Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB III
MINERAL DAN BATUAN
3.1.

Mineral
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang

terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur fisika dan kimia tertentu
dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di dalamnya tersusun mengikuti
suatu pola yang sistematis. Dengan demikian, kristal secara umum dapat
didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal
susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat,
bentuk susunan dan cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan krislografi.
3.1.1. Proses Pembentukan Mineral

Sumber: Noor, 2012

Gambar 3.1.
Bowen Reaction Series
Olivin dan piroksin merupakan pasangan incongruent melting, dimana
setelah pembentukan olivine akan beraksi dengan larutan sisa membentuk
piroksin. Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan sesuai
dengan temperaturnya. Mineral yang terakhir dibentuk adalah biotit. Karena
terjadi demikian maka reaksi ini disebut dengan reaksi discontinuous series atau

Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
reaksi tidak menerus. Seri berikutnya yang ada di sebelah kanan mewakili
kelompok plagioklas karena didominasi atau hanya terdapat mineral plagioklas.
Pada temperatur yang sangat tinggi (1200 0C) yang mengkristal adalah plagioklas
Ca dimana komposisinya didominasi oleh kalsium dan sebagian kecil silicon dan
aluminium. Pengkristalan selanjutnya yang berlangsung secara terus-menerus,
komposisi Ca akan berkurang dan kandungan Na akan semakin meningkat,
sehingga pengkristalan terakhir adalah plagioklas Na. Reaksi ini disebut reaksi
continous series karena berlangsung secara terus-menerus.
(Noor, 2012)
3.1.2. Sifat Fisik dan Kimia Mineral
Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama
adalah dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik
mineral adalah bentuk kristalnya, berat jenis, bidang belah, warna, kekerasan,
belahan, cerat dan kilap. Adapun cara yang kedua adalah melalui analisa kimiawi
atau analisa difraksi sinar X.
a.

Sifat Fisik Mineral


Sifat fisik mineral adalah sifat yang menunjukkan susunan dan bentuk

fisik suatu mineral. Berikut ini adalah sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai
untuk mengenal mineral secara cepat, yaitu :
1) Bentuk kristal, yaitu apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk
berkembang tanpa mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk
kristal yang khas. Bentuk kristal bermacam-macam antara lain :
a) Isometrik

: Florit, octahedron, pirit

b) Tetragonal

: Wilfenit, aphipilit

c) Heksagonal

: Kalsit, vanadinit, kuarsa

d) Ortorombik

: Topaz, barit, straorolit

e) Monoklin

: Gypsum, mika

f) Triklin
g) Trigonal

: Albite, anorthite, labradorite


: Tourmaline, cinebar

2) Berat jenis, yaitu setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya
ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsurunsur tersebut dalam susunan kristalnya.
Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3) Bidang belah, yaitu mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui
bidang yang mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan
dalam dari atom-atomnya.
4) Warna, adalah yang ditampilkan dan dapat terlihat di permukaan mineral oleh
mata telanjang. Warna terbagi menjadi dua, yaitu idiokromatik dan
allokromatik.
a) Idiokromatik, adalah warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemenelemen utama pada mineral.
b) Allokromatik, adalah warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan
unsur lain, sehingga memberikan warna yang berubah-ubah tergantung
dengan pengotornya.
5) Cerat, adalah warna mineral dalam bentuk serbuk cerat dapat dilihat dengan
menggoreskan mineral kepada suatu bidang porselin yang kasar atau dengan
menumbuk mineral tersebut lalu dilihat warna tumbukannya.
6) Belahan, adalah kecenderungan suatu mineral untuk mengalami disintegrasi
sepanjang bidang lemah. Berikut macam-macam belahan antara lain :
a) Belahan sempurna (Perfect Cleavage), merupakan pecahan yang sejajar
terhadap bidang dari satu belahannya dengan memperlihatkan bidang
permukaan yang halus. Contohnya biotit dan muskovit.
b) Belahan baik (Good Cleavage), merupakan mineral lebih mudah belah
yang menurut bidang di dalam belahannya bila dibandingkan dengan
belahannya ke arah lain. Contohnya kalsit, orthoklas dan gipsum.
c) Belahan tidak jelas (Indistinct Cleavage), merupakan bidang belahan
seperti garis pada bidang belahannya. Contohnya plagioklas.
d) Belahan jelas tidak tentu, merupakan mineral yang tidak ada belahannya.
Contohnya kuarsa dan kalsedon.
e) Belahan jelas (Distinct Cleavage), merupakan pecahan yang sesuai
terhadap bidang dari suatu belahan tetapi juga terpecah ke arah lain.
f) Belahan tidak sempurna (Inperfect Cleavage), merupakan pecahan yang
tidak rata dan juga cukup sukar untuk diamati. Contohnya apatit.
7) Kekerasan, yaitu sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan
mengalami abrasi atau mudah tergores. Skala kekerasan mineral mulai dari
Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
yang terlunak hingga yang terkeras diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai
skala kekerasan Mohs. Cara menguji kekerasan mineral dapat dilakukan
dengan menggunakan benda lain seperti :
a) Kuku jari (2,5)
b) Jarum (3,0)
c) Koin tembaga (3,5)
d) Paku besi (4,5)
e) Pisau besi (5,5)
f) Kaca (5,5 6,0)
g) Kikir baja (6,0 7,0)
h) Amplas kasar (8,0 9,0)

