id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
STUDI BANDING METODE RANCANG CAMPUR BETON
SK. SNI-1990-03 DAN ACI 318
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program D3 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Di susun oleh :
YUDDHY SETYANTO
NIM : I 8707062
PROGRAM D3 INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
to user
2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini ku persembahkan untuk:
Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah serta
Kemudahan-Nya, sehingga semua dapat berjalan dengan lancar.
Orangtua yang slalu memberi kasih sayang, bimbingan dan juga doa
kepadaku selama ini.
Teman-teman Infras06, Infras 07 dan Infras 08 terima kasih karena
kalian adalah teman sekaligus keluarga yang berharga.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Yuddhy Setyanto, 2011, Studi Banding Metode Rancang Campur Beton SK.
SNI-1990-03 dan ACI 318
Beton merupakan barang primer dalam suatu pembangunan kontruksi di kota-kota
besar, terutama di negara-negara maju. Kualitas beton sangat dipengaruhi oleh
bahan-bahan penyusunnya. Perencanaan campuran beton (mix design) adalah
suatu langkah yang sangat penting dalam pengendalian mutu beton. Rancang
campur (mix design) merupakan suatu cara yang bertujuan memberi gambaran
mengenai kebutuhan bahan-bahan yang dibutuhkan tiap meter kubik beton. Ada
beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan beton dan
sebagian besar metode-metode rancang campur berasal dari negara manca,
diantaranya metode SK. SNI T- 15- 1990- 03 dan metode ACI. Masing-masing
metode memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung dari material yang dipakai
dan tujuan struktur beton yang direncanakan. Secara umum tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui bahan susun beton, kuat desak dan harga bahan
susun beton hasil hitungan dua metode rancang campur yang berbeda dengan
mutu tertentu, untuk mengetahui metode yang lebih memberikan keuntangan
apabila ditinjau dari tingkat kemuahan pengerjaan (kelecakan) dan nilai ekonomis
beton.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
mengadakan percobaan uji laboratorium untuk mendapatkan suatu hasil yang
memberikan gambaran tentang sifat-sifat agregat dan kuat desak beton. Kemudian
membandingkan untuk dipilih metode yang lebih memberikan keuntungan dari
segi kemudahan pengerjaan dan nilai ekonomis beton dengan memperlakukan
batasan-batasan yang sama pada setiap metode rancang campur tersebut.
Dari hasil analisis penelitian didapat bahwa walaupun mempunyai target kuat
desak yang sama untuk setiap metode rancang campur, perbandingan bahan susun
beton ternyata berbeda. Metode SK SNI mempunyai kelecakan lebih tinggi
dibanding metode ACI untuk mutu beton 22,5 MPa , 25 MPa dan 27,5 MPa yaitu
diketahui dengan nilai slump 110 mm , 93 mm dan 83 mm sedangkan ACI dengan
slump 98 mm, 87 mm an 80 mm. Dari hasil analisis kuat desak ketiga mutu beton
metode rancang campur SK SNI lebih tinggi dari pada metode rancang campur
ACI. Dan untuk analisis harga, untuk ketiga mutu beton didapat metode ACI lebih
murah dibanding dengan metode SK SNI
Kata kunci : Rancang campur SK SNI dan ACI
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan
berkat,
rahmat
dan
talenta-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan lancar. Tugas Akhir ini
merupakan syarat untuk meraih gelar Ahli Madya pada Fakultas Teknik Jurusan
Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan laporan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.
Slamet Prayitno, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan selama penyusunan tugas akhir. Seluruh rekan-rekan mahasiswa DIII
Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan angkatan 2007 yang telah memberikan
bantuan dan semangat, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu kelancaran tugas akhir hingga terwujudnya laporan
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman serta masih kurangnya pemahaman yang penulis
miliki sehingga dalam penyusunan laporan ini banyak kekurangan, maka penulis
berharap dengan segala kerendahan hati untuk kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini berguna dan bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya serta bagi pengembangan ilmu di bidang Teknik Sipil
khususnya.
Surakarta,
commit to user
viii
Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................
ii
iii
MOTTO ..............................................................................................................
PERSEMBAHAN ...............................................................................................
vi
ABSTRAK ..........................................................................................................
vii
PENGANTAR ....................................................................................................
viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................
DAFTAR TABEL...............................................................................................
xiii
xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
xvi
1.1.
1.2.
1.3.
Batasan Masalah...............................................................................
1.4.
1.5.
1.6.
2.1.
2.2.
2.2.1.
Rancang Campur..............................................................................
2.2.2.
12
2.2.2.1.
12
2.2.2.2.
24
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.3.
29
2.2.3.1
Air ....................................................................................................
29
2.2.3.2.
Semen...............................................................................................
30
2.2.3.3.
Agregat.............................................................................................
32
2.2.4
36
2.2.4.1.
36
2.2.4.2.
Pemisahan Butiran............................................................................
39
2.2.4.3.
41
2.2.5.
41
2.2.5.1.
41
2.2.5.2.
43
2.2.6.
Perawatan Beton...............................................................................
44
45
3.1.
45
3.2.
45
3.3.
45
3.3.1.
48
3.3.1.1.
48
3.3.1.2.
53
3.3.2.
58
3.3.2.1.
58
3.3.2.2.
59
3.3.2.3.
60
3.3.3.
61
3.3.4.
61
3.4
Sumber Data.....................................................................................
62
3.5.
62
63
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.1.
63
4.1.1.
Agregat
.........................................................................................
63
4.1.1.1.
63
4.1.1.2.
64
4.2.
Analisis
.........................................................................................
66
4.2.1.
Agregat
.........................................................................................
66
4.2.1.1.
66
4.2.1.2.
68
4.2.2.
Beton
.........................................................................................
72
4.2.2.1.
72
4.2.2.2.
78
4.2.2.3.
78
4.2.3.
83
4.3.
Pembahasan......................................................................................
85
4.3.1.
85
4.3.2.
Kelecakan ........................................................................................
87
4.3.3.
88
4.3.4.
89
90
5.1
Kesimpulan.......................................................................................
90
5.2.
Saran.................................................................................................
91
PENUTUP...........................................................................................................
92
93
LAMPIRAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
22
Gambar 2.7
21
Gambar 2.6
17
Gambar 2.5
13
Gambar 2.4
22
23
Gambar 2.8
24
Gambar 3.1
46
Gambar 4.1
67
Gambar 4.2
70
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
15
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
26
26
Tabel 2.9
26
Tabel 2.10
Tabel 2.11
Tabel 2.12
27
27
28
Tabel 2.13
29
Tabel 2.14
Tabel 2.15
34
Tabel 2.16
36
Tabel 2.17
Tabel 3.1
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Tabel 4.1
64
Tabel 4.2
65
Tabel 4.3
67
Tabel 4.4
68
Tabel 4.5
69
Tabel 4.6
70
Tabel 4.7
71
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Data Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa 25,5 MPa
78
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Data Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa 25,5 MPa
dan 27,5 MPa Metode ACI Umur 28 Hari........................
79
81
Tabel 4.15
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Tabel 4.18
82
commit to user
xiv
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Lampiran B
Lampiran C
Lampiran D
Lampiran E
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
Dikerjakan Oleh :
YUDDHY SETYANTO
commit to user
( I 8707062 )
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang saat ini banyak dipakai dalam
pembuatan bangunan fisik, hal ini dikarenakan bahan bakunya tersedia cukup
banyak di Indonesia yang merupakan daerah vulkanik. Selain itu beton mudah
dibentuk sesuai desain yang diinginkan, mempunyai sifat keawetan yang relatif
lebih lama jika dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya dan beton tidak
memerlukan perawatan secara khusus.
Keawetan, kekuatan dan sifat beton yang tergantung pada sifat-sifat bahan dasar
beton (air, semen dan agregat), nilai perbandingan bahan-bahannya, cara
pengadukan maupun cara pengerjaan selama penuangan adukan beton, cara
pemadatan dan cara perawatan selama proses pengerasan. Kemajuan pengetahuan
tentang teknologi beton telah dapat memenuhi berbagai tuntutan tertentu, misalnya
pemakaian bahan lokal yang dapat diperoleh di suatu daerah tertentu dengan
mengubah perbandingan bahan dasar yang sesuai, maupun cara pengerjaan yang
cocok dengan kemampuan pekerja, serta kebutuhan penampilan yang sesuai. Saat
ini pengetahuan tentang cara pembuatan beton tampaknya lebih populer dari pada
pengetahuan tentang bahan-bahan dasarnya, mungkin karena pemakai beton lebih
tertarik pada tuntutan sifat beton dari pada pemilihan bahan dasarnya.
Rancang campur (mix design) adukan beton dilakukan dengan tujuan memberi
gambaran mengenai kebutuhan bahan-bahan yang dibutuhkan tiap meter kubik
beton yang harus memenuhi syarat-syarat kekuatan dan kemudahan pengerjaan
(kelecakan) dilapangan tanpa meninggalkan kepentingan ekonomis. Rancang
campur ini menghitung perbandingan yang tepat dari bahan-bahan yang diperlukan
yaitu air, semen, pasir, kerikil dan kadang-kadang bahan campuran tambahan
commit tokarakteristik
user
tertentu.
(admixtures) untuk mendapatkan sifat-sifat
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan beton,
diantaranya metode SK. SNI T- 15- 1990- 03 dan metode ACI. Dari metode
tersebut , metode SK. SNI T- 15- 1990- 03 lebih sederhana dari pada metode ACI.
Akan tetapi kerumitan tidak selalu berarti hasil yang paling akurat, prinsip-prinsip
dasar umumnya sama. Perbedaan-perbedaan lainya terletak pada hubungan empiris
yang didapat dari pengalaman di lapangan, terutama tentang agregat. Beberapa
variasi yang mendasar antar metode-metode tersebut adalah tentang acuan dasar
kondisi kelengasan agregat dan standar benda ujinya.
Tabel 1.1 Perbedaan Dasar Metode Rancang Campur
Metode
Kondisi Kelengasan
SSD
ACI
Kering oven
Silinder
Identifikasi Masalah
Nilai banding bahan susun beton merupakan salah satu faktor penentu kekuatan
beton. Penentuan nilai banding bahan beton yang berdasarkan sifat-sifat bahan
pembentuknya perlu diterapkan untuk menghasilkan mutu beton sesuai yang
ditargetkan dan juga nilai ekonomi beton yang murah. Tapi berdasarkan
pengamatan di lapangan cara penentu nilai banding bahan susun beton sering
commit
to user target kekuatannya saja, bukan
berdasarkan kebiasaan dan hannya
menginginkan
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berdasarkan proses yang dapat memberi keuntungan. Hal ini dikarenakan belum
adanya data pengujian yang menyatu untuk menggambarkan pengaruh akibat
penggunaan beberapa metode rancang campur yang ada dengan kekuatan dan
harga beton yang dihasilkan.
1.3
Batasan Masalah
Kuat desak yang direncanakan pada umur 28 hari adalah 22,5 MPa, 25 MPa
dan 27,5 MPa.
b.
c.
Analisa harga berdasarkan harga bahan bangunan dari DPU Kodia Surakarta.
1.4
Rumusan Masalah
Menggunakan dua beda metode rancang campur, apakah ada perbedaan dalam
hal perbandingan bahan-bahan pembentuk beton.
b.
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Nilai ekonomis berdasarkan harga bahan susun beton hasil hitungan kedua
metode rancang campur yang berbeda.
1.5
Secara uumum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan susun
beton, kuat desak dan harga bahan susun beton hasil hitungan dua metode rancang
campur yang berbeda dengan mutu tertentu, untuk mengetahui metode yang lebih
memberikan keuntangan apabila ditinjau dari tingkat kemuahan pengerjaan
(kelecakan) dan nilai ekonomis beton.
Untuk dapat mengetahui gambaran pengaruh perbedaan penggunaan beberapa
metode rancang campur yang ada terhadap kekuatan dan tingkat ekonomis
diperlukan penelitian secara teoritis bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran
untuk pemilihan alternatif pemecahan masalah ketekniksipilan, sekaligus untuk
melatih mahasiswa teknik sipil dalam masalah rekayasa khususnya dalam biadang
teknologi beton. Sedangkan secara praktis diharapkan dapat diketahui metode yang
lebih memberikan keuntungan dari beberapa metode rancang campur bila ditinjau
dari segi kekuatan, kemudahan tingkat pengerjaan dan niali ekonomis. Sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan jika ditemukan permasalahanpermasalahan yang identik dengan penelitian ini dan sesuai dengan keadaan lokasi,
fungsi dan manfaat konstruksi. Dengan demikian kebijaksanaan yang diambil dapat
lebih optimal.
