Anda di halaman 1dari 110

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

TUGAS AKHIR
STUDI BANDING METODE RANCANG CAMPUR BETON
SK. SNI-1990-03 DAN ACI 318
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program D3 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Di susun oleh :

YUDDHY SETYANTO
NIM : I 8707062
PROGRAM D3 INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
to user
2011

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

MESIN MESIN PEMBUAT KARYA


(Iskandar Al-Warisy)
Engkau jangan hanya
Membaca
Belajar
memahami
Memperkaya
Menghafal
Memuji muji
Menjadikan dalam berpikir
Dan mengajarkannya
Karya karya orang besar
Engkau akan sulit membuat karya
Karya karya besar
Yang lebih besar dari semua itu
Belajarlah.. bagaimana mereka membuat karya
Bagaimana orang orang besar membuat karya besar
Cara mereka membaca.. karya karya orang besar
Cara mereka mempelajari alam.. mengambil pelajaran hidup
Menggunakan akal pikirannya
Kemandiriannya memecahkan masalah
Jalan hidup yang ditempuh, idealisme yang diciptkan
Mentalitas dan spiritualisme yang memelihara obyektifitasnya
Daya juangnya dalam memproduksi karya
Paradigma ilmiahnya
Bangunan epistemologinya
Yang digunakan untuk membuat karya karya orang besar
Jika engkau lakukan..
Engkau tidak hanya belajar karya mereka
Tapi juga
Mesin mesin pembuat karya mereka
Engkau akan dapat seperti mereka
commit to user
Membuat karya karya besar

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini ku persembahkan untuk:
Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah serta
Kemudahan-Nya, sehingga semua dapat berjalan dengan lancar.

Orangtua yang slalu memberi kasih sayang, bimbingan dan juga doa
kepadaku selama ini.
Teman-teman Infras06, Infras 07 dan Infras 08 terima kasih karena
kalian adalah teman sekaligus keluarga yang berharga.

Keluarga kecilku, Teman-teman The Organization For Equilibrium


Society yang slalu memberikan keceriaan.
Sahabat dan kerabatku, terima kasih atas semua doa dan bantuan sehingga
bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Semua pihak yang telah membantu, penulis ucapkan terima kasih.

commit to user

vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK
Yuddhy Setyanto, 2011, Studi Banding Metode Rancang Campur Beton SK.
SNI-1990-03 dan ACI 318
Beton merupakan barang primer dalam suatu pembangunan kontruksi di kota-kota
besar, terutama di negara-negara maju. Kualitas beton sangat dipengaruhi oleh
bahan-bahan penyusunnya. Perencanaan campuran beton (mix design) adalah
suatu langkah yang sangat penting dalam pengendalian mutu beton. Rancang
campur (mix design) merupakan suatu cara yang bertujuan memberi gambaran
mengenai kebutuhan bahan-bahan yang dibutuhkan tiap meter kubik beton. Ada
beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan beton dan
sebagian besar metode-metode rancang campur berasal dari negara manca,
diantaranya metode SK. SNI T- 15- 1990- 03 dan metode ACI. Masing-masing
metode memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung dari material yang dipakai
dan tujuan struktur beton yang direncanakan. Secara umum tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui bahan susun beton, kuat desak dan harga bahan
susun beton hasil hitungan dua metode rancang campur yang berbeda dengan
mutu tertentu, untuk mengetahui metode yang lebih memberikan keuntangan
apabila ditinjau dari tingkat kemuahan pengerjaan (kelecakan) dan nilai ekonomis
beton.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
mengadakan percobaan uji laboratorium untuk mendapatkan suatu hasil yang
memberikan gambaran tentang sifat-sifat agregat dan kuat desak beton. Kemudian
membandingkan untuk dipilih metode yang lebih memberikan keuntungan dari
segi kemudahan pengerjaan dan nilai ekonomis beton dengan memperlakukan
batasan-batasan yang sama pada setiap metode rancang campur tersebut.
Dari hasil analisis penelitian didapat bahwa walaupun mempunyai target kuat
desak yang sama untuk setiap metode rancang campur, perbandingan bahan susun
beton ternyata berbeda. Metode SK SNI mempunyai kelecakan lebih tinggi
dibanding metode ACI untuk mutu beton 22,5 MPa , 25 MPa dan 27,5 MPa yaitu
diketahui dengan nilai slump 110 mm , 93 mm dan 83 mm sedangkan ACI dengan
slump 98 mm, 87 mm an 80 mm. Dari hasil analisis kuat desak ketiga mutu beton
metode rancang campur SK SNI lebih tinggi dari pada metode rancang campur
ACI. Dan untuk analisis harga, untuk ketiga mutu beton didapat metode ACI lebih
murah dibanding dengan metode SK SNI
Kata kunci : Rancang campur SK SNI dan ACI

commit to user

vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan

berkat,

rahmat

dan

talenta-Nya

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan lancar. Tugas Akhir ini
merupakan syarat untuk meraih gelar Ahli Madya pada Fakultas Teknik Jurusan
Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan laporan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.
Slamet Prayitno, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan selama penyusunan tugas akhir. Seluruh rekan-rekan mahasiswa DIII
Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan angkatan 2007 yang telah memberikan
bantuan dan semangat, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu kelancaran tugas akhir hingga terwujudnya laporan
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman serta masih kurangnya pemahaman yang penulis
miliki sehingga dalam penyusunan laporan ini banyak kekurangan, maka penulis
berharap dengan segala kerendahan hati untuk kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini berguna dan bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya serta bagi pengembangan ilmu di bidang Teknik Sipil
khususnya.

Surakarta,
commit to user

viii

Januari 2011

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL...........................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................

iii

MOTTO ..............................................................................................................

PERSEMBAHAN ...............................................................................................

vi

ABSTRAK ..........................................................................................................

vii

PENGANTAR ....................................................................................................

viii

DAFTAR ISI.......................................................................................................

DAFTAR TABEL...............................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................

xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................

1.1.

Latar Belakang .................................................................................

1.2.

Identifikasi Masalah .........................................................................

1.3.

Batasan Masalah...............................................................................

1.4.

Rumusan Masalah ............................................................................

1.5.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................

1.6.

Kerangka Berpikir ............................................................................

BAB 2 LANDASAN TEORI ..........................................................................

2.1.

Tinjauan Pustaka ..............................................................................

2.2.

Landasan Teori ................................................................................

2.2.1.

Rancang Campur..............................................................................

2.2.2.

Perhitungan Rancang Campur..........................................................

12

2.2.2.1.

Metode SK SNI. T-15-1990-03........................................................

12

2.2.2.2.

Metode American Concrete Institute (ACI).....................................

24

commit to user
x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

2.2.3.

Bahan Pembentuk Beton .................................................................

29

2.2.3.1

Air ....................................................................................................

29

2.2.3.2.

Semen...............................................................................................

30

2.2.3.3.

Agregat.............................................................................................

32

2.2.4

Sifat sifat Beton Segar...................................................................

36

2.2.4.1.

Kelecakan (Workability) ..................................................................

36

2.2.4.2.

Pemisahan Butiran............................................................................

39

2.2.4.3.

Pemisahan Air (Bleeding) ................................................................

41

2.2.5.

Sifat sifat Beton Keras...................................................................

41

2.2.5.1.

Kekuatan (Strength) .........................................................................

41

2.2.5.2.

Ketahanan (Durability) ....................................................................

43

2.2.6.

Perawatan Beton...............................................................................

44

BAB 3 METODE PENELITIAN...................................................................

45

3.1.

Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................

45

3.2.

Metodelogi Penelitian ......................................................................

45

3.3.

Tahapan Penelitian ...........................................................................

45

3.3.1.

Pengujian Bahan Dasar Beton..........................................................

48

3.3.1.1.

Pengujian Agregat Halus..................................................................

48

3.3.1.2.

Pengujian Kadar Agregat Kasar.......................................................

53

3.3.2.

Produksi Beton Dari Hasil Rancang Campur...................................

58

3.3.2.1.

Pembuatan Campuran Beton............................................................

58

3.3.2.2.

Pengukuran Slump ...........................................................................

59

3.3.2.3.

Pembuatan Benda Uji.......................................................................

60

3.3.3.

Perawatan Benda Uji........................................................................

61

3.3.4.

Pengujian Kuat Desak Beton............................................................

61

3.4

Sumber Data.....................................................................................

62

3.5.

Teknis Analisis Data ........................................................................

62

BAB 4 DATA UJI, ANALISIS DAN PEMBAHASAN................................

63

commit to user
xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

4.1.

Data Uji Laboratorium .....................................................................

63

4.1.1.

Agregat

.........................................................................................

63

4.1.1.1.

Agregat Halus ................................................................................

63

4.1.1.2.

Agregat Kasar ................................................................................

64

4.2.

Analisis

.........................................................................................

66

4.2.1.

Agregat

.........................................................................................

66

4.2.1.1.

Agregat Halus ................................................................................

66

4.2.1.2.

Agregat Kasar ................................................................................

68

4.2.2.

Beton

.........................................................................................

72

4.2.2.1.

Perhirungan Rancang Campur ........................................................

72

4.2.2.2.

Uji Slump .......................................................................................

78

4.2.2.3.

Kuat Desak Beton ............................................................................

78

4.2.3.

Analisis Harga ..................................................................................

83

4.3.

Pembahasan......................................................................................

85

4.3.1.

Hasil Perhitungan Rancang Campur ................................................

85

4.3.2.

Kelecakan ........................................................................................

87

4.3.3.

Kuat Desak Beton ............................................................................

88

4.3.4.

Nilai ekonomis .................................................................................

89

BAB 5 KESIMPULAN AN SARAN..............................................................

90

5.1

Kesimpulan.......................................................................................

90

5.2.

Saran.................................................................................................

91

PENUTUP...........................................................................................................

92

DAFTAR PUSTAKA. ........

93

LAMPIRAN

commit to user
xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1

Bagan Alir Penggunaan Metode Rancang Campur Secara


Umum ................................................................................

Gambar 2.2

Bagan Tahapan Rancang Campur Metode SK SNI. T-151990-03 .............................................................................

Gambar 2.3

22

Grafik Prosentase Agregat Halus Terhadap Agregat


Keseluruhan Untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm .....

Gambar 2.7

21

Grafik Prosentase Agregat Halus Terhadap Agregat


Keseluruhan Untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm .....

Gambar 2.6

17

Grafik Prosentase Agregat Halus Terhadap Agregat


Keseluruhan Untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm .....

Gambar 2.5

13

Hubungan Faktor Air Semen Dengan Kuat Desak


Rata-Rata Silinder Beton (Sebagai Perkiraan Nilai Fas)..

Gambar 2.4

22

Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat


Campuran dan Berat Beton ...............................................

23

Gambar 2.8

Bagan Tahapan Rancang Campur Metode ACI ...............

24

Gambar 3.1

Bagan Tahapan Penelitian ............................................

46

Gambar 4.1

Garfik Gradasi Pasir Daerah II .........................................

67

Gambar 4.2

Grafik Gradasi Batu Pecah ...............................................

70

commit to user

xv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1

Perbedaan Dasar Metode Rancang Campur......................

Tabel 2.1

Nilai Standar Deviasi ... 14

Tabel 2.2

Faktor Pengali Standar Deviasi........................................

Tabel 2.3

Perkiraan Kuat Desak Beton (MPa) dengan Fas 0,5 ... 17

Tabel 2.4

Persyaratan Jumlah Semen Minimum Dan Faktor Air Semen

15

Maksimum Untuk Bebrbagai Macam Pembetonan Dalam


Lingkungan Khusus............................................................ 18
Tabel 2.5

Penetapan Nilai Slump ....................................................... 19

Tabel 2.6

Perkiraan Kebutuhan Air (liter/m3 beton)........................... 20

Tabel 2.7

Nilai Standar Deviasi (kg/cm2) .......................................

Tabel 2.8

Kekuatan Rata-Rata Yang Diperlukan Jika Tidak Ada Data

26

Untuk Menentukan Simpangan Baku ..............................

26

Tabel 2.9

Ukuran Maksimum Agregat (mm) ..................................

26

Tabel 2.10

Perkiraan Kebutuhan Air Berdasarkan Nilai Slump Dan


Ukuran Maksimum Agregat (Liter) .................................

Tabel 2.11

Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Desak Rata-Rata


Silinder Beton Pada Umur 28 Hari ..................................

Tabel 2.12

27

27

Perkiraan Kebutuhan Agregat Kasar Kering Permeter


Kubik Beton, Berdasarkan Ukuran Maksimum Agregat
dan Modulus Halus Pasirnya (m3) ...................................

28

Tabel 2.13

Estimasi Awal Berat Beton Segar ...................................

29

Tabel 2.14

Analisis Fisika dan Standar Mutu Semen Portland Tipe I... 31

Tabel 2.15

Batas Gradasi Agregat Halus ..........................................

34

Tabel 2.16

Batas-Batas Gradasi Agregat Kasar .................................

36

Tabel 2.17

Hubungan Antara Slump, Factor Pemadatan, Waktu V-B

Tabel 3.1

Dan Tingkat Kelecakan Beton Dari Agregat Normal ....... 39


commit
to user
Hubungan Perubahan
Warna
dengan Kadar Organik dari

xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Prof. Ir. Roosseno ......................................................

49

Tabel 4.1

Data Uji Gradasi Pasir ...................................................

64

Tabel 4.2

Data Uji Agregat Betu Pecah ..........................................

65

Tabel 4.3

Analisis Uji Gradasi Pasir ...............................................

67

Tabel 4.4

Analisis Indeks Permukaan Pasir .....................................

68

Tabel 4.5

Analisis Uji Gradasi Agregat Kasar .................................

69

Tabel 4.6

Analisis Indeks Permukaan Batu Pecah ............................

70

Tabel 4.7

Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Agregat ...........................

71

Tabel 4.8

Tabel Kebutuhan Bahan Susun Beton Per 1 m3 Berdasarkan


Mutu Beton Dan Faktor Air Semen Yang Telah Ditetapkan. 77

Tabel 4.9

Data Uji Slump ..............................................................

Tabel 4.10

Data Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa 25,5 MPa

78

dan 27,5 MPa Metode SK SNI Umur 28 Hari .................. 78


Tabel 4.11

Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa ................ 79

Tabel 4.12

Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 25 MPa ..................

Tabel 4.13

Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 27,5 MPa ................ 80

Tabel 4.14

Data Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa 25,5 MPa
dan 27,5 MPa Metode ACI Umur 28 Hari........................

79

81

Tabel 4.15

Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa ................ 81

Tabel 4.16

Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 25 MPa ..................

Tabel 4.17

Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 27,5 MPa ................ 83

Tabel 4.18

Perbandingan Masing-Masing Metode Rancang Campur

82

Untuk Menentukan Perbandingan Bahan Susun ................ 85


Tabel 4.19

Perbandingan Kuat Desak Rencana Dengan Kuat Desak


Hasil Penelitian ............................................................

commit to user

xiv

88

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A

Rencana Anggaran Biaya

Lampiran B

Surat Ijin Masuk Laboratorium dan Hasil Uji Laboratorium

Lampiran C

Hitungan Rancang Campur Beton Metode SK SNI. T-15-1990-03

Lampiran D

Hitungan Rancang Campur Beton Metode ACI

Lampiran E

Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

commit to user

xvi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

BAB 1
PENDAHULUAN

Dikerjakan Oleh :
YUDDHY SETYANTO

commit to user

( I 8707062 )

1
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang saat ini banyak dipakai dalam
pembuatan bangunan fisik, hal ini dikarenakan bahan bakunya tersedia cukup
banyak di Indonesia yang merupakan daerah vulkanik. Selain itu beton mudah
dibentuk sesuai desain yang diinginkan, mempunyai sifat keawetan yang relatif
lebih lama jika dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya dan beton tidak
memerlukan perawatan secara khusus.
Keawetan, kekuatan dan sifat beton yang tergantung pada sifat-sifat bahan dasar
beton (air, semen dan agregat), nilai perbandingan bahan-bahannya, cara
pengadukan maupun cara pengerjaan selama penuangan adukan beton, cara
pemadatan dan cara perawatan selama proses pengerasan. Kemajuan pengetahuan
tentang teknologi beton telah dapat memenuhi berbagai tuntutan tertentu, misalnya
pemakaian bahan lokal yang dapat diperoleh di suatu daerah tertentu dengan
mengubah perbandingan bahan dasar yang sesuai, maupun cara pengerjaan yang
cocok dengan kemampuan pekerja, serta kebutuhan penampilan yang sesuai. Saat
ini pengetahuan tentang cara pembuatan beton tampaknya lebih populer dari pada
pengetahuan tentang bahan-bahan dasarnya, mungkin karena pemakai beton lebih
tertarik pada tuntutan sifat beton dari pada pemilihan bahan dasarnya.
Rancang campur (mix design) adukan beton dilakukan dengan tujuan memberi
gambaran mengenai kebutuhan bahan-bahan yang dibutuhkan tiap meter kubik
beton yang harus memenuhi syarat-syarat kekuatan dan kemudahan pengerjaan
(kelecakan) dilapangan tanpa meninggalkan kepentingan ekonomis. Rancang
campur ini menghitung perbandingan yang tepat dari bahan-bahan yang diperlukan
yaitu air, semen, pasir, kerikil dan kadang-kadang bahan campuran tambahan
commit tokarakteristik
user
tertentu.
(admixtures) untuk mendapatkan sifat-sifat

2
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan beton,
diantaranya metode SK. SNI T- 15- 1990- 03 dan metode ACI. Dari metode
tersebut , metode SK. SNI T- 15- 1990- 03 lebih sederhana dari pada metode ACI.
Akan tetapi kerumitan tidak selalu berarti hasil yang paling akurat, prinsip-prinsip
dasar umumnya sama. Perbedaan-perbedaan lainya terletak pada hubungan empiris
yang didapat dari pengalaman di lapangan, terutama tentang agregat. Beberapa
variasi yang mendasar antar metode-metode tersebut adalah tentang acuan dasar
kondisi kelengasan agregat dan standar benda ujinya.
Tabel 1.1 Perbedaan Dasar Metode Rancang Campur
Metode

Kondisi Kelengasan

Sampel Benda Uji

SK. SNI 1990

SSD

Silinder atau kubus

ACI

Kering oven

Silinder

Sumber : Paulus Nugroho, Teknologi Beton, 1989


Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung dari
material yang dipakai dan tujuan struktur beton yang direncanakan, sehingga
tidaklah dapat dikatakan mana metode yang lebih memberikan keuntungan apabila
semua persyaratan sifat kebaikan dan tinjauan ekonomis beton diperhitungkan.
Dengan demikian diperlukan penelitian khusus mengenai penggunaan metodemetode rancang beton tersebut yang umumnya berasal dari negara manca untuk
mengetahui metode mana yang lebih menguntungkan yang sesuai dengan kondisi
di Indonesia.
1.2

Identifikasi Masalah

Nilai banding bahan susun beton merupakan salah satu faktor penentu kekuatan
beton. Penentuan nilai banding bahan beton yang berdasarkan sifat-sifat bahan
pembentuknya perlu diterapkan untuk menghasilkan mutu beton sesuai yang
ditargetkan dan juga nilai ekonomi beton yang murah. Tapi berdasarkan
pengamatan di lapangan cara penentu nilai banding bahan susun beton sering
commit
to user target kekuatannya saja, bukan
berdasarkan kebiasaan dan hannya
menginginkan

3
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

berdasarkan proses yang dapat memberi keuntungan. Hal ini dikarenakan belum
adanya data pengujian yang menyatu untuk menggambarkan pengaruh akibat
penggunaan beberapa metode rancang campur yang ada dengan kekuatan dan
harga beton yang dihasilkan.
1.3

Batasan Masalah

Penggunaan beda metode rancang untuk memperoleh perbandingan yang tepat


mengenai bahan-bahan pembentuk beton pada pelaksanaannya menyangkut banyak
faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Untuk melaksanakan penelitian yang
pragmatis dan terfokus perlu dibuat penyederhanaan dalam bentuk batasan masalah
sebagai berikut :
a.

Kuat desak yang direncanakan pada umur 28 hari adalah 22,5 MPa, 25 MPa
dan 27,5 MPa.

b.

Pengujian kuat desak hanya dilakukan pada umur 28 hari.

c.

Analisa harga berdasarkan harga bahan bangunan dari DPU Kodia Surakarta.

1.4

Rumusan Masalah

Banyak cara yang bisa digunakan untuk merencanakan perbandingan campuran


bahan-bahan pembentuk beton. Sehingga prosedur pelaksanaan, rumus-rumus, dan
grafik-grafik yang digunakan juga mempunyai perbedaan tiap macam metode
rancamg campur. Walaupun demikian pada dasarnya tujuannya sama yaitu untuk
mendapatkan kekuatan yang diinginkan dan juga murah ditinjau dari segi
ekonomis.
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, dalam penelitian ini dapat
dirumuskan permasahan sebagai berikut :
a.

Menggunakan dua beda metode rancang campur, apakah ada perbedaan dalam
hal perbandingan bahan-bahan pembentuk beton.

b.

Metode manakah yang lebih memberi keuntungan jika ditinjau dari :


1) Kelecakan yang dapat diketahui
nilai slump.
commit dari
to user

4
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2) Nilai ekonomis berdasarkan harga bahan susun beton hasil hitungan kedua
metode rancang campur yang berbeda.
1.5

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara uumum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan susun
beton, kuat desak dan harga bahan susun beton hasil hitungan dua metode rancang
campur yang berbeda dengan mutu tertentu, untuk mengetahui metode yang lebih
memberikan keuntangan apabila ditinjau dari tingkat kemuahan pengerjaan
(kelecakan) dan nilai ekonomis beton.
Untuk dapat mengetahui gambaran pengaruh perbedaan penggunaan beberapa
metode rancang campur yang ada terhadap kekuatan dan tingkat ekonomis
diperlukan penelitian secara teoritis bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran
untuk pemilihan alternatif pemecahan masalah ketekniksipilan, sekaligus untuk
melatih mahasiswa teknik sipil dalam masalah rekayasa khususnya dalam biadang
teknologi beton. Sedangkan secara praktis diharapkan dapat diketahui metode yang
lebih memberikan keuntungan dari beberapa metode rancang campur bila ditinjau
dari segi kekuatan, kemudahan tingkat pengerjaan dan niali ekonomis. Sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan jika ditemukan permasalahanpermasalahan yang identik dengan penelitian ini dan sesuai dengan keadaan lokasi,
fungsi dan manfaat konstruksi. Dengan demikian kebijaksanaan yang diambil dapat
lebih optimal.
1.6. Kerangka Pikir
Perbandingan bahan suatu beton merupakan salah satu faktor penentu kekuatan dan
kemudahan pengerjaan beton. Berdasarkan pengamatan dilapangan cara penentuan
nilai banding bahan suatu beton sering berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan
proses yang dapat memberi keuntungan. Padahal para pemakai beton menghendaki
harga yang murah dan mudah pengerjaannya dari perbandingan bahan susunannya.
commit to user

5
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Untuk menentukan perbandingan bahan susun beton diperlukan rancang campur.


Ada beberapa metode yang dapat digunakan, diantaranya metode SNI.T-15-199003 dan ACI. Penggunaan metode yang berbeda untuk menentukan bahan susun
beton akan menghasilkan perbandingan bahan susun yang berbeda pula, walaupun
target kekuatan dan kelecakannya sama. Hal ini disebabkan setiap metode
mempunyai anggapan yang berbeda.
Selanjutnya tujuan dari penelitian ini adalah mendapat sifat kemudahan pengerjaan
dan nilai ekonomis dari beton mutu 22,5 MPa, 25 MPa dan 27,5 MPa yang
dihasilkan melalui perhitungan metode rancang campur yang berbeda, untuk dipilih
metode yang lebih yang memberi keuntungan dalam hal kemudahan pengerjaan
dan niali ekonomis.
Pengujian di laboraturium dilakukan untuk mengetahuai sifat-sifat dari bahan yang
digunakan (agregat), beton segar dan beton keras. Pelaksanaan pengujian
disesuaikan dengan standar pengujian yang berlaku yaitu ASTM dan BS.
Data hasil uji laboratorium dianalisis menggunakan analisis statistik untuk
mengetahui sifat kemudahan pengerjaan dan kuat desak beton,analisis harga untuk
mengetahui nilai ekonomis. Dari hasil analisis akan diketahui metode yang lebih
memberi keuntungan. Untuk lebih jelasnya, karangka pikir yang dikembangkan
dapat dilihat pada Gambar 1.1.

commit to user

6
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1.
2.
3.

Latar Belakang
Beton banyak digunakan sebagai bahan konstruksi
Pemakai beton menghendaki harga yang murah, kekuatan tinggi dan mudah
pengerjaanya.
Banyak metode untuk menentukan komposisi bahan pembentuk beton.

Permasalahan
Belum adanya data pengujian yang menyatu untuk menggambarkan pengaruh
penggunaan beberapa metode rancang campur yang ada terhadap kekuatan, sifat
kemudahan pengerjaan dan nilai ekonomis

1.
2.

Rumusan Masalah
Menggunakan dua beda metode rancang campur, apakah ada perbedaan
dalam hal perbandingan bahan-bahan pembentuk beton?
Metode manakah yang memberikan keuntungan jika ditinjau dari :
a. Kemudahan tingkat pengerjaan
b. Nilai ekonomis

Tujuan Penelitian
Mengetahui metode rancang campur yang lebih memberi keuntungan dalam hal
kemudahan pengerjaan dan ekonomis.

Pengujian Laboratorium

Analisis

Kesimpulan

Gambar 1.1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

BAB 2
LANDASAN TEORI

Dikerjakan Oleh :
YUDDHY SETYANTO

commit to user

( I 8707062 )

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
7

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.

Tinjauan Pustaka

Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang pada saat ini banyak dipakai
dalam pembuatan bangunan fisik di Indonesia. Karena sifatnya yang unik maka
memerlukan pengetahuan yang cukup luas, antara lain mengenai sifat bahan
dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasinya dan variasi bahan tambahannya. Oleh
karana itu cara pembuatannya perlu diketahui dengan benar agar sesuai dengan
ketersediaan bahan dasarnya di lapangan maupun persyaratan pemakaiannya
(Tjokrodimuljo, 1996 : 3)
Beton sederhana dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus,
agregat kasar (batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran tambahan
lainnya. Campuran yang masih plastis ini dicor ke dalam acuan dan dirawat untuk
mempercepat reaksi hidrasi campuran semen-air, bahan yang terbentuk ini
mempunyai kekuatan tekan yang tinngi dan ketahanan terhadap tarik rendah, atau
kira-kira kekuatan tariknya 0,1 kali kekuatan terhadap tekan (Nawy, 1990 : 4)
Beton pada dasarnya adalah campuran dari 2 bagian : agregat dan mortar. Mortar
terdiri dari semen portland dan air, yang mengikat agregat (pasir dan kerikil / batu
pecah) menjadi suatu massa seperti batuan, ketika pasta tersebut mengeras akibat
reaksi kimia dari semen dan air. Jadi dapat dikatakan bahwa beton dibuat dari agregat
(pasir dan kerikil), semen (perekat yang mengikat butir-butir agregat menjadi satu)
dan air (yang bereaksi dengan semen tadi). Campuran ini diharapkan nantinya akan
cukup kuat (kokoh tekan, kokoh tarik, kekerasan, dsb), tahan lama (ketahanan /
durability, susut, rangkak, dsb), mudah dibuat (kelecakan / workability, setting time),

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
8

dari pemilihan yang teliti dan ekonomis dari sifat-sifat dan proporsi bahan-bahannya
(mix design) (Nugraha, 1989 : 5)
Perancangan komposisi bahan pembentuk beton merupakan penentu kualitas beton,
yang berarti pula kualitas sistem struktur total. Bukan hanya bahannya harus baik,
melainkan juga keseragamannya harus dipertahankan pada keseluruhan produk beton
(Nawy, 1990 : 5)
Beton merupakan bahan yang kekuatan dan sifat-sifat yang lain tidak dapat
diramalkan secara tepat, sehingga percobaan kubus atau silinder dari suatu campuran
yang direncanakan untuk menghasilkan kekuatan , misalnya 20 MPa akan
menunjukkan variabelitas yang nyata dari kekuatan. Karena itu campuran harus
direncanakan untuk memberikan suatu kekuatan tekan rata-rata yang lebih besar dari
harga fc yang disyaratkan (Wang dan Salmon, 1990 : 8)
Sesuai dengan tingkat mutu beton yang hendak dicapai, perbandingan campuran
bahan susun harus ditentukan agar beton yang dihasilkan memberikan : (1) kelecakan
dan konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan, perataan,
pemadatan) dengan mudah ke dalam acuan dan sekitar tulangan baja tanpa
menimbulkan kemungkinan terjadinya segregasi atau pemisahan agregat dan bleeding
air. (2) ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air, korosif, dan lainlain). (3) memenuhi kuat yang hendak dicapai (Dipohusodo, 1993, 5-6).
Sementara kekuatan bergantung pada faktor air semen, nilai ekonomis bergantung
pada prosentase agregat yang ada yang masih menghasilkan yang dapat dikerjakan.
Yang harus dicapai oleh perencana adalah memperoleh campuran beton yang
kekuatannya optimum dengan semen yang minimum, semakin kecil faktor air semen
semakin tinggi kekuatan beton (Nawy, 1990 : 24-25).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
9

Tujuan utama mempelajari sifat-sifat dari beton adalah untuk perencanaan dari
campuran (mix design), yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai , serta
menentukan kuantitas masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang
seekonomis mungkin. Ada sejumlah metode perancangan campuran (mix design),
tidak dapat dikatakan mana metode yang paling baik. Masing-masing mempunyai
keunggulan, tergantung pada material yang dipakai dan tujuan struktur beton tersebut.
Perlu pula dikaji apakah metode dari luar negeri sesuai dengan material dan kondisi
kerja di Indonesia (Nugraha, 1989 : 223 dan 227).

2.2.

Landasan Teori

2.2.1. Rancang Campur


Pada saat ini dalam bidang pembuatan bangunan banyak digunakan beton mutu
tinggi, sehingga kita dituntut untuk dapat merancang perbandingan campuran lebih
tepat sesuai dengan teori perancangan proporsi campuran adukan beton. Pembuatan
beton dengan perbandingan volume 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil untuk beton biasa
dan 1 semen : 1,5 pasir : 2,5 kerikil untuk beton kedap air rupanya sudah kurang
memuaskan lagi karena menghasilkan kuat desak yang sangat beragam. Dalam
Konsep Pedoman Beton 1989, perbandingan volume di atas hanya boleh dilakukan
untuk beton mutu kurang dari 10 MPa dan dengan slump yang tidak boleh lebih dari
100 mm. Sesuai dengan tuntutan kemajuan teknologi beton dan kebutuhan struktur
beton bertulang, dewasa ini dibutuhkan suatu formula rencana adukan beton yang
lebih dapat memberi kepastian kuat desak yang dapat dicapai serta dimungkinkan
memprediksi kuat desak yang akan dicapai oleh campuran tersebut. Rencana
campuran adukan beton dimaksudkan untuk mendapatakn komposisi campuran
bahan-bahan beton antara air, semen, agregat halus (pasir), dan agregat kasar (kerikil
/ batu pecah) sesuai dengan target kekuatan beton yang diharapkan, mudah dikerjakan
dan sifat keawetan yang tinggi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
10

Selain harus memenuhi syarat-syarat di atas, rancang campur haruslah ekonomis.


Mengingat harga semen lebih mahal dari agregat, maka perencanaan campuran
mengarah kepada pemakaian semen yang sesedikit mungkin. Batas bawah kebutuhan
semen sering disebut kadar semen minimum yang masih memberi keyakinan untuk
mudah dikerjakan (lecak), awet dan tanpa mengorbankan kwalitas. Karena kwalitas
tergantung dari faktor air semen, maka jumlah air juga harus minimum untuk
mengurangi kebutuhan semen. Dalam praktek, secara umum penerapan metode
rancang campur adukan beton adalah seperti dalam Gambar 2.1.
Persyaratan :
fc yang ditargetkan

FAS

Perbandingan kebutuhan bahan


air : semen : pasir : kerikil
Pembuatan benda uji

Tidak

Pengujian benda uji

fc
memenuhi
Ya
Selesai

Gambar 2.1. Bagan Alir Penggunaan Metode Rancang Campur Secara Umum.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
11

Dari Bagan alir di atas, terlihat bahwa pada umunya rancang campur dilakukan untuk
mendapatkan suatu kuat desak beton (fc) tertentu. Jika fc yang ditargetkan tidak
memenuhi, maka dilakukan rancang campur ulang (remix design). Tidak dipenuhinya
fc yang ditargetkan mugkin dikarenakan beberapa metode yang ada pada umumnya
berasal dari negara manca, sehingga bahan yang digunakan dapat berbeda dengan
yang ada di Indonesia.
Metode rancang campur hanyalah memperkirakan perbandingan campuran coba,
sehingga setiap hasil hitungan rancang campur harus dikontrol dengan uji coba
berupa campuran percobaan (trial mix) untuk memastikan hasilnya. Hal ini
dikarenakan bahan-bahan dasar beton sangat variabel dan banyak dari sifat bahan
tersebut tidak dapat diukur secara benar serta faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan beton maupun kelecakan adukan beton sangat banyak yang bersifat
individual dari bahan yang dipakai. Oleh karena itu walaupun banyak teori rancang
campur yang dapat dipakai, yang tampaknya akan menghasilkan sebagaimana yang
diharapkan, tetapi sebenarnya hanyalah suatu pedoman saja untuk melakukan
campuran coba.
Dalam Draft Pedoman Beton 1989 pasal 4.3.3.2 dicantumkan bahwa campuran coba
yang mempunyai proporsi dan konsistensi yang diperlukan untuk pekerjaan yang
diusulkan harus dibuat paling sedikit sebanyak tiga nilai faktor air semen yang
berbeda atau tiga kandungan tiga kandungan semen yang berbeda. Setiap nilai faktor
air semen atau kandungan, harus dibuat minimal tiga silinder uji. Silinder-silinder uji
tersebut kemudian diuji pada umur uji 28 hari atau umur uji lain yang ditetapkan
untuk memperoleh kuat desak rata-rata. Dari hasil uji silinder tersebut kemudian
dibuat suatu grafik yang menunjukkan hubungan antara nilai faktor air semen atau
kandungan semen dan kuat desak silinder betonnya sehingga dapat dicari secara
interpolasi nilai faktor air semen yang tepat.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
12

Desain campuran coba menurut Nawy (1991) digunakan untuk memperoleh faktor air
semen atau kandungan semen minimum yang dipakai dalam mendesain campuran
terhadap kekuatan rata-rata (fcr) pada umur 28 hari. Dengan cara tersebut
persyaratan yang harus dipenuhi adalah :
a. Material yang dipakai dan umur tes harus sama antara campuran percobaan dan
beton yang dipakai pada struktur.
b. Paling sedikit tiga macam faktor air semen atau tiga macam kandungan semen
harus dicoba pada desain campuran. Campuran percobaan ini harus mempunyai
kekuatan paling sedikit sama dengan fcr. Tiga silinder harus dites untuk setiap
faktor air semen atau setiap percobaan kandungan semen.
c. Nilai slump harus sebesar 0,75 inchi dari batas yang diijinkan.
d. Harus dibuat plot antara kekuatan desak pada umur yang direncanakan versus
kandungan semen atau factor air semen. Dari plot ini dapat dipilih faktor air semen
atau kandungan semen yang mehasilkan kekuatan rata-rata (fcr) yang diperlukan.

2.2.2.

Perhitungan Rancang Campur Beton

2.2.2.1. Metode SK SNI. T-15-1990-03


Metode SK SNI. T-15-1990-03 merupakan metode rancang campur yang baru
dipakai di Indonesia sejak tahun 1990, mengadopsi peraturan yang berlaku di Inggris
yaitu Design of Normal Concrete Mixer, Building Reseach Estabilishment, UK. Pada
karakter ini kuat desak yang dikehendaki ditetapkan sesuai dengan kuat desak yang
dipakai dalam perencanaan struktur atau yang tercantum dalam RKS, kemudian
dihitung rencana campuran yang dapat menghasilkan beton dengan kuat desak
tersebut. Cara ini cukup praktis karena menggunakan tabel-tabel, grafik-grafik yang
mudah dipakai.
Secara sederhana rancang campur ini dapat dijelaskan dalam Gambar 2.2.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
13

Mulai
Data bahan :
1. Semen
2. Agregat halus
3. Agregat kasar
Menentukan kuat desak rencana

Menentukan faktor air semen

Menentukan kandungan air


Perhitungan kandung semen

Perhitungan kandungan agregat

Campuran percobaan

Selesai
Gambar 2.2. Bagan Tahapan Rancang Campur Metode SK SNI. T-15-1990-03

Berdasarkan bagan di atas prosedur perencanaan campuran beton normal , metode SK


SNI. T-15-1990-03 dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.

Penetapan kuat desak beton yang disyaratkan (fc)

Kuat desak beton yang disyaratkan ini ditentukan dengan melihat kuat desak yang
diperlukan dan potensi yang dapat disediakan di tempat bangunan yang akan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
14

didirikan, kualitas bahan-bahan susun yang akan dipakai, alat, tenaga, pengujian
silinder, mapun kualitas pengawasan.
b.

Penetapan nilai standar deviasi (s)

Standar deviasi ditentukan berdasarkan pengalaman praktek pelaksana di lapangan


pada pembuatan mutu beton yang samadengan memakai bahan yang sama.
Pengalaman praktek di lapangan dalam arti pelaksana memiliki 30 buah data hasil uji
kuat desak atau paling sedikit 15 buah (satu data hasil uji kuat desak adalah hasil ratarata dari uji desak 2 silinder yang dibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada
umur 28 hari atau umur pengujian lain yang ditetapkan). Standar deviasi dapat
dihitung dengan Persamaan 2.1.
s=

Keterangan : s

(2.1)
= Standar deviasi

fci

= Kuat desak masing-masing hasil uji (MPa)

fcr

= Kuat desak rata-rata (MPa)

= Jumlah benda uji kuat desak

Jika jumlah kuat desak kurang dari 30 buah, maka dilakukan koreksi terhadap nilai
standar deviasi dengan suatu faktor pengali dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.1. Nilai Standar Deviasi
Tingkat pengendalian

Standar deviasi

mutu pekerjaan

(MPa)

Memuaskan

2,8

Sangat baik

3,5

Baik

4,2

Cukup

5,6

Jelek

7,0

Tanpa kendali

8,4

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
15

Sumber : Tjokrodimulyo, Teknlogi Beton, 1996


Tabel 2.2. Faktor Pengali Standar Deviasi
Jumlah data

30

25

20

15

< 15

Faktor pengali

1,0

1,03

1,08

1,16

Tidak boleh

Sumber : SK SNI. T-15-1990-03


Jika tidak tersedia catatan atau pengalaman hasil uji beton masa lalu, maka standar
deviasi diambil 7 MPa.
c.

Perhitungan nilai tambah (margin)

Nilai tambah / margin dihitung dengan Persamaan 2.2.


m=kxs
Keterangan : m
= nilai tambah (MPa)
k
= 1,64
s
= standar deviasi (MPa)
d.

(2.2)

Menetapkan kuat desak rata-rata yang direncanakan :

Kuat desak rata-rata yang direncanakan dihitung dengan Persamaan 2.3.


fcr = fc + m
Keterangan : fcr

e.

(2.3)
= kuat desak rata-rata (MPa)

fc

= kuat desak yang disyaratkan (MPa)

= nilai tambah

Menetapkan jenis semen

Sesuai dengan SII-0013-81, di Indonesiajenis semen dibedakan menjadi lima, yaitu


jenis I, II, III, IV, atau V. Pada tahap ini ditetapkan jenis semen yang akan dipakai
adalah semen jenis I atau yang lainnya.
f.

Menetapkan jenis agregat

Jenis agregat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu agregat alami (uncrushed) atau
pecah (crushed).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
16

g.

Menetapkan faktor air semen (free water cement ratio)

Faktor air semen ditetapkan berdasarkan jenis semen yang dipakai, jenis agregat
kasar, bentuk benda uji dan kuat desak rata-rata yang direncanakan pada umur
tertentu, tetapkan nilai faktor air semen dengan Tabel 2.3. dan Gambar 2.3 untuk
benda uji silinder. Langkah penetapannya dilakukan sebagai berikut :
1) Lihat Tabel 2.3. dengan data jenis semen, jenis agregat kasar dan umur beton yang
dikehendaki, dibaca perkiraan kuat desak silinder beton yang akan diperoleh jika
dipakai faktor air semen 0,5. Jenis kerikil maupun umur beton yang direncanakan,
maka dapat diperoleh kuat desak beton seandainya dipakai fas 0,5.
2) Lihat Gambar 2.3 lukislah titik A pada Gambar 2.3 dengan nilai fas 0,5 (sebagai
absis) dan kuat desak beton yang diperoleh dari tabel 2.3 (sebagai ordinat). Pada
titik tersebut kemudian dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik
yang ada di dekatnya. Selanjutnya ditarik garis mendatar dari sumbu tegak dikiri
pada desak rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut.
Dari titk potong itu kemudian ditarik ke bawah sampai memotong sumbu
mendatar dan dapatlah dibaca nilai faktor air semen yang dicari.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
17

Gambar 2.3. Hubungan Faktor Air Semen Dengan Kuat Desak Rata-Rata
Rata
Silinder
Beton (Sebagai Perkiraan Nilai Fas)
Sumber : Tjokrodimulyo, Teknologi Beton, 1996
Tabel 2.3.. Perkiraan Kuat Desak Beton (MPa) dengan Fas 0,5
Jenis
Jenis agregat
Umur (hari)
semen
kasar
3
7
28
Alami
17
23
33
I, II, V
Batu Pecah
19
27
37
Alami
21
28
38
III
Batu pecah
25
33
44

commit to user

91
40
45
44
48

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
18

h.

Menetapkan faktor air semen maksimum.

Faktor air semen maksumum yang boleh dipakai ditetapkan berdasarkan Tabel 2.4.
Jika didapat nilai fas maksimum lebih rendah dari langkah (7), maka nilai maksimum
pada langkah ini yang dipakai untuk perhitungan selanjutnya.
Tabel 2.4. Persyaratan Jumlah Semen Minimum Dan Faktor Air Semen Maksimum
Untuk Bebrbagai Macam Pembetonan Dalam Lingkungan Khusus.
Kondisi lingkungan konstruksi

Beton dalam ruang bangunan :


a. Keadaan keliling non korosif
b. Keadaan
keliling
korosif
disebabkan oleh kondensasi
atau uao korosif
Beton di luar ruang bangunan :
a. Tidak terlindung dari hujan
dan terik matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan
terik matahari langsung

Jumlah semen
Minimum
(kg/m3 beton)

Nilai faktor air


Semen
maksimum

275
325

0,60
0,52

325

0,60

375

0,60

Beton yang masuk ke dalam


tanah :
325
a. Mengalami keadaan basah dan
kering berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat , Lihat tabel 4.SK
SNI-T-15-1990-03
alkali dan tanah
Beton
yang
kontinyu
berhubungan dengan :
a. Air tawar
b. Air laut

Lihat tabel 5.SK


SNI-T-15-1990-03

Sumber : SK SNI-T-15-1990-03

commit to user

0,55
Lihat tabel 4.SK SNIT-15-1990-03
Lihat tabel 5.SK SNIT-15-1990-03

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
19

i.

Menetapkan nilai slump

Ditetapkan berdasarkan pada butir maksimum agregat yang dipakai dan jenis agregat
seperti pada Tabel 2.5 dibawah ini :
Tabel 2.5. Penetapan Nilai Slump
Pemakaian beton
Dinding pelat pondasi dan pondasi
Telapak bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang,
kaison dan struktur di bawah tanah
Pelat, balok, kolom dan dinding
Pengerasan jalan
Pembetonan massal
j.

Maksimum
(cm)

Minimum
(cm)

12,5

5,0

9,0
15,0
7,5
7,5

2,5
7,5
5,0
2,5

Menetapkan ukuran agregat maksimum

Pada tahap ini disediakan tiga macam ukuran agregat maksimum, yaitu 10 mm, 20
mm, dan 40 mm. Ukuran maksimum agregat ini ditetapkan berdasarkan kerapatan
tulangan dan atau tabel pelat.
k.

Menetapkan jumlah air yang dibutuhkan

Pada langkah ini digunakan nilai-nilai yang tercantum pada Tabel 2.6. Jika agregat
halus dan kasar yanng dipakai dari jenis yang berbeda, maka jumlah air yang
dibutuhkan harus dikoreksi dengan Persamaan 2.4.
At = 0,67 Ah + 0,33 Ak
Keterangan :
At = jumlah air yang dibutuhkan (liter/m3)
Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut agregat halus
Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut agregat kasar

commit to user

(2.4)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
20

Tabel 2.6. Perkiraan Kebutuhan Air (liter/m3 beton)


Besar butir
Maksimum
(mm)
10
20
40

l.

Jenis
Agregat

Slump (mm)

Alam
Pecah
Alam
Pecah
Alam
Pecah

0 -10

10 - 30

30 - 60

60 - 180

150
180
135
170
115
155

180
205
160
190
140
175

205
230
180
210
160
190

225
250
195
225
175
205

Menghitung jumlah semen

Jumlah semen dihitung berdasarkan Persamaan 2.5.


Jumlah semen =
m.

Kebutuhan semen minimum

(2.5)

Jumlah semen minimum ditetapkan untuk mencegah kerusakan beton akibat


lingkungan yang tidak ramah, seperti lingkungan korosif, air payau, air laut, kondisi
basah kering berganti-ganti, dan sebagainya. Jumlah semen minimum yang
dihasilkan dari perhitungan lebih kecil dari jumlah semen minimum yang diijinkan,
maka dipakai jumlah semen minimum dari Tabel 2.4 tersebut.
n.

Penyesuaian kebutuhan semen

Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari langkah (12) ternyata lebih sedikit
daripada kebutuhan semen minimum (13), maka kebutuhan semen yang harus dipakai
yang minimum (yang nilainya lebih besar).
o.

Penyesuaian jumlah air dan faktor air semen

Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah (14) maka nilai faktor air semen
berubah. Dalam hal ini dapat dilakukan dua cara sebagai berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
21

1) Faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi jumlah air dengan
jumlah semen minimum, sehingga fas turun (akibatnya kuat tekan akan naik), atau
2) Jumlah
umlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah air minimum dengan faktor air
semen, sehingga jumlah air naik ( adukan akan lebih encer)

p.

Penentuan daerah gradasi agregat halus

Gradasi agregat halus ditentukan berdasarkan analisis saringan terhadap agregat halus
yang akan dipakai. Gradasi agregat halus ditetapkan dalam empat daerah dimana
batas-batasnya
batasnya dapat dilihat pada Tabel 2.15 yang didasarkan atas grafik gradasi.
q.

Prosentasee pasir terhadap agregat total

Penentuan agregat pasir terhadap agregat total dilakukan dengan memperhatikan


besar butiran maksimum agregat kasar, nilai slump, faktor air semen dan daearah
gradasi agregat halus. Berdasarkan
Berdas
data tersebut dan Gambar
ambar 2.4 2.6, dapat
diperoleh prosentase berat agregat halus terhadap berat agregat campuran.

Gambar 2.4

Grafik
rafik Prosentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan
Untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm.
m

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
22

Gambar 2.5. Grafik


rafik Prosentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan
Untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm.
m

Gambar 2.6. Grafik


rafik Prosentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan
Keseluruh
Untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm.
m

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
23

r.

Berat jenis relatif agregat

Berat jenis campuran/relatif agregat dibutuhkan untuk menentukan kebutuhan


agregat. Jika tidak ada informasi yang dapat dipakai , maka berat jenis agregat relatif
dapat dianggap sebesar 2,6 untuk agregat alami dan 2,7 untuk agregat batu pecah.
Berat jenis campuran dapat juga ditentukan dengan Persamaan 2.6.
Gv = (Ph x BJh) + (Pk x BJk)

(2.6)

Keterangan :

s.

Gv

= Berat jenis relatif agregat SSD

Ph

= Prosentase berat agregat halus terhadap agregat campuran

Pk

= Prosentase berat agregat kasar terhadap agregat campuran

BJh

= Berat jens agregat halus SSD

BJk

= Berat jens agregat kasar SSD

Berat jenis beton segar

Berat jenis beton segar didapat pada Gambar 2.7

Gambar 2.7. Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran dan
Berat Beton.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
24

t.

Menghitung kandungan kebutuhan agregat total

Kebutuhan agregat total (halus dan kasar) dihitung dengan Persamaan 2.7.
Berat agregat = Badukan (kandungan semen) (kandungan air)
u.

(2.7)

Menghitung kandungan agregat halus dan kasar

Kandungan agregat halus/ pasir dihitung dengan Persamaan 2.8.


Bh = Bag x Ph

(2.8)

Kandungan agregat kasar/ batu pecah dihitung dengan Persamaan 2.9.


Bk = Bag - Bh

(2.9)

Keterangan :
Bh

= berat agregat halus

Bag

= berat agregat total

Bk

= berat agregat kasar

Ph

= prosentase agregat halus

2.2.2.2. Metode American Concrete Institute (ACI)


The American Concrete Institute (ACI) menyarankan suatu cara perancangan
campuran beton yang memperhatikan nilai ekonomi, bahan yang tersedia, kemudahan
pengerjaan, keawetan serta kekuatan yang diinginkan. Cara ACI ini melihat
kenyataan bahwa pada ukuran maksimum agregat tertentu , jumlah air permeter
adukan menentukan tingkat konsistensi/ kekentalan (slump) adukan itu.
Secara sederhana rancang campur metode ini dapat dijelaskan dalam Gambar 2.8.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
25

Mulai

Data bahan :
1. Semen
2. Agregat halus
3. Agregat kasar

Menentukan kuat desak rencana

Menentukan kandungan air

Menentukan faktor air semen

Perhitungan kandungan semen

Perhitungan kandungan agregat

Campuran percobaan

Selesai
Gambar 2.8. Bagan Tahapan Rancang Campur Metode ACI
Berdasarkan bagan diatas prosedur perencanaan campuran boton normal metode ACI
secara garis besar dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.

Penetapan kuat desak rencana (fc)

b.

Menghitung kuat desak rata-rata beton (fcr)

Berdasarkan kuat desak yang diisyaratkan dan nilai margin (Persamaan 2.2) yang
tergantung tingkat pengawasan mutunya, standart deviasi ditetapkan dari Tabel 2.7.
Kuat desak rata-rata dihitung dari kuat desak rencana menggunakan Persamaan 2.3.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
26

Tabel 2.7. Nilai standar deviasi (kg/cm2)


Volume pekerjaan
m3

Mutu pelaksaan
Baik sekali
Baik
45 < s 55
35 < s 55
25 < s 55

Kecil < 1000


Sedang 1000 < 3000
Besar > 3000

55 < s 65
45 < s 55
35 < s 45

Cukup
65 < s 85
55< s 75
45 < s 65

Sumber : Tjokrodimulyo, Teknlogi Beton, 1996


Jika tidak ada catatan atau pengalama masa lalu, maka kekuatan rata-rata yang
diperlukan ditentukan berdasarkan Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Kekuatan Rata-Rata Yang Diperlukan Jika Tidak Ada Data Untuk
Menentukan Simpangan Baku.
Kekuatan desak yang diperlukan (fc) Kekuatan rata-rata
(fcr)
Psi
MPa
Psi
3000 <
3000 5000
5000 >

fc + 1000
fc + 1200
fc + 1400

20,7 <
20,7 34,5
34,5 >

yang

diperlukan
MPa

fc + 6,9
fc + 8,26
fc + 9,66

Sumber : Nawy. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, 1990


c.

Menentukan nilai slump

Nilai slump dan ukuran agregatnya ditetapkan dengan melihat jenis strukturnya (dari
Tabel 2.5 dan Tabel 2.9).
Tabel 2.9. Ukuran Maksimum Agregat (mm)
Dimensi minimum
(mm)

Balok/kolom

Pelat

62,5
150
300
750

12,5
40
40
80

20
40
80
80

Sumber : Tjokrodimulyo, Teknologi Beton, 1990

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
27

d.

Menetapkan jumlah air yang diperlukan

Berdasarkan ukuran maksimum agregat dan nilai slump (Tabel 2.10)


Tabel 2.10. Perkiraan Kebutuhan Air Berdasarkan Nilai Slump Dan Ukuran
Maksimum Agregat (Liter).
Slump
Ukuran maksimum agregat (mm)
(mm)
10
20
40
189
204
214

210
231
246

25 50
75 100
150 175

165
183
189

Udara terperangkap
3%
2%
1%
Sumber : Nawy. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, 1990
e.

Menetapkan faktor air semen

Berdasarkan kuat desak rata-rata pada umur yang dikehendaki (Tabel 2.11) dan
keawetannya (berdasarkan jenis struktur dan kondisi lingkungan, Tabel 2.4). Dari dua
hasil dipilih yang paling rendah.
Tabel 2.11. Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Desak Rata-Rata Silinder Beton
Pada Umur 28 Hari.
Faktor air semen

Perkiraan kuat desak


Rata-rata (MPa)

0,41
0,48
0,57
0,68
0,82

41,4
34,5
27,6
20,7
13,8

Sumber : Nawy. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, 1990


f.

Menghitung kebutuhan semen yang diperlukan

Kebutuhan semen dihitung dari hasil langkah (4) dan (5), dengan Persamaan 2.10.
WS = At / fas
Keterangan :

(2.10)
WS

= berat semen

At

= kebuuhan air

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
28

Fas
g.

= faktor air semen

Menetapkan volume agregat kasar

Berdasarkan ukuran maksimum agregat dan nilai modulus kehalusan agregat


halusnya (Tabel 2.12)
Tabel 2.12. Perkiraan Kebutuhan Agregat Kasar Kering Permeter Kubik Beton,
Berdasarkan Ukuran Maksimum Agregat dan Modulus Halus Pasirnya
(m3)
Ukuran
Maksimum
Agregat (mm)

2,4

2,6

2,8

3,0

10
20
40
80
150

0,50
0,66
0,75
0,82
0,87

0,48
0,64
0,73
0,80
0,85

0,46
0,62
0,71
0,78
0,83

0,44
0,60
0,69
0,76
0,81

Modulus halus butir pasir

Sumber : Nawy. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, 1990


h.

Berat kering agregat kasar

Berat kering agregat kasar dihitung berdasarkan Persamaan 2.11


Wak

= Vak X Berat Isi Agregat Kasar

(2.11)

Keterangan :

i.

Wak

= berat kering agregat kasar

Vak

= volume agregat kasar

Berat SSD agregat kasar

Berat SSD agregat kasar = Wak x (1 + absorbsi agregat kasar)


j.

Berat beton segar

Berat beton segar di dapat dari Tabel 2.13.

commit to user

(2.12)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
29

Tabel 2.13. Estimasi Awal Berat Beton Segar


Ukuran agregat maksimum
(mm)

Berat beton segar


(kg/m3)

10
12,5
20
25
40
50
70
150

2285
2315
2355
2375
2420
2445
2465
2505

Sumber : Neville. Concrete Technology, 1987


k.

Berat pasir SSD

Berat pasir SSD = berat beton berat (SSD agregat kasar + semen + air)

2.2.3.

(2.13)

Bahan Pembentuk Beton

2.2.3.1. Air
Air merupakan bahan dasar pembentuk beton yang penting namun harganya paling
murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta sebagai bahan pelumas
antara butiran-butiran agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk
bereaksi dengan semen, air yang diperlukan hanya sekitar 25 persen dari berat semen
saja, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai sulit kurang dari
0,35. Kelebihan air ini yang dipakai sebagai pelumas. Tetapi perlu dicatat bahwa
tambahan air untuk pelumas ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton
akan rendah dan betonnya akan keropos. Selain itu kelebihan air ini akan bersamasama dengan semen bergerak ke permukaan adukan beton segar yang baru saja
dituang (bleeding) yang kemudian menjadi buih dan merupakan suatu lapisan tipis
(laitance). Lapisan tipis ini akan mengurangi letakan antara lapis-lapis beton dan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
30

merupakan bidang sambung yang lemah. Apabila ada kebocoran cetakan, air akan
bersama-sama semen dapat keluar, sehingga terjadilah sarang-sarang kerikil.
Dalam PBI 1971 Bab 3.6. memberikan batasan air yang digunakan untuk beton yaitu
tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garaman, bahan organis atau
bahan-bahan lain yang merusak beton dan atau baja tulangan. Dalam hal ini
sebaiknya digunakan air bersih yang memenuhi persyaratan air minum.

2.2.3.2. Semen
Beton terbuat dari agregat yang diikat bersama oleh pasta semen yang mengeras,
maka kwalitas semen sangat mempengaruhi kwalitas beton. Semen adalah bahan
yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif, yaitu bahan pengikat bersama air
dapat membentuk pasta semen yang mengikat

butir-butir agregat menjadi satu

kesatuan yang kuat. Menurut Standar Industri Indonesia, SII 0013-1981 definisi
semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis (bahan
pengikat yang mengeras akibat reaksi kimia dengan air), bersama bahan-bahan yang
biasanya digunakan adalah gypsum.
Sesuai dengan tujuan pemakainannya, semen portland di Indonesia dibagi menjadi
lima jenis yaitu :
a.

Jenis I adalah semen portland untuk penggunaan secara umum, tanpa persyaratan
khusus.

b.

Jenis II adalah semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan


ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

c.

Jenis III adalah semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan


persyaratan kekeuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
31

d.

Jenis IV adalah semen portland yang dalam penggunaannya menuntut


persyaratan panas hidrasi yang rendah.

e.

Jenis V adalah semen portland yang dalam penggunaannya menuntut ketahanan


yang kuat terhadap sulfat.

Semen portland yang dipakai dalam penelitian ini adalah tipe I produksi PT. Semen
Gresik. Semen tipe I merupakan semen yang dalam pemakainannya tidak
memerlukan persyaratn khusus untuk keperluan konstruksi dan sangat memadai
untuk campuran beton mutu tinggi. Standar mutu yang digunakan dalam produksi
Semen Gresik mengacu pada ASTM C 150-94, SNI 15-2049-94 dan BS 12-78. Untuk
lebih jelasnya analisis yang dilakukan oleh PT Semen Gresik dapat dilihat pada Tabel
2.14.
Tabel 2.14. Analisis Fisika dan Standar Mutu Semen Portland Tipe I
No.
1

Semen
Gresik

SNI
15-2049-94

ASTM C
150-94

BS
12-78

Waktu pengikatan
dengan alat vicat
Awal (menit, min)
Akhir (jam, maks)

150
5.40

45
8

45
8

45
10

Kekuatan
3 hari (kg/cm2, min)
7 hari (kg/cm2, min)
28 hari (kg/cm2, min)

212
298
407

125
200
280

126
197
281

130
290

Analisa Fisika

Sumber : Bambang Hariyanto, Pengaruh penmbahan fly ash dan silica fume pada
pasta semen di lingkungan agresif, TA FTSP ITS, 1997.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
32

Kekuatan yang dipakai oleh semen biasanya melebihi peryaratan. Menurut L.J.
Murdock (1991), untuk keamanan dari semen portland biasanya, kekuatan pada umur
28 hari diambil sebesar 35 N / mm2.
2.2.3.3. Agreagat
Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan
besarnya volume dari beton. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60%-80% volume
agregat. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton
dapat berfungsi sebagai benda utuh, homogen dan rapat, dimana agregat yang
berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada diantara agregat yang
berukuran besar. Menurut Kardiyono Tjokodimuljo (1996), maksud dan tujuan
penggunaan agregat dalam beton adalah :
a. Menghemat kebutuhan semen.
b. Apabila digunakan gradasi dan campuran baik akan diperoleh beton padat.
c. Sifat mudah dikerjakan (workability) dapat diperiksa pada penggunaan agregat
yang bergradasi baik.
Sifat-sifat yang penting dari suatu agregat adalah kekuatan hancur dan ketahanannya
terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen,
kemudian porositas dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan
terhadap perubahan musim dan ketahanan agresi kimiawi serta ketahanan terhadap
penyusutan. Berdasarkan ukuran butirannya, agregat dapat diklasifikasikan menjadi
dua yaitu agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil dan batu pecah).
a.

Agregat halus

Agregat halus didefinisikan sebagai butiran yang lebih kecil dari 5 mm atau menurut
ASTM yang lolos saringan nomor 4 atau lebih dari 0,15 mm. Agregat halus untuk
beton dapat berupa pasir alami dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
33

dari alat-alat pemecah batu. Agregat halus yang lazim digunakan di Indonesia adalah
pasir alami.
Dalam pemilihan agregat halus harus benar-benar memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Karena pasir sangat menentukan dalam hal kemudahan pengerjaan,
kekuatan dan tingkat keawetan dari beton yang dihasilkan. Oleh karena itu mutu pasir
harus benar-benar dikendalikan agar dihasilkan beton yang lebih seragam.
Menurut PBI 1971 Bab 3.3. agregat halus untuk berbagai mutu beton harus
memenuhi satu, beberapa, atau semua hal sebagai berikut :
1) Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat
halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
2) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap
berat kering). Yang diartikan sebagai lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Bila agregat halus mengandung lumpur lebih dari 5 %
maka harus dicuci.
3) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-harder (dengan larutan
NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan ini dapat juga dipakai asal
kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari
95 % dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3 %
NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yag sama.
4) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya.
5) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang dipakai.
Menurut peraturan di Inggris (British Standard) yang juga dipakai di Indonesia saat
ini (SK.SNI.T-15-1990-03), kekasaran pasir dapat dibagi menjadi empat kelompok
menurut gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus, agak kasar dan kasar sebagaimana
tampak pada Tabel 2.15.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
34

Tabel 2.15. Batas Gradasi Agregat Halus.


Lubang
Ayakan (mm)

Proses Berat Butir yang Lewat Ayakan


Daerah 1
Daerah 2
Daerah 3
Daerah 4

10
4,8
2,4
1,2
0,6
0,3
1,15

100
90 -1 00
60 - 95
30 - 70
15 - 34
5 - 20
0 - 10

100
90 - 100
75 - 100
55 - 90
35 - 59
8 - 30
0 - 10

100
90 - 100
85 - 100
75 - 100
60 - 79
12 - 40
0 - 10

100
95 - 100
95 - 100
90 - 100
80 - 100
15 - 50
0 -15

Indek Permukaan fS

0,93-1,055

1,059-1,090

1,045-1,090

1,040-1,145

Keterangan :
Daerah 2 = pasir agak kasar
Daerah 1 = pasir kasar
Daerah 3 = pasir agak halus
Daerah 4 = pasir halus
Sumber : Murdock dan Brook, Bahan dan Praktek Beton, 1991.
b.

Agregat kasar

Agregat kasar adalah agregat yang apabila ukurannya sudah melebihi 5 mm (no.4
standar ASTM) dan kurang dari 40 mm. Agregat kasar dapat berupa kerikil sebagai
disintegrasi alam dari batuan atau berupa batuan pecah. Sifat-sifat agregat kasar
mempengaruhi kekuatan akhir beton dan daya tahan terhadap cuaca serta efek-efek
perusak lainnya. Agregat kasar harus bersih dari bahan-bahan organik dan harus
mempunyai ikatan yang baik dengan pasta semen.
Perihal persyaratan agregat kasar bahan beton telah dijelaskan dalam PBI 1971 Bab
3.4. antara lain sebagai berikut :
1) Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar
yang mengandung butir-butir yang pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
35

butir yang pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca , seperti terik matahari dan hujan.
2) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan terhadap
berat kering). Yang diartikan sebagai lumpur dalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. bila agregat halus mengandung lumpur lebih dari 1 %
maka harus dicuci.
3) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti
zat-zat reaktif alkali.
4) Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan mesin pengaus Los
Angelos, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50 %. Atau pengujian
bejana penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 ton, yang harus dipenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24 % berat.
b) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22 % berat.
5) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir beraneka ragam besarnya dan apabila
diayak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Sisa diatas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat.
b) Sisa diatas ayakan 4 mm harus berkisar 90 % dan 98 % berat.
Menurut peraturan di Inggris (British Standard) yang juga dipakai di Indonesia saat
ini (SK.SNI.T-15-1990-03), gradasi agregat kasar yang baik sebaiknya masuk dalam
batas-batas yang tercantum dalam Tabel 2.16.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
36

Tabel 2.16. Batas-Batas Gradasi Agregat Kasar


Lubang Ayakan
(mm)

Prosentase Berat butir Lewat ayakan Besar Butir


Maksimum (mm)
40
20

40
20
10
4,8
Indeks Permukaan fS

95-100
30-70
10-35
0-5

100
95-100
25-55
0-10

0,1175-0,265

0,275-0,330

Sumber : Murdock dan Brook, Bahan dan Praktek Beton, 1991.


2.2.4.

Sifat-Sifat Beton Segar

2.2.4.1. Kelecakan (Workability)


Kelecakan adalah sifat beton yang menentukan besar usaha dalam yang dibutuhkan
untuk memadapatkannya. RF Blank et al (1976) mendefinisikan kelecakan sebagai :
sekumpulan bahan yang mempunyai sifat dicampur kedalam adukan beton, kemudian
ditangani, ditransportasikan dan ditempatkan dengan kehilangan homogenitas yang
minim. Semuanya ini menunjukkan consistency, plasticity, cohesiveness, mobility dan
fluidity sebagai elemen-elemen dari kelecakan. Sehingga suatu adukan dapat
dikatakan cukup lecak jika memenuhi kriteria-kriteria tersebut.
Consistency artinya adukan harus mempunyai konsistensi / kekentalan yang cukup
sehingga selama proses pembentukan beton tidak berubah bentuk. Plasticity adukan
beton harus cukup plsatis (kondisi antara cair dan padat), sehingga dapat dikerjakan
dengan mudah tanpa perlu usaha tambahan ataupun terjadi perubahan bentuk pada
adukan. Cohesiveness adukan beton harus mempunyai gaya-gaya kohesi yang cukup
sehingga adukan, masih saling melekat, tidak terpecah menjadi unsur-unsurnya,
selama proses pengerjaan beton. Mobility artinya adukan harus mempunyai

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
37

kaemampuan untuk bergerak / berpindah tempat tanpa terjadi perubahan bentuk.


Fluidity artinya adukan harus mempunyai kemampuan untuk mengalir selama proses
penuangan, baik penuangan secara langsung maupun dengan menggunakan pompa
(pump concrete).
Perbandingan bahan-bahan maupun sifat bahan-bahan secara bersama-sama
mempengaruhi sifat kemudahan pengerjaan beton segar. Unsur-unsur yang
mempengaruhi sifat kemudahan pengarjaan beton menurut Kardyanto Tjokrodimulyo
(1996) antara lain :
a. Jumlah air yang dipakai dalam campran adukan beton. Makin banyak air dipakai
makin mudah beton itu dikejakan.
b. Penambahan semen kedalam campuran juga mempermudah cara pengerjaan
adukan betonnya, kerana pasti diikuti dengan bertambahnya air campuran untuk
memperoleh nilai faktor air semen tetap.
c. Gradasi campuran pasir dan kerikil. Bila campuran pasir dan kerikil mengikuti
gradasi yang telah disarankan oleh peraturan maka adukan beton akan mudah
dikerjakan.
d. Pemakaian butir-butir agregat yang bulat mempermudah cara pengerjaan beton.
e. Pemekaian butir maksimum kecil juga berpengaruh terhadap tingkat kemudahan
dikerjakan.
Tingkat kemudahan pengerjaan berkaitan erat dengan tingkat kelecakan (keenceran)
adukan beton. Makin cair adukan beton makin mudah cara pengerjaannya. Untuk
menjamin bahwa adukan yang dibuat cukup lecak, maka pada adukan dilakukan uji
lebih dahulu sebelum dituang. Uji kelecakan dilakukan dengan :
a. Uji nilai slump (slump test)
b. Uji faktor pemadatan (compacting factor test)
c. Waktu V-B (vebe time test).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
38

Uji nilai slump sudah biasa dilakukan, yaitu dengan mempergunakan kerucut
Abrams, pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (bestek) biasanya sudah dicantumkan
besar nilai slump yang diijinkan untuk suatu bagian pekerjaan. Tetapi hal ini hanya
dapat dipakai pada beton-beton yang standar, artinya kuat desaknya berkisar antara
125 kg/cm2 sampai dengan 275 kg/cm2, dimana faktor air semen berkisar 0,5-0,6
sehingga nilai slump masih dapat terukur. Untuk beton kuat desak tinggi, dimana
dipakai faktor air semen rendah (sekitar 0,3-0,4) akan menunjukkan nila slump yang
rendah sekali, bahkan kadang-kadang sama dengan nol. Untuk itu dipakai uji yang
lain, yaitu uji faktor pemadatan dan waktu V-B.
Tes slump menunjukkan nilai penurunan adukan beton yang dimasukkan kedalam
suatu kerucut terpancung. Nilai slump yang lebih tinggi menunjukkan bahwa adukan
beton mempunyai kekentalan yang rendah. Nilai slump yang diijinkan tergantung
pada pemakaian beton tersebut (balok, kolom, dinding, pelat dan lain-lainnya
mempunyai nilai slump ijin yang berbeda-beda). Nilai slump ijin terutama
dipengaruhi oleh derajat kesukaran dalam pelaksanaan cor adukan. Suatu bagian
struktur yang mempunyai tulangan rapat, ataupun suatu dinding tipis yang tinggi
disarankan menggunakan slump yang agak tinggi sehingga adukan menjadi lebih
nudah mengalir untuk mengisi seluruh bagian bekisting. Tentu saja mempertinggi
slump (dalam arti menambah air) harus diimbangi dengan menambah semen sehingga
faktor air semen tetap terjaga konstan pada faktor air semen yang telah direncanakan.
Komposisi (perbandingan) bahan campuran untuk tiap bagian struktur ini tetap harus
didasarkan pada rencana adukan yang telah dicoba pada awal pekerjaan. Rencana
adukan untuk suatu bagian tidak boleh dicampur aduk dengan rencana adukan untuk
bagian yang lain.
Faktor pemadatan menunjukkan nilai banding (ratio) antara berat adukan yang
dipadatkan sebagian dengan berat adukan beton yang dipadatkan penuh (full
compacted). Nilai faktor pemadatan yang tinggi menunjukkan bahwa adukan tersebut
mempunyai nilai kekentalan yang rendah (adukan encer). Waktu V-B menunjukkan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
39

waktu dalam detik yang dibutuhkan suatu adukan yang digetarkan ke dalam suatu
silinder untuk mencapai suatu kepadatan yang penuh. Nilai waktu V-B yang rendah
menunjukkan bahwa adukan tersebut mempunyai nilai kekentalan yang rendah
(adukan encer).
Suatu petunjuk terhadap hubungan antara faktor pemadatan, waktu V-B, nilai slump,
dan tingkat kelecakan diberikan dalam Tabel 2.17, ini hanya boleh dianggap sebagai
suatu hubungan umum, karena jenis agregat halus dan faktor-faktor lain dapat
mempunyai pengaruh yang menonjol.
Tabel 2.17. Hubungan Antara Slump, Factor Pemadatan, Waktu V-B Dan Tingkat
Kelecakan Beton Dari Agregat Normal
Tingkat

Nilai Slump

Faktor

Waktu V-B

Kelecakan

(mm)

Pemadatan

(detik)

0,78

12-20

Rendah

0-25

0,85

8-12

Sedang

25-20

0,92

3-6

Tinggi

60-150

0,95

1-3

Sangat rendah

Sumber : Lydon. Concrete Mix Design, 1982


2.2.4.2

Pemisahan butiran (Segresi)

Pemisahan butiran adalah peristawa pemisahan bahan-bahan susun dari suatu


campuran yang terdiri dari beberapa jenis bahan susun, sehingga penyebaran bahanbahan susun di dalam campuran menjadi tidak merata.
Pada adukan beton, perbedaan ukuran bahan-bahan susun (dan kadang-kadang berat
satuan bahan) merupakan penyebab utama terjadinya pemisahan butiran, tetapi hal ini

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
40

dapat diatasi dengan pemakaian gradasi agregat yang sesuai dan penanganan adukan
yang seksama, baik pada saat pencampuran, pengangkutan, penuangan, maupun
pemadatan.
Ada dua bentuk pemisahan butiran yang dapat terjadi, yaitu yang pertama adalah
kecenderungan bahan susun kasar untuk memisah yang disebabkan pemakaian talang
cor yang terlalu panjang pada saat penuangan adukan beton. Sebagai akibat
perbedaan berat satuan bahan susun, hal ini akan menyebabkan tiap-tiap bahan susun
mempunyai kecepatan alir yang berbeda yang berarti yang berarti bahan susun yang
lebih berat akan berjalan lebih cepat dibandingkan bahan susun yang lebih ringan.
Pemisahan butiran ini juga dapat terjadi pada adukan beton dalam jumlah yang besar
yang didiamkan untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga bahan agregat yang
mempunyai berat satuan yang lebih besar dibanding pasta semen akan mengendap ke
bawah. Jika faktor air semen sangat rendah, daya kohesi pasta semen akan berkurang
karena adukan ceenderung akan menggumpal. Kejadian ini disebut pemisahan butiran
kering.
Bentuk yang kedua terjadi terutama pada adukan basah, yang diperlihatkan dengan
pemisahan pasta semen dari bahan agregatnya. Hali ini terjadi karena faktor air semen
yang terlalu tinggi sehingga daya kohesi pasta semen akan berkurang dan tidak dapat
mengikat bahan agregat untuk tetap pada posisinya pada saat diangkat, diangkut,
dituang dan di dipampatkan. Kejadian ini disebut pemisahan butiran basah.
Jelas bahwa peristiwa pemisahan butiran juga dipengaruhi oleh kohesivitas
campuran, yang pada adukan beton akan tergantung pada jenis permukaan, berat
satuan, gradasi bahan agregat, faktor air semen, dan lain-lain. Sehingga kemungkinan
terjadinya peristiwa pemisahan butiran merupakan kebalikan dari kohesivitas.
Adukan yang kohesif dalam arti terdapat ikatan yang kompak antar bahan susun
menunjukkan campuran yang lebih stabil dan kemungkinan terjadi pemisahan butiran
lebih kecil.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
41

Pada suatu campuran dimana gradasi agregat menunjukkan kandungan agregat kasar
yang lebih besar dibanding agregat halus juga akan memperbesar kemungkinan
terjadinya pemisahan butiran, selain juga mengakibatkan turunnya kelecakan serta
menghasilkan permukaan beton yang kasar.
2.2.4.3. Pemisahan air (Bleeding)
Pemisahan air yang dikenal juga dengan water gain adalah naiknya air dari pasta
semen ke permukaan beton. Pemisahan air terjadi karena adanya pemampatan yang
berlebihan. Akibat dari pemampatan yang berlebihan ini bahan agregat akan turun
kebagian bawah adukan dan pasta semen naik ke bagian atas. Tekanan pori di dalam
adukan juga akan sedemikian besar sehingga air yang ada akan terdesak keluar dan
mengumpul di bagian atas beton sebagai permukaan yang kelihatan mengkilat.
Sebagai akibat adanya pemisahan air ini, bagian atas akan menjadi sangat basah /
lembek, dan jika air ini hilang akibat adanya pengaruh luar, maka akan didapat suatu
beton yang sangat berpori terhadap air. Jika penguapan air (terutama pada daerah
tropis) lebih cepat dari derajat pemisah air, maka akan terjadi retak-retak pada beton.
2.2.5.

Sifat-Sifat Beton Keras

2.2.5.1. Kekuatan (Strength)


Kekuatan beton adalah sifat beton dalam tegangan-tegangan yang timbul tanpa terjadi
suatu kerusakan yang berarti. Sesungguhnya kekuatan beton tidak mungkin
melampaui kekuatan bahan agregatnya sendiri, meski sangat sulit menguji kekuatan
bahan agregat. Kekuatan yang dimaksud disini terutama adalah kuat desak, kuat tarik,
kuat geser dan kuat lentur. Kuat desak beton merupakan suatu sifat beton yang paling
penting, untuk meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya ditinjau kuat
desaknya saja.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
42

Nilai kuat desak beton didapatkan melalui cara-cara pengujian standar, menggunakan
mesin uji dengan cara memberikan beban desak bertingkat dengan kecepatan
penigkatan bahan tertentu atas benda uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300
mm) sampai hancur. Kuat desak masing-masing benda uji ditentukan oleh tegangan
desak tertinggi (fc) yang dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban desak selama
pengujian. Di Indonesia, dengan mengikat berbagai petimbangan teknis dan
ekonomis, masih memperbolehkan menggunakan benda uji berbentuk kubus,
umumnya berisi 150 mm, sebagai alternatif dari bentuk silinder. Dengan demikian
penting untuk disadari adanya perbedaan hasil pengujian dari kedua bentuk bentuk
benda uji sehubungan dengan gambaran kekuatan beton yang ingin diketahui.
Merupakan hal yang sulit untuk dapat merumuskan secara tepat hubungan nilai
kekuatan yang dihasilkan oleh kedua bentuk benda uji tersebut. Untuk beton berat
normal PBI 1971 menggunakan nilai 83 % untuk kubus berisi 150 mm dan 87 %
untuk kubus berisi 200 mm apabila dibandingkan dengan silinder diameter 150 mm
dan tinggi 300 mm.
Pada umumnya kekuatan beton untuk suatu adukan dipengaruhi oleh faktor air semen
(nilai banding air dan semen yang dipergunakan). Perbedaan kekuatan pada suatu
faktor air semen yang sudah tertentu mungkin diakibatkan oleh :
a.

Jenis semen yang dipergunakan.

b.

Tipe dan jenis pozzolan yang mungkin ditambahkan.

c.

Bentuk dan kondisi permukaan batuan.

d.

Jenis / kekerasan batuan.

e.

Gradiasai batuan.

f.

Kandungan udara yang mungkin ada.

g.

Pemakaian bahan tambah (admixture) yang akan mempengaruhi proses hidrasi.

Seluruh faktor ini harus diperhitungkan dalam merencanakan perbandingan campuran


agar hasil yang didapat dapat mendekati dengan kenyataan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
43

2.2.5.2. Ketahanan (Durability)


Struktur beton harus mampu menghadapi kondisi dimana dia direncanakan tanpa
kehancuran (deteroriate), selama jangka waktu beberapa tahun. Beton yang demikian
disebut mempunyai ketahanan yang tinggi (durable). Kurangnya ketahanan dapat
disebabkan pengaruh luar seperti pengaruh fisik, kimiawi maupun mekanis, misalnya
pelapukan oleh cuaca, perubahan temperatur yang drastis. Abrasi, aksi elektrolisa,
serangan oleh cairan atau gas alamiah maupun industri. Besarnya kerusakan yang
ditimbulkan sangat tergantung pada kwalitas beton, meskipun pada kondisi yang
ekstrim beton yang terlindung dengan baikpun akan mengalami kehancuran.
Secara umum, ketahanan beton bertambah bila permeabilitasnya berkurang. Penting
untuk mempertimbangkan lingkungan dimana beton akan dipakai dan memilih
proposi campuran yang akan memastikan pemadatan sempurna pada faktor air semen
yang sesuai.
Penyebab dari dalam adalah reaksi alkali-agregat, perubahan volume akibat
perbedadan besar sifat thermal dari agregat terhadap pasta, dan yang lebih penting
adalah permeabilitasnya. Yang terakhir ini sangat menentukan mudahnya beton
mendapat serangan dari luar.
Hancurnya beton jarang disebabkan oleh penyebab tunggal. Beton dapat memuaskan
meskipun menghadapi serangan, namun bila ada tambahan suatu faktor buruk lagi
kerusakan dapat terjadi. Untuk sebab ini, kadang-kadang sukar untuk menentukan
penyebab utama, tetapi mutu beton secara umum merupakan faktor penting.
Umur efektif dari beton dapat menjadi singkat dari semestinya, apabila dipengaruhi
oleh:
a. Cuaca (weathering).
b. Air yang agresif.
c. Pengikisan pada bangunan keairan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
44

d. Kehancuran mekanis.
2.2.6. Perawatan Beton
Jika dibiarkan campuran beton segar akan mengalami pengikatan dan pengerasan.
Proses pengikatan dan pengerasan campuran terjadi karena reaksi kimia antara semen
dengan air atau hidrasi. Hidrasi dapat berlangsung dalam waktu yang panjang,
sehingga campuran beton selalu bertambah keras sesuai dengan umurnya. Hidrasi
antara semen dan air ditentukan oleh jumlah air yang tertahan atau jenuh selama
pengerasan, Jumlah air yang tertahan harus memberikan jaminan tentang selalu
adanya air dalam campuran beton untuk memungkinkan kelanjutan hidrasi antara
semen dengan air.
Jaminan dirasakan perlu mengingat penguapan air pada campuran beton selama
pengikatan dan pengerasan akan selalu terjadi. Penguapan air pada campuran beton
yang prematur akan menyebabkan kehilangan air yang cukup berarti. Hal ini akan
menyebabkan terhentinya reaksi hidrasi sehingga peningkatan kekuatan beton akan
terhenti pula. Kehilangan air dapat menyebabkan hidarsi yang terlalu cepat sehingga
terjadi penyusutan kering, pada beton yang sudah mengeras, gejalanya berupa susutsusut permukaan beton yang menyebabkan retak-retak.
Penguapan prematur air pada campuran beton dapat dicegah dengan memberikan
perawatan (curing) sesudah pencampuran dan pengecoran. Perawatan beton
merupakan usaha untuk membuat jumlah air dalam campuran beton terjaga selama
masa pengikatan dan

pengerasan beton. Prinsip perawatan beton adalah

mempertahankan beton supaya terus-menerus kedap air atau tetap basah selama
beberapa hari setelah percampuran dan pengecoran atau pada beton umur muda,
sehingga diharapkan jumlah air yang tertahan masih tersedia untuk dipakai
melanjutkan reaksi hidrasi kimia antara semen dengan air.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
45

Menurut Paulus Nugroho (1989), perawatan yang umum digunakan dapat dibagi
menjadi tiga macam, yaitu :
a. Cara terus memberi air (perendaman), dilakukan dengan merendam beton untuk
menjaga kejenuhan dan suhu air dalam beton.
b. Cara mencegah hilangnya air dalam permukaan (pelembaban), dilakukan dengan
memasang lapisan goni jenuh air pada permukaan beton sehingga penguapan air
dalam beton dapat dicegah.
c. Cara mempercepat dicapainya kekuatan dengan memberi panas (penguapan),
dilakukan dalam ruang tertutup dengan suhu tertentu. Kemudian dipasang lapisan
penutup pada permukaan beton supaya panas dan kelembaban tidak hilang.
Umur perawatan tergantung pada jenis semen dan cuaca. Umur perawatan biasanya
dilakukan berdasarkan interval waktu tertentu setelah pengecoran. Waktu beton kurus
(lean) yang mengandung semen pozzolan untuk bangunan air seperti bendungan
umur perawatan bisa tiga minggu. Sebaliknya untuk beton kaya (rich) yang
mengandung semen tipe I, II, III hanya tiga hari umur perawatanya. Karena
perawatan memperbaiki mutu beton, secara umum semakin lama umur perawatan
semakin baik kualitas beton.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

BAB 3
METODE PENELITIAN

Dikerjakan Oleh :
YUDDHY SETYANTO

commit to user

( I 8707062 )

45
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan Dan Konstruksi Teknik Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, pada tanggal 1 November 2010
sampai selesai.
3.2. Metodelogi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perbandingan
(comparative) dengan mengadakan percobaan uji laboratorium untuk mendapatkan
suatu hasil yang memberikan gambaran tentang sifat-sifat agregat dan kuat desak
beton. Kemudian membandingkan untuk dipilih metode yang lebih memberikan
keuntungan dari segi kemudahan pengerjaan dan nilai ekonomis beton dengan
memperlakukan batasan-batasan yang sama pada setiap metode rancang campur
tersebut. Sebagai variabel bebas adalah metode rancang campur dan kuat desak
beton, sedangkan variabel tak bebas adalah nilai ekonomisnya.
3.3. Tahapan Penelitian
Dalam usaha mendapatkan hasil dari tujuan penelitian maka penelitian itu
dilaksanakan dengan mengadakan pengujian di laboratorium terhadap sampel uji.
Adapun tahap-tahap penelitian sebagai berikut :
a.

Tahap I
Persiapan bahan dan peralatan untuk pengujian bahan dasar beton (agregat).

b.

Tahap II
Tahap pengujian bahan dasar beton yaitu agregat halus dan agregat kasar.
commit to user

46
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c.

Tahap III
Merupakan tahap perhitungan rancang campur beton dengan dua metode yang
berbeda yaitu SK SNI dan ACI, berdasarkan mutu beton 22,5 MPa, 25 MPa
dan 27,5 MPa

d.

Tahap IV
Merupakan tahap pembuatan dan uji campuran berdasarkan hasil perhitungan
rancang campur, langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a) Pembuatan campuran beton dan uji slump.
b) Pembuatan benda uji, perawatan dan pengujian kuat desak beton.

e.

Tahap V
Dilakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh dari tahap-tahap sebelumnya
yang meliputi analisis kuat desak, kemudahan pengerjaan dan harga satuan
bahan susun beton untuk mencari nilai ekonomis dan kemudian ditarik
kesimpulan.

Untuk lebih jelasnya tahapan secara skematik ditampilkan dalam bentuk bagan
seperti pada Gambar 3.1.

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Tahap I

Semen
Air

Agregat halus
Agregat kasar

commit to user

47
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

B
Uji bahan

Tahap II

Rencana campuran beton


1. SK SNI T-15-1990-03
2. A C I
Dengan mutu beton :
1. 22,5 MPa
2. 25 MPa
3. 27,5 MPa

Perhitungan proporsi campuran berdasarkan fas yang sesuai dengan kekuatan target
untuk membandingkan kedua metode rancang campur.

Tahap III

Pembuatan adukan beton

Pembuatan benda uji kuat desak


Perawatan
Tes kuat desak

Tahap IV
Analisa harga

Analisa data

Kesimpulan

Selesai
Tahap V
Gambar 3.1.commit
Bagan to
Tahapan
user Penelitian

Uji slump

48
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.3.1.

Pengujian Bahan Dasar Beton

Sebelum bahan digunakan untuk campuran beton, terlebih dahulu dilakukan


pengujian untuk mengetahui apakah bahan layak digunakan atau tidak. Pengujian
bahan hanya dilakukan pada agregat (halus dan kasar), bahan bahan lain seperti
air dan semen sudah dianggap memenuhu syarat.
3.3.2.

Pengujian agregat halus

Pengujian agregat halus sesuai dengan ASTM dan spesifikasi bahan menurut
ASTM, BS dan PBI 1971. Standart pengujian agregat halus sebagai berikut :
a. ASTM C 40

: Standar pengujian untuk tes kandungan zat organik pasir

b. ASTM C 117

: Standar pengujian kandungan lumpur dalam pasir

c. ASTM C 556

: Standar pengujian kadar air

d. ASTM C 29

: Standar pengujian berat isi

e. ASTM C 128

: Standar pengujian spesifik gravity untuk pasir

f. ASTM C 138

: Standar pengujian analisa saringan pasir

a.

Pemeriksaan zat organik pasir

Pasir biasanya diambil dari sungai ataupun tempat lain yang mengandung kotoran,
kotoran bisa berupa lumpur atau zat organik. Pasir dalam adukan beton tidak boleh
mengandung zat organik yang melampaui ambang batas, karena akan menurunkan
kualitas beton.
1)

Tujuan pengujian
Tujuan pengujian ini untuk mengetahui prosentase kadar zat organik dalam
pasir berdasarkan Tabel perubahan warna Prof. Ir. Roosseno.

2)

Alat dan bahan


a) Gelas ukuran 250 cc
b) Oven
c) Pasir
d) Larutan NaOH 3%

3)

Pelaksanaan pengujian
a) Mengambil pasir secukupnya, dioven dengan suhu 110o C selama 24 jam
commit to user

49
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b) Memasukkan pasir yang telah kering oven kedalam gelas ukur 250 cc,
sebanyak kurang lebih 130 cc.
c) Menuangkan larutan NaOH 3% ke dalam gelas ukur sehingga volume
pasir dan larutan menjadi 200 cc, kemudian dikocok selama 5 menit dan
dibiarkan selama 24 jam.
d) Setelah 24 jam amati perubahan yang terjadi merupakan indikasi
prosentase kadar zat organik dalam pasir.
e) Membandingkan warna larutan hasil pengamatan dengan Tabel 3.1
Tabel 3.1. Hubungan Perubahan Warna dengan
Roosseno
Warna Larutan
Jernih
Kuning muda
Kuning tua
Kuning kemerahan
Coklat kemerahan
Coklat tua

Kadar Organik dari Prof. Ir.

Kadar organik
0%
0 % - 10 %
10 % - 20 %
20 % - 30 %
30 % - 50 %
50 % - 100 %

Sumber : Prof. Ir. Roosseno


b.

Pengujian kadar lumpur dalam pasir

Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi pasir sebagi bahan beton adalah
kandungan lumpur dalam pasir tidak boleh melebihi dari 5 % berat keringnya.
Pengertian lumpur disini adalah bagian pasir yang lolos ayakan 0,063 mm. Apabila
kadar lumpur lebih dari 5 % maka pasir harus dicuci sebelum digunakan dalam
campuran beton. Hal ini diatur dalam PBI NI-2-1971.
1)

Tujuan pengujian
Untuk mengetahui kandungan lumpur dalam pasir.

2)

Alat dan bahan


a) Gelas ukur 250 cc
b) Oven
c) Cawan
d) Neraca

commit to user

50
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

e) Pipet
f) Pasir 100 gram
g) Air bersih
3)

Pelaksanaan pengujian
a) Mengambil pasir kering yang telah dioven selam 24 jam dengan suhu 110o
C seberat 100 gram (A).
b) Mencuci pasir dengan gelas bersih yaitu memasukkan pasir ke dalam
gelas ukur 250 cc dan menambahkan air bersih hingga permukaan air
setinggi 12 cm di atas muka pasir, kemudian dikocok 10 kali lalu
didiamkan selama kurang lebih 2 menit. Air yang kotor dibuang tanpa ada
pasir yang ikut terbuang, langkah ini dilakukan sampai air tampak jernih.
c) Menuangkan pasir ke dalam cawan alumunium kemudian membuang sisa
air dengan pipet, setelah itu pasir dikeringkan dalam oven bersuhu 110o C
selam 24 jam.
d) Mengambil pasir yang telah kering oven dan dibiarkan dingin hingga
mencapai suhu ruang dan menimbangnya (B).
e) Menghitung prosentase kadar lumpur dalam pasir (X) Persamaan 3.1.
X=

x 100 %

c.

Pengujian kadar air pasir

1)

Tujuan pengujian
Untuk mengetahui besarnya kadar air yang terkandung dalam pasir.

2)

Alat dan bahan


a) Cawan
b) Neraca
c) Oven
d) Cetok
e) Pasir

3)

Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan pasir ke dalam cawan sebanyak 500 gram (A) dengan
menggunakan cetok.

commit to user
b) Pasir dikeringkan dalam oven dengan suhu 110o C selama 24 jam.

51
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c) Menimbang pasir kering oven (B)


d) Menghitung prosentase kadar air dalam pasir (Y) dengan Persamaan 3.2.
Y=

x 100 %

d.

Pengujian berat isi pasir

1)

Tujuan pengujian
Untuk mengetahui berat persatuan volume pasir.

2)

Alat dan bahan


a) Silinder baja diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
b) Tongkat baja diameter 16 mm panjang 60 cm
c) Pasir kering oven

3)

Pelaksanaan pengujian
a) Pasir dimasukkan ke dalam silinder baja sebanyak tiga lapis. Tiap lapis
1/3 dari tinggi silinder ditumbuk dengan tongkat baja sebanyak 25 kali
hingga penuh.
b) Permukaan diratakan
c) Kemudian ditimbang dan hasilnya dicatat.
d) Berat isi pasir dihitung dengan rumus Persamaan 3.3.
Berat isi =

x 100 %

e.

Pengujian specific grafity dan absorbsi agregat halus

1)

Tujuan pengujian
a) Untuk mengetahui harga bulk dry specific grafity yaitu berat jenis pasir
dalam keadaan kering dengan volume keseluruhan.
b) Untuk mengetahui specific grafity SSD, yaitu berat jenis pasir dalam
kondisi jenuh kering permukaan.
c) Untuk mengetahui apparent specific grafity, yaitu harga perbandingan
berat pasir kering dengan volume pasir kering.
d) Untuk mengetahui absorbtion, yaitu besarnya air yang diserap oleh pasir.

2)

Alat dan bahan


a) Volumetrik flask

commit to user

52
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b) Neraca
c) Oven
d) Conical mould
e) Pemadat
f) Pasir
g) Air bersih
3)

Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan pasir kering sebanyak 1000 gram.
b) Pemeriksaan kondisi SSD (jenuh kering permukaan). Pasir dibasahi air
secukupnya dimasukkan dalam conical mould 1/3 bagian ditumbuk 10
kali, tambahkan pasir hingga 2/3 bagian ditumbuk 10 kali, kemudian
ditambah pasir lagi hinnga penuh dan ditumbuk 10 kali. Angkat conical
mould dan ukur penurunan pasir yang terjadi. Kondisi SSD tercapai bila
tinggi penurunan pasir yang terjadi mencapai dari tinggi conical mould.
c) Bila pasir belum dalam kondisi SSD, maka pasir perlu diangin-anginkan
terlebih dahulu dan kemudian diadakan pengujian seperti langkah
sebelumnya.
d) Bila pasir sudah dalam kondisi SSD, ambil sebanyak 500 gram (A) dan
masukkan dalam volumetrik flask dan direndam selama 24 jam.
e) Setelah 24 jam, timbang berat volumetrik + pasir + air (B), pasir diambil
dan ditimbang berat volumetrik + air (C). Kemudian pasir dioven selama
24 jam dan setelah itu ditimbang beratnya (D).
f) Menganalisis hasil percobaan dengan rumus-rumus Persamaan sebagai
berikut :
Bulk specifik grafity pasir =

(3.4)

Bulk specifik grafity SSD =

(3.5)

Appearent specifik grafity =

(3.6)

Absorbtion =

(3.7)

x 100commit
%
to user

53
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

f.

Pengujian gradasi agregat halus

1)

Tujuan
Untuk mengetahui variasi diameter butiran pasir dan modulus kehalusannya.

2)

Alat dan bahan


a) Satu set saringan dengan variasi diameter lubang 9,5 mm ; 4,75 mm ; 2,36
mm ; 1,18 mm ; 0,6 mm ; 0,3 mm ; 0,15 mm dan PAN.
b) Neraca
c) Mesin penggetar
d) Pasir kering oven

3)

Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan pasir 3000 gram.
b) Memasang saringan sesuai dengan urutan besar diameter lubang dan yang
terbawah adalah PAN.
c) Meemasukkan pasir ke dalam saringan teratas kemudian tutup rapat-rapat.
d) Pasang saringan pada mesin penggetar lalu getarkan selama 5 menit.
e) Memindahkan pasir yang tertinggal dalam saringan ke cawan dan
ditimbang
f) Menganalisis modulus kehalusan dengan rumus Persamaan 3.8.
Modulus kehalusan pasir =

(3.8)

Keterangan : a = Jumlah prosentase berat pasir yang tertinggal kumulatif.


b = Jumlah prosentase berat pasir yang tertinggal.

3.3.2.1.

Pengujian agregat kasar

Pengujian agregat halus ssuai dengan ASTM dan spesifikasi bahan menurut
ASTM, BS dan PBI 1971. Standart pengujian agregat halus sebagai berikut :
a.

ASTM C 127 : Standar pengujian spesifik gravity untuk agregat kasar

b.

ASTM C 136 : Standar pengujian gradasi agregat kasar

c.

ASTM C 556 : Standar pengujian kadar air

d.

commit toberat
userisi
ASTM C 29 : Standar pengujian

54
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

e.

ASTM C 131 : Standar pengujian keausan agregat kasar

a.

Pengujian kadar air agregat kasar

1)

Tujuan pengujian
Untuk mengetahui besarnya kadar air yang terkandung dalam batu pecah

2)

Alat dan bahan


a) Cawan
b) Neraca
c) Oven
d) Cetok
e) Batu pecah

3)

Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan batu pecah ke dalam cawan sebanyak 500 gram (A) dengan
menggunakan cetok.
b) Batu pecah dikeringkan dalam oven dengan suhu 110o C selama 24 jam.
c) Menimbang batu pecah kering oven (B)
d) Menghitung prosentase kadar air dalam batu pecah (Y) dengan Persamaan
3.9.
Y=

x 100 %

(3.9)

b.

Pengujian berat isi batu pecah

1)

Tujuan pengujian
Untuk mengetahui berat persatuan volume agregat kasar

2)

Alat dan bahan


a) Silinder baja diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
b) Tongkat baja diameter 16 mm panjang 60 cm
c) Batu pecah kering oven

3) Pelaksanaan pengujian
a) Batu pecah dimasukkan ke dalam silinder baja sebanuak tiga lapis. Tiap
lapis 1/3 dari tinggi silinder ditumbuk dengan tongkat baja sebanyak 25
kali hingga penuh.

commit to user

55
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b) Permukaan diratakan
c) Kemudian ditimbang dan hasilnya dicatat.
d) Berat isi agregat kasar dihitung dengan Persamaan 3.10.
Berat isi =

x 100 %

c.

Pengujian specific grafity dan absorbsi agregat kasar

1)

Tujuan pengujian

(3.10)

a) Untuk mengetahui harga bulk dry specific grafity yaitu berat jenis batu
pecah dalam keadaan kering dengan volume keseluruhan.
b) Untuk mengetahui specific grafity SSD, yaitu berat jenis batu pecah dalam
kondisi jenuh kering permukaan.
c) Untuk mengetahui apparent specific grafity, yaitu harga perbandingan
berat batu pecah kering dengan volume batu pecah kering.
d) Untuk mengetahui absorbtion, yaitu besarnya air yang diserap oleh batu
pecah.
2)

Alat dan bahan


a) Bak air
b) Container
c) Neraca
d) Oven
e) Cawan
f) Batu pecah
g) Air bersih

3)

Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan sampel batu pecah kering sebanyak 3000 gram (A).
b) Sampel dicuci dan dikeringkan dalam oven selama 24 jam.
c) Sampel diambil dan disiamkan hingga mencapai suhu kamar, kemudian
ditimbang sebanyak 3000 gram.
d) Sampel direndam ke dalam air selama 24 jam.
e) Menimbang batu pecah dalam container yang terendam dalam bak air,
dimana container tergantung pada neraca.
commit to user

56
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

f) Mengeringkan permukaan batu pecah (keadaan SSD) dengan kain lap dan
ditimbang beratnya.
g) Menimbang berat container dalam air.
h) Mencatat hasil penimbangan.
i) Menganalisis hasil percobaan dengan rumus-rumus Persamaan :
Bulk specifik grafity =

(3.11)

Bulk specifik grafity SSD =

(3.12)

Appearent specifik grafity =

(3.13)

Absorbtion =

(3.14)

x 100 %

Keterangan : A = Berat batu pecah kering oven


B = Berat batu pecah dalam keadaan SSD
C = Berat batu pecah dalam air
d.

Pengujian gradasi agregat kasar

1)

Tujuan
Untuk mengetahui variasi diameter agregat kasar dan modulus kehalusannya.

2)

Alat dan bahan


a) Satu set saringan dengan variasi diameter lubang 38 mm ; 19 mm ; 9,5
mm ; 4,75 mm ; 2,36 mm ; 1,18 mm ; 0,6 mm ; 0,3 mm ; 0,15 mm dan
PAN.
b) Sikat
c) Kuas
d) Neraca
e) Mesin penggetar
f) Batu pecah

3)

Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan batu pecah 3000 gram.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

57
digilib.uns.ac.id

b) Memasang saringan sesuai dengan urutan besar diameter lubang dan yang
terbawah adalah PAN.
c) Meemasukkan batu pecah ke dalam saringan teratas kemudian tutup rapatrapat.
d) Pasang saringan pada mesin penggetar lalu getarkan selama 5 menit.
e) Menimbang batu pecah yang tertinggal pada tiap-tiap ayakan
f) Menganalisis modulus kehalusan dengan Persamaan 3.15.
Modulus kehalusan kerikil =

(3.15)

Keterangan :
a = Jumlah prosentase berat batu pecah yang tertinggal kumulatif.
b = Jumlah prosentase berat batu pecah yang tertinggal.

e.

Pengujian keausan agregat kasar

Agregat kasar harus tahan terhadap daya aus, disyaratkan kehilangan bagian karena
gesekan lebih kecil dari 27 % berdasarkan pengujian dengan bejana Los Angelos.
1)

Tujuan pengujian
Untuk mengetahui daya tahan agregat kasar terhadap gesekan.

2)

Alat dan bahan


a) Bejana Los Angelos dan bola-bola baja
b) Saringan dan neraca
c) Batu pecah

3)

Pelaksanaan pengujian
a) Menyiapkan agregat kasar dengan diameter dan berat berdasarkan pada
tabel susunan butir contoh yang telah diuji, jumlah bola-bola yang dipakai
dan jumlah putaran mesin tiap pengujian.
b) Mencuci batu pecah lalu dioven dengan suhu kurang lebih 100o C selama
24 jam kemudian ditimbang (a).
c) Memasukkan benda uji ke dalam bejana Los Angelos bersama bola gesek
baja 11 butir, bejana ditutup dan diputar dengan kecepatan putaran
permenit, putaran sebanyak 500 putaran.
d) Mengayak benda uji dengan
saringan
diameter 2,00 mm.
commit
to user

58
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

e) Menahan benda uji yang tertahan saringan 2,00 mm dengan ketelitian


mencapai gram (b)
f) Menganalisis prosentase berat sampai yang hilang dengan Persamaan
3.16.
Prosentase berat sampel yang hilang =

3.3.3.

x 100 %

(3.16)

Produksi Beton dari Hasil Rancang Campur

3.3.3.1. Pembuatan campuran beton


a.

Tujuan
Membuat campuran beton berdasarkan analisis dari rancang campur yang
telah dibuat sebelumnya.

b.

Peralatan
1) Timbangan 100 kg
2) Takaran air
3) Ember dan cetok
4) Molen

c.

Bahan
1) Air
2) Semen portland tipe I
3) Pasir
4) Batu pecah

d.

Prosedur pelaksanaan
1) Menyiapkan semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan
2) Molen diisi air secukupnya tapi hanya sekedar membasahi molen
tersebut
3) Memasukkan semua batu pecah dan bagian air
4) Setelah semua permukaan batu pecah terbasahi air dengan rata,
kemudian memasukkan semen dan disusul dengan pasir
5) Memasukkan sisa air, aduk hingga homogen seketar 3-5 menit,
campuran tersebut dapat dikeluarkan dari molen
commit to user

59
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.3.3.2. Pengukuran slump


a.

Tujuan
Menentukan besarnya slump pada campuran beton segar.

b.

Peralatan
1) Cetakan kerucut terpancung diameter atas 100 mm, diameter bawah 200
mm dan tinggi 300 mm.
2) Perojok baja diameter 16 mm dan panjang 600 mm
3) Pelat alas 600 x 600 mm
4) Mistar ukur

c.

Bahan
Beton dalam kondisi segar

d.

Prosedur pelaksanaan
1) Cetakan slump ini harus dipegang secara mantap oleh operator
2) Adonan beton segar dimasukkan dalam alat pengukur slump di atas alat
pelat yang telah dibasahi terlebih dahulu, dalam tiga bagian dengan
masing-masing kedalaman 67 mm, dan kedalaman 155 mm
3) Setiap bagian dirojok masing-masing 25 kali dengan alat perojok.
Perojokkan harus dilakukan secara merata disetiap luasan permukaan.
4) Rojokkan pada lapisan kedua haeus sampai pada kedalaman lapisan
pertama paling atas, demikian juga lapisan ketiga.
5) Setelah penuh permukaannya diratakan
6) Secara perlhan alat pengukur slump diangkat dalam vertikal dengan
tinggi 300 mm dengan angkatan yang mantap tanpa adanya goyangan.
7) Segera ukur penuruna yang terjadi dengan meletakkan alat pengukur
slump dis sebelah adonan beton tersebut sebagai acuan pengukuran
tinggi slump.
8) Pengukuran besarnya slump yang terjadi dihitung dari atas ke bawah
sampi ke pusat dari lapisan atas adonan beton tersebut.

commit to user

60
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.3.3.3. Pembuatan benda uji


a.

Tujuan
Mencetak adonan beton pada cetakan silinder diameter 150 mm, tinggi 300
mm dan kubus ukuran 150 x 150 x 150 mm.

b.

Peralatan
1) Cetakan silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm dan kubus ukuran 150
x 150 x 150 mm.
2) Perojok baja diameter 16 mm dan panjang 600 mm
3) Cetok

c.

Bahan
Beton segar

d.

Prosedur pelaksanaan
1) Adonan beton dimasukkan dalam cetakan cetakan silinder atai kubus
pada tempat yang rata, dindingnya dibasahi dulu dengan pelumas agar
mempermudah mengeluarkan benda uji dari cetakan.
2) Alat cetakan harus dipegang dengan mantap oleh operator.
3) Adonan segar ini dimasukkan dalam alat pencetak benda uji dalam tiga
bagian yang tingginya masing-masing sama.
4) Setiap lapisan dirojok masing-masing 25 kali dengan alat perojok.
Perojokan dilakukan dengan merata di setiap luasan permukaan, dan
dilakukan dengan tepat vertikal.
5) Rojokkan pada lapisan kedua harus sampai pada lapisan pertama paling
atas, demikian pula lapisan ketiga.
6) Setelah penuh permukaanya diratakan.

3.3.4.
a.

Perawatan Benda Uji


Tujuan
Perawatan benda uji setelah dikeluarkan dari cetakan sampai hari pengetesan
bertujuan untuk mencegah penguapan air secara berlebihan selama proses
hidrasi semen.

b.

Peralatan dan bahan


1) Karung goni

commit to user

61
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2) Air tawar
3) Benda uji
c.

Prosedur pelaksanaan
1) Benda uji harus segera dirawat setelah 24 jam dari percetakan
2) Menyelimuti benda uji dengan karung goni yang telah dibasahi air tawar
sampai hari pengetesan

3.3.5.
a.

Pengujian Kuat Desak Beton


Tujuan
Untuk mengetahui keuat desak hancur dari silinder yang mewakili spesimen
rancang campur beton.

b.

Peralatan dan bahan


1) Universal Testing Machine (UTM)
2) Benda uji

c.

Prosedur pelaksanaan
1) Membersihkan benda uji dan tempat untuk meletakkan benda uji pada alat
test
2) Benda uji dipasang pada permukaan pertengahan konsentris benda uji dari
alat test.
3) Mesin dihidupkan, pendesak dimulai, terlihat jarim penunjuk pada dial
bergerak sesuai dengan besarnya pembebanan.
4) Lihat dan catat pembacaan kemampuan hancur dari benda uji.

Untuk mendapatkan besarnya kuat hancur dari benda uji tersebut dilakukan
perhitungan dengan Persamaan 3.17.
(3.17)

fci =
Keterangan : fci

= kuat desak beton salah satu benda uji (N/mm2)

= beton desak maksimum (N)

Ac

= luas permukaan benda uji terdesak (mm2)

commit to user

62
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3.4. Sumber Data


Data yang diperoleh dengan cara pengujian dan pengukuran (primer) adalah sifatsifat agregat (gradasi, kadar air, kadar lumpur, modulus halus, berat jenis dan lainlain), nilai slump dan kuat desak beton. Sedangkan data yang bukan hasil
pengamatan langsunh atau yang diperoleh dari pihak ketiga (sekunder) adalah data
harga bahan bangunan dari DPU Kodia Surakarta dan data-data lain dari buku
referensi.
3.5

Teknik Analisis Data

Data primer dan data sekunder dikumpulkan untuk kemudian dipilih data yang
diperlukan serta diolah dan dianalisa dengan menggunakan analisa statistik dari
hasil pengujian nilai slump dan kuat desak beton. Untuk nilai ekonomis dilakukan
dengan analisa harga satuan berdasarkan harga bahan bangunan di Kodia
Surakarta. Dari hasil analisis tersebut kemudian dibandingkan akibat penggunaan
beda metode rancang campur sehingga dapat diketahui metode yang lebih memberi
keuntungan apabila ditinjau dari segi kekuatan dan nilai ekonomis. Dengan
melakukan penganalisaan data diharapkan menghasilkan kesimpulan yang
validitasnya dapat dipertannggungjawabkan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

BAB 4
DATA UJI, ANALISIS DAN
PEMBAHASAN

Dikerjakan Oleh :
YUDDHY SETYANTO

commit to user

( I 8707062 )

63
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB IV
DATA UJI, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1.

Data Uji Laboratorium

Sebelum agregat dibuat rancang campur terlebih dahulu agregat harus diuji
kemudian dianalisis apakah agregat tersebut memenuhi syarat atau tidak untuk
dibuat beton dan data tersebut yang nantinya akan digunkan untuk perhitungan
rancang campur beton. Hasil uji laboratorium dalam penelitian ini adalah uji
agregat, uji slump, dan uji kuat desak.
4.1.1 Agregat
a.

Agregat halus

1)

Kadar organik
Perubahan warna yang terjadi pada larutan NaOH 3 % yang digunakan
untuk merendam pasir selama 24 jam adalah kuning muda.

2)

Kadar lumpur
a) Air pembilas bersih pada cucian ke tujuh

3)

4)

b) Berat mula-mula (A)

100

gram

c) Berat setelah dicuci (B)

96

gram

a) Berat pasir mula-mula (A)

500

gram

b) Berat kering oven (B)

468,35 gram

a) Berat silinder

10380

gram

b) Berat silinder + pasir

17850

gram

c) Berat pasir

7470

gram

d) Volume silinder

Kadar air

Berat isi
Lepas kondisi lapangan

Pada kondisi kering oven


a) Berat silinder

commit to user

5301,473 cm3
10500

gram

64
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5)

b) Berat silinder + pasir

19040

gram

c) Berat pasir

8540

gram

d) Volume silinder

5301,473 cm3

Spesific gravity dan absorbsi

6)

a) Tinggi pasir setelah conical mould diangkat

6 cm

b) Tinggi conical mould

= 7,5 cm

c) Berat pasir SSD (A)

500

gram

d) Berat volumetrik flask + air + pasir (B)

1014

gram

e) Berat volumetik flask + air (C)

691

gram

f) Berat pasir kering (D)

489

gram

Gradasi

Tabel 4.1. Data Uji Gradasi Pasir


No

Ukuran
Saringan
(mm)

Berat
Tertahan
(gram)

1
2
3
4
5
6
7
8

9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,1
PAN

0
132
274
308
488
1486
184
128

b.

Agregat kasar

1)

Kadar air

2)

a) Berat batu pecah mula-mula (A)

500

gram

b) Berat kering oven (B)

494

gram

a) Berat silinder

10126

gram

b) Berat silinder + batu pecah


commit to user

17361

gram

Berat isi
Lepas kondisi lapangan

65
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c) Berat batu pecah

d) Volume silinder

7235

gram

5301,476 cm3

Pada kondisi kering oven

3)

a) Berat silinder

10150

gram

b) Berat silinder + batu pecah

18032

gram

c) Berat batu pecah

7882

gram

d) Volume silinder

= 5301,476 cm3

Spesific gravity dan absorbsi

4)

a) Berat batu pecah kering oven (A)

3000

gram

b) Berat batu pecah SSD (B)

3040

gram

c) Berat batu pecah dalam air (C)

1855

gram

Gradasi

Tabel 4.2. Data Uji Agregat Betu Pecah

5)

No

Ukuran
Saringan
(mm)

Berat
Tertahan
(gram)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

38,1
19,5
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,1
PAN

0
141,3
2047,6
778,9
27,5
0
0
0
0
0

Keausan mesin Los Angelos


a) Berat batu pecah lewat ayakan 19,5 mm, tertahan ayakan 12,7 mm
sebelum diaus = 2500 gram
b) Berat batu pecah lewat ayakan 12,7 mm, tertahan ayakan 9,5 mm
sebelum diaus = 2500 gram
c) Jumlah bola = 11 butir.
d) Berat tertahan ayakan 2,00
mmtosetelah
commit
user diaus = 3685 gram

66
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.2.

Analisis

4.2.1. Agregat
a.

Agregat halus

1)

Kadar organik
Larutan NaOH 3 % yang digunakan untuk merendam pasir selama 24 jam
terlihat berubah warna mwnjadi kuning muda. Berdasarkan Tabel 3.1, maka
pasir tersebut mempunyai kadar organik 0 10 %, sehingga memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai bahan campuran beton.

2)

Kadar lumpur
x 100 %

Kadar lumpur =

= 4%

Pasir tersebut memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan campuran


beton karena memiliki kadar lumpur lebih dari 5 %.
3)

Kadar air
Kadar air

4)

Berat isi

x 100 % = 6,755 %

a) Lepas kondisi lapangan


Berat isi =

= 1,409 gram/cm3

b) Padat kondisi kering oven


Berat isi =
5)

= 1,611 gram/cm3

Spesific grafity dan absorbsi


a) Bulk dry Spesific grafity

= 2,763 gram/cm3

b) Bulk specifik grafity SSD

= 2,823 gram/cm3

c) Appearent specifik grafity


=
commit to user

= 3,018 gram/cm3

67
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d) Absorbtion
6)

x 100 % = 2,249 %

Gradasi

Tabel 4.3 Analisis Uji Gradasi Pasir


No

Ukuran
Saringan
(mm)

1
2
3
4
5
6
7
8

9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,15
PAN

Berat
Lolos
Prosentase Tertahan
Tertahan tertahan Kumulatif Kumulatif
(mm)
(%)
(%)
(%)

Jumlah

0
132
274
308
488
1486
184
128

0
4,4
9,13
10,27
16,27
49,53
6,13
4,27

0
4,4
13,53
23,8
40,07
89,60
95,73
100

3000

100

367,13

100
95,60
86,47
76,2
59,93
10,4
4,27
0

a) Modulus halus butir


Modulus halus butir =
b) Daerah gradasi

= 2,6713

Grafik Gradasi Daerah II

100

Lolos Saringan (%)

80
60
40
20
0
0

0,15
2

0,3
4

Hasil Saringan
Lolos Minimum
Lolos Maksimum

0,6
6

1,18
8

2,36
10

4,75
12

Ukuran Saringan (mm)

commit to user
Gambar 4.1. Garfik Gradasi Pasir Daerah II

9,5
14

68
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c) Indeks permukaan
Tabel 4.4. Analisis Indeks Permukaan Pasir
Diameter
Ayakan
(mm)

Indek permukaan sesuai


dengan ukuran saringan
yang bersangkutan

20 10
10 4,75
4,75 2,46
2,36 1,18
1,18 0,6
0,6 0,3
0,3 0,15
0,15 PAN

-1
1
4
7
9
9
7
1

Indek
Prosentase
Tertahan Permukaan
(fS)
(%)
0
4,40
9,13
10,27
16,27
49,53
6,13
4,27

752,19
330,00
1,08219

Jumlah
Tambah tetapan
Nilai fS = x 103
b.

Agregat kasar

1)

Kadar air
Kadar air

2)

0
4,40
36,52
71,89
146,43
445,77
42,91
4,27

x 100 % = 1,2145 %

Berat isi
a) Lepas kondisi lapangan
Berat isi

= 1,365 gram/cm3

b) Padat kondisi kering oven


Berat isi
3)

= 1,486 gram/cm3

Spesific grafity dan absorbsi


a) Bulk dry Spesific grafity =

= 2,532 gram/cm3

b) Bulk specifik grafity SSD =

= 2,565 gram/cm3

commit to user

69
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

= 2,620 gram/cm3

c) Appearent specifik grafity =


d) Absorbtion
4)

x 100 % = 1,333 %

Gradasi

Tabel 4.5. Analisis Uji Gradasi Agregat Kasar


No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Ukuran
Berat
Saringan Tertahan
(mm)
(gram)
38,1
19,5
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,15
PAN
Jumlah

Prosentase
Tertahan
(%)

Tertahan
kumulatif
(%)

0
141,3
2047,6
778,9
27,5
0
0
0
0
0

0
4,72
68,25
26,00
0,92
0
0
0
0
0

0
4,72
72,95
99,95
100
100
100
100
100
100

2995,3

100

776,63

a) Modulus halus butir


Modulus halus butir =
b) Grafik gradasi batu pecah

= 6,7663

commit to user

Lolos
Kumulatif
(%)
100
95,29
27,05
1,04
0
0
0
0
0
0

70
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

100

Lolos Saringan (%)

80
60
40
20
0
0
2,36

2
4,75

9,5
4

Hasil saringan
Lolos maksimum
Lolos minimum

6
19,5

8
38,1

Ukuran Saringan (mm)

Gambar 4.2 Grafik Gradasi Batu Pecah


c) Indeks permukaan
Tabel 4.6. Analisis Indeks Permukaan Batu Pecah
Diameter
Ayakan
(mm)

Indek permukaan sesuai


dengan ukuran saringan
yang bersangkutan

40 20
20 10
10 4,75
4,75 2,36
2,36 1,18
1,18 0,6
0,6 0,3
0,3 0,15
0,15 PAN

-2
-1
1
4
7
9
9
7
1
Jumlah
Tambah tetapan
Nilai fS = x 103

commit to user

Indek
Prosentase
Tertahan Permukaan
(fS)
(%)
4,72
68,23
25,96
0,92

-9,44
-68,23
25,96
3,68

-48,03
330,00
0,2819

71
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5)

Keausan mesin Los Angelos


Prosentase keausan

x 100 % = 26,3%

Batu pecah memenuhi syarat digunakan untuk campuran beton mutu diatas
20 MPa karena prosentase keausan kurang dari 27 %.
c.

Rekapitulasi hasil analisis uji agregat


Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Agregat
No

Jenis Pengujian

Kadar zat organik

Kadar lumpur

Kadar air

Berat isi

Agregat Halus
0 % - 10 %

4%

6,755 %

1,2145 %

a. Lepas kondisi lapangan

1,409 gram/cm3

1,365 gram/cm3

b. Padat kondisi kering

1,611 gram/cm3

1,486 gram/cm3

a. Bulk dry Spesific grafity

2,763 gram/cm3

2,532 gram/cm3

b. Bulk specifik grafity SSD

2,283 gram/cm3

2,565 gram/cm3

c. Appearent specifik grafity

3,018 gram/cm3

2,620 gram/cm3

2,249 %

1,333 %

2,6713

6,7663

1,08219

0,2819

26,3 %

Spesific grafity dan absorbsi

d. Absorbtion

Gradasi
a. Modulus halus butir
b. Daerah
c. Indek permukaan

Agregat Kasar

Keausan mesin Los Angelos

commit to user

72
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.2.2. Beton
a.

Perhitungan Rancang Campur Beton

1)

Rancang Campur Beton Metode SNI Mutu 22,5 MPa

a)

Kuat desak yang disyaratkan (fc) pada umur 28 hari adalah 22,5 MPa.

b)

Standar deviasi (s)


Karena tidak ada catatan atau pengalaman hasil uji beton sebelumnya, maka
standar deviasi ditetapkan 7 MPa.

c)

d)

Nilai tambah atau margin (m)


m

=k.s

m = 1,64 x 7

= 1,64

= 12 MPa

= 7 MPa

Kuat desak rata-rata (fcr)


Fcr

= fc + m
= 22,5 + 12 = 34,5 MPa

e)

Jenis semen
Ditetapkan semen jenis I

f)

Jenis agregat
(1) Agregat halus pasir alami
(2) Agregat kasar batu pecah

g)

Faktor air semen


Dari Gambar 3.3 didapatkan nilai fas adalah 0,51.

h)

Nilai slump
Pemakaian beton untuk balok dan kolom berdasarkan Tabel 3.6 nilai slump
adalah 75 mm 150 mm.

i)

Ukuran agregat maksimum ditetapkan 20 mm.

j)

Kebutuhan air
At = 0,67 Ah + 0,33 Ak

commit to user

73
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dari Tabel 3.7 didapat kebutuhan air untuk pasir alami 195 liter/m3 dan
untuk agregat batu pecah 225 liter/m3.
At = (0,67 x 195) + (0,33 x 225) = 205 liter/m3
k)

Kebutuhan semen
Kebutuhan semen

=
l)

( )

= 401,961 kg/m3

Kebutuhan semen minimum


Kebutuhan semen minimum didapat dari Tabel 3.5 adalah 275 kg/m3.

m)

Penyesuaian kebutuhan semen


Dari langkah (11) dan (12), kebutuhan semen yang dipakai adalah 401,961
kg/m3

n)

Penyesuaian kebutuhan air atau fas


Karena tidak ada perubahan pada langkah (13) maka kebutuhan air dan fas
tidak berubah.

o)

Daerah gradasi pasir


Dari analisa saringan pasir berdasarkan Tabel 2.2 masuk dalam daerah
gradasi 2.

p)

Prosentase pasir terhadap agregat


Ditentukan dengan melihat gambar 3.5 memperhatikan ukuran butir
maksimum, faktor air semen dan daerah gradasi pasir, sehingga didapat
prosentase pasir terhadap agregat total 36 %.

q)

Berat jenis relatif agregat keadaan SSD


Gv = (Ph x BJh) + (Pk x BJk)
Ph = 36 %

BJh

= 2,823

gram/cm3

Pk = 64%

BJk

= 2,565

gram/cm3

Gv = (0,36 x 2,823) + (0,64 x 2,565) = 2,657


r)

gram/cm3

Berat beton segar


Berdasarkan gambar 3.6 berat beton segar adalah 2375 kg/m3

s)

Kandungan agregat
user
semen) to
(kandungan
air)
Bag = Badukan (kandungan commit

74
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

= 2375 - 401,961 - 205 = 1768,039 kg/m3


t)

Kandungan pasir
Bh

= Bag x Ph
= 1768,039 x 0,36 = 636,494 kg/m3

Kandungan batu pecah


Bk

= Bag - Bh
= 1768,039 x 0,65 = 1149,225 kg/m3

Komposisi bahan-bahan beton untuk mutu beton 22,5 MPa, fas 0,48 dan agregat
dalam kondisi SSD dapat dirangkum sebagai berikut :
Air

= 205 kg/m3

Semen

= 401,961 kg/m3

Pasir

= 636,494 kg/m3

Batu pecah

= 1149,225 kg/m3

Pada kondisi lapangan pasir maupu batu pecah yang digunakan mengandung air
yaitu masing-masing 6,755 % dan 2,817 %, sedangkan kemampuan menyerap air
dalam kondisi SSD yaitu masing-masing 2,249 % dan 1,333 % maka komposisi
campuran beton perlu dikoreksi lagi karena pada saat penimbangan pasir maupun
batu pecah air yang ada didalamnya ikut tertimbang. Adapun koreksi terhadap
campuran di atas adalah sebagai berikut :
Air

= berat air (kadar air pasir absorbsi) berat pasir (kadar

air

batu pecah) berat batu pecah


= 205 (0,06755 0,02249) 636,494 (0,01214 0,01333)
1149,225
= 177,687 kg/m3
Semen

= Tetap 401,961 kg/m3

Pasir

= berat pasir + (kadar air pasir absorbsi) berat pasir


= 636,494 + (0,06755 0,02249) 636,494
= 665,137 kg/m3

Batu pecah

= berat batu pecah + (kadar air absorbsi) berat batu pecah


= 1149,225 + (0,01214 0,01333) 1149,225
= 1147,857 kg/m3commit to user

75
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2)

Rancang Campur Beton Metode ACI Mutu 22,5 MPa

a)

Kuat desak rencana (fc) pada umur 28 hari adalah 22,5 MPa

b)

Kuat desar rata-rata (fcr)


Karena tidak ada data pengalaman sebelumnya, kuat desak rata-rata didapat
berdasarkan Tabel 3.9
Untuk fc

= 22,5 MPa

Fcr = fc + 8,26
= 22,5 + 8,26 = 30,76 MPa
c)

Nilai slimp dan ukuran maksimum agregat


(1) Nilai slump = 75 mm 150 mm (Tabel 3.6)
(2) Ukuran agregat maksimum = 20 mm

d)

Kebutuhan air (At)


Berdasarkan Tabel 3.11. Kebutuhan air untuk ukuran agregat 20 mm dan
nilai slump 75 150 mm adalah 206 liter/m3.

e)

Faktor air semen


Dari Tabel 3.12 dibuat perhitungan interpolasi sehingga fas untuk kuat
desak rata-rata 30,76 MPa didapatkan 0,52.

f)

Kebutuhan semen (Ws)


Ws = At / Fas
= 206 / 0,52 = 396,153 kg/m3

g)

Volume batu pecah (Vak)


Menggunakan modulus halus butir pasir 2,6713 dan Tabel 3.13, volume
batu pecah didapat 0,6328 m3.

h)

Berat kering batu pecah (Wak)


Berat kering batu pecah = Vak x berat isi
= 0,6328 x 1486 = 940,445 kg/m3

i)

Berat SSD batu pecah


Berat SSD batu pecah = berat kering x (1 + absorbsi)
= 940,445 x (1 + 0,01333) = 952,981 kg/m3

j)

Berat beton segar


commit to user

76
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Berat beton segar untuk ukuran maksimum agegat 20 mm didapat 2355


kg/m3 (Tabel 3.14).
k)

Berat pasir SSD


Berat pasir SSD = berat beton berat (air + semen + batu pecah)
= 2355 206 396,153 952,981 = 799,865 kg/m3

Komposisi bahan-bahan beton untuk mutu beton 22,5 MPa, fas 0,52 dan agregat
dalam kondisi SSD dapat dirangkum sebagai berikut :
Air

= 206 kg/m3

Semen

= 396,153 kg/m3

Pasir

= 799,865 kg/m3

Batu pecah

= 952,981 kg/m3

Komposisi bahan-bahan pembentuk beton per m3 setelah kadar air lapangan


agregat dikoreksi adalah sebagai berikut :
Air

= berat air (kadar air pasir absorbsi) berat pasir (kadar

air

batu pecah) berat batu pecah


= 206 (0,06755 0,02249) 799,865

(0,01214 0,01333)

952,981
= 171,092 kg/m3
Semen

= Tetap 396,153 kg/m3

Pasir

= berat pasir + (kadar air pasir absorbsi) berat pasir


= 799,865 + (0,06755 0,02249) 799,865
= 835,912 kg/m3

Batu pecah

= berat batu pecah + (kadar air absorbsi) berat batu pecah


= 952,981 + (0,01214 0,01333) 952,981
= 951,846 kg/m3

commit to user

77
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Hasil hitungan rancang campur beton dapat dilihat pada Tabel 4.11
Tabel 4.8. Tabel Kebutuhan Bahan Susun Beton Per 1 m3 Berdasarkan Mutu
Beton Dan Faktor Air Semen Yang Telah Didapatkan.
Metode

Mutu

Rancang

Beton

campur

(MPa)

Fas

Air

Semen

Pasir

(kg)

(kg)

(kg)

Batu

Berat

Pecah

Beton

(kg)

(kg)

Agregat Kondisi SSD

SK SNI

ACI

22,5

0,51

205

401,961

636,494

1149,225

2375

25

0,48

205

427,083

610,020

1132,896

2375

27,5

0,45

205

455,555

582,911

1122,953

2375

22,5

0,52

206

396,153

799,865

952,981

2355

25

0,49

206

420,408

775,611

952,981

2355

27,5

0,46

206

447,826

748,193

952,981

2355

665,137

1147,857

2375

(0,4721)

(0,8509)

637,457

1131,548

(0,4524)

(0,8289)

609,176

1121,616

(0,4323)

(0,8217)

835,912

951,846

(0,5933)

(0,6973)

810,560

951,846

(0,5752)

(0,6973)

781,906

951,846

(0,5549)

(0,6973)

Kadar Air Agregat Dikoreksi


22,5

SK SNI

25
27,5
22,5

ACI

25
27,5

*) Kadar air pasir

0,51
0,48
0,45
0,52
0,49
0,46

177,687
178,861
180,070
171,092
172,185
173,420

= 6,755 %

Kadar air batu pecah = 1,214 %

401,961
427,083
455,555
396,153
420,408
447,826

*) berat isi pasir

2375
2375
2355
2355
2355

= 1,409 gram/cm3

berat isi batu pecah = 1,365 gram/cm3

commit to user

78
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

b.

Uji Slump

Tabel 4.9. Data Uji Slump


No

Metode
Rancang
Campur

Mutu
Beton
(MPa)

Fas

Nilai
Slump
(mm)

1
2

SK SNI
ACI

22,5
22,5

0,51
0,52

110
98

3
4

SK SNI
ACI

25
25

0,48
0,49

93
87

5
6

AK SNI
ACI

27,5
27,5

0,45
0,46

83
80

c.

Kuat Desak Beton

Uji kuat desak beton dimaksudkan untuk mengontrol komposisi bahan susun
tersebut sudah memenuhi mutu yang direncanakan, yaitu dihasilkan beton yang
mempunyai kekuatan desak karakteristik 22,5 MPa ; 25 MPa ; 27,5 MPa.
1)

Metode SK SNI

Tabel 4.10. Data Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa 25,5 MPa dan 27,5 MPa
Metode SK SNI Umur 28 Hari.
Beban maksimum
No

(N)

Luas
2

(mm )

Mutu beton

Mutu beton

Mutu beton

22,5 MPa

25 MPa

27,5 MPa

17671,4587

495000

510000

550000

17671,4587

530000

580000

540000

17671,4587

460000

520000

610000

17671,4587

425000

490000

635000

commit to user

79
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.11. Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa
No

Luas
(mm2)

Beban
Maks
(N)

Kuat desak
fci
(MPa)

fci - fcr

(fci - fcr)

17671,4587

495000

28,0113

0,9904

0,9808

17671,4587

530000

29,9919

2,9709

8,8266

17671,4587

460000

26,0307

-0,9902

0,9805

17671,4587

425000

24,0501

-2,9708

8,8258

108,0839

Jumlah

19,614

Kuat desak rata-rata fcr = 108,0839/ 4 = 27,0209 MPa


Standar deviasi (s)

fc

= 2,5569 MPa

= fcr 1,64 s
= 27,0209 (1,64 x 2,5569)
= 22,8276

MPa

Tabel 4.12. Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 25 MPa


No

Luas
(mm2)

Beban
Maks
(N)

Kuat desak
fci
(MPa)

fci - fcr

(fci - fcr)

17671,4587

510000

28,8601

-0,8488

0,72047

17671,4587

580000

32,8212

3,1123

9,68695

17671,4587

520000

29,4259

-0,2829

0,08004

17671,4587

490000

27,7283

-1,9806

3,92267

Jumlah

118,8357
commit
to user

14,4101

80
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Kuat desak rata-rata fcr = 118,8357 / 4 = 29,7089 MPa


Standar deviasi (s)

fc

= 2,1916

MPa

= fcr 1,64 s
= 29,7089 (1,64 x 2,1916)
= 26,1147

MPa

Tabel 4.13. Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 27,5 MPa
No

Luas
(mm2)

Beban
Maks
(N)

17671,4587

550000

17671,4587

3
4

Kuat desak
fci
(MPa)

fci - fcr

(fci - fcr)

31,1236

-1,9099

3,6476

540000

30,5577

-2,4758

6,1293

17671,4587

610000

34,5189

1,48544

2,2065

17671,4587

635000

35,9336

2,90015

8,4109

132,134

Jumlah

20,394

Kuat desak rata-rata fcr = 132,134 / 4 = 33,0335 MPa


Standar deviasi (s)

fc

= 2,6073

MPa

= fcr 1,64 s
= 33,0335 (1,64 x 2,6073)
= 28,7575

MPa
commit to user

81
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2)

Metode ACI

Tabel 4.14. Data Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa 25,5 MPa dan 27,5 MPa
Metode ACI Umur 28 Hari.
Beban maksimum
No

(N)

Luas
(mm2)

Mutu beton

Mutu beton
25 MPa

22,5 MPa

Mutu beton
27,5 MPa

17671,4587

530000

480000

500000

17671,4587

440000

460000

620000

17671,4587

500000

560000

530000

17671,4587

420000

515000

585000

Tabel 4.15. Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 22,5 MPa Metode ACI
No

Luas
(mm2)

Beban
Maks
(N)

Kuat desak
fci
(MPa)

fci - fcr

17671,4587

530000

29,9919

3,25383

10,587

17671,4587

440000

24,8989

-1,8391

3,3824

17671,4587

500000

28,2942

1,55618

2,4217

17671,4587

420000

23,7671

-2,9709

8,8262

106,952

Jumlah

25,218

Kuat desak rata-rata fcr = 106,952 / 4 = 26,738 MPa


Standar deviasi (s)

= 2,8993
commit to user

(fci - fcr)

MPa

82
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

fc

= fcr 1,64 s
= 26,738 (1,64 x 2,8993)
= 21,9832

MPa

Tabel 4.16. Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 25 MPa Metode ACI
Beban
Maks
(N)

Kuat desak
fci
(MPa)

fci - fcr

(fci - fcr)

No

Luas
(mm2)

17671,4587

480000

27,1624

-1,3440

1,8062

17671,4587

460000

26,0307

-2,4757

6,1292

17671,4587

560000

31,6895

3,1831

10,132

17671,4587

515000

29,1430

0,6366

0,4053

114,026

Jumlah

Kuat desak rata-rata fcr = 114,026 / 4 = 28,5064


Standar deviasi (s)

fc

= 2,4815

MPa

= fcr 1,64 s
= 28,5064 (1,64 x 2,4815)
= 24,4368

MPa

commit to user

18,473

MPa

83
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4.17. Analisis Uji Kuat Desak Beton Mutu 27,5 MPa Metode ACI
No

Luas
(mm2)

Beban
Maks
(N)

Kuat desak
fci
(MPa)

fci - fcr

(fci - fcr)

17671,4587

500000

28,2942

-3,3245

11,052

17671,4587

620000

35,0848

3,4661

12,014

17671,4587

530000

29,9919

-1,6268

2,6466

17671,4587

585000

33,1042

1,4855

2,2068

126,475

Jumlah

27,920

Kuat desak rata-rata fcr = 126,475 / 4 = 31,6188 MPa


Standar deviasi (s)

fc

= 3,0506 MPa

= fcr 1,64 s
= 31,6188 (1,64 x 3,0506)
= 26,6158 MPa

4.2.3. Analisis harga


Analisis harga ini bertujuan untuk mengetahui harga bahan susun yang diperlukan
tiap m3 dengan kuat desak tertentu. Dalam penelitian, ini harga bahan susun beton
berdasarkan harga yang dikeluarkan oleh DPU Kodia Surakarta untuk tahun
anggaran 2009 / 2010. Adapun macam-macam bahan dan harga sebagai berikut :
a.

Semen

= Rp 1.242 / kg

b.

Pasir

= Rp 138.000 / m3

c.

Batu pecah 0,5 / 2 cm

= Rp 184.000 / m3
commit to user

84
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

a.

Beton Mutu 22,5 MPa

Harga bahan susun per m3 beton mutu 22,5 MPa untuk berbagai metode rancang
campur adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI. T-15-1990-03
Semen

: 401,961 x 1.242

= Rp

499.235,56

Pasir

: 0,4721 x 138.000

= Rp

65.149,80

Batu pecah

: 0,8509 x 184.000

= Rp

156.565,60

Jumlah Rp

720.950,96

2) Metode ACI

b.

Semen

: 396,153 x 1.242

= Rp

492.022,03

Pasir

: 0,5933 x 138.000

= Rp

81.875,40

Batu pecah

: 0,6973 x 184.000

= Rp

128.303,20

Jumlah Rp

702.200,63

Beton Mutu 25 MPa

Harga bahan susun per m3 beton mutu 25 MPa untuk berbagai metode rancang
campur adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI. T-15-1990-03
Semen

: 427,083 x 1.242

= Rp

530.437,08

Pasir

: 0,4524 x 138.000

= Rp

62.431,20

Batu pecah

: 0,8289 x 184.000

= Rp

152.517,60

Jumlah Rp

745.385,88

2) Metode ACI

c.

Semen

: 420,408 x 1.242

= Rp

522.146,74

Pasir

: 0,5752 x 138.000

= Rp

79.377,60

Batu pecah

: 0,6973 x 184.000

= Rp

128.303,20

Jumlah Rp

729.826,94

Beton Mutu 27,5 MPa

Harga bahan susun per m3 beton mutu 27,5 MPa untuk berbagai metode rancang
campur adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI. T-15-1990-03
commit to user

85
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Semen

: 455,555 x 1.242

= Rp

565.799,31

Pasir

: 0,4323 x 138.000

= Rp

59.657,40

Batu pecah

: 0,8217 x 184.000

= Rp

151.192,80

Jumlah Rp

776.649,51

2) Metode ACI
Semen

: 447,826 x 1.242

= Rp

556.242,12

Pasir

: 0,5549 x 138.000

= Rp

76.576,20

Batu pecah

: 0,6973 x 184.000

= Rp

128.303,20

Jumlah Rp

761.121,52

4.3.

Pembahasan

4.3.1. Hasil Perhitungan Rancang Campur


Walaupun mempunyai target nilai kelecekan dan kuat desak yang sama, dengan
adanya perbedaan anggapan, rumus-rumus, tabel-tabel dan grafik-grafik yang
digunakan untuk menentukan perbandingan bahan susun beton, mengakibatkan
perbandingan bahan susun yang dihasilkan setiap metode rancang campur
menunjukkan perbedaan (Tabel 4.7).
Secara umum perbedaan masing-masing metode rancang campur untuk
menentukan perbandingan bahan sususn beton dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Perbandingan Masing-Masing Metode Rancang Campur Untuk
Menentukan Perbandingan Bahan Susun.
Perbedaan penyelesaian
No
Uraian
SK SNI
ACI
1

Penentuan kebutuhan air bebas

Penentuan

proporsi

agregat

Tabel 3.7

Tabel 3.11

Daerah gradasi

Modulus halus butir

halus dan kasar

commit to user

86
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Penentuan kebutuhan air bebas campuran beton untuk metode SK SNI.T-15-199003 didasarkan atas ukuran maksimum agregat, nilai slum dan jenis agregat. Jenis
agregat ini yang menjadi perbedaan dengan metode ACI, dimana metode ACI
beranggapan bahwa semua agregat yang digunakan untuk bahan campuran beton
harus mempunyai bentuk permukaan yang baik, buti-butirnya tajam, bersudut dan
mempunyai luas permukaan yang besar sehingga membutuhkan lebih banyak air
untuk menyelimuti permukaannya. Untuk keperluan kebutuhan air ini metode SK
SNI.T-15-1990-03 membagi jenis agregat menjadi dua, yaitu agregat pecah dan
agregat bukan pecah (berbutir bulat dan halus), untuk agregat bukan pecah dengan
tekstur permukaan yang licin membutuhkan air yang lebih sedikit dari pada
agregat pecah yang tekstur permukaannya kasar.
Untuk menentukan prosentase agregat halus dan kasar, metode SK SNI.T-151990-03 menggunakan daerah gradasi, agregat halus dibagi menjadi empat
kelompok menurut gradasinya yaitu pasir kasar (Daerah 1), pasir agak kasar
(Daerah 2), pasir agak halus (Daerah 3), dan pasir halus (Daerah 4). Dengan
daerah ini dapat dilihat distribusu ukuran butir agregat. selain itu juga dipengaruhi
oleh faktor air semen dan ukuran agregat maksimum. semakin besar ukuran
agregat maksimum yang digunakan, maka prosentase agregat halus semakin kecil,
karena agregat halus ini bersama pasta semen berfungsi sebagai pelumas yang
menyelimuti agregat kasar.
Metode ACI dalam menentukan agregat halus dan kasar menggunakan modulus
halus butir yaitu suatu indek yang dipakai untuk menjadi ukuran kekasaran dan
kehalusan butir-butir agregat. Makin besar nilai modulus halus, menunjukkan
bahwa butir-butir agregatnya dan prosentase agregat halus dalam campuran
semakin besar. selain itu juga dipengaruhi oleh ukuran maksimum agregat.
semakin besar ukuran maksimum agregat, maka semakin kecil prosentase agregat
halus dalam campuran. ACI menggunkannya karena dalam praktek untuk
mudahnya gradasi dapat dinyatakan dalam suatu angka moulus kehalusan yang
secara kasar menggambarkan rata-rata ukuran butir agregat. Ini dipakai
commit to user

87
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dilapangan untuk mengukur kehomogenan suatu bagian agregat terhadap


keseluruhan (Nugraha, 1989)
4.3.2. Kelecakan
Berdasarkan Tabel 4.9 beton mutu 22,5 MPa, 25 MPa dan 27,5 MPa
menunjukkan bahwa tingkat kelecakan metode SK SNI lebih tinggi yaitu terlihat
dengan nilai slump 110 mm, 93 mm dan 83 mm dibandingkan metode ACI yang
nilai slumpnya 98 mm, 87 mm dan 80 mm. Meskipun jumlah air yang dibutuhkan
lebih rendah dibanding dengan metode ACI (8,747 %) bandingkan dengan metode
SK SNI yang hanya 8,69 % dari berat beton, dimana air merupakan faktor yang
paling mempengaruhi kelecakan, namun dalam metoe SK SNI kebutuhan agregat
halus lebih sedikit dibanding dengan metode ACI.
Dengan susunan agregat halus yang lebih sedikit berarti luas permukaan (surface
area) lebih kecil, menyebabkan kebutuhan pasta dan udara (matrix) untuk
menyelimuti permukaan lebih sedikit. Karena fungsi matrix alam campuran beton
segar sebagai pelumas, maka kelebihan matrix yang tidak menyelimuti permukaan
permukaan agregat akan berperani sebagai pelumas antar butir agregat. Jadi
semakin sedikit butir agregat halus yang terkandung dalam campuran beton akan
meningkatkan tingkat kelecakan, akan tetapi jika jumlah butir agregat halus terlalu
sedikit, matrix tidak cukup untuk mengisi ruang-ruang kosong antaragregat
sehingga campuran akan mudah untuk terpisah (segregasi) dan sukar dikerjakan.
Sebaliknya jika jumlah butir agregat halus terlalu banyak, ia membutuhkan lebih
banyak matrix untuk menyelimuti permukaan butirnya, sehingga menyebabkan
berkurangnya tingkat kelecakan (Nugraha, 1986)

commit to user

88
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.3.3. Kuat Desak Beton


Tabel 4.19. Perbandingan Kuat Desak Rencana Dengan Kuat Desak Hasil
Penelitian.
Metode
No

Rancang

Kuat Desak

Kuat Desak

Rencana

Penelitian

(MPa)

(MPa)

0,51

22,5

22,8276

0,48

25

26,1147

0,45

27,5

28,7575

0,52

22,5

21,9832

0,49

25

24,4368

0,46

27,5

26,6158

Fas

Campur
1

SK SNI

ACI

Dari Tabel 4.19 terlihat bahwa untuk metode rancang campur SK SNI kuat desak
yang didapat pada penelitian telah mencapai kuat desak yang direncanakan yaitu
22,5 MPa, 25 MPa dan 27,5 MPa. Dengan kata lain faktor air semen yang dipakai
untuk mencapai kuat desak rencana untuk metode SK SNI sudah tepat. Sedangkan
untuk metode ACI diapatkan kuat desak yang belum mencapai kuat desak yang
direncanakan. Dengan itu berarti faktor air semen untuk metode ACI kurang tepat
untuk mendapatkan kuat desak yang direncanakan. Hal ini terjadi karena dalam
penentuan fas dalam penelitian ini menggunakan tabel dan atau grafik perkiraan
hubungan antara kuat desak rata-rata dengan faktor air semen. Karena bahan-bahan
penyusun beton di dunia ini sangat variatif, maka seharusnya akan lebih valid jika
sebelumnya dibuat campuran coba untuk mencari fas yang tepat. Kemungkinan
juga dapat disebabkan karena jumlah sampel tiap variasi mutu yang kurang banyak
yang disini hanya empat buah. Semakin banyak sampel berarti semakin mewakili
keakuratan/kevalidan dari hasil kuat desaknya.

commit to user

89
digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4.3.4. Nilai Ekonomis


a.

Beton Mutu 22,5 MPa

Harga bahan susun yang diperlukan untuk membuat beton mutu 22,5 MPa
permeter kubik adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI.T-15-1990-03

= Rp 720.950,96

2) Metode ACI

= Rp 702.200,63

Dari kedua harga tersebut, terlihat metode ACI lebih murah banding dengan
metode SK SNI.T-15-1990-03.
b.

Beton Mutu 25 MPa

Harga bahan susun yang diperlukan untuk membuat beton mutu 25 MPa permeter
kubik adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI.T-15-1990-03

= Rp 745.385,88

2) Metode ACI

= Rp 729.826,94

Dari kedua harga tersebut, terlihat metode ACI lebih murah banding dengan
metode SK SNI.T-15-1990-03.
c.

Beton Mutu 27,5 MPa

Harga bahan susun yang diperlukan untuk membuat beton mutu 25 MPa permeter
kubik adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI.T-15-1990-03

= Rp 776.649,51

2) Metode ACI

= Rp 761.121,52

Dari kedua harga tersebut, terlihat metode ACI lebih murah banding dengan
metode SK SNI.T-15-1990-03.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Dikerjakan Oleh :
YUDDHY SETYANTO

commit to user

( I 8707062 )

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan

Dari hasil uji laboratorium, hasil analisis harga beton dengan dua metode rancang
campur yang berbeda dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a.

Walaupun mempunyai target kuat desak yang sama untuk setiap metode
rancang campur, perbandingan bahan susun beton ternyata berbeda. Hal ini
disebabkan setiap metode mempunyai anggapan, rumus-rumus, tabel-tabel
dan grafik-grafik yang berbeda.

b.

Kandungan agregat halus yang lebih sedikit menyebabkan metode SK SNI


mempunyai kelecakan lebih tinggi dibanding metode ACI untuk mutu beton
22,5 MPa , 25 MPa dan 27,5 MPa yaitu dengan slump 110 mm , 93 mm dan
83 mm sedangkan ACI dengan slump 98 mm, 87 mm an 80 mm.

c.

Dari hasil analisis kuat desak ketiga mutu beton yaitu 22,5 MPa , 25 MPa dan
27,5 MPa metode rancang campur SK SNI lebih tinggi dari pada metode
rancang campur ACI, hal itu karena faktor air semen metode rancang campur
ACI lebih besar daripada SK SNI.

d.

Dari hasil analisis harga, berdasarkan bahan susunnya diperoleh harga per m3
beton mutu 22,5 MPa adalah sebagai berikut :
1) Metode SK SNI. T-15-1990-03

= Rp 720.950,96 / m3

2) Metode ACI

= Rp 702.200,63 / m3

Untuk beton mutu 25 MPa diperoleh harga per m3 beton adalah sebagai
berikut :
1) Metode SK SNI. T-15-1990-03

= Rp 745.385,88 / m3

2) Metode ACI

= Rp 729.826,94 / m3

Untuk beton mutu 27,5 MPa diperoleh harga per m3 beton adalah sebagai
berikut :
1) Metode SK SNI. T-15-1990-03
= Rp 776.649,51 / m3
commit to user
2) Metode ACI
= Rp 761.121,52 / m3
90

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Dengan demikian dapat dipilih metode termurah yang lebih memberikan


keuntungan berdasarkan harga perbandingan bahan susunnya, untuk beton
mutu 22,5 MPa ; 25 MPa dan 27 MPa metode ACI lebih murah dibanding
metode Metode SK SNI. T-15-1990-03.
5.2.

Saran

Dengan keterbatasan sarana peralatan di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik


Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan masalah biaya penelitian yang
relatif besar, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan terutama menyangkut nilai
ekonomis beton yang dirancang dengan berbagai macam metode rancang campur
dan mutu beton yang lain. Agar diperoleh data dan hasil yang seperti diinginkan,
diperlukan ketelitian dalam penelitian, baik pada tahap persiapan, pembuatan
benda uji, perawatan, pengujian dan pengolahan data hasil pengujian.

commit to user

91

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENUTUP

Puji syukur kehadirat

SWT yang telah membimbing dan selalu memberikan

petunjuk sehingga dapat terselesaikannya Tugas Akhir ini dengan baik. Dan tidak
lupa kami ucapkan terima kasih terutama ayah dan ibu, yang telah memberi
dorongan dan semangat serta doa. Dan kami juga mengucapkan terima kasih
kepada temanteman dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
Tugas Ahir ini.

Saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Untuk itu berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan Tugas Akhir ini.

Akhirnya harapan yang tertinggi adalah semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak seluruh pembaca yang terlibat langsung. Khususnya bagi
penyusun sendiri dan bagi semua civitas akademis Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

92

Anda mungkin juga menyukai