TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Definisi kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT )
KDRT
perempuan,
yang
penderitaan
secara
penelantaraan
melakukan
berakibat
fisik,
rumah
perbuatan,
timbulnya
seksual,
tangga,
kesengsaraan
psikologis,
termasuk
pemaksaan
dan
ancaman
atau
atau
atau
untuk
perampasan
KDRT.
Korban
biasanya
tampak
depresi,
sangat
takut
pada
luka
yang
disebabkan
oleh
adanya
KDRT,
biasanya
strangulation
(throttling)
biasanya
menggunakan
tangan,
signifikan seperti warna merah, memar ataupun bekas tali yang terbakar
pada 16% sisanya. Hampir 50% dari para korban mengalami perubahan
suara dari disfonia sampai afonia.
c) Disfagia, odinofagia, hiperventilasi, dispneu, dan apneu dilaporkan atau
ditemukan. Dengan catatan, laporan menunjukkan bahwa beberapa korban
dengan keadaan awal ringan, dapat meninggal dalam waktu 36 jam setelah
strangulasi.
d) Pada ligature strangulation sering tampak petechiae. Petechiae pada
konjungtiva terlihat sama banyaknya dengan petechiae pada daerah
jeratan, seperti wajah dan daerah periorbita.
e) Pada leher mungkin ditemukan goresan dan luka lecet dari kuku korban
atau kombinasi dari luka yang dibuat oleh pelaku dan korban. Lokasi dan
luas bervariasi dengan posisi pelaku (depan atau belakang) dan apakah
korban atau pelaku menggunakan satu atau dua tangan. Pada Manual
strangulation korban sering merendahkan dagunya dalam upaya
melindungi leher, hal ini akan mengaakibatkan luka lecet pada dagu
korban dan tangan pelaku.
f) Luka memar tunggal atau area eritematous sering terlihat pada ibu jari
pelaku. Area dari luka memar dan eritema sering terlihat bersama,
berkelompok pada bagian samping leher, sepanjang mandibula, bagian
atas dagu, dan di bawah area supraklavikula.
g) Ligature mark terlihat dari halus sampai keras. Menyerupai lipatan kulit.
Tanda (misalnya pola seperti gelombang kabel telepon, seperti jalinan pita
dari tali) dapat memberi kesan korban telah dicekik. Sifat dan sudut pola
ini diperlukan untuk membedakan penggantungan dengan Ligature
strangulation. Pada Ligature strangulation, penekanan dari penjeratan
biasanya horizontal pada level yang sama dengan leher, dan tanda
penjeratan biasanya di bawah kartilago thyroid dan sering tulang hyoid
patah. Pada penggantungan, penekanan cenderung vertical dan berbentuk
seperti air mata, di atas kartilago thyroid, dengan simpul pada daerah
tengkuk, di bawah dagu, atau langsung di depan telinga. Tulang hyoid
biasanya masih utuh.
h) Keluhan lainnya termasuk kehilangan kesadaran, defekasi, muntah yang
tidak terkontrol, mual dan kehilangan ingatan.
E. Distribusi Luka
Luka-luka pada KDRT biasanya mempunyai distribusi tertentu, sebagai berikut:
terhadap kasus KDRT dan termasuk lembaga-lembaga sosial yang bergerak dalam
perlindungan terhadap perempuan. Bahkan dalam rencana pembentukan peraturan
perundang-undangan tersebut tidak terlepas dari peran lembaga sosial.
A.
B. Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan.
Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan yang selanjutnya disebut sebagai Perpres Komnas
Perempuan ialah merupakan penyempurnaan Keputusan Presiden No. 181
Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
Perpres Komnas Perempuan Pasal 24 telah mencabut dan menyatakan tidak
berlaku Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan. Komnas Perempuan ini dibentuk berdasarkan prinsip
negara hukum yang menyadari bahwa setiap bentuk kekerasan terhadap
perempuan merupakan salah satu bentuk pelanggaran atas hak-hak asasi
2.
3.
tahun atau denda paling banyak Rp30.000.000,- (Tiga puluh juta rupiah).
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan
matinya korban, dipadana penjara paling lama 15 (Lima belas) tahun atau
4.
12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp36.000.000,- (Tiga puluh
enam juta rupiah).
d. UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 47
1. Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya
melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp
12.000.000,00-(dua
belas
juta
rupiah)
atau
paling
banyak
Rp
gugur
atau
matinya
janin
dalam
kandungan,
atau
Tenaga kesehatan;
Pekerja sosial;
Relawan pendamping; dan/atau
Pembimbing rohani.
korban berlaku pada semua tahap proses peradilan pidana dalam lingkungan
peradilan yang bertujuan untuk memberikan rasa aman pada saksi dan/atau
korban dalam memberikan keterangan pada setiap proses peradilan pidana.
Perlindungan saksi dan korban juga dilakukan karena adanya hak-hak seorang
saksi dan korban yang harus dilindungi seperti:
a. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta
bendanya, serta bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan kesaksian
yang akan, sedang, atau telah diberikannya
b. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
dukunga keamanan
Memberikan keterangan tanpa tekanan
Mendapat penerjemah
Bebas dari pertanyaan yang menjerat
Mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus
Mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan
Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan
Mendapat identitas baru
Mendapatkan tempat kediaman baru
Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan
Mendapat nasihat hokum
Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang
Republik
Indonesia
No.
23
Tahun
2004,
tentang