Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Kapal sebagai sarana pelayaran mempunyai peran sangat penting

dalam sistem angkutan laut. Hampir semua barang impor, ekspor dan
muatan dalam jumlah sangat besar diangkut dengan kapal laut, walaupun
diantara tempat-tempat dimana pengangkutan dilakukan terdapat fasilitas
angkutan lain yang berupa angkutan darat dan udara. Hal ini mengingat
kapal mempunyai kapasitas yang jauh lebih besar daripada sarana
angkutan lainnya. Sebagai contoh pengangkutan minyak yang mencapai
puluhan bahkan ratusan ribu ton. Apabila harus diangkut dengan truk
tangki diperlukan ribuan kendaraan dan waktu yang lama. Tetapi bila
menggunakan kapal dengan muatan yang besar, akan memerlukan waktu
lebih singkat, tenaga kerja lebih sedikit dan biaya yang lebih murah.
Selain itu untuk angkutan barang antar pulau atau negara, kapal
merupakan satu-satunya sarana yang sesuai.
Untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut diperlukan prasarana yang
berupa pelabuhan. Pelabuhan merupakan tempat pemberhentian (terminal) kapal
setelah melakukan pelayaran. Di pelabuhan ini kapal melakukan berbagai kegiatan
seperti menaik-turunkan penumpang, bongkar muat barang, pengisian bahan bakar
dan air tawar, melakukan perbaikan, mengisi perbekalan dan sebagainya. Untuk bisa
melaksanakan berbagai kegiatan tersebut pelabuhan harus dilengkapi dengan fasilitas
seperti pemecah gelombang, dermaga, peralatan tambatan, peralatan bongkar muat
barang, gudanggudang, halaman untuk menimbun barang, perkantoran baik untuk
maskapai pelayaran dan pengelola pelabuhan, perlengkapan pengisian bahan bakar
dan penyediaan air bersih dan lain sebagainya.

Keberadaan Pelabuhan Banjarmasin telah dikenal sejak abad XIV dan letak
pelabuhannya ditepi sungai Barito dengan nama Marapian, kemudian berpindah ke
Marabahan dan berpindah lagi ke sungai Martapura (masih dalam kota Banjarmasin)
dengan nama Pelabuhan Martapura. Pada tahun 1961 mulai dibangun Pelabuhan
Trisakti di sungai Barito, mengingat daya tampung Pelabuhan Martapura tidak
memadai lagi. Pada tanggal 10 September 1965 diresmikan pemakaian pelabuhan
baru dengan nama Pelabuhan Trisakti Banjarmasin atau Pelabuhan Banjarmasin.
1.2.

Tujuan dan Manfaat.

Tujuan dan manfaat dari perencanaan pelabuhan ini sebagai berikut:


Tujuan :
Pada perencanaan ini akan direncanakan analisa kelayakan dermaga,
lapangan penumpukan, gudang berdasarkan kondisi eksisting untuk

lokasi pelabuhan Banjarmasin.


Merencanakan Daerah Kepentingan Lingkungan Pelabuhan (DLKP) dan
Daerah Kepentingan Lingkungan Daratan (DLKR) pelabuhan

Banjarmasin
Mendesain layout pelabuhan Banjarmasin untuk 2030 berdasarkan layout

eksisting.
Manfaat :

Memberikan

wawasan

dan

pengalaman

tentang

bagaimana

menrencanakan suatu pelabuhan

Laporan hasil perencanaan pelabuhan ini diharapkan bisa menjadi


referensi alternatif bagi mahasiswa yang akan mengerjakan tugas
perencanaan pelabuhan di masa-masa mendatang.

1.3.

Ruang Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pengerjaan tugas perencanaan pelabuhan ini adalah:


1. Proyeksi data call kapal, bongkar muat, arus peti kemas, dan penumpang pada
pelabuhan Banjarmasin

2. Menghitung kapasitas dermaga, lapangan penumpang, dan analisa gudang


berdasarkan hasil proyeksi.
3. Menghitung Alur Pelayaran, Kolam putar, lebar alur pelayaran,
4. Menggambar layout pelabuhan Banjarmasini sesuai data hasil proyeksi
5. Membuat laporan akhir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pelabuhan
Dalam Bahasa Indonesia dikenal dua istilah yang berhubungan dengan arti
pelabuhan yaitu Bandar dan pelabuhan. Bandar (harbour) adalah daerah perairan
yang terlindung terhadap gelombang dan angin untuk berlabuhnya kapal-kapal.
Pelabuhan (port) adalah daerah parairan yang terlindung terhadap gelombang, yang
di lengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal dapat
bertambat untuk melakukan bongkar muat barang, kran-kran, gudang laut dan tempat
penyimpanan di mana kapal dapat membongkar muat barangnya.
Adapun pengertian pelabuhan yaitu merupakan suatu pintu gerbang dan
memperlancar hubungan antar daerah, pulau, atau bahkan antar benua dan bangsa
yang dapat memajukan daerah belakangnya (hinterland). Daerah belakang ini adalah
daerah yang memiliki kepentingan hubungan ekonomi, sosial, dan lain-lain dengan
pelabuhan tersebut.
Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa pelabuhan merupakan
Bandar yang di lengkapi dengan bangunan-bangunan untuk pelayanan muatan dan
penumpang seperti dermaga, tambatan, dengan segala perlengkapan. Sebagaimana
kita ketahui bahwa bumi ini dua per tiganya terdiri atas perairan. Daerah yang begitu
luasnya membutuhkan suatu sarana dan prasarana yang akan menghubungkan antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain. Peranan pelayaran adalah sangat penting
bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan serta halhal yang lainnya. Pelayaran dapat di bedakan menjadi dua bagian yaitu pelayaran

niaga dan bukan niaga. Di mana pelayaran niaga yaitu usaha pengangkutan barang,
terutama barang dagangan, melalui laut antar tempat atau pelabuhan sedangkan yang
bukan niaga yaitu meliputi pelayaran patroli, survey kelautan dan lainnya. Kapal
sebagai sarana pelayaran yang menghubungkan antar daerah mempunyai peran yang
sangat penting dalam sistem angkutan laut. Untuk mendukung kegiatan dari kapal
dalam melakukan kegiatan pelayaran dibutuhkan prasarana berupa pelabuhan.
Pelabuhan merupakan tempat pemberhentian (terminal) kapal setelah melakukan
pelayaran. Di pelabuhan ini kapal melakukan berbagai kegiatan seperti menaikturunkan penumpang, bongkar muat barang, pengisian bahan bakar dan air tawar,
melakukan reparasi, mengadakan perbekalan dan sebagainya.
Pelabuhan

merupakan

pintu

gerbang

yang

menghubungkan

dan

memperlancar komunikasi antar daerah yang satu dengan yang lainnya. Selain untuk
kepentingan sosial dan ekonomi, ada pula pelabuhan yang dibangun untuk
kepentingan pertahanan dan keamanan suatu daerah atau negara. Dalam hal ini
pelabuhan tersebut dinamakan pangkalan angkatan laut atau pelabuhan militer.
2.2

