Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK 1

PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS


GAS

Nama

: Istimahillah Mawaddah

NIM

: 131810301031

Kelompok

:4

Asisten

: Yuliana

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas
dan mengaplikasikan persamaan gas ideal.
1.2 Latar Belakang
Kehidupan sehari hari tidak terlepas dari gas yang merupakan keadaan dari suatu
materi. Gas terbuat dari sub sub partikel, yang disebut molekul, yang selalu bergerak cepat
dan acak. Gas merupakan kumpulan molekul-molekul dengan gerakan kacau balau, acak
tetapi berkesinambungan dengan kecepatan yang bertambah jika temperatur dinaikkan. Gas
berbeda dengan cairan (yang molekul-molekulnya juga bergerak secara acak) karena molekulmolekul gas terpisah jauh satu sama lain.
Gas dapat dikatakan ideal jika berada pada keadaan tertentu, seperti tidak ada gaya
tarik menarik antar molekulnya, volume dari gas tersebut dapat diabaikan, serta tidak ada
perubahan energi dalam. Berat molekul suatu gas secara sederhana dapat ditentukan
menggunakan nilai kerapatan atau bobot jenis berdasarkan tetapan gas ideal. Persamaan gas
ideal yang mengandung unsur mol zat yang diketahui, dapat ditentukan berat molekulnya
sehingga akan mudah untuk menentukan berat molekul gas tersebut jika gas itu dianggap
sebagai gas ideal.
Percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat menentukan berat molekul senyawa
volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas yaitu dengan mengaplikasikan pada
persamaan gas ideal. Percobaan ini juga merupakan alternatif lain dari metode penentuan
massa jenis gas dengan alat Viktor Meyer. Salah satu contoh aplikasinya yaitu untuk
pengukuran zat yang mudah menguap yang dapat dilakukan dengan menurunkan persamaan
gas ideal yaitu melalui penentuan massa jenis, tekanan, dan suhu zat.
1.3 Tinjauan Pustaka
1.3.1

Material Safety Data Sheet (MSDS)

a. Etanol
Etanol berwujud cair dengan aroma (bau) seperti alkohol. Etanol tidak berwarna.
Kloroform dapat mendidih pada suhu yang redah yaitu sekitar 76 oC. Kelarutan etanol dalam
air dingin sangat sedikit sekali. Etanol berbahaya bila terjadi kontak langsung dengan mata
dan kulit. Penanganan yang dapat dilakukan bila terjadi kontak langsung dengan etanol yaitu
bila terjadi kontak langsung dengan mata, mata segera dibasuh dengan air selama 15 menit
dengan mata terbuka. Penanganan bila terjadi kontak langsung dengan kulit harus segara

menyiran bagian kulit yang kena cairan dengan air yang banyak dan segera menutupi bagian
kulit, serta melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Penanganan bila terhirup
yaitu segera pindah ke tempat dengan udara yang lebih segar, bila tidak bernapas maka diberi
napas buatan atau bantuan oksigen. Penangan bila tertelan yaitu jangan memberikan apapun
melalui mulut kepada orang yang tidak sadar dan segera menghubungi dokter (Anonim,
2015).
b. Akuades
Akuades memiliki nama IUPAC Dihydrogen monoxide, atau Oxidaneleh mikroba
dengan rumus molekul H2O. Akuades tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada
keadaan standar. Akuades memiliki kerapatan 1000 kg m-3, dengan titik leleh 0 C dan titik
didih 100 C. Akuades tidak berbahaya pada kontak kulit, kontak mata dan inhalasi. Akuades
bukan merupakan bahan yang berbahaya sehingga tidak menyebabkan korosi, iritasi, dan
sensitif pada kulit. Akuades tidak mengiritasi mata dan kulit serta tidak menyebabkan
gangguan pencernaan dan pernafasan. Akuades tidak akan menyebabkan gejala kulit yang
serius (Anonim, 2015).
1.3.2 Landasan Teori
Gas terbuat dari partikel- partikel sub partikel, yang disebut molekul, yang selalu
bergerak cepat dan acak. Molekul bergerak lurus sampai bertabrakan dengan molekul lain
atau dinding wadah. Molekul dapat bergerak melewati pori - pori halus dan meningkatkan
wadah (Keenan, 1996).
Gas merupakan kumpulan molekul-molekul dengan gerakan kacau balau, acak tetapi
berkesinambungan dengan kecepatan yang bertambah jika temperatur dinaikkan. Gas
berbeda dengan cairan (yang molekul-molekulnya juga bergerak secara acak) karena molekulmolekul gas terpisah jauh satu sama lain (Atkins, 1990).
Partikel - partikel bergerak secara acak dalam keadaan gas. Jarak antara partikelpartikel relatif jauh lebih besar dari pada ukuran-ukuran partikel sehingga gaya tarik menarik
antara partikel sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Laju suatu partikel selalu berubah-ubah,
hal ini disebabkan terjadinya tumbukan antara partikel yang satu dengan yang lainnya ataupun
antara partikel dengan dinding wadah. Gas berbeda dengan cairan atau padatan, gas mudah
dimampatkan. Gas tidak mempunyai bentuk dan volume yang tetap, gas akan selalu mengisi
setiap ruang dimana gas tersebut dimampatkan. Gas selalu dipengaruhi oleh perubahan
teskanan dan suhu (Bird, 1993).
Tekanan gas adalah jumlah gaya gaya pada dinding akibat tabrakan acak oleh
bermilyar milyar molekul yang bergerak. Molekul molekul bergerak dengan arah yang
acak dan tarik menarik antara sesamanya kecil. Ruang yang disediakan lebih banyak, maka
molekul molekul ini akan berjarak lebih besar satu sama lain. Molekul - molekul gas dapat
dipaksa berdekatan satu sama lain dengan menambahkan tekanan (Keenan, 1996).