1.6. Kerangka Pikir
Perbandingan bahan suatu beton merupakan salah satu faktor penentu kekuatan dan
kemudahan pengerjaan beton. Berdasarkan pengamatan dilapangan cara penentuan
nilai banding bahan suatu beton sering berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan
proses yang dapat memberi keuntungan. Padahal para pemakai beton menghendaki
harga yang murah dan mudah pengerjaannya dari perbandingan bahan susunannya.
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
2.
3.
Latar Belakang
Beton banyak digunakan sebagai bahan konstruksi
Pemakai beton menghendaki harga yang murah, kekuatan tinggi dan mudah
pengerjaanya.
Banyak metode untuk menentukan komposisi bahan pembentuk beton.
Permasalahan
Belum adanya data pengujian yang menyatu untuk menggambarkan pengaruh
penggunaan beberapa metode rancang campur yang ada terhadap kekuatan, sifat
kemudahan pengerjaan dan nilai ekonomis
1.
2.
Rumusan Masalah
Menggunakan dua beda metode rancang campur, apakah ada perbedaan
dalam hal perbandingan bahan-bahan pembentuk beton?
Metode manakah yang memberikan keuntungan jika ditinjau dari :
a. Kemudahan tingkat pengerjaan
b. Nilai ekonomis
Tujuan Penelitian
Mengetahui metode rancang campur yang lebih memberi keuntungan dalam hal
kemudahan pengerjaan dan ekonomis.
Pengujian Laboratorium
Analisis
Kesimpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dikerjakan Oleh :
YUDDHY SETYANTO
commit to user
( I 8707062 )
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Tinjauan Pustaka
Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang pada saat ini banyak dipakai
dalam pembuatan bangunan fisik di Indonesia. Karena sifatnya yang unik maka
memerlukan pengetahuan yang cukup luas, antara lain mengenai sifat bahan
dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasinya dan variasi bahan tambahannya. Oleh
karana itu cara pembuatannya perlu diketahui dengan benar agar sesuai dengan
ketersediaan bahan dasarnya di lapangan maupun persyaratan pemakaiannya
(Tjokrodimuljo, 1996 : 3)
Beton sederhana dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus,
agregat kasar (batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran tambahan
lainnya. Campuran yang masih plastis ini dicor ke dalam acuan dan dirawat untuk
mempercepat reaksi hidrasi campuran semen-air, bahan yang terbentuk ini
mempunyai kekuatan tekan yang tinngi dan ketahanan terhadap tarik rendah, atau
kira-kira kekuatan tariknya 0,1 kali kekuatan terhadap tekan (Nawy, 1990 : 4)
Beton pada dasarnya adalah campuran dari 2 bagian : agregat dan mortar. Mortar
terdiri dari semen portland dan air, yang mengikat agregat (pasir dan kerikil / batu
pecah) menjadi suatu massa seperti batuan, ketika pasta tersebut mengeras akibat
reaksi kimia dari semen dan air. Jadi dapat dikatakan bahwa beton dibuat dari agregat
(pasir dan kerikil), semen (perekat yang mengikat butir-butir agregat menjadi satu)
dan air (yang bereaksi dengan semen tadi). Campuran ini diharapkan nantinya akan
cukup kuat (kokoh tekan, kokoh tarik, kekerasan, dsb), tahan lama (ketahanan /
durability, susut, rangkak, dsb), mudah dibuat (kelecakan / workability, setting time),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
dari pemilihan yang teliti dan ekonomis dari sifat-sifat dan proporsi bahan-bahannya
(mix design) (Nugraha, 1989 : 5)
Perancangan komposisi bahan pembentuk beton merupakan penentu kualitas beton,
yang berarti pula kualitas sistem struktur total. Bukan hanya bahannya harus baik,
melainkan juga keseragamannya harus dipertahankan pada keseluruhan produk beton
(Nawy, 1990 : 5)
Beton merupakan bahan yang kekuatan dan sifat-sifat yang lain tidak dapat
diramalkan secara tepat, sehingga percobaan kubus atau silinder dari suatu campuran
yang direncanakan untuk menghasilkan kekuatan , misalnya 20 MPa akan
menunjukkan variabelitas yang nyata dari kekuatan. Karena itu campuran harus
direncanakan untuk memberikan suatu kekuatan tekan rata-rata yang lebih besar dari
harga fc yang disyaratkan (Wang dan Salmon, 1990 : 8)
Sesuai dengan tingkat mutu beton yang hendak dicapai, perbandingan campuran
bahan susun harus ditentukan agar beton yang dihasilkan memberikan : (1) kelecakan
dan konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan, perataan,
pemadatan) dengan mudah ke dalam acuan dan sekitar tulangan baja tanpa
menimbulkan kemungkinan terjadinya segregasi atau pemisahan agregat dan bleeding
air. (2) ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air, korosif, dan lainlain). (3) memenuhi kuat yang hendak dicapai (Dipohusodo, 1993, 5-6).
Sementara kekuatan bergantung pada faktor air semen, nilai ekonomis bergantung
pada prosentase agregat yang ada yang masih menghasilkan yang dapat dikerjakan.
Yang harus dicapai oleh perencana adalah memperoleh campuran beton yang
kekuatannya optimum dengan semen yang minimum, semakin kecil faktor air semen
semakin tinggi kekuatan beton (Nawy, 1990 : 24-25).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Tujuan utama mempelajari sifat-sifat dari beton adalah untuk perencanaan dari
campuran (mix design), yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai , serta
menentukan kuantitas masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang
seekonomis mungkin. Ada sejumlah metode perancangan campuran (mix design),
tidak dapat dikatakan mana metode yang paling baik. Masing-masing mempunyai
keunggulan, tergantung pada material yang dipakai dan tujuan struktur beton tersebut.
Perlu pula dikaji apakah metode dari luar negeri sesuai dengan material dan kondisi
kerja di Indonesia (Nugraha, 1989 : 223 dan 227).
2.2.
Landasan Teori
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
FAS
Tidak
fc
memenuhi
Ya
Selesai
Gambar 2.1. Bagan Alir Penggunaan Metode Rancang Campur Secara Umum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Dari Bagan alir di atas, terlihat bahwa pada umunya rancang campur dilakukan untuk
mendapatkan suatu kuat desak beton (fc) tertentu. Jika fc yang ditargetkan tidak
memenuhi, maka dilakukan rancang campur ulang (remix design). Tidak dipenuhinya
fc yang ditargetkan mugkin dikarenakan beberapa metode yang ada pada umumnya
berasal dari negara manca, sehingga bahan yang digunakan dapat berbeda dengan
yang ada di Indonesia.
Metode rancang campur hanyalah memperkirakan perbandingan campuran coba,
sehingga setiap hasil hitungan rancang campur harus dikontrol dengan uji coba
berupa campuran percobaan (trial mix) untuk memastikan hasilnya. Hal ini
dikarenakan bahan-bahan dasar beton sangat variabel dan banyak dari sifat bahan
tersebut tidak dapat diukur secara benar serta faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan beton maupun kelecakan adukan beton sangat banyak yang bersifat
individual dari bahan yang dipakai. Oleh karena itu walaupun banyak teori rancang
campur yang dapat dipakai, yang tampaknya akan menghasilkan sebagaimana yang
diharapkan, tetapi sebenarnya hanyalah suatu pedoman saja untuk melakukan
campuran coba.
Dalam Draft Pedoman Beton 1989 pasal 4.3.3.2 dicantumkan bahwa campuran coba
yang mempunyai proporsi dan konsistensi yang diperlukan untuk pekerjaan yang
diusulkan harus dibuat paling sedikit sebanyak tiga nilai faktor air semen yang
berbeda atau tiga kandungan tiga kandungan semen yang berbeda. Setiap nilai faktor
air semen atau kandungan, harus dibuat minimal tiga silinder uji. Silinder-silinder uji
tersebut kemudian diuji pada umur uji 28 hari atau umur uji lain yang ditetapkan
untuk memperoleh kuat desak rata-rata. Dari hasil uji silinder tersebut kemudian
dibuat suatu grafik yang menunjukkan hubungan antara nilai faktor air semen atau
kandungan semen dan kuat desak silinder betonnya sehingga dapat dicari secara
interpolasi nilai faktor air semen yang tepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Desain campuran coba menurut Nawy (1991) digunakan untuk memperoleh faktor air
semen atau kandungan semen minimum yang dipakai dalam mendesain campuran
terhadap kekuatan rata-rata (fcr) pada umur 28 hari. Dengan cara tersebut
persyaratan yang harus dipenuhi adalah :
a. Material yang dipakai dan umur tes harus sama antara campuran percobaan dan
beton yang dipakai pada struktur.
b. Paling sedikit tiga macam faktor air semen atau tiga macam kandungan semen
harus dicoba pada desain campuran. Campuran percobaan ini harus mempunyai
kekuatan paling sedikit sama dengan fcr. Tiga silinder harus dites untuk setiap
faktor air semen atau setiap percobaan kandungan semen.
c. Nilai slump harus sebesar 0,75 inchi dari batas yang diijinkan.
d. Harus dibuat plot antara kekuatan desak pada umur yang direncanakan versus
kandungan semen atau factor air semen. Dari plot ini dapat dipilih faktor air semen
atau kandungan semen yang mehasilkan kekuatan rata-rata (fcr) yang diperlukan.
2.2.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Mulai
Data bahan :
1. Semen
2. Agregat halus
3. Agregat kasar
Menentukan kuat desak rencana
Campuran percobaan
Selesai
Gambar 2.2. Bagan Tahapan Rancang Campur Metode SK SNI. T-15-1990-03
Kuat desak beton yang disyaratkan ini ditentukan dengan melihat kuat desak yang
diperlukan dan potensi yang dapat disediakan di tempat bangunan yang akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
didirikan, kualitas bahan-bahan susun yang akan dipakai, alat, tenaga, pengujian
silinder, mapun kualitas pengawasan.
b.
Keterangan : s
(2.1)
= Standar deviasi
fci
fcr
Jika jumlah kuat desak kurang dari 30 buah, maka dilakukan koreksi terhadap nilai
standar deviasi dengan suatu faktor pengali dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.1. Nilai Standar Deviasi
Tingkat pengendalian
Standar deviasi
mutu pekerjaan
(MPa)
Memuaskan
2,8
Sangat baik
3,5
Baik
4,2
Cukup
5,6
Jelek
7,0
Tanpa kendali
8,4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
30
25
20
15
< 15
Faktor pengali
1,0
1,03
1,08
1,16
Tidak boleh
(2.2)
e.
(2.3)
= kuat desak rata-rata (MPa)
fc
= nilai tambah
Jenis agregat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu agregat alami (uncrushed) atau
pecah (crushed).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
g.
Faktor air semen ditetapkan berdasarkan jenis semen yang dipakai, jenis agregat
kasar, bentuk benda uji dan kuat desak rata-rata yang direncanakan pada umur
tertentu, tetapkan nilai faktor air semen dengan Tabel 2.3. dan Gambar 2.3 untuk
benda uji silinder. Langkah penetapannya dilakukan sebagai berikut :
1) Lihat Tabel 2.3. dengan data jenis semen, jenis agregat kasar dan umur beton yang
dikehendaki, dibaca perkiraan kuat desak silinder beton yang akan diperoleh jika
dipakai faktor air semen 0,5. Jenis kerikil maupun umur beton yang direncanakan,
maka dapat diperoleh kuat desak beton seandainya dipakai fas 0,5.
2) Lihat Gambar 2.3 lukislah titik A pada Gambar 2.3 dengan nilai fas 0,5 (sebagai
absis) dan kuat desak beton yang diperoleh dari tabel 2.3 (sebagai ordinat). Pada
titik tersebut kemudian dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik
yang ada di dekatnya. Selanjutnya ditarik garis mendatar dari sumbu tegak dikiri
pada desak rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut.
