
terima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih
tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis.
Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun,
malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan
senang untuk berlibur.
3. Tipe

defensif:

orang

ini

biasanya

dulunya

mempunyai

pekerjaan/jabatan tak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, sering


kali emosinya tak dapat di kontrol, memegang teguh pada
kebiasaanya, bersifat konfulsif aktif. Anehnya mereka takut
menghadapi menjadi tua dan tak menyenangi masa pensiun.
4. Tipe bermusuhan (hostility): mereka menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalanya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga.
Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua
dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada
orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan
aktif untuk menghindari masa yang sulit/buruk.
5. Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters): orang ini
bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai
ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya

Universitas Sumatera Utara

mempunyai perkawinan yang tidak bahagia, mempunyai sedikit


hobby merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima
fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda,
merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap
kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari
penderitaan. Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka yang lebih
tinggi persentasenya pada golongan lansia pada golongan lansia ini,
apalagi pada mereka yang hidup sendirian (darmojo, 2009).
1.6 Program Kesehatan Lanjut Usia
Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelayanan kesehatan kepada
masyarakat secara menyeluruh, terpadu dan bermutu yang antara lain
melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, serta sebagai pusat pengembangan
dan peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Saat ini
Puskesmas diharapkan dapat melaksanakan berbagai macam program dalam
bentuk upaya kesehatan wajib dan pengembangan. Program pembinaan
kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan pengembangan puskesmas
yang lebih mengutamakan upaya promotif, preventif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.
Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia
a. Upaya Promotif

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat


di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi
untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain.
Upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta
produktivitas masyarakat lanjut usia.
1. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang
atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Menurut Dachroni
tahun 1998, PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena
bidang garapanya adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara
pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam
bidang kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visi
promosi kesehatan dan dapat di praktekan pada masing-masing tatanan.
Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok,
melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan
lingkungan seperti rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.
2. Gizi untuk Lanjut Usia
Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut
usia untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan
gizi, yang seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar

Universitas Sumatera Utara

tercapai kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua.
Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur.
1. Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti
beras, jagung, ubi dan lainya yang mengandung karbohidrat.
2. Sumber zat pembangun atau protein penting untuk pertumbuhan dan
mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani seperti telur, ikan dan susu.
Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.
3. Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral
yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh
contohnya sayuran dan buah.
b. Upaya Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya
penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa
deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di
kelompok lanjut usia ( posyandu lansia ) atau Puskesmas dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) lanjut usia.
c. Upaya Kuratif
Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan
dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan
lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di
fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos

Universitas Sumatera Utara

Kesehatan Desa. Apabila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan


penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke
Rumah Sakit setempat.
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif
maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal mungkin mengembalikan
kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.
1.7 Pengelompokan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi: usia
pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia
(elderly) kelompok usia 60 74 tahun, lanjut usia tua (old) kelompok usia 75
90 tahun, usia sangat tua (very old) kelompok usia 90 tahun.
Menurut Jos Masdani (Psikologi UI) lanjut usia merupakan kelanjutan
dari usia dewasa, dan menurut Koesoemato Setyonegoro pengelompokan lanjut
usia sebagai berikut: usia dewasa muda (elderly adulhood) : 18 atau 20 25
tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas : 25 60 atau 65 tahun (
Nugroho, 2000 ).
Batasan batasan lanjut usia menurut WHO :
1. Usia pertengahan ( middle age ),ialah kelompok usia 45-59 thn.
2. Lanjut usia ( elderly ) = antara 60 dan 74 tahun.
3. Lanjut usia tua ( old ) = antara 75 dan 90 tahun.

Universitas Sumatera Utara

4. Usia sangat tua ( very old ) = di atas 90 tahun( nugroho , 2000 ).

1.8 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia


a. Perubahan-perubahan fisik
1) Sistim persyarafan: cepatnya menurun hubungan persyarafan /
kemampuan berkurang, lambat dalam respon dan waktu untuk
bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca indera,
berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecil syaraf
pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu.
2) Sistim penglihatan: kornea lebih berbentuk sfevis (bola), lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam
cahaya gelap.
3) Sistim kardiovaskuler: kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan
menurunnya

kontraksi

dan

volumenya,

kehilangan

elastisitas

pembuluh darah,kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk


oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)
bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan

pusing

mendadak),

tekanan

darah

meninggi

diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

Universitas Sumatera Utara

4) Sistim kulit: kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan


lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, kulit kepala dan rambut
menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal.
5) Rambut : penurunan pigmen yang menyebabkan rambut berwarna abu
abu atau putih, penipisan seiring penurunan jumlah melanosit,
rambut pubik rontok akibat perubahan hormonal.
6) Telinga : Atrofi organ korti dan saraf auditorius , ketidakmampuan
membedakan konsonan bernada tinggi , perubahan struktural
degeneratif dalam keseluruhan sistem pendengaran.
7) Sistem meskuluskletal: Peningkatan jaringan adiposa, penurunan masa
tubuh yang tidak berlemak dan kandungan mineral tubuh, penurunan
pembentukan kolagen dan masa otot, penurunan viskositas cairan
sinovial dan lebih banyak membran sinovial yang fibritik (Stockslager,
2003).
b. Perubahan-perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental: perubahan
fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan, lingkungan.
c. Perubahan-perubahan psikososial
1) Pensiun
Seseorang pension

akan mengalami kehilangan-kehilangan antara

lain: kehilangan finansial (income berkurang), kehilangan status,

Universitas Sumatera Utara

kehilangan teman / relasi, kehilangan pekerjaan, merasakan atau sadar


akan kematian.
2) Perubahan dalam cara hidup
3) Gangguan panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
4) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik
(Wahyudi Nugroho, 2000)
1.9 Hal-Hal Yang Diperhatikan Agar Lansia Sehat
a) Mandi
Pada waktu lansia memasuki kamar mandi hendaknya tubuhnya dipegang kuat
oleh pengasuhnya, jika merasa oyong waktu sedang mandi segera dibaringkan
tanpa bantal.
b) Kebersihan mulut
Lansia yang tidak mandiri perlu dibantu dalam membersihkan giginya, jika ada
gigi palsu hendaklah dibersihkan setelah habis makan dengan sikat gigi.
Menghilangkan baunya gigi palsu direndam dengan air hangat yang telah
dibubuhi obat pembersih mulut beberapa tetes selama 5 10 menit, kemudian
bilas kembali sampai bersih.
c) Cara mencuci rambut dan kulit
Kulit dan rambut pada lansia mulai mengering. Sehabis mandi, rambut harus
segera dikeringkan agar tidak mudah menjadi demam, batuk, pilek dan lain-lain.
d) Kuku

Universitas Sumatera Utara

Waktu menggunting kuku lansia harus hati-hati agar tidak terjadi luka pada
lansia, khususnya penderita diabetes melitus lebih sukar sembuh.

e) Pakaian
Pakaian lansia hendaknya terbuat dari bahan lunak, harus dijaga agar tetap rapi
karena banyak lansia yang tidak peduli lagi terhadap pakaian.
f) Istirahat tidur
Biasanya pola tidur lansia hanya beberapa jam saja, kemudian terbangun lagi
dan memerlukan waktu untuk dapat tidur kembali. Tercapai kesegaran jasmani
dan rohani lansia sangat perlu, maka pola istirahat dan tidur harus dilakukan
berulang-ulang setiap hari. Kamar tidur hendaknya mempunyai ventilasi yang
baik, khususnya bagi penyakit paru.
g) Masalah buang air kecil dan besar
Lansia pria akibat pembesaran kelenjar prostat dapat menimbulkan gangguan
berkemih. Lansia wanita akibat kebersihan pada daerah kemaluan dan dubur
jika tidak dijaga dengan baik, maka sering sekali terjadi infeksi saluran
kemih(R.Boedi Darmojo,2003).
2. Pengkajian status fungsional.
2.1 Defenisi
Pengkajian status

fungsional adalah suatu kemampuan seseorang

untuk menggunakan kapasitas fisik yang dimiliki guna memenuhi kewajiban


hidupnya, yang berintegrasi/berinteraksi dengan lingkungan dimana ia berada.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Kewajiban hidup seorang individu terdiri atas :


a) Kewajiban melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari. Aktifitas
kehidupan sehari-hari ialah suatu aktifitas yang meliputi kegiatan
perawatan diri, memelihara lingkungan hidupnya dan prilaku yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri.
b) Kewajiban melaksanakan aktivitas produktif. Aktifitas produktif adalah
semua bentuk aktivitas baik yang menghasilkan bentuk jasa ataupun
komoditi yang digunakan oleh orang lain sehingga dapat memberikan
peningkatan kemampuan, ide, pemenuhan kebutuhan, dll.
c) Kewajiban melaksanakan aktivitas rekreasi. Aktivitas rekreasi adalah
semua bentuk aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang dan
membuat pelakunya menjadi lebih gembira dan dapat menikmati aktivitas
tersebut(http/fungsi dan pelayanan).
2.3 Kemampuan Fungsional
2.3.1

Defenisi
Kemampuan fungsional adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan

seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri.