Hukum gas ideal merupakan bentuk gabungan dari keempat hukum gas. Hukum Gay
Lussac untuk volume volume yang bereaksi merupakan angka banding volume dalam mana
gas gas saling bereaksi. Hukum Dalton menguraikan tekanan tekanan parsial yang
dilakukan pada berbagai gas dalam suatu campuran. Hukum Graham menguraikan laju difusi
pelbagai gas (Keenan, 1996).
Persamaan gas ideal bersama sama dengan massa jenis gas dapat dapat digunakan
untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Persamaan gas ideal didapat sebagai
berikut:
PV = nRT....(1)
Atau
PV = m/VRT.. .(2)
Persamaan (2) diubah sehingga diperoleh:
P (BM) = m/VRT....(3)
P (BM) = RT (4)
Di mana:
BM = berat molekul
P = tekanan gas (atm)
V = volume gas (L)
T = suhu mutlak (K)
R = konstanta gas = 0,08206 liter mol-1 K-1 (Tim Dosen Kimia Fisik, 2015).
Konstanta gas R sama untuk setiap gas. Persamaan itumerupakan hubungan antara dua
variable sampel suatu zat dan disebut persamaan keadaan gas sempurna. Persamaan tersebut
cukup dipenuhi olehkebanyakan gas pada temperature dan tekanan suhu kamar (mendekati 25
o

Cdan 1 atm). Semua gas semakin mematuhi persamaan itu ketika tekanan berkurang. Dengan

demikian persamaan tersebut adalah hukum pembatasdengan pengertian bahwa semua gas
mematuhinya pada batas tekanan nol.Gas yang mematuhi persamaan tersebut secara tepat
disebut gas sempurnaatau gas ideal (Atkins, 1994).
Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyatakan bahwa perbandingan PV/T
adalah konstan. Gas-gas real (nyata) seperti metana (CH 3) dan oksigen sebetulnya saat
dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata hal ini tidak benar. Gas hipotesis yang dianggap
akan mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas ideal. Gas
akan menempati keadaan ideal pada tekanan yang relatif rendah termasuk pada tekanan
atmosfer serta suhu yang tinggi, sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk segala
macam gas yang digunakan (Brady, 1999).
Penentuan berat molekul dari senyawa volatil dapat diukur dengan menggunakan alat
Victor Meyer. Alat Victor Meyer diciptakan oleh seorang ilmuan kimia yang berkebangsaan
Jerman pada tahun 1848-1897. Alat tersebut digunakan untuk menentukan rapat uap zat cair
atau zat padat yang mudah menguap. Cara kerja alat tersebut yaitu sejumlah sampel yang
telah ditimbang dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil dan ditutup. Tabung reaksi kecil

tersebut di masukkan ke dasar tabung yang panjang yang dikelilingi oleh suhu tetap dengan
suhu diatas titik didih sampel. Tabung panjang tersebut kemudian ditutup. Sampel tersebut
kemudian menguap dan uapnya menekan udara dalam tabung ke pipa samping menuju ke
dalam tabung pengumpulan yang berskala. Volume uap sampel kemudian dapat diukur
(Hadiat, 1996).

BAB 2. METODOLOGI PERCOBAAN


2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
- Erlenmeyer 100 mL
- Aluminium foil
- Karet gelang
- Neraca analitik
- Termometer
- Pipet volume
- Bunsen
2.1.2 Bahan
- Etanol
- Akuades

2.2 Skema Kerja


Etanol
-

diambil

dan

ditimbang

labu

erlenmeyer,

ditutup

dengan

alumunium foil dan dikencangkan dengan karet gelang, ditimbang


dengan menggunakan neraca analitik
-

dimasukkan sebanyak 1 mL, 3 mL, dan 5 mL ke dalam erlenmeyer


yang bersih dan kering yang ditutup dengan aluminium foil,
dikencangkan dengan karet gelang dan ditimbang menggunakan

neraca analitik
dibuat sebuah lubang kecil pada aluminium foil dengan
menggunakan jarum
direndam erlenmeyer dalam penangas air pada 100o C. Dibiarkan
erlenmeyer dalam penangas air sampai semua etanol menguap.
Dicatat suhu penangas air

diangkat erlenmeyer dari penangas, dikeringkan air yang terdapat


pada bagian luar dalam desikator

ditimbang labu erlenmeyer yang telah dingin dengan neraca


analitik
ditentukan volume labu erlenmeyer dengan mengisi labu dengan
menggunakan air sampai penuh dan diukur massa air yang terdapat
dalam labu. Diukur suhu air yang terdapat dalam erlenmeyer