Dari titk potong itu kemudian ditarik ke bawah sampai memotong sumbu
mendatar dan dapatlah dibaca nilai faktor air semen yang dicari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Gambar 2.3. Hubungan Faktor Air Semen Dengan Kuat Desak Rata-Rata
Rata
Silinder
Beton (Sebagai Perkiraan Nilai Fas)
Sumber : Tjokrodimulyo, Teknologi Beton, 1996
Tabel 2.3.. Perkiraan Kuat Desak Beton (MPa) dengan Fas 0,5
Jenis
Jenis agregat
Umur (hari)
semen
kasar
3
7
28
Alami
17
23
33
I, II, V
Batu Pecah
19
27
37
Alami
21
28
38
III
Batu pecah
25
33
44
commit to user
91
40
45
44
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
h.
Faktor air semen maksumum yang boleh dipakai ditetapkan berdasarkan Tabel 2.4.
Jika didapat nilai fas maksimum lebih rendah dari langkah (7), maka nilai maksimum
pada langkah ini yang dipakai untuk perhitungan selanjutnya.
Tabel 2.4. Persyaratan Jumlah Semen Minimum Dan Faktor Air Semen Maksimum
Untuk Bebrbagai Macam Pembetonan Dalam Lingkungan Khusus.
Kondisi lingkungan konstruksi
Jumlah semen
Minimum
(kg/m3 beton)
275
325
0,60
0,52
325
0,60
375
0,60
Sumber : SK SNI-T-15-1990-03
commit to user
0,55
Lihat tabel 4.SK SNIT-15-1990-03
Lihat tabel 5.SK SNIT-15-1990-03
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
i.
Ditetapkan berdasarkan pada butir maksimum agregat yang dipakai dan jenis agregat
seperti pada Tabel 2.5 dibawah ini :
Tabel 2.5. Penetapan Nilai Slump
Pemakaian beton
Dinding pelat pondasi dan pondasi
Telapak bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang,
kaison dan struktur di bawah tanah
Pelat, balok, kolom dan dinding
Pengerasan jalan
Pembetonan massal
j.
Maksimum
(cm)
Minimum
(cm)
12,5
5,0
9,0
15,0
7,5
7,5
2,5
7,5
5,0
2,5
Pada tahap ini disediakan tiga macam ukuran agregat maksimum, yaitu 10 mm, 20
mm, dan 40 mm. Ukuran maksimum agregat ini ditetapkan berdasarkan kerapatan
tulangan dan atau tabel pelat.
k.
Pada langkah ini digunakan nilai-nilai yang tercantum pada Tabel 2.6. Jika agregat
halus dan kasar yanng dipakai dari jenis yang berbeda, maka jumlah air yang
dibutuhkan harus dikoreksi dengan Persamaan 2.4.
At = 0,67 Ah + 0,33 Ak
Keterangan :
At = jumlah air yang dibutuhkan (liter/m3)
Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut agregat halus
Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut agregat kasar
commit to user
(2.4)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
l.
Jenis
Agregat
Slump (mm)
Alam
Pecah
Alam
Pecah
Alam
Pecah
0 -10
10 - 30
30 - 60
60 - 180
150
180
135
170
115
155
180
205
160
190
140
175
205
230
180
210
160
190
225
250
195
225
175
205
(2.5)
Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari langkah (12) ternyata lebih sedikit
daripada kebutuhan semen minimum (13), maka kebutuhan semen yang harus dipakai
yang minimum (yang nilainya lebih besar).
o.
Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah (14) maka nilai faktor air semen
berubah. Dalam hal ini dapat dilakukan dua cara sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
1) Faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi jumlah air dengan
jumlah semen minimum, sehingga fas turun (akibatnya kuat tekan akan naik), atau
2) Jumlah
umlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah air minimum dengan faktor air
semen, sehingga jumlah air naik ( adukan akan lebih encer)
p.
Gradasi agregat halus ditentukan berdasarkan analisis saringan terhadap agregat halus
yang akan dipakai. Gradasi agregat halus ditetapkan dalam empat daerah dimana
batas-batasnya
batasnya dapat dilihat pada Tabel 2.15 yang didasarkan atas grafik gradasi.
q.
Gambar 2.4
Grafik
rafik Prosentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan
Untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm.
m
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
r.
(2.6)
Keterangan :
s.
Gv
Ph
Pk
BJh
BJk
Gambar 2.7. Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran dan
Berat Beton.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
t.
Kebutuhan agregat total (halus dan kasar) dihitung dengan Persamaan 2.7.
Berat agregat = Badukan (kandungan semen) (kandungan air)
u.
(2.7)
(2.8)
(2.9)
Keterangan :
Bh
Bag
Bk
Ph
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Mulai
Data bahan :
1. Semen
2. Agregat halus
3. Agregat kasar
Campuran percobaan
Selesai
Gambar 2.8. Bagan Tahapan Rancang Campur Metode ACI
Berdasarkan bagan diatas prosedur perencanaan campuran boton normal metode ACI
secara garis besar dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.
b.
Berdasarkan kuat desak yang diisyaratkan dan nilai margin (Persamaan 2.2) yang
tergantung tingkat pengawasan mutunya, standart deviasi ditetapkan dari Tabel 2.7.
Kuat desak rata-rata dihitung dari kuat desak rencana menggunakan Persamaan 2.3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Mutu pelaksaan
Baik sekali
Baik
45 < s 55
35 < s 55
25 < s 55
55 < s 65
45 < s 55
35 < s 45
Cukup
65 < s 85
55< s 75
45 < s 65
fc + 1000
fc + 1200
fc + 1400
20,7 <
20,7 34,5
34,5 >
yang
diperlukan
MPa
fc + 6,9
fc + 8,26
fc + 9,66
Nilai slump dan ukuran agregatnya ditetapkan dengan melihat jenis strukturnya (dari
Tabel 2.5 dan Tabel 2.9).
Tabel 2.9. Ukuran Maksimum Agregat (mm)
Dimensi minimum
(mm)
Balok/kolom
Pelat
62,5
150
300
750
12,5
40
40
80
20
40
80
80
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
d.
210
231
246
25 50
75 100
150 175
165
183
189
Udara terperangkap
3%
2%
1%
Sumber : Nawy. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, 1990
e.
Berdasarkan kuat desak rata-rata pada umur yang dikehendaki (Tabel 2.11) dan
keawetannya (berdasarkan jenis struktur dan kondisi lingkungan, Tabel 2.4). Dari dua
hasil dipilih yang paling rendah.
Tabel 2.11. Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Desak Rata-Rata Silinder Beton
Pada Umur 28 Hari.
Faktor air semen
0,41
0,48
0,57
0,68
0,82
41,4
34,5
27,6
20,7
13,8
Kebutuhan semen dihitung dari hasil langkah (4) dan (5), dengan Persamaan 2.10.
WS = At / fas
Keterangan :
(2.10)
WS
= berat semen
At
= kebuuhan air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Fas
g.
2,4
2,6
2,8
3,0
10
20
40
80
150
0,50
0,66
0,75
0,82
0,87
0,48
0,64
0,73
0,80
0,85
0,46
0,62
0,71
0,78
0,83
0,44
0,60
0,69
0,76
0,81
(2.11)
Keterangan :
i.
Wak
Vak
commit to user
(2.12)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
10
12,5
20
25
40
50
70
150
2285
2315
2355
2375
2420
2445
2465
2505
Berat pasir SSD = berat beton berat (SSD agregat kasar + semen + air)
2.2.3.
(2.13)
2.2.3.1. Air
Air merupakan bahan dasar pembentuk beton yang penting namun harganya paling
murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta sebagai bahan pelumas
antara butiran-butiran agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk
bereaksi dengan semen, air yang diperlukan hanya sekitar 25 persen dari berat semen
saja, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai sulit kurang dari
0,35. Kelebihan air ini yang dipakai sebagai pelumas. Tetapi perlu dicatat bahwa
tambahan air untuk pelumas ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton
akan rendah dan betonnya akan keropos. Selain itu kelebihan air ini akan bersamasama dengan semen bergerak ke permukaan adukan beton segar yang baru saja
dituang (bleeding) yang kemudian menjadi buih dan merupakan suatu lapisan tipis
(laitance). Lapisan tipis ini akan mengurangi letakan antara lapis-lapis beton dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
merupakan bidang sambung yang lemah. Apabila ada kebocoran cetakan, air akan
bersama-sama semen dapat keluar, sehingga terjadilah sarang-sarang kerikil.
Dalam PBI 1971 Bab 3.6. memberikan batasan air yang digunakan untuk beton yaitu
tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garaman, bahan organis atau
bahan-bahan lain yang merusak beton dan atau baja tulangan. Dalam hal ini
sebaiknya digunakan air bersih yang memenuhi persyaratan air minum.
2.2.3.2. Semen
Beton terbuat dari agregat yang diikat bersama oleh pasta semen yang mengeras,
maka kwalitas semen sangat mempengaruhi kwalitas beton. Semen adalah bahan
yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif, yaitu bahan pengikat bersama air
dapat membentuk pasta semen yang mengikat
kesatuan yang kuat. Menurut Standar Industri Indonesia, SII 0013-1981 definisi
semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis (bahan
pengikat yang mengeras akibat reaksi kimia dengan air), bersama bahan-bahan yang
biasanya digunakan adalah gypsum.
Sesuai dengan tujuan pemakainannya, semen portland di Indonesia dibagi menjadi
lima jenis yaitu :
a.
Jenis I adalah semen portland untuk penggunaan secara umum, tanpa persyaratan
khusus.
b.
c.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
d.
e.
Semen portland yang dipakai dalam penelitian ini adalah tipe I produksi PT. Semen
Gresik. Semen tipe I merupakan semen yang dalam pemakainannya tidak
memerlukan persyaratn khusus untuk keperluan konstruksi dan sangat memadai
untuk campuran beton mutu tinggi. Standar mutu yang digunakan dalam produksi
Semen Gresik mengacu pada ASTM C 150-94, SNI 15-2049-94 dan BS 12-78. Untuk
lebih jelasnya analisis yang dilakukan oleh PT Semen Gresik dapat dilihat pada Tabel
2.14.
Tabel 2.14. Analisis Fisika dan Standar Mutu Semen Portland Tipe I
No.
1
Semen
Gresik
SNI
15-2049-94
ASTM C
150-94
BS
12-78
Waktu pengikatan
dengan alat vicat
Awal (menit, min)
Akhir (jam, maks)
150
5.40
45
8
45
8
45
10
Kekuatan
3 hari (kg/cm2, min)
7 hari (kg/cm2, min)
28 hari (kg/cm2, min)
212
298
407
125
200
280
126
197
281
130
290
Analisa Fisika
Sumber : Bambang Hariyanto, Pengaruh penmbahan fly ash dan silica fume pada
pasta semen di lingkungan agresif, TA FTSP ITS, 1997.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Kekuatan yang dipakai oleh semen biasanya melebihi peryaratan. Menurut L.J.
Murdock (1991), untuk keamanan dari semen portland biasanya, kekuatan pada umur
28 hari diambil sebesar 35 N / mm2.
2.2.3.3. Agreagat
Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan
besarnya volume dari beton. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60%-80% volume
agregat. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton
dapat berfungsi sebagai benda utuh, homogen dan rapat, dimana agregat yang
berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada diantara agregat yang
berukuran besar. Menurut Kardiyono Tjokodimuljo (1996), maksud dan tujuan
penggunaan agregat dalam beton adalah :
a. Menghemat kebutuhan semen.
b. Apabila digunakan gradasi dan campuran baik akan diperoleh beton padat.
c. Sifat mudah dikerjakan (workability) dapat diperiksa pada penggunaan agregat
yang bergradasi baik.
Sifat-sifat yang penting dari suatu agregat adalah kekuatan hancur dan ketahanannya
terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen,
kemudian porositas dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan
terhadap perubahan musim dan ketahanan agresi kimiawi serta ketahanan terhadap
penyusutan. Berdasarkan ukuran butirannya, agregat dapat diklasifikasikan menjadi
dua yaitu agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil dan batu pecah).
a.