Sumber: Anonim, 2014

Gambar 3.2.
Skala Wenworth
8) Kilap, adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan
suatu mineral. Kilap pada mineral ada 2 jenis, yaitu kilap logam dan kilap non
logam. Berikut adalah macam-macam kilap antara lain :
a) Kilap lemak (greasy luster), kilapannya licin seperti berminyak.
b) Kilap mutiara (pearly luster), kilapannya seperti lemak atau sabun.
c) Kilap kaca (vitreous luster), kilapannya menyerupai kaca.
d) Kilap lilin (waxy luster), kilapannya menyerupai lilin yang khas.
e) Kilap sutera (silky luster), kilapannya menyerupai sutera.
f) Kilap intan (adamantite luster), kilapannya cemerlang seperti intan.

Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
g) Kilap tanah (earthy luster), biasanya terlihat pada mineral-mineral yang
terkumpul, sehingga kilapannya dapat terlihat sebagaimana kilapan
tersebut menjadi salah satu mineral terkandung biasanya bauksit.
9) Pecahan, apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas
plastisitas dan elestisitasnya. Pecahan dapat dibagi sebagai berikut :
a) Choncoidal, pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit
bawang yang memperlihatkan gelombang melengkung di permukaan.
b) Hacly, pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam serta kasar
tak beraturan.
c) Even, pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
ujung pecahan mendekati datar.
d) Uneven, pecahan mineral yang menunjukkan permukaan bidang pecahnya
kasar dan tidak teratur.
e) Splintery, pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam
menyerupai benang.
f) Earthy, pecahan mineral yang hancur seperti tanah.
10) Kemagnetan, adalah sifat mineral terhadap daya tarik magnet. Kemagnetan
terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a) Ferromagnetik, mineral dikatakan memiliki sifat ini jika mineral dengan
mudah tertarik oleh gaya magnet.
b) Diamagnetik, mineral dikatakan memiliki sifat ini jika tertarik oleh gaya
magnet.
c) Paramagnetik, mineral dikatakan memiliki sifat ini karena dapat tertarik
oleh gaya magnet.
b.

Sifat Kimiawi Mineral


Sifat kimiawi mineral adalah sifat yang digunakan untuk mengetahui

unsur-unsur dan senyawa yang terkandung dalam mineral. Berdasarkan senyawa


kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral silikat dan mineral
non-silikat. Terdapat 8 kelompok mineral non-silikat, yaitu kelompok oksida,
sulfida, sulfat, halid, karbonat, hidroksida dan pospat. Sifat kimia mineral terbagi
menjadi 2, yaitu unsur dan senyawa. Unsur merupakan zat kimia yang tidak dapat
diuraikan menjadi zat lain yang lebih sederhana.
Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(Noor, 2009)
3.2.

