Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
kelahiran lebih dari 280.000 dari tahun 1998-2006.3 Pada beberapa rumah
sakit umum di Indonesia dilaporkan insidensinya berkisar 1,7% sampai
dengan 2,9%.1
2.2.3 Klasifikasi
Plasenta previa dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.4
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta previa letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah uterus sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih
kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak normal.1
al. tahun 2011 di Amerika Serikat yang mendapatkan hasil yang sama.
Perubahan patologis dapat terjadi pada miometrium dan endometrium
uterus jika ada jaringan parut bekas seksio sesaria termasuklah
pembentukan polip, infiltrasi limfosit, dilatasi kapiler dan infiltrasi sel
darah merah bebas ke dalam jaringan endometrial yang terdapat di sekitar
jaringan parut. Perubahan patologis ini dapat mengakibatkan implantasi
plasenta yang suboptimal, peningkatan malformasi vaskular dan
kerapuhan dari pembuluh darah sehingga meningkatkan risiko plasenta
previa.10
e) Suku
Penelitian oleh Kim et al. tahun 2011, didapatkan bahwa wanita Asia dan
wanita kulit hitam memiliki risiko mengalami plasenta previa lebih tinggi
dibandingkan wanita kulit putih. Hung et al. tahun 2007, mendapatkan
bahwa faktor risiko plasenta previa pada wanita Asia tidak berbeda dengan
faktor risiko plasenta previa yang ditemukan pada wanita Amerika dan
Eropa. Healy et al. tahun 2002 menemukan bahwa terdapat perbedaan
frekuensi plasenta previa antar suku, yaitu untuk wanita di bagian asia
pasifik insidensinya 1,0% dan untuk wanita kulit putih insidensinya 0,5%.
2.2.6 Gambaran klinis
Gambaran klinis dari plasenta previa adalah sebagai berikut.
a) Gambaran klinis yang paling khas pada plasenta previa adalah
perdarahan tanpa rasa sakit, yang biasanya timbul ketika hampir
mencapai trimester kedua atau setelahnya. Akan tetapi, perdarahan bisa
terjadi lebih cepat dan bisa terjadi abortus akibat posisi abnormal dari
plasenta. Perdarahan maternal bisa berasal dari tepi plasenta atau dari
terganggunya ruang intervili. Anemia neonatal signifikan bisa berasal
dari perdarahan yang diakibatkan pembuluha darah pada vili plasenta
atau perdarahan fetomaternal.7,11
b) Umumnya perdarahan terjadi pada usia kehamilan sekitar 34 minggu,
namun hampir 1/3 pasien mengalami perdarahan sebelum usia
2.2.7 Diagnosis
a) Anamnesis. Pada anamnesis dapat dinyatakan beberapa hal yang berkaitan
dengan perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya
perdarahan, apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya
perdarahan, frekuensi serta banyaknya perdarahan. Perdarahan jalan lahir
pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa
alasan, terutama pada multigravida. Hal lain yang harus digali dari
anamnesis adalah kemungkinan adanya penyebab lain dari perdarahan
seperti abrupsi plasenta.1,12
b) Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan spekulum bisa dilakukan untuk menilai
ada tidaknya perdarahan vagina dan kuantitasnya; pada kebanyakan kasus,
akan tetapi, kuantitas perdarahan vagina dapat dinilai tanpa menggunakan
spekulum yang dapat memperparah perdarahan. Tanda vital ibu,
pemeriksaan abdomen, bunyi uterine, dan frekuensi denyut jantung janin
harus juga diperiksa.12
c) Ultrasonografi. Merupakan gold standard untuk diagnosis plasenta previa.
Jaringan plasenta harus berada pada posisi 2 cm atau lebih dari os cervical
internum untuk menegakkan diagnosis. Diagnosis mungkin tidak bisa
ditegakkan dengan pemeriksaan pada bagian transabdominal, jika plasenta
berada di bagian posterior dari segmen bawah uterus karena plasenta tidak
10
bisa dilihat dengan jelas pada lokasi ini. Meminta pasien untuk
mengosongkan kandung kemihnya akan bisa membantu untuk diagnosis
plasenta previa pada bagian anterior dan posisi tredelenburg untuk
diagnosis pada bagian posteriornya. Transvaginal Ultrasonografi dengan
keakuratan
dapat
mencapai
100%
identifikasi
plasenta
previa.