Syarat Pembangunan Pelabuhan


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan suatu pelabuhan

antara lain adalah kebutuhan akan pelabuhan dan pertimbangan ekonomi volume
perdagangan melalui laut dan adanya hubungan dengan daerah pedalaman baik
melalui darat maupun dari laut. Di rencanakannya suatu pelabuhan di akibatkan
karena :
1. Adanya pertimbangan politik.
2. Adanya keperluan untuk melayani dan meningkatkan kegiatan ekonomi
daerah di belakangnya dan untuk menunjang kelancaran perdagangannya.
3. Untuk mendukung kelancaran produksi suatu perusahaan ataukah suatu pabrik
Oleh karena itu pelabuhan harus memenuhi beberapa persyaratan berikut :
1. Pelabuhan berada dalam suatu lokasi yang mempunyai daerah
belakang (hinterland) yang subur dengan populasi penduduk yang
cukup padat.

2. Adanya hubungan yang mudah antara transportasi darat dan


pelabuhan seperti jalan raya, truk, kereta, dan lain-lain.
3. Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang sesuai.
4. Kapal yang mencapai pelabuhan harus bisa membuang sauh selama
menunggu untuk merapat ke dermaga untuk mengadakan bongkar
muat serta pengisian bahan bakar.
5. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas bongkar muat barang (crane, dll)
serta gudang-gudang penyimpanan barang dan fasilitas reparasi kapal.
JHVJFDV
2.3

Kriteria Hierarki Pelabuhan


Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009

tentang Kepelabuhanan, pelabuhan laut di Indonesia dapat dikelompokkan


berdasarkan hierarki yang terdiri atas:
a. Pelabuhan Utama (yang berfungsi sebagai Pelabuhan Internasional dan
Pelabuhan Hub Internasional);
b. Pelabuhan Pengumpul; dan
c. Pelabuhan Pengumpan, yang terdiri atas:
1) Pelabuhan Pengumpan Regional;
2) Pelabuhan Pengumpan Lokal.
Hierarki pelabuhan sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan memperhatikan
kriteria teknis sebagai berikut:
1. Pelabuhan Utama:
a. Kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional;
b. Berada dekat dengan jalur pelayaran internasional 500 mil dan jalur
pelayaran nasional 50 mil;
c. Memiliki jarak dengan pelabuhan utama lainnya minimal 200 mil;
d. Memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari
gelombang
e. Kedalaman kolam pelabuhan minimal 9 m-LWS;

f. Berperan

sebagai

tempat

alih

muat

peti

kemas/curah/general

cargo/penumpang internasional;
g. Melayani Angkutan petikemas sekitar 300.000 teus/tahun atau angkutan
lain yang setara;
h. Memiliki dermaga peti kemas/curah/general cargo minimal 1 (satu)
tambatan, peralatan bongkar muat petikemas/curah/general cargo serta
lapangan penumpukan/gudang penyimpanan yang memadai.
i. Berperan
sebagai
pusat
distribusi
peti
kemas/curah/general
cargo/penumpang di tingkat nasional dan pelayanan angkutan peti kemas
internasional;
2. Pelabuhan pengumpul:
a. Kebijakan pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional
dan meningkatkan pertumbuhan wilayah;
b. Memiliki jarak dengan pelabuhan pengumpul lainnya setidaknya 50 mil;
c. Berada dekat dengan jalur pelayaran nasional 50 mil;
d. Memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari
gelombang;
e. Berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan
kawasan pertumbuhan nasional;
f. Kedalaman minimal pelabuhan 7 m-lws;
g. Memiliki dermaga multipurpose minimal 1 tambatan dan peralatan
bongkar muat;
h. Berperan sebagai pengumpul angkutan peti kemas/curah/general
cargo/penumpang nasional;
i. Berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum
nasional;
3. Pelabuhan Pengumpan Regional:
a. Berpedoman pada tata ruang wilayah provinsi dan pemerataan
pembangunan antarprovinsi;
b. Berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota serta pemerataan
dan peningkatan pembangunan kabupaten/kota;
c. Berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi wilayah provinsi;
d. Berperan sebagai pengumpan terhadap pelabuhan pengumpul dan
pelabuhan utama;

e.

berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke

pelabuhan pengumpul dan/atau pelabuhan pengumpan lainnya;


f. Berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/kota dalam propinsi;
g. Memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari
gelombang;
h. Melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar
i.
j.
k.
l.

kecamatan dalam 1 (satu) provinsi;


Berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau 25 mil;
Kedalaman maksimal pelabuhan 7 m-lws;
Memiliki dermaga dengan panjang maksimal 120 m;
Memiliki jarak dengan pelabuhan pengumpan regional lainnya 20 50

mil.
4. Pelabuhan Pengumpan Lokal:
a. Berpedoman pada tata

ruang

wilayah

kabupaten/kota

dan

pemerataanserta peningkatan pembangunan kabupaten/kota;


b. Berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota;
c. Memiliki luas daratan dan perairan tertentu dan terlindung dari
gelombang;
d. Melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar
kecamatan dalam 1 (satu) kabupaten/kota;
e. Berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Utama, Pelabuhan
Pengumpul, dan/atau Pelabuhan Pengumpan Regional;
f. Berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil,
terisolasi, perbatasan, daerah terbatas yang hanya didukung oleh moda
transportasi laut;
g. Berperan sebagai tempat pelayanan moda transportasi laut untuk
mendukung kehidupan masyarakat dan berfungsi sebagai tempat
multifungsi selain sebagai terminal untuk penumpang juga untuk
melayani bongkar muat kebutuhan hidup masyarakat disekitarnya;
h. Berada pada lokasi yang tidak dilalui jalur transportasi laut reguler
kecuali keperintisan;
i. Kedalaman maksimal pelabuhan 4 m-LWS;
j. Memiliki fasilitas tambat atau dermaga dengan panjang maksimal 70 m;
k. Memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Lokal lainnya 5 20 mil.