Penentuan kemampuan fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan
keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat.(
Siti Maryam, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Beberapa sistem penilaian yang dikembangkan dalam pemeriksaan


kemampuan fungsional, tersebut antara lain indeks Barthel yang dimodifikasi,
indeks katz, indeks Kenny self-care, dan indeks activity daily living(ADL)
2.3.2 Jenis jenis pengkajian kemampuan fungsional
a. Indeks Barthel yang dimodifikasi.
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam
meningkatkan aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan, berpindah
tempat, kebersihan diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan di jalan datar,
naik turun tangga, berpakaian, mengontrol defekasi, mengontrol
berkemih.
Cara penilaiannya antara lain : Makan, jika memerlukan bantuan
di beri nilai 5 dan jika mandiri 10. Berpindah dari kursi roda ketempat
tidur dan sebaliknya termasuk duduk di tempat tidur ,Jika memerlukan
bantuan di beri nilai 5-10 dan jika mandiri 15. kebersihan diri(mencuci
muka ,menyisir, mencukur, menggosok gigi) Jika memerlukan bantuan
di beri nilai 0 dan jika mandiri 5. Aktivitas di toilet(mengelap,
menyemprot) Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri
10. Mandi, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 0 dan jika mandiri
5.Berjalan dijalan yang datar, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 10

Universitas Sumatera Utara

dan jika mandiri 15. Naik turun tangga, Jika memerlukan bantuan di beri
nilai 5 dan jika mandiri 10. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu,
Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10. Mengontol
dofekasi, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika mandiri 10.
Mengontrol berkemih, Jika memerlukan bantuan di beri nilai 5 dan jika
mandiri diberi nilai 10.
Dengan penilaian:
0-20 : ketergantungan penuh
21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung
62-90 : ketergantungan moderat
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri.
b. Indeks katz
Pengkajian

menggunakan indeks kemandirian katz untuk

aktivitas kehidupan sehari hari yang berdasarkan pada evaluasi


fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan,kontinen
(BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan berpakaian.
Menurut Pratiwi S Pongrekuns blog, Index Katz adalah pemeriksaan
disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat
bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas fungsionalnya. Salah
satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur

Universitas Sumatera Utara

perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri


evaluasi dan aktivitas rehabilisasi.
Pengukuran pada kondisi ini meliputi Indeks Katz

Mandi

Berpakaian

Dapatmengerjakan bagiantertentudibantuatau
sendiri
seluruhnyadibantu

Seluruhnyatanpa
bantuan

bagiantertentudibantuatau
Seluruhnyadenganbantuan

Pergike
toilet

Dapatmengerjakan
sendiri

Berpindah
(berjalan)

Tanpabantuan

5 BABdanBAK

Makan

Dapatmengontrol

Tanpabantuan

Memerlukanbantuanatau
TidakdapatpergikeWC
DenganbantuanatauTidak
dapatmelakukan
Kadangkadangngompol/
defekasiditempattidur
atauDibantuseluruhnya
denganalat
Perlubantuandalamhalhal
tertentuatauSeluruhnya
dibantu

Klasifikasi:
A : Mandiri, untuk 6 fungsi
B : Mandiri, untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain.
D : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian dan 1 fungsi lain

Universitas Sumatera Utara

E : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi


lain
F : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi
lain
G : Tergantung untuk 6 fungsi.
Berdasarkan referensi yang peneliti dapatkan , untuk mempermudah
penilaiannya maka klasifikasinya dimodifikasi sebagai berikut :
A : Mandiri, untuk 6 fungsi
B : Mandiri, untuk 5 fungsi
C : Mandiri, untuk 4 fungsi.
D : Mandiri, untuk 3 fungsi
E : Mandiri, untuk 2 fungsi
F : Mandiri, 1untuk 1 fungsi
G : Tergantung untuk 6 fungsi.
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari
orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.
c. Indeks Kenny self care