11
12
13
1. Frekuensi denyut jantung fetus yang tidak stabil dan tidak responsif
terhadap terapi oksigen dan penggantian volume intravaskular pada
ibu
2. Perdarahan maternal yang sulit ditangani dan mengancam jiwa.
3. Perdarahan vagina yang signifikan setelah usia kehamilan 34 minggu.
Melahirkan lewat seksio sesaria merupakan pilihan utama rute
persalinan. Anestesi total biasanya dilakukan untuk seksio sesaria
emergensi, terutama pada ibu yang hemodinamiknya tidak stabil atau jika
status fetus yang tidak stabil. Akan tetapi anestesi regional adalah pilihan
yang dapat dilakukan pada ibu yang hemodinamiknya stabil dan frekuensi
denyut jantung fetus menunjukkan tanda yang baik.
d.1 Rute Persalinan
Plasenta Previa Totalis seksio sesaria selalu diindikasikan jika
ada hasil pemeriksaan USG yang mengindikasikan plasenta previa totalis
dan fetus hidup. Persalinan pervaginam dapat dipertimbangkan pada
kondisi yang langka, seperti adanya kematian fetus, selama ibu berada
dalam kondisi hemodinamik yang stabil.
Plasenta Letak Rendah jumlah seksio sesaria dan perdarahan
antepartum berkurang dengan meningkatnya jarak antara tepi plasenta dan
ostium uteri internum. Ada suatu konsensus umum bahwa adanya alasan
yang mungkin untuk persalinan pervaginam tanpa perdarahan ketika
plasenta berjarak 20 mm dari ostium uteri internum, sehingga persalinan
dapat dilakukan apabila tidak ada kontraindikasi lain untuk persalinan
pervaginam. Salah satu studi retrospektif melaporkan persalinan
pervaginam pada 25% dari 24 wanita dengan jarak serviks-plasenta antara
11-20 mm dan pada 69% dari 29 wanita dengan jarak serviks-plasenta
antara 11-20 mm. Meskipun berbagai faktor mempengaruhi keputusan
untuk melakukan seksio sesaria, data ini mendukung untuk melakukan
persalinan pervaginam jika plasenta berjarak 10 mm dari ostium uteri
internum.
14
2.2.9
15
16
17
ketuban pecah dini premature, infeksi lebih sering daripada aterm. Pada
ketuban pecah dini premature, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara
umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini mengingkat
sebanding dengan lamanya periode laten.1
18
19
keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32-37
minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negative beri
deksametasone, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
Terminasi kehamilan pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32-37
minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda
infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterine). Pada usia kehamilan
32-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin dan bila
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametasone I.M 5
mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.1
b) Aktif
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 25ug-50ug intravaginal tiap 6 jam maksimal
4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan
persalinan diakhiri.1
a. Bila skor pelvic <5, lakukan pamatangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila skor pelvic >5, induksi persalinan.
2.4 Kehamilan dengan Faktor Resiko (Skor Puji Rochyati dan Kartu Soedarto)
Kehamilan resiko tinggi merupakan suatu kehamilan dimana kehidupan
atau
kesehatan
ibu
maupun
janin
dalam
bahaya
akibat
adanya
20
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut dengan SKOR
(Poedji Rochjati). Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2,
4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko
menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga
kelompok:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan resiko rendah adalah kehamilan tanpa masalah / faktor
risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal
dengan ibu dan bayi hidup sehat. Tempat persalinan dapat dilakukan di
rumah maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan, dukun
membantu perawatan nifas bagi ibu dan bayinya.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan dengan satu atau lebih faktor
risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang
menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan
tetapi tidak darurat. Ibu PKK/ kader memberi penyuluhan agar pertolongan
persalinan oleh bidan atau dokter di Puskesmas, di Polindes atau
Puskesmas, atau langsung dirujuk ke Rumah Sakit, misalnya pada letak
lintang dan ibu hamil pertama (primi) dengan tinggi badan rendah.