Batuan
Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral yang sudah dalam keadaan

membeku atau mengeras. Batuan juga salah satu elemen kulit bumi yang
menyediakan mineral-mineral anorganik melalui pelapukan.
3.2.1. Proses Pembentukan Batuan
Dari hasil pengamatan terhadap jenis-jenis batuan tersebut, kita dapat
mengelompokkannya menjadi tiga kelompok besar, yaitu batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorf. Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke
kelompok lainnya merupakan suatu siklus yang dinamakan jentera batuan.

Sumber: Noor, 2009

Gambar 3.3.
Jentera Batuan
Melalui daur batuan ini juga dapat dituntut proses-proses geologi yang
bekerja dan mengubah kelompok batuan yang satu ke yang lainnya. Konsep daur
batuan ini merupakan landasan utama dari geologi fisik yang diutarakan oleh
James Hutton. Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari
pendinginan dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan
silikat akan diikuti oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung di bawah
atau di atas permukaan bumi melalui erupsi gunung berapi.

Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kelompok batuan beku tersebut, apabila kemudian tersingkap di
permukaan, maka ia akan bersentuhan dengan atmosfir dan hidrosfir, yang
menyebabkan berlangsungnya proses pelapukan. Melalui proses ini batuan akan
mengalami penghancuran. Selanjutnya, batuan yang telah dihancurkan ini akan
dipindahkan atau digerakkan dari tempatnya terkumpul oleh gaya berat, air yang
mengalir diatas dan dibawah permukaan, angin yang bertiup, gelombang
dipantai

dan

gletser di pegunungan-pegunungan

yang

tinggi.

Media

pengangkut tersebut juga dikenal sebagai alat pengikis, yang dalam bekerjanya
berupaya untuk meratakan permukaan Bumi. Bahan-bahan yang diangkutnya baik
itu berupa fragmen-fragmen atau bahan yang larut, kemudian akan diendapkan
ditempat-tempat tertentu sebagai sedimen. Proses berikutnya adalah terjadinya
ubahan dari sedimen yang bersifat lepas, menjadi batuan yang keras, melalui
pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral dalam larutan, dan
kemudian disebut batuan sedimen. Apabila terhadap batuan sedimen ini terjadi
peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat dari penimbunan dan atau terlibat
dalam proses pembentukan pegunungan, maka batuan sedimen tersebut akan
mengalami ubahan untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru dan
terbentuk batuan malihan atau batuan metamorf. Apabila batuan metamorf ini
masih mengalami peningkatan tekanan dan suhu, maka ia akan kembali
meleleh dan berubah menjadi magma. Panah-panah dalam gambar, menunjukan
bahwa jalannya siklus dapat terganggu dengan adanya jalan-jalan pintas yang
dapat ditempuh, seperti dari batuan beku menjadi batuan metamorf atau
batuan metamorfis menjadi sedimen tanpa melalui pembentukan magma dan
batuan beku. Batuan sedimen dilain pihak dapat kembali menjadi sedimen
akibat tersingkap ke permukaan dan mengalami proses pelapukan.
(Noor, 2012)

3.2.2. Batuan Beku


Batuan beku berasal dari kata latin ignis yang berarti api. Batuan beku
adalah salah satu dari tiga jenis batuan utama, yang lainnya adalah batuan sedimen

Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
dan metamorf. Batuan beku yang terbentuk melalui pendinginan dan pembekuan
magma atau lava. Batuan beku dapat terbentuk dengan atau tanpa kristalisasi.
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi
batuan beku ekstrusif dan intrusif.
a.

Batuan Beku Ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung di permukaan bumi. Mineral-mineral ini mengalami proses


pendinginan yang sangat cepat akibat dari perbedaan suhu yang cukup tinggi
antara suhu awal dan suhu permukaan bumi.
b.

Batuan Beku Intrusif


Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung di bawah permukaan bumi. Struktur batuan beku intrusif terbagi


menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
1) Konkordan, tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan di
sekitarnya, jenis-jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
a) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan di sekitarnya.
b) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah, dimana perlapisan
batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh
batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccoloth
berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.
c) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith,
yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki
diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan
kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
d) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang
telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan
sampai ribuan kilometer.

Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Sumber: Noor, 2009

Gambar 3.4.
Lapisan Batuan Beku instrusif
2) Diskordan, tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan
di sekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
a) Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan
memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa
sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
b) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu
lebih dari 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
c) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya
lebih kecil.
c.

Struktur Batuan Beku


Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan saja.

Struktur ini diantaranya :


1) Massive, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang
terlihat seragam.
2) Vesikuler, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan

beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat

pembekuan.
3) Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubanglubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.

Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikuler yang kemudian terisi oleh
mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
5) Xenolith, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen atau
pecahan batuan lain yang masuk ke dalam batuan yang mengintrusi.
6) Autobreccia, yaitu struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen dari
lava itu sendiri.
7) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
8) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
9) Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpalgumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan
air.
d.

Tekstur Batuan Beku


Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan

temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan


magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada
saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki
tekstur yang berbeda. Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan
tekanan yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup
lama

maka

mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk

sistem kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada
kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah,
Mineral-mineral penyusunan batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal
tertentu, sehingga terbentuklah gelas yang tidak memiliki sistem kristal dan
mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil. Berdasarkan hal di atas
tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan :
1) Tingkat kristalisasi
a) Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh
Kristal.
b) Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas.
c) Holohialin, yaitu batuan beku yang hamper seluruhnya tersusun oleh gelas.
2) Ukuran butir
a) Phaneritic, yaitu batuan beku yang hamper seluruhnya tersusun oleh
mineral-mineral yang berukuran kasar.
Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
b) Aphanitic, yaitu batuan beku yang hamper seluruhnya tersusun oleh
mineral-mineral berukuran halus.
3) Bentuk Kristal
a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna.
b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna.
c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
4) Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya
a) Unidiomorf, yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal
atau bentuk kristal euhedral.
b) Hypidiomorf, yaitu sebagian besar kristalnya terbentuk euhedral dan sub
hedral.
c) Allotriomorf, yaitu sebagian besar penyusunnya merupakan kristal yang
berbentuk anhedral.
5) Berdasarkan keseragaman antar butirnya
a) Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama.
b) Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama.
(Noor, 2012)
3.2.3. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah jenis batuan yang terbentuk oleh pengendapan
material di permukaan bumi dan dalam air. Sebelum disimpan, sedimen dibentuk
oleh pelapukan dan erosi di daerah sumber dan kemudian diangkut ke tempat
pengendapan oleh air, angin, gerakan es, massa atau gletser yang disebut agen
penggundulan (Hidayat, 2012).
a.

Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari

pengendapan kembali pecahan batuan asal. Batuan sedimen dapat dikelompokkan


menjadi beberapa jenis batuan atas dasar ukuran butirnya. Klasifikasi ukuran
butir yang dipakai dalam pengelompokkan batuan sedimen klastik menggunakan
klasifikasi dari wentworth.
1) Struktur Batuan Sedimen Klastik
Struktur batuan sedimen adalah suatu kelainan pada perlapisan normal
yang ada pada batuan sedimen yang diakibatkan oleh karena proses pengendapan.
Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dengan kata lain struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam
dimensi yang lebih besar.
a)

Struktur sedimen primer, struktur yang terbentuk karena proses sedimentasi


dengan demikian dapat menggambarkan mekanisme pengendapannya, antara
lain :
(1) Cross bedding, yaitu struktur primer yang membentuk struktur
penyilangan dari suatu lapisan batuan dengan lapisan batuan lainnya.
(2) Ripple Mark, yaitu struktur primer yang membentuk permukaan
gelombang pada batuannya.
(3) Graded Bedding, struktur primer sedimen yang menunjukkan adanya
perbedaan fragmen atau ukuran yang membentuk suatu lapisan batuan.
(4) Load Cast, yaitu struktur primer yang terjadi akibat adanya cacat pada
permukaan batuan yang terjadi karena adanya gaya gravitasi.
(5) Flute Cast, yaitu struktur primer yang terjadi akibat adanya penggerusan
oleh angin maupun air sehingga timbul cekungan atau gelombang pada
permukaan batuan tersebut.

b) Struktur sedimen sekunder, terbentuk setelah proses sedimentasi dan sebelum


atau saat diagenesa. Hal ini juga menggambarkan keadaan lingkungan
pengendapannya, seperti :
(1) Load Cast, struktur sedimen terbentuk pada permukaan lapisan akibat
pengaruh beban sedimen di atasnya.
(2) Convolute bedding, bentuk liukan pada batuan sedimen akibat proses
deformasi.
(3) Sandstone dike, lapisan pasir terinjeksikan pada lapisan sedimen di atasnya
akibat proses deformasi.