2.4

Pemilihan Lokasi Pelabuhan


Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan

daratan. Pemilihan lokasi tergantung dari beberapa faktor seperti kondisi tanah dan
geologi, kedalaman dan luas perairan, perlindungan pelabuhan terhadap gelombang,
arus dan sedimentasi, daerah daratan yang cukup luas untuk menampung barang yang
akan dibongkar muat, jalan-jalan untuk transportasi, dan daerah industri di
belakangnya. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi pelabuhan
adalah sebagai berikut :
1. Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pelabuhan, termasuk
pengerukan pertama yang harus dilakukan.
2. Biaya operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur dan
kolam pelabuhan.
3.

Tinjauan topografi dan geologi. Keadaan topografi daratan dan bawah laut
harus memungkinkan untuk membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan
untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah daratan harus cukup luas
untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti dermaga, jalan, gudang,
dan juga daerah industri. Kondisi geologi juga perlu diteliti mengenai sulit
tidaknya

melakukan

pengerukan

daerah

perairan

dan

kemungkinan

menggunakan hasil pengerukan tersebut untuk menimbun tempat lain.


4. Tinjauan sedimentasi. Pelabuhan harus dibuat sedemikian rupa sehingga
sedimentasi yang terjadi harus sesedikit mungkin. Proses erosi dan
sedimentasi tergantung pada sedimen dasar dan pengaruh hidrodinamika
gelombang dan arus. Proses sedimentasi ini sulit ditanggulangi, oleh karena
itu masalah ini harus diteliti dengan baik untuk dapat memprediksi resiko
pengendapan.
5. Tinjauan gelombang dan arus. Gelombang menimbulkan gaya-gaya yang
bekerja pada kapal dan bangunan pelabuhan. Untuk menghindari gangguan

gelombang tersebut maka perlu dibuat bangunan pelindung pantai. Tinggi


gelombang dan kecepatan arus yang masuk di perairan pelabuhan nilainya
harus sekecil mungkin agar tidak mengganggu bongkar muat kapal di
pelabuhan.
6. Tinjauan pelayaran. Pelabuhan yang dibangun harus mudah dilalui kapalkapal yang akan menggunakannya. Diharapkan bahwa kapal-kapal yang
sedang memasuki pelabuhan tidak mengalami dorongan arus pada arah tegak
lurus sisi kapal. Demikian juga, sedapat mungkin kapal-kapal harus
memasuki pelabuhan pada arah sejajar dengan arah angin dominan.
Gelombang

yang

mempunyai

amplitudo

besar

akan

menyebabkan

diperlukannya kedalaman saluran pengantar yang lebih besar, karena pada


keadaan tersebut kapal-kapal bergoyang naik turun sesuai dengan fluktuasi
muka air
2.5

Fasilitas Pelabuhan
Oleh karena kegiatan di pelabuhan harus dilakukan secepat mungkin, maka

pelabuhan harus bisa memenuhi sejumlah fasilitas yang dapat menunjang seluruh
pekerjaan di pelabuhan. Fasilitas yang terdapat pada pelabuhan yang direncanakan
dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu
2.5.1

Fasilitas Utama
Adalah segala sesuatu yang mutlak harus dimiliki oleh sebuah
pelabuhan untuk penyelenggaraan operasional di pelabuhan.
1. Dermaga

Adalah

bangunan

pelabuhan

yang

digunakan

untuk

merapatnya kapal untuk melakukan proses bongkar muat barang, yang


dilengkapi dengan tambatan dan peralatan bongkar muat (kran) untuk
mengangkut barang dari dan ke kapal. Dermaga dapat dibedakan atas dua
tipe, yaitu wharf (sejajar garis pantai) dan Pier (menjorok ke laut). Apron

adalah halaman dermaga yang dapat digunakan untuk menempatkan


barang-barang selama menunggu pengapalan atau angkutan ke darat.
Kinerja pelabuhan ditunjukkan oleh Berth Occupancy Ratio I (BOR),
yaitu perbandingan antara jumlah waktu pemakaian tiap dermaga yang
tersedia dengan jumlah waktu

yang tersedia selama satu periode

(bulan/tahun) yang dinyatakan dalam persentase.


Adapun rumus menghitung BOR adalah

Berd
asarkan UNCTAD (United Nation Conference on Trade and Development)
merekomendasikan agar tingkat pemakaian dermaga tidak melebihi nilai
dalam tabel di bawah ini :

Panjang dermaga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai


berikut:

Lp=n Loa+ ( n+ 1 ) x 10 x Loa


Dimana:
Lp = Panjang dermaga (m)
Loa = Panjang kapal yang ditambat (m)
n = Jumlah kapal yang ditambat
2. Alur Pelayaran adalah suatu daerah/jalur yang dilalui oleh kapal untuk
masuk ke dalam wilayah palabuhan. Alur pelayaran dibuat untuk
memudahkan kapal memasuki wilayah pelabuhan dengan aman, juga
untuk menghilangkan kesulitan yang akan timbul karena gerakan kapal
ke atas (minimum ship manuver activity) dan gangguan alam.
Perencanaan alur pelayaran juga memperhatikan dimensi kapal yang
akan dilayani, jumlah jalur, dan bentuk lengkung alur
3. Kolam Pelabuhan yang direncanakan harus mempunyai luas dan
kedalaman yang cukup, sehingga memungkinkan kapal berlabuh dengan
aman dan memudahkan bongkar muat, selain itu suasana kolam
pelabuhan juga harus tenang untuk menunjang proses bongkar muat
barang. Kolam pelabuhan harus cukup tenang baik dalam kondisi biasa
maupun badai. Kolam di depan dermaga harus tenang untuk
memungkinkan penambatan selama 95% - 97% dari hari atau lebih dalam
satu tahun.
4. Penahan/Pemecah Gelombang adalah sebuah bangunan pada pelabuhan
yang berfungsi untuk menahan atau meredam energi gelombang sehingga
dapat melindungi kolam pelabuhan dari gangguan gelombang yang besar.
Biasanya pemecah gelombang dibangun dengan batuan alam maupun
batuan buatan seperti tetrapod, quadrypods, hexapod maupun dari bahan
2.5.2

caisson.
Fasilitas Penunjang

Pelabuhan juga membutuhkan beberapa fasilitas pendukung lainnya


seperti menara pengawasan yang digunakan untuk mengawasi semua tempat
dan mengatur serta mengarahkan semua kegiatan di pelabuhan, suplay bahan
bakar dan air tawar, penerangan untuk pengerjaan malam hari dan keamanan,
peralatan untuk membersihkan alat-alat bongkar muat, fasilitas pandu, tunda,
dan lain sebagainya.
1.

Gudang yang terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barang-barang


yang berasal dari kapal atau yang akan dimuat ke kapal. Gudang dalam
pelabuhan dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan kegunaannya.Jenisjenis gudang adalah sebagai berikut:
Gudang Lini I : disebut sebagai daerah pabean (customs area) dan
dapat disebut juga sebagai transit shed.
Gudang Lini II : gudang ini letaknya pada daerah belakang lini I.
Barang dalam gudang ini biasanya menunggu untuk dikeluarkan
dari pelabuhan atau barang yang ditimbun lebih lama.
Gudang Verlengstuk : gudang yang ditunjuk sementara sebagai
gudang lini II.
Gudang Entreport : adalah gudang yang berada diluar pelabuhan
yang statusnya sebagai gudang lini I.
Tingkat pemakaian Gudang/Storage Occupancy Ratio (SOR) atau
tingkat pemakaian gudang adalah perbandingan antara kapasitas
terpakai terhadap kapasitas tersedia dalam satu periode (Bulan/Tahun)
yang dinyatakan dalam persentase. Dirumuskan sebagai berikut :

SOR =

JumlaharusbarangxDwellingTime
x 100
K apasitasGudangxharikalender

Luas gudang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

A=

T TrT Sf
365 Sth(1BS 100)
Dimana:
A = Luas Gudang (m2)
T = throughput pertahun (ton)
TrT = transit time / dewlling time(hari)
Sf = storage faktor (m3/ton, Sf = 0.6667 m3/ton)
Sth = stacking height (m)
BS = broken stwage of cargo

2.

Lapangan Penumpukan Petikemas (Container Yard)


Lapangan penumpukan petikemas/Container Yard (CY) adalah
tempat untuk menyimpan petikemas isi dan petikemas kosong yang
muatannya berstatus FCL dan LCL untuk di bongkar/muat. Lapangan
penumpukan harus diperkeras dengan struktur perkerasan tertentu
sehingga dapat menerima beban yang berat dari barang yang di
tampungnya.
Fungsi lapangan penumpukan adalah untuk menyimpan
barang-barang yang berat dan besar serta tahan terhadap panas dan
hujan, seperti kendaraan berat, barang yang terbuat dari baja seperti
tiang listrik, pelat baja, baja beton dan sebagainya.
Tingkat pemanfaatan lapangan penumpukan/Yield Occupancy
Ratio (YOR) adalah perbandingan antara jumlah pemakaian lahan
penumpukan yang dihitung dalam satuan teus dengan kapasitas
lapangan penumpukan (CY) dalam satu periode (bulan, tahun) yang
dihitung dalam persentase.
Rumus yang digunakan :

Luas Lapangan Petikemas (CY) dapat dihitung menggunakan rumus


sebagai berikut :
A=

T D ATEU
365 (1BS 100)

Dimana:
A = Luas Gudang (m2)
T = throughput pertahun (ton)
D = dewlling time(hari)
Sf = storage faktor (m3/ton, Sf = 0.6667 m3/ton)
BS = broken stwage of cargo
Peti Kemas
Peti kemas (Ingggris: ISO container) adalah peti atau kotak
yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan International
Organization for Standardization (ISO) sebagai alat atau perangkat
pengangkutan barang yang bisa digunakan diberbagai moda, mulai
dari moda

jalan

dengan truk

peti

kemas, kereta

api dan kapal

petikemas laut.
Jenis Peti Kemas
Berbagai variasi bentuk peti kemas digunakan untuk barang-barang
yang spesifik namun menggunakan ukuran yang standar untuk
mempermudah handling dan perpindahan moda angkutan.

Peti kemas barang umum untuk diisi kotak-kotak, karung, drum,


palet dls, jenis yang paling banyak digunakan

Peti kemas tangki yaitu tangki baja yang dibangun di dalam


kerangka container digunakan untuk mengangkut Tanki yang di
dalamnya diisi barang-barang yang berbahaya, misalnya gas,
minyak, bahan kimia yang mudah meledak.

Peti

kemas

berventilasi

untuk

barang

organik

yang

membutuhkan ventilasi

Peti kemas Generator

Peti kemas berpendingin digunakan untuk mengangkut barang


barang yang memerlukan suhu pendingin, misalnya untuk jenis
sayur-sayuran, daging dll.

Peti kemas curah, digunakan untuk mengangkut muatan curah,


misalnya beras, gandum, dll.

Peti kemas yang diperlengkapi dengan isolasi

Peti

kemas

dengan

pintu

disamping

digunakan

untuk

mengangkut muatan yang ukurannya tidak memungkinkan


dimasukan dari pintu belakang Petikemas. Jadi semua sisi Peti
kemas harus dibuka. Misalnya alat alat berat.

3.

Collapsible ISO

Peralatan bongkar muat

Adapun beberapa macam alat bongkar muat barang antara lain


1. Derek kapal, fungsinya untuk mengangkat muatan yang tidak terlalu
berat dan pengangkatan berlaku untuk radius kecil, yaitu sekitar 6
meter dari lambung kapal.
2. Crane darat, merupakan pesawat bongkar muat dengan lengan cukup
panjang yang ditempatkan di atas dermaga pelabuhan, dipinggir
permukaan perairan pelabuhan.
3. Crane terapung, merupakan pesawat bongkar muat yang mempunyai
mesin sendiri untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
Lengannya

dipasang

mati

dan

tidak

dapat

diatur

panjang

jangkauannya. Kapasitasnya sebesar 10 ton, 25 ton, 50 ton, 200 ton,


atau lebih.
4. Alat pengangkat di atas dermaga, misalnya forklift, Crane mobil, dan
sebagainya.
5. Bengkel Pemeliharaan Adalah fasilitas yang disediakan untuk
memelihara dan merawat peralatan bongkar muat dan peralatan
lainnya yang berkaitan dengan operasional pelabuhan.
6. Fasilitas penunjang lainFasilitas penunjang lainnya yang harus
dimiliki oleh pelabuhan adalah : Terminal, Perkantoran, Jalan, dan
Penerangan.
2.6 Peran dan Fungsi Pelabuhan
a. Peranan Pelabuhan
1. Pelabuhan sebagai interface artinya pelabuhan menyediakan berbagai
fasilitas dan pelayanan jasa atau service yang dibutuhkan dalam rangka
memindahkan barang dari kapal ke angkutan darat atau sebaliknya dan
memindahkan barang dari satu kapal ke kapal lainnya.
2. Pelabuhan sebagai link artinya pelabuhan dipandang sebagai salah satu
mata rantai dalam proses transportasi mulai dari tempat asal barang sampai
ke tempat tujuan, sehingga pelabuhan baik dilihat dari performance