Universitas Sumatera Utara

Gugus tugas pada evaluasi ini merupkan pertimbangan untuk


menilai sarat minimal kemandirian individu di rumah atau tempat lain
dengan lingkungan terbatas. Hal yang dinilai meliputi tujuh kategori
yaitu aktivitas di tempat tidur(bergeser di tempat tidur, bangun dan
duduk), Berpindah (duduk, berdiri), ambulasi (berjalan , naik turun
tangga, penggunaan kursi roda), berpakaian (anggota atas dan trunk
bagian atas), hygiene (wajah, rambut, anggota atas, Trunk, anggota
bawah), defekasi, berkemih, makan.
Dengan skala penilaian :
O: ketergantungan penuh
1 : perlu bantuan banyak
2: perlu bantuan sedang
3 : perlu bantuan minimal/ pengawasan
4 : mandiri penuh
Hasil kemandirian merupakan jumlah rata-rata tiap bidang kemampuan
(Pudjiastuti, 2003).

d.indeks activity daily living (ADL).


Indeks ADL menilai aktivitas fungsional dalam 16 bidang
kemampuan, yaitu : berpindah dari lantai ke kursi, berpindah dari kursi
ke tempat tidur, berjalan dalam ruangan, berjalan diluar, naik tangga,

Universitas Sumatera Utara

turun tangga, berpakaian, mencuci, mandi, menggunakan toilet, kontrol


defekasi dan berkemih, berhias, menyikat gigi, menyiapkan minum
teh/kopi, menggunakan kran, dan makan. Skala penilaian adalah 1(dapat
melakukan tanpa bantuan), nilai 2 (dapat melakukan dengan bantuan),
nilai 3(tidak dapat melakukan).
Dalam penelitian ini peneliti memakai instrumen indeks Katz
sebagai alat ukur untuk mengambarkan kemampuan dan keterbatasan
fungsional lansia di Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.

3. Pelayanan Kesehatan Lansia Panti Werdha


Pelayanan kesehatan adalah suatu sistem dimana pelayanan dapat diperoleh
dengan mudah secara universal bagi individu dan keluarga dalam komunitas tertentu,
yang disediakan pemerintah bagi mereka melalui partisipasi penuh dari mereka
sendiri (Potter & Perry, 2005).
Dalam mengatasi berbagai persoalan untuk lanjut usia, pemerintah dalam
Departemen Sosial mengupayakan suatu sarana untuk menampung lanjut usia pada
satu institusi yang disebut Panti Werdha. Institusi ini dimaksudkan untuk menampung
lanjut usia yang miskin dan terlantar untuk diberikan fasilitas yang layak mulai dari
kebutuhan makan minum sampai kebutuhan aktualisasi dan bagi lanjut usia yang
berkecukupan juga membutuhkannya (Mariani & Kadir, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Panti werdha (elderly-hostels) adalah suatu institusi hunian bersama dari para
lansia yang secara fisik/kesehatan masih mandiri, akan tetapi mempunyai
keterbatasan di bidang sosial-ekonomi. Kebutuhan hunian biasanya disediakan oleh
pengurus panti, diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta. Biasanya lanjut usia
yang ditempatkan di panti werdha karena terlantar dan keluarga sudah tidak merawat
lansia akibat kesibukan keluarga atau masalah ekonomi, padahal lansia sangat rentang
dengan kesehatan mental dan fisik, terutama dengan fungsi kognitif, memori, masih
butuh perhatian maupun motorik (Darmojo dkk, 2006).

3.1 Visi dan Misi Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak
Balita Wilayah Binjai Dan Medan.
Visi Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak
Balita Wilayah Binjai Dan Medan adalah terwujudnya lansia bahagia sejahtera
di hari tua. Sedangkan misi dari Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan adalah:
a. Meningkatkan pelayanan fisik lanjut usia melalui pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan dan papan
b. Menumbuhkan

setiap

kemandirian,

kesetaraan,

kebersamaan

dan

memberikan perlindungan kepada lansia


c. Meningkatkan hubungan yang harmonis anatar sesame lansia, lansia dengan
pegawai dan lansia dengan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

3.2

TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi) dan Tujuan dari Panti Werdha UPT.
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.
Tugas pokok dari Panti, adalah:

a. Melaksanakan observasi, identifikasi, seleksi dan penerimaan calon klien


b. Melaksanakan pengungkapan dan pemahaman masalah serta penyusunan
rencana pelayanan rehabilitasi terhadap lansia
c. Melaksanakan penampungan, pengasramaan, perawatan dan penyediaan
bahan pangan bagi lansia
d. Melaksanakan pembinaan fisik, mental dan sosial secara individu dan
kelompok bagi lansia
Fungsi dari Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita
Wilayah Binjai Dan Medan, adalah:
a. Sebagai pusat informasi, pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia yang
bermasalah
b. Sebagai unit pengembangan pelayanan kesehatan sosial lanjut usia
Tujuan dari Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita
Wilayah Binjai Dan Medan, adalah:
a. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia kurang mampu atau terlantar melalui
pemberian pelayanan dan perawatan baik jasmani maupun rohani dalam
rangka pemenuhan kebutuhan hidup secara wajar