Agregat halus
Agregat halus didefinisikan sebagai butiran yang lebih kecil dari 5 mm atau menurut
ASTM yang lolos saringan nomor 4 atau lebih dari 0,15 mm. Agregat halus untuk
beton dapat berupa pasir alami dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
dari alat-alat pemecah batu. Agregat halus yang lazim digunakan di Indonesia adalah
pasir alami.
Dalam pemilihan agregat halus harus benar-benar memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Karena pasir sangat menentukan dalam hal kemudahan pengerjaan,
kekuatan dan tingkat keawetan dari beton yang dihasilkan. Oleh karena itu mutu pasir
harus benar-benar dikendalikan agar dihasilkan beton yang lebih seragam.
Menurut PBI 1971 Bab 3.3. agregat halus untuk berbagai mutu beton harus
memenuhi satu, beberapa, atau semua hal sebagai berikut :
1) Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat
halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
2) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap
berat kering). Yang diartikan sebagai lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Bila agregat halus mengandung lumpur lebih dari 5 %
maka harus dicuci.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-harder (dengan larutan
NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan ini dapat juga dipakai asal
kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari
95 % dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3 %
NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yag sama.
4) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya.
5) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang dipakai.
Menurut peraturan di Inggris (British Standard) yang juga dipakai di Indonesia saat
ini (SK.SNI.T-15-1990-03), kekasaran pasir dapat dibagi menjadi empat kelompok
menurut gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus, agak kasar dan kasar sebagaimana
tampak pada Tabel 2.15.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
10
4,8
2,4
1,2
0,6
0,3
1,15
100
90 -1 00
60 - 95
30 - 70
15 - 34
5 - 20
0 - 10
100
90 - 100
75 - 100
55 - 90
35 - 59
8 - 30
0 - 10
100
90 - 100
85 - 100
75 - 100
60 - 79
12 - 40
0 - 10
100
95 - 100
95 - 100
90 - 100
80 - 100
15 - 50
0 -15
Indek Permukaan fS
0,93-1,055
1,059-1,090
1,045-1,090
1,040-1,145
Keterangan :
Daerah 2 = pasir agak kasar
Daerah 1 = pasir kasar
Daerah 3 = pasir agak halus
Daerah 4 = pasir halus
Sumber : Murdock dan Brook, Bahan dan Praktek Beton, 1991.
b.
Agregat kasar
Agregat kasar adalah agregat yang apabila ukurannya sudah melebihi 5 mm (no.4
standar ASTM) dan kurang dari 40 mm. Agregat kasar dapat berupa kerikil sebagai
disintegrasi alam dari batuan atau berupa batuan pecah. Sifat-sifat agregat kasar
mempengaruhi kekuatan akhir beton dan daya tahan terhadap cuaca serta efek-efek
perusak lainnya. Agregat kasar harus bersih dari bahan-bahan organik dan harus
mempunyai ikatan yang baik dengan pasta semen.
Perihal persyaratan agregat kasar bahan beton telah dijelaskan dalam PBI 1971 Bab
3.4. antara lain sebagai berikut :
1) Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar
yang mengandung butir-butir yang pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
butir yang pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca , seperti terik matahari dan hujan.
2) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan terhadap
berat kering). Yang diartikan sebagai lumpur dalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. bila agregat halus mengandung lumpur lebih dari 1 %
maka harus dicuci.
3) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti
zat-zat reaktif alkali.
4) Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan mesin pengaus Los
Angelos, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50 %. Atau pengujian
bejana penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 ton, yang harus dipenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24 % berat.
b) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22 % berat.
5) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir beraneka ragam besarnya dan apabila
diayak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Sisa diatas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat.
b) Sisa diatas ayakan 4 mm harus berkisar 90 % dan 98 % berat.
Menurut peraturan di Inggris (British Standard) yang juga dipakai di Indonesia saat
ini (SK.SNI.T-15-1990-03), gradasi agregat kasar yang baik sebaiknya masuk dalam
batas-batas yang tercantum dalam Tabel 2.16.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
40
20
10
4,8
Indeks Permukaan fS
95-100
30-70
10-35
0-5
100
95-100
25-55
0-10
0,1175-0,265
0,275-0,330
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Uji nilai slump sudah biasa dilakukan, yaitu dengan mempergunakan kerucut
Abrams, pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (bestek) biasanya sudah dicantumkan
besar nilai slump yang diijinkan untuk suatu bagian pekerjaan. Tetapi hal ini hanya
dapat dipakai pada beton-beton yang standar, artinya kuat desaknya berkisar antara
125 kg/cm2 sampai dengan 275 kg/cm2, dimana faktor air semen berkisar 0,5-0,6
sehingga nilai slump masih dapat terukur. Untuk beton kuat desak tinggi, dimana
dipakai faktor air semen rendah (sekitar 0,3-0,4) akan menunjukkan nila slump yang
rendah sekali, bahkan kadang-kadang sama dengan nol. Untuk itu dipakai uji yang
lain, yaitu uji faktor pemadatan dan waktu V-B.
Tes slump menunjukkan nilai penurunan adukan beton yang dimasukkan kedalam
suatu kerucut terpancung. Nilai slump yang lebih tinggi menunjukkan bahwa adukan
beton mempunyai kekentalan yang rendah. Nilai slump yang diijinkan tergantung
pada pemakaian beton tersebut (balok, kolom, dinding, pelat dan lain-lainnya
mempunyai nilai slump ijin yang berbeda-beda). Nilai slump ijin terutama
dipengaruhi oleh derajat kesukaran dalam pelaksanaan cor adukan. Suatu bagian
struktur yang mempunyai tulangan rapat, ataupun suatu dinding tipis yang tinggi
disarankan menggunakan slump yang agak tinggi sehingga adukan menjadi lebih
nudah mengalir untuk mengisi seluruh bagian bekisting. Tentu saja mempertinggi
slump (dalam arti menambah air) harus diimbangi dengan menambah semen sehingga
faktor air semen tetap terjaga konstan pada faktor air semen yang telah direncanakan.
Komposisi (perbandingan) bahan campuran untuk tiap bagian struktur ini tetap harus
didasarkan pada rencana adukan yang telah dicoba pada awal pekerjaan. Rencana
adukan untuk suatu bagian tidak boleh dicampur aduk dengan rencana adukan untuk
bagian yang lain.
Faktor pemadatan menunjukkan nilai banding (ratio) antara berat adukan yang
dipadatkan sebagian dengan berat adukan beton yang dipadatkan penuh (full
compacted). Nilai faktor pemadatan yang tinggi menunjukkan bahwa adukan tersebut
mempunyai nilai kekentalan yang rendah (adukan encer). Waktu V-B menunjukkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
waktu dalam detik yang dibutuhkan suatu adukan yang digetarkan ke dalam suatu
silinder untuk mencapai suatu kepadatan yang penuh. Nilai waktu V-B yang rendah
menunjukkan bahwa adukan tersebut mempunyai nilai kekentalan yang rendah
(adukan encer).
Suatu petunjuk terhadap hubungan antara faktor pemadatan, waktu V-B, nilai slump,
dan tingkat kelecakan diberikan dalam Tabel 2.17, ini hanya boleh dianggap sebagai
suatu hubungan umum, karena jenis agregat halus dan faktor-faktor lain dapat
mempunyai pengaruh yang menonjol.
Tabel 2.17. Hubungan Antara Slump, Factor Pemadatan, Waktu V-B Dan Tingkat
Kelecakan Beton Dari Agregat Normal
Tingkat
Nilai Slump
Faktor
Waktu V-B
Kelecakan
(mm)
Pemadatan
(detik)
0,78
12-20
Rendah
0-25
0,85
8-12
Sedang
25-20
0,92
3-6
Tinggi
60-150
0,95
1-3
Sangat rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
dapat diatasi dengan pemakaian gradasi agregat yang sesuai dan penanganan adukan
yang seksama, baik pada saat pencampuran, pengangkutan, penuangan, maupun
pemadatan.
Ada dua bentuk pemisahan butiran yang dapat terjadi, yaitu yang pertama adalah
kecenderungan bahan susun kasar untuk memisah yang disebabkan pemakaian talang
cor yang terlalu panjang pada saat penuangan adukan beton. Sebagai akibat
perbedaan berat satuan bahan susun, hal ini akan menyebabkan tiap-tiap bahan susun
mempunyai kecepatan alir yang berbeda yang berarti yang berarti bahan susun yang
lebih berat akan berjalan lebih cepat dibandingkan bahan susun yang lebih ringan.
Pemisahan butiran ini juga dapat terjadi pada adukan beton dalam jumlah yang besar
yang didiamkan untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga bahan agregat yang
mempunyai berat satuan yang lebih besar dibanding pasta semen akan mengendap ke
bawah. Jika faktor air semen sangat rendah, daya kohesi pasta semen akan berkurang
karena adukan ceenderung akan menggumpal. Kejadian ini disebut pemisahan butiran
kering.
Bentuk yang kedua terjadi terutama pada adukan basah, yang diperlihatkan dengan
pemisahan pasta semen dari bahan agregatnya. Hali ini terjadi karena faktor air semen
yang terlalu tinggi sehingga daya kohesi pasta semen akan berkurang dan tidak dapat
mengikat bahan agregat untuk tetap pada posisinya pada saat diangkat, diangkut,
dituang dan di dipampatkan. Kejadian ini disebut pemisahan butiran basah.
Jelas bahwa peristiwa pemisahan butiran juga dipengaruhi oleh kohesivitas
campuran, yang pada adukan beton akan tergantung pada jenis permukaan, berat
satuan, gradasi bahan agregat, faktor air semen, dan lain-lain. Sehingga kemungkinan
terjadinya peristiwa pemisahan butiran merupakan kebalikan dari kohesivitas.
Adukan yang kohesif dalam arti terdapat ikatan yang kompak antar bahan susun
menunjukkan campuran yang lebih stabil dan kemungkinan terjadi pemisahan butiran
lebih kecil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Pada suatu campuran dimana gradasi agregat menunjukkan kandungan agregat kasar
yang lebih besar dibanding agregat halus juga akan memperbesar kemungkinan
terjadinya pemisahan butiran, selain juga mengakibatkan turunnya kelecakan serta
menghasilkan permukaan beton yang kasar.
2.2.4.3. Pemisahan air (Bleeding)
Pemisahan air yang dikenal juga dengan water gain adalah naiknya air dari pasta
semen ke permukaan beton. Pemisahan air terjadi karena adanya pemampatan yang
berlebihan. Akibat dari pemampatan yang berlebihan ini bahan agregat akan turun
kebagian bawah adukan dan pasta semen naik ke bagian atas. Tekanan pori di dalam
adukan juga akan sedemikian besar sehingga air yang ada akan terdesak keluar dan
mengumpul di bagian atas beton sebagai permukaan yang kelihatan mengkilat.
Sebagai akibat adanya pemisahan air ini, bagian atas akan menjadi sangat basah /
lembek, dan jika air ini hilang akibat adanya pengaruh luar, maka akan didapat suatu
beton yang sangat berpori terhadap air. Jika penguapan air (terutama pada daerah
tropis) lebih cepat dari derajat pemisah air, maka akan terjadi retak-retak pada beton.
2.2.5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
Nilai kuat desak beton didapatkan melalui cara-cara pengujian standar, menggunakan
mesin uji dengan cara memberikan beban desak bertingkat dengan kecepatan
penigkatan bahan tertentu atas benda uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300
mm) sampai hancur. Kuat desak masing-masing benda uji ditentukan oleh tegangan
desak tertinggi (fc) yang dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban desak selama
pengujian. Di Indonesia, dengan mengikat berbagai petimbangan teknis dan
ekonomis, masih memperbolehkan menggunakan benda uji berbentuk kubus,
umumnya berisi 150 mm, sebagai alternatif dari bentuk silinder. Dengan demikian
penting untuk disadari adanya perbedaan hasil pengujian dari kedua bentuk bentuk
benda uji sehubungan dengan gambaran kekuatan beton yang ingin diketahui.
Merupakan hal yang sulit untuk dapat merumuskan secara tepat hubungan nilai
kekuatan yang dihasilkan oleh kedua bentuk benda uji tersebut. Untuk beton berat
normal PBI 1971 menggunakan nilai 83 % untuk kubus berisi 150 mm dan 87 %
untuk kubus berisi 200 mm apabila dibandingkan dengan silinder diameter 150 mm
dan tinggi 300 mm.