maupun dari segi biaya akan sangat mempengaruhi kegiatan transportasi


keseluruhan.
3. Pelabuhan sebagai gateway artinya pelabuhan sebagai pintu gerbang
dari suatu negara atau daerah sebagaimana halnya pelabuhan udara
sehingga dapat memegang peranan penting bagi perekonomian suatu
negara atau daerah.
4. Pelabuhan sebagai industry entity artinya suatu daerah sekitar
pelabuhan berkembang kantong-kantong industri yang dapat berorientasi
kepada ekspor dari suatu saerah atau negara.
b. Fungsi Pelabuhan
1. Pelabuhan berfungsi sebagai penyedia jasa dan pelayanan artinya
pelabuhan menyediakan jasa dan melayani kegiatan labuh tambat,
penundaan, pengepilan, bongkar muat barang, petikemas, gudang, lapangan
penumpukan, dan lain-lain.
2. Pelabuhan berfungsi sebagai pusat kegiatan pelabuhan merupakan
tempat melangsungkan kegiatan pemerintahan dan ekonomi.
3. Pelabuhan sebagai tempat intra dan antar moda artinya pelabuhan
sebagai tempat perpindahan atau pertukaran moda transportasi.
2.7

Daerah Hinterland Pelabuhan


Perkembangan dan pertumbuhan suatu pelabuhan sangat ditentukan oleh luas

wilayah layanannya. Dengan

mengetahui wilayah layanan maka jumlah keluar

masuknya barang melalui pelabuhan tersebut dapat diketahui. Wilayah layanan suatu
pelabuhan dapat dibagi atas dua wilayah yaitu wilayah layanan belakang (hinterland)
dan wilayah layanan kedepan (foreland).
Pengertian hinterland:
a) The land directly ejection to and inland from a coast (Daratan yang secara
langsung berdekatan dengan sebuah pantai).

b) A region served by aport city and its facilities (Suatu daerah yang dilayani
oleh suatu pelabuhan beserta fasilitasnya).
c) A region remote from urban areas; back country (Suantu daerah yang
digerakkan oleh daerah perkotaan).
Jadi yang dimaksud dengan hinterland adalah derah belakang (daerah sekitar)
yang terhubung, serta dapat dilayani oleh suatu pelabuhan dan beserta fasilitasnya.
Ukuran dan luas hinterland bervariasi mulai dari daerah kecil dan kota, dan negaranegara. Ukuran kepentingan ekonomi dan hinterland pelabuhan diantaranya :
a)
b)
c)
d)
e)

Gross Domestic Product (GDP).


Populasi dan angkatan kerja.
Luas dan karakter fisik.
Struktur perdagangan
Dan lain-lain
Sedangkan faktor atau kendala yang sangat menentukan ukuran atau

perkembangan hinterland adalah :


a)
b)
c)
d)

Batasan fisik, seperti gunung, gurun, dll.


Jaringan transportasi
Aspek operasional.
Aspek politik.

2.8

Analisa Kinerja Pelabuhan

Kinerja

pelabuhan

adalah

output

dari

tingkat

keberhasilan

pelayanan/penggunaan fasilitas alat-alat pelabuhan pada suatu periode (wakru)


tertentu yang ditetapkan dalam ukuran satuan waktu, satuan berat, ratio perbandingan
(persentase) atau satuan lainnya.
Satuan dan tujuan dari analisa kinerja pelabuhan :

Sebagai parameter dalam pengelolaan manajemen pelabuhan

Parameter

dalam

perencanaan

pengembangan

serta

menetapkan

kebijakankebijakan.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, produktivitas dan efisiensi
penggunaan
fasilitas pelabuhan pada periode waktu tertentu.
Dalam menganalisis kinerja pelabuhan terdapat beberapa faktor yang
dikelompokkan dalam jenis kinerja pelabuhan sebagai dasar untuk menganalisa :
1. Pelayanan Kapal
Untuk kinerja pelayanan kapal dapat dilhat dari Arrival rate dan Turn
run time, yang merupakan waktu kapal selama berada di pelabuhan yaitu
jumlah antara Waiting Time (WT), Approach Time (AT), serta Berthing
Time (BT).
Arrival Rate (AR)
Merupakan rata-rata kunjungan kapal per hari, yaitu jumlah ratarata kapal yang berkunjung setiap hari pada suatu pelabuhan dalam
suatu periode waktu tertentu.Jika jumlah kunjungan kapal selama satu
hari maka satuannya adalah unit/hari.
Waiting Time (WT)
Waiting Time atau waktu tunggu adalah Lama waktu tunggu kapal
untuk dilayani pada suatu pelabuhan. Waktu tersebut dalam jam dan
dihitung sejak saat kapal tiba dilokasi lego jangkar dan minta dipandu
menuju dermaga, sampai dengan saat pandu naik dan kapal mulai
bergerak menuju dermaga.
Approach Time (AT)
Merupakan lama waktu yang dibutuhkan untuk proses pemanduan,
baik pada saat kapal akan sandar maupun pada saat kapal akan
meninggalkan pelabuhan. Waktu dalam jam dan dihitung sejak saat
pandu naik ke kapal di lokasi lego jangkar dan kapal mulai bergerak
menuju dermaga, sampai dengan kapal melakukan ikat tali pertama di
dermaga. Alau dihitung sejak saat kapal melepaskan tali terakhir di

dermaga, sampai dengan kapal mencapai lokasi lego jangkar dan


pandu turun.
Non Operating Time (NOT)
Adalah jumlah jam yang direncanakan untuk tidak bekerja pada
saat kapal ada di tambatan, termasuk waktu persiapan kapal memulai
kegiatan bongkar muat pada saat awal tambat, waktu istirahat, waktu
tunggu lepas tambat setelah proses kegiatan bongkar muat sudah
selesai.
Idle Time (IT)
Adalah jumlah jam kerja yang terbuang selama waktu kerja
bongkar muat di tambatan, tetapi yang bukan termasuk dalam jam
istirahat.
Effective Time (ET)
Adalah jumlah jam yang benar-benar digunakan untuk proses
kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal.
Berth Working Time (BWT)
Adalah jumlah jam kerja bongkar atau muat barang dari dan ke
kapal selama di tambatan, merupakan jumlah effective time dengan
idle time.
Berthing Time (BT)
Adalah lama kapal di tambatan, yaitu sejak ikat tali pertama
sampai dengan lepas tali terakhir.Berthing time merupakan jumlah
Non Operating Time, baik ketika memulai kegiatan bongkar muat dan
ketika kapal menunggu lepas tambatan, ditambah dengan Berth
Working time
Turn Run Time (TRT)
Waktu kapal berada di pelabuhan, yaitu jumlah jam selama kapal
berada di suatu pelabuhan. Jumlah jam tersebut dihitung sejak saat
kapal tiba di lokasi lego jangkar (anchorage area) dan minta dipandu
menuju dermaga, sampai dengan saat tiba di lokasi lego jangkar
kembali dan meninggalkan pelabuhan. Jadi, jumlah jam TRT
merupakan jumlah jam dari waiting lime dan Approach time ketika

kapal masuk, dan waktu berthing time serta approach time ketika kapal
keluar.
2. Produktifitas Bongkar Muat
3. Utilisasi fasilitas dan alat :
Dermaga
Gudang
Alat Bongkar Muat
Lapangan Penumpukan
2.9

Survey Pelabuhan

Beberapa survey dan penyelidikan untuk perancangan pelabuhan :


a.

Survey Bathymetric; Pengaruh terhadap desain pelabuhan adalah


pemilihan alur dan lokasi instalasi pelabuhan.

b.

Survey Topography; Pengaruh terhadap desain pelabuhan adalah jenis


pelabuhan, kemudahan penentuan akses kearah darat dan ketersediaan
areal yang dapat dikembangkan.

c.

Survey Meteorology; Pengaruh terhadap desain pelabuhan adalah


orientasi alur masuk pelabuhan dan tambatan, desain breakwater,
kebutuhan olah gerak kapal, gangguan terhadap waktu operasional dan
alat Bantu navigasi.

d.

Survey Hydrography dan Oceanography; Pengaruh terhadap desain


pelabuhan adalah desain breakwater, profil dasar arus dan kolam
pelabuhan, profil tanggul dan pantai, orientasi alur dan tambatan,
kebutuhan pengerukanpemeliharaan, desain dermaga, perencanaan
kolam dank anal serta olah gerak kapal.

e.

Survey Geoteknik; Pengaruh terhadap desain pelabuhan adalah desain


fasilitas pelabuhan, desain dan pengerukan serta program reklamsi.

f.

Survey Karakteristik Air; Korosi terhadap bangunan pelabuhan, analisis


sedimentasi dan penyiapan bagi data analisis dampak lingkungan.

g.

Analisis Dampak Lingkungan; Pengaruh terhadap desain pelabuhan


adalah pengaruh aktivitas pelabuhan terhadap beberapa spesis yang ada,
gangguan terhadap perikanan.

2.10

Peramalan

Menurut

Manurung

Haymans

(1990:25)

teknik

peramalan

dapat

dikelompokkan dalam dua kategori yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Bentuk
peramalan kuantitatif dapat digunakan jika memenuhi kondisi diantaranya adanya
informasi tentang masa lalu, informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk
data dan informasi tersebut dapat diasumsikan bahwa pola mas lalu akan terus
bersambung sampai kemasa depan dan kondisi tersebut diasumsikan konstan.
Dalam peramalan terdapat dua jenis peramalan yaitu :
a. Model Deret Berkala (Time Series)
Model ini pandangan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu
yang bertujuan untuk menemukan pola dalam deret data historis dan
mengekstrapolasikan pola dalam deret dan historis dan mengekstrapolasikan
pola tersebut kemasa depan.
b.

Model Regresi (kausal)


Pada model ini diasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan
suatu hubungan sebab akibat dedngan suatu atau lebih variabel bebas. Maksud
dari model ini adalah menemukan hubungan dan meramalkan nlai mendatang
dari variabel tak bebas.
Kesalahan yang terjadi dalam perencanaan jumlah dan kapasitas kapal
dapat mengakibatkan timbulnya masalah seperti terjadinya kelebihan kapasitas
(over capacity) dan kekurangan kapasitas (Under capacity). Oleh karena itu,
kemungkinan terjadinya perlu ditekan seminimum mungkin melalui upaya
peramalan (forecasting).
1. Regresi Linear Sederhana

Aspek yang menggunakan peramalan cukup luas baik secara waktu,


faktor-faktor penentu kejadian sebenarnya, jenis-jenis pola data dan
beberapa hal lain. Dalam hal ini peramalan, beberapa teknik telah
dikembangkan dan digolongkan ke dalam 2 kategori yaitu metode
kuantitatif dan kualitatif ini digunakan bila kondisi berikut dipenuhi
(Nugroho Budiyuwono, 1987) :
a. Adanya informasi tentang masa lalu
b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data
Informasi tersebut dapat diasumsikan bahwa pola masa lalu akan terus
bersambung sampai ke masa depan dan kondisi ini disebut asumsi yang
konstan, pada dasarnya metode peramalan kuantitatif dapat dibedakan atas
dua jenis yaitu deret waktu (time series) dan metode korelasi (causal
methods). Time series adalah peramalan yang didasarkan pada penggunaan
analisa pola hubungan variabel bebasnya adalah waktu.
Regresi linear adalah merupakan salah satu bentuk time series secara
sederhana. Notasi regresi sederhana dapat dinyatakan sebagai berikut :
Y = a + bxi
Dimana :

= nilai taksiran untuk variabel tak bebas

= nilai variabel bebas

= intersep

= koefisien variable

koefisien regresi a dan b dapat dihtung dengan rumus :


a=

Yi/n - bXi/n

(nXi.Yi - Xi.Yi)

b=
c. Multiple Regresi Linear
Apabila

kita

(nXi2 (Xi)2)

menggunakan

lebih

dari

suatu

variable

yang

mempengaruhi (independent variable) untuk menaksir variabel dependent

maka taksiran kita akan menhadi akurat. Proses ini disebut Analisa Regresi
Ganda dan prosesnya sama pada regresi sederhana.
Dalam regresi sederhana, X adalah variabel independent, oleh karena
dalam regresi ganda variabel independent lebih dari satu, maka dapat
digunakan simbol X1, X2, X3 dan seterusnya, sehingga persamaan regresi
linear ganda dapat dinyatakan dengan persamaan :
Y = A +B1X1 + B2X2 + ..... + BzXz
Dimana :
Y = Peubah tidak bebas
A = konstanta regresi
X1...X2 = peubah bebas
B1...B2 = koefisien regresi

BAB III
PELABUHAN EKSISTING DAN POTENSI HINTERLAND
3.1

Kondisi umum Lokasi


Letak Kota Banjarmasin terletak pada 315' sampai 322' Lintang Selatan dan

11432' Bujur Timur, ketinggian tanah asli berada pada 0,16 m di bawah permukaan
laut dan hampir seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang. Kota Banjarmasin
berlokasi daerah kuala sungai Martapura yang bermuara pada sisi timur Sungai
Barito. Letak Kota Banjarmasin nyaris di tengah-tengah Indonesia.
Kota ini terletak di tepian timur sungai Barito dan dibelah oleh Sungai
Martapura yang berhulu di Pegunungan Meratus. Kota Banjarmasin dipengaruhi oleh
pasang surut air laut Jawa, sehingga berpengaruh kepada drainase kota dan
memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan masyarakat, terutama

pemanfaatan sungai sebagai salah satu prasarana transportasi air, pariwisata,


perikanan dan perdagangan.
Menurut data statistik 2001 dari seluruh luas wilayah Kota Banjarmasin yang
kurang lebih 98,46 km ini dapat dipersentasikan bahwa peruntukan tanah saat
sekarang adalah lahan tanah pertanian 3.111,9 ha, perindustrian 278,6 ha, jasa 443,4
ha, permukiman adalah 3.029,3 ha dan lahan perusahaan seluas 336,8 ha. Perubahan
dan perkembangan wilayah terus terjadi seiring dengan pertambahan kepadatan
penduduk dan kemajuan tingkat pendidikan serta penguasaan ilmu pengetahuan
teknologi.
Batas-batas

wilayah

Kota

Banjarmasin

adalah

sebagai

berikut:

{{Batas_USBT |utara=Kabupaten Barito Kuala |selatan=Kabupaten Banjar |


barat=Kabupaten Barito Kuala |timur= Kabupaten Banjar
3.2

Peta Lokasi Pelabuhan Trisakti

Alamat : Jalan Barito Hilir No.6 Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.


Posisi : 00 43' 00 LS dan 00 41' 00 BT
Status Pelabuhan : Diusahakan
Jenis Pelabuhan : Umum
Telepon : 0511 53670 / 52552
Faximile : 0511 53559
Kelas Pelabuhan : I (satu)
Kepanduan : Wajib Pandu

3.3

Letak geografis

3.4

Fasilitas Pelabuhan

Jenis dan Jumlah Alat

Kapasitas Dermaga

Kapasitas Gudang

Kapasitas CY Container

Kapasitas CY Container Cargo

Pelayanan Petikemas

BAB IV
PENYAJIAN DATA

4.1
PENGUMPULAN
4.1.1 Data Angin

DATA

Data angin digunakan untuk peramalan angin yang akan berhembus dari arah mana
dan kecepatan yang paling dominan. Setelah diketahui arah angin dan kecepatan
dominan, hasil tersebut dapat digunakan untuk meramalkan tinggi gelombang dan
periodenya dimana tinggi gelombang tersebut dapat disebabkan karena tiupan angin.
Data angin mentah berupa kecepatan angin dan arah mata angin yang diamati
per hari dari tahun 2006-2016, kemudian data mentah tersebut diolah dan
diklasifikasikan dalam persentase lalu dapat dilihat jumlah kecepatan berdasar arah
mata angin. Setelah itu dapat dibuat wind rose/mawar angin untuk memudahkan
pembacaan. Dari wind rose tersebut dapat diketahui kecepatan angin dominan dan
arahnya. Data angin kami peroleh dari data Indonesia 2 kemudian diolah di Ocean
Data View.
Data pasang surut yang telah diperoleh sebagi berikut:

4.1.2

Data Gelombang

Data gelombang digunakan untuk peramalan besarnya ketinggian gelombang


yang terjadi pada dermaga. Tinggi gelombang didapatkan dari perhitungan fetch

berdasarkan data angin yang telah diperoleh. Tinggi gelombang dapat digunakan
untuk perencanaan elevasi dermaga.
4.2.3

Data Pasang Surut

Data pasang surut sangat penting di dalam perencanaan dermaga.


Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) dapat mempengaruhi
perencanaan dermaga terutama pada saat akan menentukan elevasi dermaga. Data
pasang surut untuk perencanaan dermaga ini didapat dari WX-Tide.
Dari data pasang surut tersebut dapat dibuat grafik yang menunjukkan
fluktuasi muka air laut serta dapat digunakan untuk menentukan elevasi muka air laut.
.

PERENCANAAN PELABUHAN

4.1

PELABUHAN TRISAKTI

Proyeksi Variabel Bebas


Ada dua variabel yang berpengaruh berdasarkan dari faktor-faktor yang

dipilih, yaitu :
4.1.1

Penduduk
Penduduk merupakan salah satu variable yang berpengaruh dari factor-

faktor yang dipilih. Adapun untuk memproyeksikan variable penduduk dipakai


tiga metode, yaitu metode trend line, metode pertumbuhan, dan metode moderat.

HASTUTI

PERENCANAAN PELABUHAN

PELABUHAN TRISAKTI

Tabel 4.1 Perhitungan Proyeksi Jumlah Penduduk

Proyeksi dilakukan dalam meramalkan PDRB dari hinterland pelabuhan


Banjarmasin pada tahun tahapan perencanaan yaitu : Menggunakan metode
regresi linear,
4000000
3900000
3800000

f(x) = 70045.1x + 3573711.3


R = 1

3700000

Linear ()

3600000
3500000
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

Hasilnya dari trend linier dengan formula sebagai berikut :


y

= 70,045.10x + 3,573,711.30

HASTUTI

PERENCANAAN PELABUHAN

R
4.1.2

PELABUHAN TRISAKTI

= 1.00

PDRB
PDRB merupakan variabel lainnya yang berpengaruh dari faktor-faktor

yang dipilih. Adapun untuk memproyeksikan variabel PDRB dipakai tiga metode,
yaitu metode trend line, metode pertumbuhan, dan metode moderat.

Tabel 4.2 Perhitungan Proyeksi PDRB

HASTUTI

PERENCANAAN PELABUHAN

PELABUHAN TRISAKTI

Proyeksi dilakukan dalam meramalkan PDRB dari hinterland pelabuhan


Banjarmasin pada tahun tahapan perencanaan yaitu :
Menggunakan metode Regresi Linier,
Grafik 4.2 Proyeksi Jumlah PDRB

HASTUTI

PERENCANAAN PELABUHAN

PELABUHAN TRISAKTI

Hasilnya dari trend linier dengan formula sebagai berikut :

4.1.3

=5E+06x + 8E+07

= 0.999

Proyeksi Kunjungan Kapal Peti Kemas


Dari data hostoris kunjungan kapal selama 5 tahun terakhir di pelabuhan

Banjarmasin menunjukkan bahwa kunjungan kapal peti kemas


Proyeksi kunjungan kapal peti kemas di Pelabuhan Banjarmasin :

HASTUTI

PERENCANAAN PELABUHAN

PELABUHAN TRISAKTI

Proyeksi dilakukan dalam meramalkan Kunjungan kapal petikemas dari


hinterland pelabuhan Banjarmasin pada tahun tahapan perencanaan yaitu :
Menggunakan metode Regresi Linier,
Grafik 4.2 Proyeksi Kunjungan Kapal Petikemas
600
500
f(x) = 45.5x + 254.3
R = 0.88

400
300

Linear ()

200
100
0

Hasilnya dari Regresi Linier dengan formula sebagai berikut :


y

=45.5x + 254.3

HASTUTI

PERENCANAAN PELABUHAN

R
4.1.4

PELABUHAN TRISAKTI

= 0.8756

Proyeksi Kunjungan Kapal Barang


Dari data hostoris kunjungan kapal selama 5 tahun terakhir di pelabuhan

Banjarmasin. Proyeksi kunjungan kapal Barang di Pelabuhan Banjarmasin :


Tabel 4.4 Perhitungan Proyeksi Kunjungan Kapal Barang

Grafik 4.4 Proyeksi Kunjungan Kapal Barang

HASTUTI

PERENCANAAN PELABUHAN

PELABUHAN TRISAKTI

Hasilnya dari Regresi Linier dengan formula sebagai berikut :


y

50x + 272

0.966

4.1.5. Proyeksi Kunjungan kapal Penumpang


Dari data hostoris kunjungan kapal selama 5 tahun terakhir di pelabuhan
Banjarmasin menunjukkan bahwa kunjungan kapal penumpang.
Proyeksi kunjungan kapal penumpang di Pelabuhan Banjarmasin :
Tabel 4.5 Perhitungan Proyeksi Kunjungan Kapal Penumpang

HASTUTI

PERENCANAAN PELABUHAN

PELABUHAN TRISAKTI

Grafik 4.5 Proyeksi Kunjungan Kapal Penumpang

4.1.6. Proyeksi arus bongkar muat peti kemas


Proyeksi jumlah arus bongkar muat peti kemas diperoleh berdasarkan
hubungan (korelasi). Hasil proyeksi kegiatan bongkar muat peti kemas pada tiap
tahun tahapan perencanaan ditunjukkan dalam tabel berikut di bawah ini :
Tabel 4.6 Perhitungan Proyeksi Arus Bongkar Muat Peti kemas

HASTUTI

PERENCANAAN PELABUHAN

PELABUHAN TRISAKTI

Grafik 4.4 Proyeksi arus petikemas


500000
f(x) = 29267.7x + 295855.9
R = 0.7

400000
300000
200000

Linear ()

100000
0

Hasilnya dari Regresi Linier dengan formula sebagai berikut :


y

29268x + 295856

0.7026

HASTUTI

10

PERENCANAAN PELABUHAN

4.2.

PELABUHAN TRISAKTI

Perhitungan Nilai BOR

Perhitungan nilai BOR dengan mengakumulasikan semua call kapal yang


tambat pada Pelabuhan Jayapura. Penggabungan jumlah call kapal untuk
menghitung nilai BOR dilakukan karena jenis dermaga yang berada pada
Pelabuhan Jayapura merupakan dermaga dengan tipe memanjang. Terdapat
beberapa jenis kapal yang masuk pada pelabuhan ini adalah : kapal general cargo,
kapal penumpang , dan kapal peti kemas. Berikut perhitungan nilai BOR pada
Pelabuhan Banjarmasin :

Tabel Perhitungan BOR

HASTUTI

11

PERENCANAAN PELABUHAN

PELABUHAN TRISAKTI

HASTUTI

12

PERENCANAAN PELABUHAN

PELABUHAN TRISAKTI

HASTUTI

13

PERENCANAAN PELABUHAN

PELABUHAN TRISAKTI

Tabel Proyeksi Container Yard (Lapangan Penumpukan) di Pelabuhan


Banjarmasin

Tabel Proyeksi CFS di Pelabuhan Banjarmasin Tahun 2010-2030

BAB V

HASTUTI

14

PERENCANAAN PELABUHAN

PELABUHAN TRISAKTI

PENUTUP
5.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data diatas maka dapat di tarik kesimpulan

bahwa:
1. Jumlah Arus Petikemas pada tahun 2030 adalah 1,651,970 teus
2. Tingkat pemanfaatan Utilitas Dermaga / BOR Petikemas,General Cargo
dan Penumpang berdasarkan hasil yang di dapat tahun 2030 yaitu
masing-masing sebesar 53% ,70%,dan 70% maka perlu dilakukan
kebijakan untuk penambahan lahan , hal ini dilakukan agar terjadi
pelayanan yang optimal, dapat juga dipertimbangkan agar merekayasa
bentuk dan jenis ruang tunggu,gudang,dan lapangan penumpukan agar
tidak menggunakan areal pelabuhan yang terlalu luas. Selain itu dapat
juga di pertimbangkan perbaikan manajemen dan pelayanan pelabuhan
beserta fasilitas-fasilitas penunjang, agar waktu tambat kapal di dermaga
menjadi lebih pendek sehingga dapat meminimalisasi penambahan
panjang dermaga yang sangat besar.
5.2.

Saran
Perlunya bimbingan serta pengetahuan yang lebih dalam lagi dalam proses

belajar mengajar terutama pada perhitungan nilai BOR, pemanfaatan gudang dan
lapangan penumpukan dimana tahapan ini diperlukan ketelitian yang baik dalam
proses perhitungannya agar tidak terjadi kekeliruan dalam proses penambahan
luasan pelabuhan.

HASTUTI

15

Anda mungkin juga menyukai