Universitas Sumatera Utara

b. Tumbuhnya kemandirian lansia


c. Terciptanya rasa aman dan ketentraman lansia sehingga dapat menikmati
hidup secara wajar
3.4

Sasaran dan Jenis Pelayanan Panti Werdha UPT. Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan.
Sasaran pelayanan, yaitu:
a. Usia minimal 60 tahun
b. Berasal dari keluarga tidak mampu dengan dibuktikan surat keterangan dari
pemerintah setempat
c. Dapat mengurus diri sendiri, tidak sakit jiwa
d. Tidak mempunyai penyakit menular, dibuktikan surat keterangan dari
Puskesmas atau pihak yang berwenang
e. Surat izin dari pihak keluarga atau pihak yang bertanggung jawab
f. Bersedia memenuhi peraturan panti

3.5 Jenis pelayanan, yaitu:


1. Pemberian penampungan (asrama), pemberian makan dan pakaian
2. Bimbingan mental, fisik dan sosial, juga pemeliharaan kesehatan
3. Pengisian waktu luang (berkebun kerajinan tangan, beternak,berjualan, dan
lain-lain), pelayanan pendampingan, konsultasi dan rekreasi
4. Pemakaman

Universitas Sumatera Utara

3.6 Gambaran Umum Panti Werdha


3.6.1.Bagian Personalia
Jumlah pegawai negeri sipil pada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia wilayah
Binjai dan Medan sebagai berikut:
No.
TempatBertugas/Staf
1 Ka.UPTPelayananSosialLUWilayahBinjai
danMedan
2 Ka.TataUsaha
3 StafTataUsaha
4 KasiePerencanaanProgram
5 StafPerencanaanProgram
6 PLH.KAsiePantiABDI
7 StafKsiePantiABDI
Jumlah

Keterangan

Jumlah
1orang

1orang
6orang
1orang
1orang
1orang
11orang
22orang

Kegiatan dari para pengasuh kepada lansia dipanti werda adalah:


a. Memberikan bimbingan sosial dan pembinaan pada warga binaan sosial setiap
hari, membantu perawat di poliklinik
b. Mengarahkan kebersihan di wisma, perkarangan dan lingkungan panti
c. Mengawasi warga binaan dalam kegiatan keterampilan
d. Melaksanakan tugas sesuai jadwal yang telah ditetapkan
e. Memantau pendistribusian makanan di dapur umum dalam mengelola makanan
f. Mengarahkan warga binaan sosial dalam mengikuti bimbingan mental agama
dan melatih senam pagi di lapangan Panti Werda.
g. Membuat laporan sesuai tugas masing-masing

Universitas Sumatera Utara

3.7 Kegiatan Lansia


Kegiatan yang dilaksanakan oleh lansia dipanti werda, adalah:
a. Gotong royong atau senam pagi (di dalam panti)
b. Sarapan pagi, makan siang dan makan malam
c. Kebersihan wisma, kamar dan aktivitas lain di bombing oleh petugas atau
pengasuh
d. Beribadah, mengisi waktu luang
e. Kegiatan keterampilan dan istirahat
f. Bimbingan sosial mental atau agama
g. Makan malam, ibadah, istirahat atau tidur
Jam kegiatan, yaitu:
a. Senin Kamis

pkl. 06.00 07.00 wib gotong royong

b. Selasa Sabtu

pkl. 07.00 08.00 wib senam pagi

c. Rabu Jumat

pkl. 09.00 10.00 wib ceramah agama dan


pengajian

d. Pemeriksaan kesehatan setiap hari :

pkl. 10.00 wib

Kesehatan lansia atau jompo adalah warga binaan sosial yang menderita
sakit setiap bulannya antara 80 s/d 120 orang dari warga yang berjumlah 160
orang. Penyakit yang diderita kebanyakan adalah jenis penyakit yang selalu
diderita para lansia; sakit kepala, sesak nafas, demam, batuk, gatal-gatal,
rematik, darah tinggi, sakit tulang, mata rabun.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai