Anda di halaman 1dari 7

TUGAS HEAT EXCHANGER

PENGERING KOPI KAPASITAS 3000


KG MENGGUNAKAN HEAT
EXCHANGER 0NE SHELL AND TWO
TUBE PASS
Disusun oleh:
1

Anisa Rachman

: 0915021002

.
2

Dwi Supratmanto

: 0855021008

.
3

Bicar Sahat Nauli

: 0855021006

.
4

Sohadi

: 0815021041

.
5

Andi Winarto

: 0855021004

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG
2013

A. Latar Belakang
Kopi merupakan bahan minuman tidak saja terkenal di Indonesia tapi
juga terkenal di seluruh dunia. Hal ini disebabkan karena kopi baik
yang bentuk bubuk maupun seduhannya memiliki aroma yang khas
yang tidak dimiliki oleh bahan minuman lainnya.
Bagi Bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu mata dagangan
yang

mempunyai

arti

yang

cukup

tinggi.

Pada

tahun

1981

menghasilkan devisa sebesar $ 347.8 juta dari ekspor kopi sebesar


210.8 ribu ton. Nilai ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat
Pada tahun 1988 sudah mampu menghasilkan devisa sebesar $ 818.4
juta dan menduduki peringkat pertama diantara komoditi ekspor sub
sector perkebunan.
Budidaya kopi ini sebenarnya sudah dilakukan oleh petani sejak
jaman penjajahan, tetapi pengelolaannya masih tetap tradisional
hingga saat ini. Kesalahan yang paling fatal dan umum dilakukan
petani adalah pada fase pemetikan dan penanganan pasca panen,
sehingga menghasilkan kopi mutu rendah. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu biji kopi antara lain melalui
kebijakan

peningkatan

mutu kopi.

Namun kebijakan ini

dirasakan

masih belum efektif karena sebagian besar panen kopi adalah


hasil dari perkebunan rakyat, sehingga perolehan petani pun masih
rendah dengan adanya kualitas kopi yang masih rendah, yaitu diantara

level 5 dan 4.

Rendahnya kualitas tersebut juga menjadi pemicu

rendahnya perolehan petani karena biji kopi yang berasal dari petani
hanya mendapatkan setengah harga dari kopi yang berkualitas baik.
Kualitas

dari

disebabkan
digunakan

biji
oleh

untuk

melakukannya

kopi

petani

yang tidak

kunjung

kurangnya biaya untuk membeli


pengeringan

dengan

cara

biji

manual,

kopi. Sehingga

membaik
alat

para

yang
petani

yaitu menjemur biji-biji kopi

hasil panen mereka di depan pekarangan rumah, sehingga biji kopi


tersebut terkena debu, ranting, pecah, dan kotor yang menyebabkan
kualitas

dari

permasalahan

biji

kopi

mutu

dinilai

biji

kopi,

masih

rendah.

hendaknya

Dengan

adanya

pemerintah

lebih

memperhatikan kebutuhan petani yaitu dapat memberikan insentif


kepada petani agar kualitas biji kopi tersebut lebih baik khusunya pada
saat pengolahan pasca panen.

B. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam makalah PENGERING KOPI
KAPASITAS 3000 KG MENGGUNAKAN HEAT EXCHANGER 0NE SHELL
AND TWO TUBE PASS ini yaitu :
1. Membahas tentang proses pengeringan kopi.
2. Merancang alat pengering kopi dengan kapasitas 3000 kg.
3. Merancang Heat Excanger One shell and two tube pass.

C. Teori Dasar
1. Proses Pengolahan Kopi
Proses pengolahan kopi adalah tahapan yang mengubah buah
kopi setelah panen menjadi biji kopi yang dapat diperdagangkan
(biji kopi beras).

Menurut Mulato et al. (2006), buah kopi atau kopi

gelondong basah adalah buah kopi hasil panen

dari

kebun,

airnya

biji

kopinya masih

masih

terlindung
tanduk,

berkisar

oleh

kulit

antara
buah,

60-65%

daging

dan

buah,

lapisan

lendir,

kadar

kulit

dan kulit ari. Biji kopi beras adalah biji kopi yang sudah

dikeringkan dengan kadar air berkisar antara 12 13%. Biji kopi ini
telah mengalami beberapa tingkat proses pengolahan sudah terlepas
dari daging buah, kulit tanduk, dan kulit arinya.
Secara umum pengolahan kopi dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu pengolahan kering dan basah.
biasa

disebut

pengolahan
disebut

pula

W.I.B

kering

(West
disebut

dengan

cara

Pengolahan kopi secara basah

Indische
O.I.B
G.B

Bereiding),

(Oost Indische
(Gawone

sedangkan

Bereiding)

atau

Bereiding) (Ciptadi dan

Nasution 1985).
Menurut Najiyati dan Danarti (2006), pengolahan kering terutama
ditujukan untuk kopi Robusta. Di perkebunan besar, pengolahan kering
hanya digunakan untuk kopi berwarna hijau, kopi rambang dan kopi
yang terserang bubuk.

Selain pengolahan basah dan pengolahan

kering, saat ini dikenal metode pengolahan semi basah (semi wet
method) yang terutama dilakukan di Brazil.

Gambar 1. Diagram alir pengolahan biji kopi


Sumber: Winston et al. (2005) ; Mulato et al. (2006)

Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan setelah pencucian untuk mengurangi
kandungan air dari dalam biji kopi HS yang semula 60-65% hingga
menjadi 12%. Pada kadar air ini, biji kopi HS relatif aman untuk
dikemas
kondisi

dalam

karung

lingkungan

dan disimpan

tropis.

Proses

di

dalam

gudang

pengeringan dapat

pada

dilakukan

dengan

cara

(Clifford

dan

penjemuran,
Wilson

mekanis

1985;

Mulato

dan
et

kombinasi

al.

2006;

keduanya

Najiyati

dan

Danarti 2006).
Penjemuran

merupakan

pengeringan

biji

kopi.

cara
Jika

yang
cuaca

mudah

dan

murah

memungkinkan,

untuk
proses

pengeringan sebaiknya dipilih dengan cara penjemuran penuh (full


sun drying) hingga kadar air 20-25% kemudian dilanjutkan dengan
pengering mekanis untuk menjaga kontinuitas sumber panas. Secara
teknis, penjemuran akan memberikan hasil yang baik jika terpenuhi
syarat-syarat berikut.
1. Sinar matahari mempunyai intensitas yang cukup dan dapat
dimanfaatkan secara maksimal.
2. Lantai jemur dibuat dari bahan yang mempunyai sifat menyerah
3.
4.
5.
6.

panas.
Tebal tumpukan biji kopi di lantai jemur haruslah optimal.
Pembalikan rutin dilakukan untuk efisiensi panas.
Biji kopi berasal dari buah kopi yang masak.
Penyerapan ulang air dari permukaan lantai jemur harus
dicegah.

Pengering mekanis juga dapat digunakan untuk mengeringkan biji


kopi mulai dari kadar air awal 60 65 %, terutama jika memang
cuaca

tidak memungkinkan untuk melakukan penjemuran. Dengan

mengoperasikan pengering mekanis

secara

terus

menerus

(siang

dan malam), maka kadar air 12% dapat dicapai selama 48 54


jam.

2. Perancangan Heat Exchanger


Kondisi yang ditentukan pada perancangan HE yaitu,

Menggunakan sumber energi geotermal.

Temperatur air geotermal masuk 175C.

Temperatur air geotermal keluar 150C.

Temperatur udara masuk 25C.

Temperatur udara keluar 60C.

Data-data lain yang digunakan dapat diasumsikan sesuai


kebutuhan.

Sehingga perhitungan menurut teoritis yaitu,

Anda mungkin juga menyukai