Pada umumnya kekuatan beton untuk suatu adukan dipengaruhi oleh faktor air semen
(nilai banding air dan semen yang dipergunakan). Perbedaan kekuatan pada suatu
faktor air semen yang sudah tertentu mungkin diakibatkan oleh :
a.
b.
c.
d.
e.
Gradiasai batuan.
f.
g.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
d. Kehancuran mekanis.
2.2.6. Perawatan Beton
Jika dibiarkan campuran beton segar akan mengalami pengikatan dan pengerasan.
Proses pengikatan dan pengerasan campuran terjadi karena reaksi kimia antara semen
dengan air atau hidrasi. Hidrasi dapat berlangsung dalam waktu yang panjang,
sehingga campuran beton selalu bertambah keras sesuai dengan umurnya. Hidrasi
antara semen dan air ditentukan oleh jumlah air yang tertahan atau jenuh selama
pengerasan, Jumlah air yang tertahan harus memberikan jaminan tentang selalu
adanya air dalam campuran beton untuk memungkinkan kelanjutan hidrasi antara
semen dengan air.
Jaminan dirasakan perlu mengingat penguapan air pada campuran beton selama
pengikatan dan pengerasan akan selalu terjadi. Penguapan air pada campuran beton
yang prematur akan menyebabkan kehilangan air yang cukup berarti. Hal ini akan
menyebabkan terhentinya reaksi hidrasi sehingga peningkatan kekuatan beton akan
terhenti pula. Kehilangan air dapat menyebabkan hidarsi yang terlalu cepat sehingga
terjadi penyusutan kering, pada beton yang sudah mengeras, gejalanya berupa susutsusut permukaan beton yang menyebabkan retak-retak.
Penguapan prematur air pada campuran beton dapat dicegah dengan memberikan
perawatan (curing) sesudah pencampuran dan pengecoran. Perawatan beton
merupakan usaha untuk membuat jumlah air dalam campuran beton terjaga selama
masa pengikatan dan
mempertahankan beton supaya terus-menerus kedap air atau tetap basah selama
beberapa hari setelah percampuran dan pengecoran atau pada beton umur muda,
sehingga diharapkan jumlah air yang tertahan masih tersedia untuk dipakai
melanjutkan reaksi hidrasi kimia antara semen dengan air.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Menurut Paulus Nugroho (1989), perawatan yang umum digunakan dapat dibagi
menjadi tiga macam, yaitu :
a. Cara terus memberi air (perendaman), dilakukan dengan merendam beton untuk
menjaga kejenuhan dan suhu air dalam beton.
b. Cara mencegah hilangnya air dalam permukaan (pelembaban), dilakukan dengan
memasang lapisan goni jenuh air pada permukaan beton sehingga penguapan air
dalam beton dapat dicegah.
c. Cara mempercepat dicapainya kekuatan dengan memberi panas (penguapan),
dilakukan dalam ruang tertutup dengan suhu tertentu. Kemudian dipasang lapisan
penutup pada permukaan beton supaya panas dan kelembaban tidak hilang.
Umur perawatan tergantung pada jenis semen dan cuaca. Umur perawatan biasanya
dilakukan berdasarkan interval waktu tertentu setelah pengecoran. Waktu beton kurus
(lean) yang mengandung semen pozzolan untuk bangunan air seperti bendungan
umur perawatan bisa tiga minggu. Sebaliknya untuk beton kaya (rich) yang
mengandung semen tipe I, II, III hanya tiga hari umur perawatanya. Karena
perawatan memperbaiki mutu beton, secara umum semakin lama umur perawatan
semakin baik kualitas beton.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dikerjakan Oleh :
YUDDHY SETYANTO
commit to user
( I 8707062 )
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
Tahap I
Persiapan bahan dan peralatan untuk pengujian bahan dasar beton (agregat).
b.
Tahap II
Tahap pengujian bahan dasar beton yaitu agregat halus dan agregat kasar.
commit to user
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Tahap III
Merupakan tahap perhitungan rancang campur beton dengan dua metode yang
berbeda yaitu SK SNI dan ACI, berdasarkan mutu beton 22,5 MPa, 25 MPa
dan 27,5 MPa
d.
Tahap IV
Merupakan tahap pembuatan dan uji campuran berdasarkan hasil perhitungan
rancang campur, langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a) Pembuatan campuran beton dan uji slump.
b) Pembuatan benda uji, perawatan dan pengujian kuat desak beton.
e.
Tahap V
Dilakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh dari tahap-tahap sebelumnya
yang meliputi analisis kuat desak, kemudahan pengerjaan dan harga satuan
bahan susun beton untuk mencari nilai ekonomis dan kemudian ditarik
kesimpulan.
Untuk lebih jelasnya tahapan secara skematik ditampilkan dalam bentuk bagan
seperti pada Gambar 3.1.
Mulai
Tahap I
Semen
Air
Agregat halus
Agregat kasar
commit to user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B
Uji bahan
Tahap II
Perhitungan proporsi campuran berdasarkan fas yang sesuai dengan kekuatan target
untuk membandingkan kedua metode rancang campur.
Tahap III
Tahap IV
Analisa harga
Analisa data
Kesimpulan
Selesai
Tahap V
Gambar 3.1.commit
Bagan to
Tahapan
user Penelitian
Uji slump
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.3.1.
Pengujian agregat halus sesuai dengan ASTM dan spesifikasi bahan menurut
ASTM, BS dan PBI 1971. Standart pengujian agregat halus sebagai berikut :
a. ASTM C 40
b. ASTM C 117
c. ASTM C 556
d. ASTM C 29
e. ASTM C 128
f. ASTM C 138
a.
Pasir biasanya diambil dari sungai ataupun tempat lain yang mengandung kotoran,
kotoran bisa berupa lumpur atau zat organik. Pasir dalam adukan beton tidak boleh
mengandung zat organik yang melampaui ambang batas, karena akan menurunkan
kualitas beton.
1)
Tujuan pengujian
Tujuan pengujian ini untuk mengetahui prosentase kadar zat organik dalam
pasir berdasarkan Tabel perubahan warna Prof. Ir. Roosseno.
2)
3)
Pelaksanaan pengujian
a) Mengambil pasir secukupnya, dioven dengan suhu 110o C selama 24 jam
commit to user
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Memasukkan pasir yang telah kering oven kedalam gelas ukur 250 cc,
sebanyak kurang lebih 130 cc.
c) Menuangkan larutan NaOH 3% ke dalam gelas ukur sehingga volume
pasir dan larutan menjadi 200 cc, kemudian dikocok selama 5 menit dan
dibiarkan selama 24 jam.
d) Setelah 24 jam amati perubahan yang terjadi merupakan indikasi
prosentase kadar zat organik dalam pasir.
e) Membandingkan warna larutan hasil pengamatan dengan Tabel 3.1
Tabel 3.1. Hubungan Perubahan Warna dengan
Roosseno
Warna Larutan
Jernih
Kuning muda
Kuning tua
Kuning kemerahan
Coklat kemerahan
Coklat tua
Kadar organik
0%
0 % - 10 %
10 % - 20 %
20 % - 30 %
30 % - 50 %
50 % - 100 %
Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi pasir sebagi bahan beton adalah
kandungan lumpur dalam pasir tidak boleh melebihi dari 5 % berat keringnya.
Pengertian lumpur disini adalah bagian pasir yang lolos ayakan 0,063 mm. Apabila
kadar lumpur lebih dari 5 % maka pasir harus dicuci sebelum digunakan dalam
campuran beton. Hal ini diatur dalam PBI NI-2-1971.
1)
Tujuan pengujian
Untuk mengetahui kandungan lumpur dalam pasir.
2)
commit to user
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Pipet
f) Pasir 100 gram
g) Air bersih
3)
Pelaksanaan pengujian
a) Mengambil pasir kering yang telah dioven selam 24 jam dengan suhu 110o
C seberat 100 gram (A).
b) Mencuci pasir dengan gelas bersih yaitu memasukkan pasir ke dalam
gelas ukur 250 cc dan menambahkan air bersih hingga permukaan air
setinggi 12 cm di atas muka pasir, kemudian dikocok 10 kali lalu
didiamkan selama kurang lebih 2 menit. Air yang kotor dibuang tanpa ada
pasir yang ikut terbuang, langkah ini dilakukan sampai air tampak jernih.
c) Menuangkan pasir ke dalam cawan alumunium kemudian membuang sisa
air dengan pipet, setelah itu pasir dikeringkan dalam oven bersuhu 110o C
selam 24 jam.
d) Mengambil pasir yang telah kering oven dan dibiarkan dingin hingga
mencapai suhu ruang dan menimbangnya (B).
e) Menghitung prosentase kadar lumpur dalam pasir (X) Persamaan 3.1.
X=
x 100 %
c.
1)
Tujuan pengujian
Untuk mengetahui besarnya kadar air yang terkandung dalam pasir.
2)
3)
Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan pasir ke dalam cawan sebanyak 500 gram (A) dengan
menggunakan cetok.
commit to user
b) Pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 110o C selama 24 jam.
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
x 100 %
d.
1)
Tujuan pengujian
Untuk mengetahui berat persatuan volume pasir.
2)
3)
Pelaksanaan pengujian
a) Pasir dimasukkan ke dalam silinder baja sebanyak tiga lapis. Tiap lapis
1/3 dari tinggi silinder ditumbuk dengan tongkat baja sebanyak 25 kali
hingga penuh.
b) Permukaan diratakan
c) Kemudian ditimbang dan hasilnya dicatat.
d) Berat isi pasir dihitung dengan rumus Persamaan 3.3.
Berat isi =
x 100 %
e.
1)
Tujuan pengujian
a) Untuk mengetahui harga bulk dry specific grafity yaitu berat jenis pasir
dalam keadaan kering dengan volume keseluruhan.
b) Untuk mengetahui specific grafity SSD, yaitu berat jenis pasir dalam
kondisi jenuh kering permukaan.
c) Untuk mengetahui apparent specific grafity, yaitu harga perbandingan
berat pasir kering dengan volume pasir kering.
d) Untuk mengetahui absorbtion, yaitu besarnya air yang diserap oleh pasir.
2)
commit to user
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Neraca
c) Oven
d) Conical mould
e) Pemadat
f) Pasir
g) Air bersih
3)
Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan pasir kering sebanyak 1000 gram.
b) Pemeriksaan kondisi SSD (jenuh kering permukaan). Pasir dibasahi air
secukupnya dimasukkan dalam conical mould 1/3 bagian ditumbuk 10
kali, tambahkan pasir hingga 2/3 bagian ditumbuk 10 kali, kemudian
ditambah pasir lagi hinnga penuh dan ditumbuk 10 kali. Angkat conical
mould dan ukur penurunan pasir yang terjadi. Kondisi SSD tercapai bila
tinggi penurunan pasir yang terjadi mencapai dari tinggi conical mould.
c) Bila pasir belum dalam kondisi SSD, maka pasir perlu diangin-anginkan
terlebih dahulu dan kemudian diadakan pengujian seperti langkah
sebelumnya.
d) Bila pasir sudah dalam kondisi SSD, ambil sebanyak 500 gram (A) dan
masukkan dalam volumetrik flask dan direndam selama 24 jam.
e) Setelah 24 jam, timbang berat volumetrik + pasir + air (B), pasir diambil
dan ditimbang berat volumetrik + air (C). Kemudian pasir dioven selama
24 jam dan setelah itu ditimbang beratnya (D).
f) Menganalisis hasil percobaan dengan rumus-rumus Persamaan sebagai
berikut :
Bulk specifik grafity pasir =
(3.4)
(3.5)
(3.6)
Absorbtion =
(3.7)
x 100commit
%
to user
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f.
1)
Tujuan
Untuk mengetahui variasi diameter butiran pasir dan modulus kehalusannya.
2)
3)
Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan pasir 3000 gram.
b) Memasang saringan sesuai dengan urutan besar diameter lubang dan yang
terbawah adalah PAN.
c) Meemasukkan pasir ke dalam saringan teratas kemudian tutup rapat-rapat.
d) Pasang saringan pada mesin penggetar lalu getarkan selama 5 menit.
e) Memindahkan pasir yang tertinggal dalam saringan ke cawan dan
ditimbang
f) Menganalisis modulus kehalusan dengan rumus Persamaan 3.8.