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor 12
Kehamilan resiko sangat tinggi adalah kehamilan dengan faktor risiko:
1) Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi
jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan rujukan tepat waktu dan
tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan
nyawa ibu dan bayinya.
2) Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya
meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh
dokter Spesialis. Ibu diberi penyuluhan untuk kemudian dirujuk guna
21
1) Primi muda
Primi muda didefinisikan sebagai wanita yang hamil pertama pada umur
16 tahun. Pada kondisi ini rahim dan panggul belum tumbuh mencapai
ukuran dewasa, akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin
dalam kandungan, selain itu mental ibu belum cukup dewasa. Bahaya
yang mungkin terjadi antara lain: bayi lahir belum cukup umur,
perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir, dan perdarahan dapat terjadi
sesudah bayi lahir.
2) Primi tua
Primi tua didefinisikan apabila seorang wanita baru hamil setelah lama
perkawinan 4 tahun, dengan kehidupan perkawinan biasa: suami istri
tinggal serumah, suami atau istri tidak sering keluar kota, dan tidak
memakai alat kontrasepsi (KB). Dapat juga didefinisikan sebagai wanita
yang hamil pertama pada umur 35 tahun. Pada usia tersebut mudah
terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir
juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan
anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Bahaya/ komplikasi
yang dapat terjadi antara lain: persalinan tidak lancar/macet, hipertensi,
preeklamsia, ketuban pecah dini, perdarahan setelah bayi lahir, bayi lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. Dapat juga berisiko
22
23
dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi: hipertensi dan preeklamsia,
ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar / macet, dan perdarahan
setelah bayi lahir.
7) Tinggi badan 145 cm atau kurang
Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:
a) Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas
panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional,
dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi: panggul ibu sebagai
jalan
b) Ibu hamil dengan kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup
bulan, dan berat badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat
terjadi: persalinan berjalan tidak lancar, bayi sukar lahir, persalinan operasi
sesar.
c) Lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar, dan panggul
ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar.
d) Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi
mati dalam waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang.
8) Riwayat obstetric jelek (ROJ)
Riwayat obstetric jelek dapat terjadi pada ibu hamil dengan:
a) Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:
keguguran, lahir belum cukup bulan, lahir mati, lahir hidup lalu mati
umur 7 hari.
b) Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami
keguguran 2 kali.
c) Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam
kandungan.
24
Bahaya yang dapat terjadi pada wanita hamil dengan riwayat obstetric
jelek: kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan
tanda-tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar
darah, perut kencang; penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan
kehamilan, misalnya: diabetes mellitus, radang saluran kencing, dll.
25
26
persalinan
prematur,
hidramnion,
kelainan
bawaan,
27
tangan
disertai
dengan
naiknya
tekanan
darah,
dapat
28
29
30
kecil dan sudah beberapa waktu mati masih ada kemungkinan dapat
lahir secara biasa. Bahaya yang dapat terjadi pada kehamilan akibat
kelainan letak lintang dan pada persalinan yang tidak di tangani
dengan benar, adalah dapat terjadi robekan rahim, dan akibatnya bagi
ibu: perdarahan yang mengakibatkan anemia berat, infeksi, syok dan
dapat mengakibatkan kematian. Sedangkan bagi janin: kematian janin
mati.
31
disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau preeklamsia, maka terjadi perdarahan pada tempat insersi plasenta.
Akibat perdarahan dapat menyebabkan adanya penumpukan darah
beku di belakang plasenta, sehingga umumnya darah yang keluar
berwarna merah tua dan membentuk stolsel/bekuan darah.
Bahaya yang dapat terjadi akibat perdarahan antepartum diantaranya:
bayi
terpaksa
dilahirkan
sebelum
cukup
bulan,
dan
dapat