2) Tekstur Batuan Sedimen Klastik


Selain struktur, batuan sedimen klastik juga mempunyai tekstur. Adapun
tekstur tersebut yaitu:
a) Bentuk butir.
b) Ukuran butir, batuan sedimen klastik umumnya mengikuti skala wenworth.
Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
c) Kemas, adalah hubungan antara massa dasar dengan fragmen batuan atau
mineralnya.
b.

Batuan Sedimen Non Klastik


Batuan sedimen non klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai

hasil penguapan suatu larutan atau pengendapan material di tempat itu juga.
1) Struktur Batuan Sedimen Non Klastik
Struktur batuan non klastik ini terbentuk dari hasil kegiatan organism atau
dari hasil reaksi. Berikut macam-macam stryktur batuan sedimen non klastik :
a) Fossiliferous, struktur yang menunjukan adanya fosil.
b) Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh
mineral non klastik, bersifat konsentris dengan diameter
kurang dari 2 mm.
c) Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih
dari 2 mm.
d) Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
e) Cone in cone, struktur pada batugamping kristalin berupa
pertumbuhan kerucut per kerucut.
f) Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu.
g) Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik.
h) Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan.
i) Goode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa ronggarongga yang terisi oleh kristal-kristal yang tumbuh kearah
pusat rongga tersebut.
j) Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai
hasil pelarutan.
2) Tekstur Batuan sedimen Non Klastik
Tekstur dalam batuan sedimen non klastik dapat dibedakan menjadi 2
bagian, yaitu :
a)

Tekstur kristalin, terdiri dari kristal yang saling mengunci satu sama lain.

b) Tekstur amorf, terdiri dari mineral-mineral yang tidak membentuk kristal.


(Noor, 2009)
3.2.4. Batuan Metamorf
Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kata metamorf berasal dari bahasa Yunani, yaitu metamorphism dimana
meta yang artinya berubah dan morph yang artinya bentuk. Dengan demikian
pengertian metamorf dalam geologi adalah perubahan dari kelompok mineral dan
tekstur yang terjadi di dalam suatu batuan yang mengalami tekanan dan
temperatur yang berbeda dengan tekanan dan temperatur saat batuan tersebut
pertama kalinya terbentuk.
a.

Struktur Batuan Metamorf


Struktur batuan metamorf merupakan suatu batuan yang berdasarkan

ukuran, bentuk ataupun bentuk-bentuk dari orientasi suatu unit poligranular


batuan tersebut, secara umum batuan metamorf ini dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Foliasi, merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur foliasi terdiri atas :
a) Struktur gneeisik, memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah
mineral pipih.
b) Struktur skitosme, struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih
lebih banyak disbanding mineral butiran.
c) Struktur slaty cleavage, sama dengan struktur skitosme, kesan ke sejajaran
sama-sama halus.
d) Struktur phylitic, sama dengan struktur yang slaty cleavage, hanya mineral
dan kesejajaran.
2) Non-Foliasi, merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya
penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
a) Struktur homefelsik, butiran-butiran mineral terlihat seragam.
b) Struktur kataklastik, adanya penghancuran terhadap batuannya.
c) Struktur minolitik, adanya linitasi oleh orientasi mineral berbentuk
lentikuler dan butiran mineral halus.
d) Struktur augen, sama struktur flaser, hanya lensa terdiri dari butir-butir
feldspar dalam masa begitu halus.
e) Struktur granulase, butirannya mempunyai ukuran beragam.
f) Struktur liasi, struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk halus.
b.

Tekstur Batuan Metamorf

Abdurrahman Hanafi
H1C114225

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR


LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Tekstur dalam batuan metamorf menyangkut mengenai rekristalisasi dari
mineral yang sangat dipengaruhi dengan termperatur yang terjadi saat
metamorfosa. Tekstur dalam batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Kristaloblastik, yaitu mineral-mineral batuan yang sudah mengalami
kristalisasi kembali seluruhnya pada waktu terjadi metamorfosa.
2) Palimset, tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari
batuan asal yang masih bisa diamati.
(Noor, 2012)

Abdurrahman Hanafi
H1C114225

Anda mungkin juga menyukai

  • Proposal Perencanaan
    Proposal Perencanaan
    Dokumen25 halaman
    Proposal Perencanaan
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Form Pendaftaran Asisten 2017
    Form Pendaftaran Asisten 2017
    Dokumen1 halaman
    Form Pendaftaran Asisten 2017
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Sekat MPC
    Sekat MPC
    Dokumen9 halaman
    Sekat MPC
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • h1c114058 Rika Febriyani Tugas 2
    h1c114058 Rika Febriyani Tugas 2
    Dokumen2 halaman
    h1c114058 Rika Febriyani Tugas 2
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • File
    File
    Dokumen28 halaman
    File
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Cover Tugas Landscape
    Cover Tugas Landscape
    Dokumen1 halaman
    Cover Tugas Landscape
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen9 halaman
    Daftar Isi
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Ipi21740 PDF
    Ipi21740 PDF
    Dokumen9 halaman
    Ipi21740 PDF
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen41 halaman
    Bab 5
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Bab Vii Burning
    Bab Vii Burning
    Dokumen52 halaman
    Bab Vii Burning
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • SEMINAR BATUBARA KALIMANTAN
    SEMINAR BATUBARA KALIMANTAN
    Dokumen1 halaman
    SEMINAR BATUBARA KALIMANTAN
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka Geologi
    Daftar Pustaka Geologi
    Dokumen6 halaman
    Daftar Pustaka Geologi
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Benar
    Bab 2 Benar
    Dokumen12 halaman
    Bab 2 Benar
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • TIMIKA
    TIMIKA
    Dokumen1 halaman
    TIMIKA
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Tugas IUT
    Tugas IUT
    Dokumen2 halaman
    Tugas IUT
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Benar
    Bab 1 Benar
    Dokumen2 halaman
    Bab 1 Benar
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Kuliah PBG - 01
    Kuliah PBG - 01
    Dokumen19 halaman
    Kuliah PBG - 01
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Sni 4726-2011
    Sni 4726-2011
    Dokumen37 halaman
    Sni 4726-2011
    Albertus Dhisa
    100% (4)
  • Daftar Pustaka Gabungan GD
    Daftar Pustaka Gabungan GD
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka Gabungan GD
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka Geologi
    Daftar Pustaka Geologi
    Dokumen6 halaman
    Daftar Pustaka Geologi
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Format Perhitungan Sizing
    Format Perhitungan Sizing
    Dokumen4 halaman
    Format Perhitungan Sizing
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Latihan Soal PBG - Kul 5
    Latihan Soal PBG - Kul 5
    Dokumen2 halaman
    Latihan Soal PBG - Kul 5
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Latihan Soal PBG - Kul 5
    Latihan Soal PBG - Kul 5
    Dokumen2 halaman
    Latihan Soal PBG - Kul 5
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Sspenutup Pribadi
    Sspenutup Pribadi
    Dokumen5 halaman
    Sspenutup Pribadi
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen40 halaman
    Bab 5
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Kuliah PBG - 2-3
    Kuliah PBG - 2-3
    Dokumen38 halaman
    Kuliah PBG - 2-3
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokumen3 halaman
    Pemba Has An
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • Penutup Bab 7
    Penutup Bab 7
    Dokumen1 halaman
    Penutup Bab 7
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat
  • FRAGMENTASI
    FRAGMENTASI
    Dokumen25 halaman
    FRAGMENTASI
    Agus Setiawan RowdyBosster
    Belum ada peringkat