Modulus kehalusan pasir =
(3.8)
3.3.2.1.
Pengujian agregat halus ssuai dengan ASTM dan spesifikasi bahan menurut
ASTM, BS dan PBI 1971. Standart pengujian agregat halus sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
commit toberat
userisi
ASTM C 29 : Standar pengujian
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e.
a.
1)
Tujuan pengujian
Untuk mengetahui besarnya kadar air yang terkandung dalam batu pecah
2)
3)
Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan batu pecah ke dalam cawan sebanyak 500 gram (A) dengan
menggunakan cetok.
b) Batu pecah dikeringkan dalam oven dengan suhu 110o C selama 24 jam.
c) Menimbang batu pecah kering oven (B)
d) Menghitung prosentase kadar air dalam batu pecah (Y) dengan Persamaan
3.9.
Y=
x 100 %
(3.9)
b.
1)
Tujuan pengujian
Untuk mengetahui berat persatuan volume agregat kasar
2)
3) Pelaksanaan pengujian
a) Batu pecah dimasukkan ke dalam silinder baja sebanuak tiga lapis. Tiap
lapis 1/3 dari tinggi silinder ditumbuk dengan tongkat baja sebanyak 25
kali hingga penuh.
commit to user
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Permukaan diratakan
c) Kemudian ditimbang dan hasilnya dicatat.
d) Berat isi agregat kasar dihitung dengan Persamaan 3.10.
Berat isi =
x 100 %
c.
1)
Tujuan pengujian
(3.10)
a) Untuk mengetahui harga bulk dry specific grafity yaitu berat jenis batu
pecah dalam keadaan kering dengan volume keseluruhan.
b) Untuk mengetahui specific grafity SSD, yaitu berat jenis batu pecah dalam
kondisi jenuh kering permukaan.
c) Untuk mengetahui apparent specific grafity, yaitu harga perbandingan
berat batu pecah kering dengan volume batu pecah kering.
d) Untuk mengetahui absorbtion, yaitu besarnya air yang diserap oleh batu
pecah.
2)
3)
Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan sampel batu pecah kering sebanyak 3000 gram (A).
b) Sampel dicuci dan dikeringkan dalam oven selama 24 jam.
c) Sampel diambil dan disiamkan hingga mencapai suhu kamar, kemudian
ditimbang sebanyak 3000 gram.
d) Sampel direndam ke dalam air selama 24 jam.
e) Menimbang batu pecah dalam container yang terendam dalam bak air,
dimana container tergantung pada neraca.
commit to user
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f) Mengeringkan permukaan batu pecah (keadaan SSD) dengan kain lap dan
ditimbang beratnya.
g) Menimbang berat container dalam air.
h) Mencatat hasil penimbangan.
i) Menganalisis hasil percobaan dengan rumus-rumus Persamaan :
Bulk specifik grafity =
(3.11)
(3.12)
(3.13)
Absorbtion =
(3.14)
x 100 %
1)
Tujuan
Untuk mengetahui variasi diameter agregat kasar dan modulus kehalusannya.
2)
3)
Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan batu pecah 3000 gram.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
57
digilib.uns.ac.id
b) Memasang saringan sesuai dengan urutan besar diameter lubang dan yang
terbawah adalah PAN.
c) Meemasukkan batu pecah ke dalam saringan teratas kemudian tutup rapatrapat.
d) Pasang saringan pada mesin penggetar lalu getarkan selama 5 menit.
e) Menimbang batu pecah yang tertinggal pada tiap-tiap ayakan
f) Menganalisis modulus kehalusan dengan Persamaan 3.15.
Modulus kehalusan kerikil =
(3.15)
Keterangan :
a = Jumlah prosentase berat batu pecah yang tertinggal kumulatif.
b = Jumlah prosentase berat batu pecah yang tertinggal.
e.
Agregat kasar harus tahan terhadap daya aus, disyaratkan kehilangan bagian karena
gesekan lebih kecil dari 27 % berdasarkan pengujian dengan bejana Los Angelos.
1)
Tujuan pengujian
Untuk mengetahui daya tahan agregat kasar terhadap gesekan.
2)
3)
Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan agregat kasar dengan diameter dan berat berdasarkan pada
tabel susunan butir contoh yang telah diuji, jumlah bola-bola yang dipakai
dan jumlah putaran mesin tiap pengujian.
b) Mencuci batu pecah lalu dioven dengan suhu kurang lebih 100o C selama
24 jam kemudian ditimbang (a).
c) Memasukkan benda uji ke dalam bejana Los Angelos bersama bola gesek
baja 11 butir, bejana ditutup dan diputar dengan kecepatan putaran
permenit, putaran sebanyak 500 putaran.
d) Mengayak benda uji dengan
saringan
diameter 2,00 mm.
commit
to user
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.3.3.
x 100 %
(3.16)
Tujuan
Membuat campuran beton berdasarkan analisis dari rancang campur yang
telah dibuat sebelumnya.
b.
Peralatan
1) Timbangan 100 kg
2) Takaran air
3) Ember dan cetok
4) Molen
c.
Bahan
1) Air
2) Semen portland tipe I
3) Pasir
4) Batu pecah
d.
Prosedur pelaksanaan
1) Menyiapkan semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan
2) Molen diisi air secukupnya tapi hanya sekedar membasahi molen
tersebut
3) Memasukkan semua batu pecah dan bagian air
4) Setelah semua permukaan batu pecah terbasahi air dengan rata,
kemudian memasukkan semen dan disusul dengan pasir
5) Memasukkan sisa air, aduk hingga homogen seketar 3-5 menit,
campuran tersebut dapat dikeluarkan dari molen
commit to user
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tujuan
Menentukan besarnya slump pada campuran beton segar.
b.
Peralatan
1) Cetakan kerucut terpancung diameter atas 100 mm, diameter bawah 200
mm dan tinggi 300 mm.
2) Perojok baja diameter 16 mm dan panjang 600 mm
3) Pelat alas 600 x 600 mm
4) Mistar ukur
c.
Bahan
Beton dalam kondisi segar
d.
Prosedur pelaksanaan
1) Cetakan slump ini harus dipegang secara mantap oleh operator
2) Adonan beton segar dimasukkan dalam alat pengukur slump di atas alat
pelat yang telah dibasahi terlebih dahulu, dalam tiga bagian dengan
masing-masing kedalaman 67 mm, dan kedalaman 155 mm
3) Setiap bagian dirojok masing-masing 25 kali dengan alat perojok.
Perojokkan harus dilakukan secara merata disetiap luasan permukaan.
4) Rojokkan pada lapisan kedua haeus sampai pada kedalaman lapisan
pertama paling atas, demikian juga lapisan ketiga.
5) Setelah penuh permukaannya diratakan
6) Secara perlhan alat pengukur slump diangkat dalam vertikal dengan
tinggi 300 mm dengan angkatan yang mantap tanpa adanya goyangan.
7) Segera ukur penuruna yang terjadi dengan meletakkan alat pengukur
slump dis sebelah adonan beton tersebut sebagai acuan pengukuran
tinggi slump.
8) Pengukuran besarnya slump yang terjadi dihitung dari atas ke bawah
sampi ke pusat dari lapisan atas adonan beton tersebut.
commit to user
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tujuan
Mencetak adonan beton pada cetakan silinder diameter 150 mm, tinggi 300
mm dan kubus ukuran 150 x 150 x 150 mm.
b.
Peralatan
1) Cetakan silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm dan kubus ukuran 150
x 150 x 150 mm.
2) Perojok baja diameter 16 mm dan panjang 600 mm
3) Cetok
c.
Bahan
Beton segar
d.
Prosedur pelaksanaan
1) Adonan beton dimasukkan dalam cetakan cetakan silinder atai kubus
pada tempat yang rata, dindingnya dibasahi dulu dengan pelumas agar
mempermudah mengeluarkan benda uji dari cetakan.
2) Alat cetakan harus dipegang dengan mantap oleh operator.
3) Adonan segar ini dimasukkan dalam alat pencetak benda uji dalam tiga
bagian yang tingginya masing-masing sama.
4) Setiap lapisan dirojok masing-masing 25 kali dengan alat perojok.
Perojokan dilakukan dengan merata di setiap luasan permukaan, dan
dilakukan dengan tepat vertikal.
5) Rojokkan pada lapisan kedua harus sampai pada lapisan pertama paling
atas, demikian pula lapisan ketiga.
6) Setelah penuh permukaanya diratakan.
3.3.4.
a.
b.
commit to user
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Air tawar
3) Benda uji
c.
Prosedur pelaksanaan
1) Benda uji harus segera dirawat setelah 24 jam dari percetakan
2) Menyelimuti benda uji dengan karung goni yang telah dibasahi air tawar
sampai hari pengetesan
3.3.5.
a.
b.
c.
Prosedur pelaksanaan
1) Membersihkan benda uji dan tempat untuk meletakkan benda uji pada alat
test
2) Benda uji dipasang pada permukaan pertengahan konsentris benda uji dari
alat test.
3) Mesin dihidupkan, pendesak dimulai, terlihat jarim penunjuk pada dial
bergerak sesuai dengan besarnya pembebanan.
4) Lihat dan catat pembacaan kemampuan hancur dari benda uji.
Untuk mendapatkan besarnya kuat hancur dari benda uji tersebut dilakukan
perhitungan dengan Persamaan 3.17.
(3.17)
fci =
Keterangan : fci
Ac
commit to user
62
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data primer dan data sekunder dikumpulkan untuk kemudian dipilih data yang
diperlukan serta diolah dan dianalisa dengan menggunakan analisa statistik dari
hasil pengujian nilai slump dan kuat desak beton. Untuk nilai ekonomis dilakukan
dengan analisa harga satuan berdasarkan harga bahan bangunan di Kodia
Surakarta. Dari hasil analisis tersebut kemudian dibandingkan akibat penggunaan
beda metode rancang campur sehingga dapat diketahui metode yang lebih memberi
keuntungan apabila ditinjau dari segi kekuatan dan nilai ekonomis. Dengan
melakukan penganalisaan data diharapkan menghasilkan kesimpulan yang
validitasnya dapat dipertannggungjawabkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 4
DATA UJI, ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
Dikerjakan Oleh :
YUDDHY SETYANTO
commit to user
( I 8707062 )
63
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
DATA UJI, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.
Sebelum agregat dibuat rancang campur terlebih dahulu agregat harus diuji
kemudian dianalisis apakah agregat tersebut memenuhi syarat atau tidak untuk
dibuat beton dan data tersebut yang nantinya akan digunkan untuk perhitungan
rancang campur beton. Hasil uji laboratorium dalam penelitian ini adalah uji
agregat, uji slump, dan uji kuat desak.
4.1.1 Agregat
a.
Agregat halus
1)
Kadar organik
Perubahan warna yang terjadi pada larutan NaOH 3 % yang digunakan
untuk merendam pasir selama 24 jam adalah kuning muda.
2)
Kadar lumpur
a) Air pembilas bersih pada cucian ke tujuh
3)
4)
100
gram
96
gram
500
gram
468,35 gram
a) Berat silinder
10380
gram
17850
gram
c) Berat pasir
7470
gram
d) Volume silinder
Kadar air
Berat isi
Lepas kondisi lapangan
commit to user
5301,473 cm3
10500
gram
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5)
19040
gram
c) Berat pasir
8540
gram
d) Volume silinder
5301,473 cm3
6)
6 cm
= 7,5 cm
500
gram
1014
gram
691
gram
489
gram
Gradasi
Ukuran
Saringan
(mm)
Berat
Tertahan
(gram)
1
2
3
4
5
6
7
8
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,1
PAN
0
132
274
308
488
1486
184
128
b.
Agregat kasar
1)
Kadar air
2)
500
gram
494
gram
a) Berat silinder
10126
gram
17361
gram
Berat isi
Lepas kondisi lapangan
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Volume silinder
7235
gram
5301,476 cm3
3)
a) Berat silinder
10150
gram
18032
gram
7882
gram
d) Volume silinder
= 5301,476 cm3
4)
3000
gram
3040
gram
1855
gram
Gradasi
5)
No
Ukuran
Saringan
(mm)
Berat
Tertahan
(gram)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
38,1
19,5
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,1
PAN
0
141,3
2047,6
778,9
27,5
0
0
0
0
0
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.2.
Analisis
4.2.1. Agregat
a.
Agregat halus
1)
Kadar organik
Larutan NaOH 3 % yang digunakan untuk merendam pasir selama 24 jam
terlihat berubah warna mwnjadi kuning muda. Berdasarkan Tabel 3.1, maka
pasir tersebut mempunyai kadar organik 0 10 %, sehingga memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai bahan campuran beton.
2)
Kadar lumpur
x 100 %
Kadar lumpur =
= 4%
Kadar air
Kadar air
4)
Berat isi
x 100 % = 6,755 %
= 1,409 gram/cm3
= 1,611 gram/cm3
= 2,763 gram/cm3
= 2,823 gram/cm3
= 3,018 gram/cm3
67
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Absorbtion
6)
x 100 % = 2,249 %
Gradasi
Ukuran
Saringan
(mm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,15
PAN
Berat
Lolos
Prosentase Tertahan
Tertahan tertahan Kumulatif Kumulatif
(mm)
(%)
(%)
(%)
Jumlah
0
132
274
308
488
1486
184
128
0
4,4
9,13
10,27
16,27
49,53
6,13
4,27
0
4,4
13,53
23,8
40,07
89,60
95,73
100
3000
100
367,13
100
95,60
86,47
76,2
59,93
10,4
4,27
0
= 2,6713
100
80
60
40
20
0
0
0,15
2
0,3
4
Hasil Saringan
Lolos Minimum
Lolos Maksimum
0,6
6
1,18
8
2,36
10
4,75
12
commit to user
Gambar 4.1. Garfik Gradasi Pasir Daerah II
9,5
14
68
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Indeks permukaan
Tabel 4.4. Analisis Indeks Permukaan Pasir
Diameter
Ayakan
(mm)
20 10
10 4,75
4,75 2,46
2,36 1,18
1,18 0,6
0,6 0,3
0,3 0,15
0,15 PAN
-1
1
4
7
9
9
7
1
Indek
Prosentase
Tertahan Permukaan
(fS)
(%)
0
4,40
9,13
10,27
16,27
49,53
6,13
4,27
752,19
330,00
1,08219
Jumlah
Tambah tetapan
Nilai fS = x 103
b.
Agregat kasar
1)
Kadar air
Kadar air
2)
0
4,40
36,52
71,89
146,43
445,77
42,91
4,27
x 100 % = 1,2145 %
Berat isi
a) Lepas kondisi lapangan
Berat isi
= 1,365 gram/cm3
= 1,486 gram/cm3
= 2,532 gram/cm3
= 2,565 gram/cm3
commit to user
69
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= 2,620 gram/cm3
x 100 % = 1,333 %
Gradasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ukuran
Berat
Saringan Tertahan
(mm)
(gram)
38,1
19,5
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,15
PAN
Jumlah
Prosentase
Tertahan
(%)
Tertahan
kumulatif
(%)
0
141,3
2047,6
778,9
27,5
0
0
0
0
0
0
4,72
68,25
26,00
0,92
0
0
0
0
0
0
4,72
72,95
99,95
100
100
100
100
100
100
2995,3
100
776,63
= 6,7663
commit to user
Lolos
Kumulatif
(%)
100
95,29
27,05
1,04
0
0
0
0
0
0
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
100
80
60
40
20
0
0
2,36
2
4,75
9,5
4
Hasil saringan
Lolos maksimum
Lolos minimum
6
19,5
8
38,1
40 20
20 10
10 4,75
4,75 2,36
2,36 1,18
1,18 0,6
0,6 0,3
0,3 0,15
0,15 PAN
-2
-1
1
4
7
9
9
7
1
Jumlah
Tambah tetapan
Nilai fS = x 103
commit to user
Indek
Prosentase
Tertahan Permukaan
(fS)
(%)
4,72
68,23
25,96
0,92
-9,44
-68,23
25,96
3,68
-48,03
330,00
0,2819
71
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5)
x 100 % = 26,3%
Batu pecah memenuhi syarat digunakan untuk campuran beton mutu diatas
20 MPa karena prosentase keausan kurang dari 27 %.
c.
Jenis Pengujian
Kadar lumpur
Kadar air
Berat isi
Agregat Halus
0 % - 10 %
4%
6,755 %
1,2145 %
1,409 gram/cm3
1,365 gram/cm3
1,611 gram/cm3
1,486 gram/cm3
2,763 gram/cm3
2,532 gram/cm3
2,283 gram/cm3
2,565 gram/cm3
3,018 gram/cm3
2,620 gram/cm3
2,249 %
1,333 %
2,6713
6,7663
1,08219
0,2819
26,3 %
d. Absorbtion
Gradasi
a. Modulus halus butir
b. Daerah
c. Indek permukaan
Agregat Kasar
commit to user
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.2.2. Beton
a.
1)
a)
Kuat desak yang disyaratkan (fc) pada umur 28 hari adalah 22,5 MPa.
b)
c)
d)
=k.s
m = 1,64 x 7
= 1,64
= 12 MPa
= 7 MPa
= fc + m
= 22,5 + 12 = 34,5 MPa
e)
Jenis semen
Ditetapkan semen jenis I
f)
Jenis agregat
(1) Agregat halus pasir alami
(2) Agregat kasar batu pecah
g)
h)
Nilai slump
Pemakaian beton untuk balok dan kolom berdasarkan Tabel 3.6 nilai slump
adalah 75 mm 150 mm.
i)
j)
Kebutuhan air
At = 0,67 Ah + 0,33 Ak
commit to user
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari Tabel 3.7 didapat kebutuhan air untuk pasir alami 195 liter/m3 dan
untuk agregat batu pecah 225 liter/m3.
At = (0,67 x 195) + (0,33 x 225) = 205 liter/m3
k)
Kebutuhan semen
Kebutuhan semen
=
l)
( )
= 401,961 kg/m3
m)
n)
o)
p)
q)
BJh
= 2,823
gram/cm3
Pk = 64%
BJk
= 2,565
gram/cm3
gram/cm3
s)
Kandungan agregat
user
semen) to
(kandungan
air)
Bag = Badukan (kandungan commit
74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kandungan pasir
Bh
= Bag x Ph
= 1768,039 x 0,36 = 636,494 kg/m3
= Bag - Bh
= 1768,039 x 0,65 = 1149,225 kg/m3
Komposisi bahan-bahan beton untuk mutu beton 22,5 MPa, fas 0,48 dan agregat
dalam kondisi SSD dapat dirangkum sebagai berikut :
Air
= 205 kg/m3
Semen
= 401,961 kg/m3
Pasir
= 636,494 kg/m3
Batu pecah
= 1149,225 kg/m3
Pada kondisi lapangan pasir maupu batu pecah yang digunakan mengandung air
yaitu masing-masing 6,755 % dan 2,817 %, sedangkan kemampuan menyerap air
dalam kondisi SSD yaitu masing-masing 2,249 % dan 1,333 % maka komposisi
campuran beton perlu dikoreksi lagi karena pada saat penimbangan pasir maupun
batu pecah air yang ada didalamnya ikut tertimbang. Adapun koreksi terhadap
campuran di atas adalah sebagai berikut :
Air
air
Pasir
Batu pecah
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2)
a)
Kuat desak rencana (fc) pada umur 28 hari adalah 22,5 MPa
b)
= 22,5 MPa
Fcr = fc + 8,26
= 22,5 + 8,26 = 30,76 MPa
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Komposisi bahan-bahan beton untuk mutu beton 22,5 MPa, fas 0,52 dan agregat
dalam kondisi SSD dapat dirangkum sebagai berikut :
Air
= 206 kg/m3
Semen
= 396,153 kg/m3
Pasir
= 799,865 kg/m3
Batu pecah
= 952,981 kg/m3
air
(0,01214 0,01333)
952,981
= 171,092 kg/m3
Semen
Pasir
Batu pecah
commit to user
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil hitungan rancang campur beton dapat dilihat pada Tabel 4.11
Tabel 4.8. Tabel Kebutuhan Bahan Susun Beton Per 1 m3 Berdasarkan Mutu
Beton Dan Faktor Air Semen Yang Telah Didapatkan.
Metode
Mutu
Rancang
Beton
campur
(MPa)
Fas
Air
Semen
Pasir
(kg)
(kg)
(kg)
Batu
Berat
Pecah
Beton
(kg)
(kg)
SK SNI
ACI
22,5
0,51
205
401,961
636,494
1149,225
2375
25
0,48
205
427,083
610,020
1132,896
2375
27,5
0,45
205
455,555
582,911
1122,953
2375
22,5
0,52
206
396,153
799,865
952,981
2355
25
0,49
206
420,408
775,611
952,981
2355
27,5
0,46
206
447,826
748,193
952,981
2355
665,137
1147,857
2375
(0,4721)
(0,8509)
637,457
1131,548
(0,4524)
(0,8289)
609,176
1121,616
(0,4323)
(0,8217)
835,912
951,846
(0,5933)
(0,6973)
810,560
951,846
(0,5752)
(0,6973)
781,906
951,846
(0,5549)
(0,6973)
SK SNI
25
27,5
22,5
ACI
25
27,5
0,51
0,48
0,45
0,52
0,49
0,46
177,687
178,861
180,070
171,092
172,185
173,420
= 6,755 %
401,961
427,083
455,555
396,153
420,408
447,826
2375
2375
2355
2355
2355
= 1,409 gram/cm3
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Uji Slump
Metode
Rancang
Campur
Mutu
Beton
(MPa)
Fas
Nilai
Slump
(mm)
1
2
SK SNI
ACI
22,5
22,5
0,51
0,52
110
98
3
4
SK SNI
ACI
25
25
0,48
0,49
93
87
5
6
AK SNI
ACI
27,5
27,5
0,45
0,46
83
80
c.
Uji kuat desak beton dimaksudkan untuk mengontrol komposisi bahan susun
tersebut sudah memenuhi mutu yang direncanakan, yaitu dihasilkan beton yang
mempunyai kekuatan desak karakteristik 22,5 MPa ; 25 MPa ; 27,5 MPa.
1)
Metode SK SNI
Tabel 4.10. Data Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa 25,5 MPa dan 27,5 MPa
Metode SK SNI Umur 28 Hari.
Beban maksimum
No
(N)
Luas
2
(mm )
Mutu beton
Mutu beton
Mutu beton
22,5 MPa
25 MPa
27,5 MPa
17671,4587
495000
510000
550000
17671,4587
530000
580000
540000
17671,4587
460000
520000
610000
17671,4587
425000
490000
635000
commit to user
79
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.11. Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa
No
Luas
(mm2)
Beban
Maks
(N)
Kuat desak
fci
(MPa)
fci - fcr
(fci - fcr)
17671,4587
495000
28,0113
0,9904
0,9808
17671,4587
530000
29,9919
2,9709
8,8266
17671,4587
460000
26,0307
-0,9902
0,9805
17671,4587
425000
24,0501
-2,9708
8,8258
108,0839
Jumlah
19,614
fc
= 2,5569 MPa
= fcr 1,64 s
= 27,0209 (1,64 x 2,5569)
= 22,8276
MPa
Luas
(mm2)
Beban
Maks
(N)
Kuat desak
fci
(MPa)
fci - fcr
(fci - fcr)
17671,4587
510000
28,8601
-0,8488
0,72047
17671,4587
580000
32,8212
3,1123
9,68695
17671,4587
520000
29,4259
-0,2829
0,08004
17671,4587
490000
27,7283
-1,9806
3,92267
Jumlah
118,8357
commit
to user
14,4101
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fc
= 2,1916
MPa
= fcr 1,64 s
= 29,7089 (1,64 x 2,1916)
= 26,1147
MPa
Tabel 4.13. Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 27,5 MPa
No
Luas
(mm2)
Beban
Maks
(N)
17671,4587
550000
17671,4587
3
4
Kuat desak
fci
(MPa)
fci - fcr
(fci - fcr)
31,1236
-1,9099
3,6476
540000
30,5577
-2,4758
6,1293
17671,4587
610000
34,5189
1,48544
2,2065
17671,4587
635000
35,9336
2,90015
8,4109
132,134
Jumlah
20,394
fc
= 2,6073
MPa
= fcr 1,64 s
= 33,0335 (1,64 x 2,6073)
= 28,7575
MPa
commit to user
81
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2)
Metode ACI
Tabel 4.14. Data Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa 25,5 MPa dan 27,5 MPa
Metode ACI Umur 28 Hari.
Beban maksimum
No
(N)
Luas
(mm2)
Mutu beton
Mutu beton
25 MPa
22,5 MPa
Mutu beton
27,5 MPa
17671,4587
530000
480000
500000
17671,4587
440000
460000
620000
17671,4587
500000
560000
530000
17671,4587
420000
515000
585000
Tabel 4.15. Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa Metode ACI
No
Luas
(mm2)
Beban
Maks
(N)
Kuat desak
fci
(MPa)
fci - fcr
17671,4587
530000
29,9919
3,25383
10,587
17671,4587
440000
24,8989
-1,8391
3,3824
17671,4587
500000
28,2942
1,55618
2,4217
17671,4587
420000
23,7671
-2,9709
8,8262
106,952
Jumlah
25,218
= 2,8993
commit to user
(fci - fcr)
MPa
82
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fc
= fcr 1,64 s
= 26,738 (1,64 x 2,8993)
= 21,9832
MPa
Tabel 4.16. Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 25 MPa Metode ACI
Beban
Maks
(N)
Kuat desak
fci
(MPa)
fci - fcr
(fci - fcr)
No
Luas
(mm2)
17671,4587
480000
27,1624
-1,3440
1,8062
17671,4587
460000
26,0307
-2,4757
6,1292
17671,4587
560000
31,6895
3,1831
10,132
17671,4587
515000
29,1430
0,6366
0,4053
114,026
Jumlah
fc
= 2,4815
MPa
= fcr 1,64 s
= 28,5064 (1,64 x 2,4815)
= 24,4368
MPa
commit to user
18,473
MPa
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.17. Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 27,5 MPa Metode ACI
No
Luas
(mm2)
Beban
Maks
(N)
Kuat desak
fci
(MPa)
fci - fcr
(fci - fcr)
17671,4587
500000
28,2942
-3,3245
11,052
17671,4587
620000
35,0848
3,4661
12,014
17671,4587
530000
29,9919
-1,6268
2,6466
17671,4587
585000
33,1042
1,4855
2,2068
126,475
Jumlah
27,920
fc
= 3,0506 MPa
= fcr 1,64 s
= 31,6188 (1,64 x 3,0506)
= 26,6158 MPa
Semen
= Rp 1.242 / kg
b.
Pasir
= Rp 138.000 / m3
c.
= Rp 184.000 / m3
commit to user
84
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Harga bahan susun per m3 beton mutu 22,5 MPa untuk berbagai metode rancang
campur adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI. T-15-1990-03
Semen
: 401,961 x 1.242
= Rp
499.235,56
Pasir
: 0,4721 x 138.000
= Rp
65.149,80
Batu pecah
: 0,8509 x 184.000
= Rp
156.565,60
Jumlah Rp
720.950,96
2) Metode ACI
b.
Semen
: 396,153 x 1.242
= Rp
492.022,03
Pasir
: 0,5933 x 138.000
= Rp
81.875,40
Batu pecah
: 0,6973 x 184.000
= Rp
128.303,20
Jumlah Rp
702.200,63
Harga bahan susun per m3 beton mutu 25 MPa untuk berbagai metode rancang
campur adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI. T-15-1990-03
Semen
: 427,083 x 1.242
= Rp
530.437,08
Pasir
: 0,4524 x 138.000
= Rp
62.431,20
Batu pecah
: 0,8289 x 184.000
= Rp
152.517,60
Jumlah Rp
745.385,88
2) Metode ACI
c.
Semen
: 420,408 x 1.242
= Rp
522.146,74
Pasir
: 0,5752 x 138.000
= Rp
79.377,60
Batu pecah
: 0,6973 x 184.000
= Rp
128.303,20
Jumlah Rp
729.826,94
Harga bahan susun per m3 beton mutu 27,5 MPa untuk berbagai metode rancang
campur adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI. T-15-1990-03
commit to user
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Semen
: 455,555 x 1.242
= Rp
565.799,31
Pasir
: 0,4323 x 138.000
= Rp
59.657,40
Batu pecah
: 0,8217 x 184.000
= Rp
151.192,80
Jumlah Rp
776.649,51
2) Metode ACI
Semen
: 447,826 x 1.242
= Rp
556.242,12
Pasir
: 0,5549 x 138.000
= Rp
76.576,20
Batu pecah
: 0,6973 x 184.000
= Rp
128.303,20
Jumlah Rp
761.121,52
4.3.
Pembahasan
Penentuan
proporsi
agregat
Tabel 3.7
Tabel 3.11
Daerah gradasi
commit to user
86
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penentuan kebutuhan air bebas campuran beton untuk metode SK SNI.T-15-199003 didasarkan atas ukuran maksimum agregat, nilai slum dan jenis agregat. Jenis
agregat ini yang menjadi perbedaan dengan metode ACI, dimana metode ACI
beranggapan bahwa semua agregat yang digunakan untuk bahan campuran beton
harus mempunyai bentuk permukaan yang baik, buti-butirnya tajam, bersudut dan
mempunyai luas permukaan yang besar sehingga membutuhkan lebih banyak air
untuk menyelimuti permukaannya. Untuk keperluan kebutuhan air ini metode SK
SNI.T-15-1990-03 membagi jenis agregat menjadi dua, yaitu agregat pecah dan
agregat bukan pecah (berbutir bulat dan halus), untuk agregat bukan pecah dengan
tekstur permukaan yang licin membutuhkan air yang lebih sedikit dari pada
agregat pecah yang tekstur permukaannya kasar.
Untuk menentukan prosentase agregat halus dan kasar, metode SK SNI.T-151990-03 menggunakan daerah gradasi, agregat halus dibagi menjadi empat
kelompok menurut gradasinya yaitu pasir kasar (Daerah 1), pasir agak kasar
(Daerah 2), pasir agak halus (Daerah 3), dan pasir halus (Daerah 4). Dengan
daerah ini dapat dilihat distribusu ukuran butir agregat. selain itu juga dipengaruhi
oleh faktor air semen dan ukuran agregat maksimum. semakin besar ukuran
agregat maksimum yang digunakan, maka prosentase agregat halus semakin kecil,
karena agregat halus ini bersama pasta semen berfungsi sebagai pelumas yang
menyelimuti agregat kasar.
Metode ACI dalam menentukan agregat halus dan kasar menggunakan modulus
halus butir yaitu suatu indek yang dipakai untuk menjadi ukuran kekasaran dan
kehalusan butir-butir agregat. Makin besar nilai modulus halus, menunjukkan
bahwa butir-butir agregatnya dan prosentase agregat halus dalam campuran
semakin besar. selain itu juga dipengaruhi oleh ukuran maksimum agregat.
semakin besar ukuran maksimum agregat, maka semakin kecil prosentase agregat
halus dalam campuran. ACI menggunkannya karena dalam praktek untuk
mudahnya gradasi dapat dinyatakan dalam suatu angka moulus kehalusan yang
secara kasar menggambarkan rata-rata ukuran butir agregat. Ini dipakai
commit to user
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
88
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rancang
Kuat Desak
Kuat Desak
Rencana
Penelitian
(MPa)
(MPa)
0,51
22,5
22,8276
0,48
25
26,1147
0,45
27,5
28,7575
0,52
22,5
21,9832
0,49
25
24,4368
0,46
27,5
26,6158
Fas
Campur
1
SK SNI
ACI
Dari Tabel 4.19 terlihat bahwa untuk metode rancang campur SK SNI kuat desak
yang didapat pada penelitian telah mencapai kuat desak yang direncanakan yaitu
22,5 MPa, 25 MPa dan 27,5 MPa. Dengan kata lain faktor air semen yang dipakai
untuk mencapai kuat desak rencana untuk metode SK SNI sudah tepat. Sedangkan
untuk metode ACI diapatkan kuat desak yang belum mencapai kuat desak yang
direncanakan. Dengan itu berarti faktor air semen untuk metode ACI kurang tepat
untuk mendapatkan kuat desak yang direncanakan. Hal ini terjadi karena dalam
penentuan fas dalam penelitian ini menggunakan tabel dan atau grafik perkiraan
hubungan antara kuat desak rata-rata dengan faktor air semen. Karena bahan-bahan
penyusun beton di dunia ini sangat variatif, maka seharusnya akan lebih valid jika
sebelumnya dibuat campuran coba untuk mencari fas yang tepat. Kemungkinan
juga dapat disebabkan karena jumlah sampel tiap variasi mutu yang kurang banyak
yang disini hanya empat buah. Semakin banyak sampel berarti semakin mewakili
keakuratan/kevalidan dari hasil kuat desaknya.
commit to user
89
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Harga bahan susun yang diperlukan untuk membuat beton mutu 22,5 MPa
permeter kubik adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI.T-15-1990-03
= Rp 720.950,96
2) Metode ACI
= Rp 702.200,63
Dari kedua harga tersebut, terlihat metode ACI lebih murah banding dengan
metode SK SNI.T-15-1990-03.
b.
Harga bahan susun yang diperlukan untuk membuat beton mutu 25 MPa permeter
kubik adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI.T-15-1990-03
= Rp 745.385,88
2) Metode ACI
= Rp 729.826,94
Dari kedua harga tersebut, terlihat metode ACI lebih murah banding dengan
metode SK SNI.T-15-1990-03.
c.
Harga bahan susun yang diperlukan untuk membuat beton mutu 25 MPa permeter
kubik adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI.T-15-1990-03
= Rp 776.649,51
2) Metode ACI
= Rp 761.121,52
Dari kedua harga tersebut, terlihat metode ACI lebih murah banding dengan
metode SK SNI.T-15-1990-03.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Dikerjakan Oleh :
YUDDHY SETYANTO
commit to user
( I 8707062 )
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Dari hasil uji laboratorium, hasil analisis harga beton dengan dua metode rancang
campur yang berbeda dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a.
Walaupun mempunyai target kuat desak yang sama untuk setiap metode
rancang campur, perbandingan bahan susun beton ternyata berbeda. Hal ini
disebabkan setiap metode mempunyai anggapan, rumus-rumus, tabel-tabel
dan grafik-grafik yang berbeda.
b.
c.
Dari hasil analisis kuat desak ketiga mutu beton yaitu 22,5 MPa , 25 MPa dan
27,5 MPa metode rancang campur SK SNI lebih tinggi dari pada metode
rancang campur ACI, hal itu karena faktor air semen metode rancang campur
ACI lebih besar daripada SK SNI.
d.
Dari hasil analisis harga, berdasarkan bahan susunnya diperoleh harga per m3
beton mutu 22,5 MPa adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI. T-15-1990-03
= Rp 720.950,96 / m3
2) Metode ACI
= Rp 702.200,63 / m3
Untuk beton mutu 25 MPa diperoleh harga per m3 beton adalah sebagai
berikut :
1) Metode SK SNI. T-15-1990-03
= Rp 745.385,88 / m3
2) Metode ACI
= Rp 729.826,94 / m3
Untuk beton mutu 27,5 MPa diperoleh harga per m3 beton adalah sebagai
berikut :
1) Metode SK SNI. T-15-1990-03
= Rp 776.649,51 / m3
commit to user
2) Metode ACI
= Rp 761.121,52 / m3
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Saran
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENUTUP
petunjuk sehingga dapat terselesaikannya Tugas Akhir ini dengan baik. Dan tidak
lupa kami ucapkan terima kasih terutama ayah dan ibu, yang telah memberi
dorongan dan semangat serta doa. Dan kami juga mengucapkan terima kasih
kepada temanteman dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
Tugas Ahir ini.
Saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Untuk itu berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan Tugas Akhir ini.
Akhirnya harapan yang tertinggi adalah semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak seluruh pembaca yang terlibat langsung. Khususnya bagi
penyusun sendiri dan bagi semua civitas akademis Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
92