Hasil

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Data pengamatan
Massa Erlenmeyer
Massa Erlenmeyer,
alumunium foil, dan
karet gelang
Massa Erlenmeyer,
alumunium foil, karet
gelang, etanol (sebelum)
Massa Erlenmeyer,
alumunium foil, karet
gelang, etanol (sesudah)
Massa etanol (sesudah
penguapan)
Massa Erlenmeyer + air
Suhu pemanasan
Suhu penguapan
Suhu air

Erlenmeyer
V = 1 mL
34,772 g
34,602 g
34,918 g
35,674 g
35,339 g

Percobaan keV = 3 mL
34,818 g
34,687 g
34,929 g
35,505 g
35,613 g

V = 5 mL
34,783 g
34,632 g
34,933 g
35,569 g
35,253 g

35,620 g

35,839 g

35,647 g

1
2

36,416 g
36,034 g

37,747 g
37,720 g

39,375 g
38,945 g

36,394 g

38,084 g

39,354 g

1
2

35,910 g
35,553 g

35,679 g
35,699 g

35,841 g
35,461 g

35,845 g

36,176 g

35,820 g

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

0,506 g
0,481 g
0,549 g
99,491 g
99,336 g
99,631 g
83 oC
86 oC
84 oC
86 oC
88 oC
85 oC
22 oC
22 oC
22 oC

2,068 g
2,021 g
1,908 g
99,989 g
99,710 g
100,686 g
87 oC
85 oC
84 oC
82 oC
81 oC
84 oC
25 oC
23 oC
23 oC

3,534 g
3,484 g
3,534 g
99,469 g
99,271 g
100,353 g
85 oC
80 oC
80 oC
87 oC
75 oC
80 oC
22 oC
22 oC
22 oC

ke1
2
3
1
2

3.2 Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu tentang penentuan berat molekul berdasarkan pengukuran
massa jenis gas yang bertujuan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan
pengukuran massa jenis gas dan mengaplikasikan persamaan gas ideal. Berat molekul
senyawa merupakan nilai banyaknya gram massa suatu zat dalam sejumlah besar molnya.
Senyawa volatil yang digunakan dalam percobaan ini yaitu etanol. Senyawa ini mengandung
karbon yang menguap pada tekanan dan temperatur tertentu atau memiliki tekanan uap yang
tinggi pada temperatur ruang. Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap yang
memiliki titik didih yang rendah dan tekanan uap yang tinggi.
Percobaan berat molekul ini dilakukan menggunakan volume cairan volatil yang
berbeda yaitu 1 mL, 3 mL, dan 5 mL dengan menggunakan tiga erlenmeyer yang berbeda.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang berat labu erlenmeyer kosong yang
ditambah dengan alumunium foil dan karet gelang. Massa yang didapat erlenmeyer untuk
volume 1 mL yaitu 35,674 g, 35,339 g, dan 34,918 g, erlenmeyer untuk volume 3 mL yaitu
35,505 g, 35,613 g, dan 35,839 g, dan erlenmeyer untuk volume 5 mL yaitu 35,569 g, 35,253
g, dan 35,647 g. Langkah selanjutnya yaitu menimbang labu erlenmeyer ditambah alumunium
foil dan karet gelang dan ditambah dengan cairan volatil yaitu etanol. Massa yang didapat
untuk volume 1 mL yaitu 36,416 g, 36,034 g, dan 36,394 g, untuk volume 3 mL yaitu 37,747
g, 37,720 g, dan 38,084 g, dan untuk volume 5 mL yaitu 39,375 g, 38,945 g, dan 39,354 g.
Langkah kedua dalam percobaan ini adalah menutup kembali labu erlenmeyer yang
sudah ditambah etanol dengan alumunium foil dan dikencangkan dengan karet gelang. Labu
erlenmeyer yang sudah ditutup kemudian dilubangi dengan jarum agar uap dalam erlenmeyer
dapat keluar. Erlenmeyer selanjutnya direndam dalam gelas beaker yang diisi air yang sudah
dipanaskan. Perendaman dilakukan hingga mencapai kesetimbangan, dimana hingga etanol
berhenti menguap saat tekanannya sama dengan tekanan udara diluar. Pada kesetimbangan
ini, erlenmeyer akan berisi uap etanol dengan tekanan sama dengan tekanan atmosfer. Volume
uap etanol juga sama dengan volume erlenmeyer dan suhunya juga sama dengan suhu air.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa terjadi penurunan suhu pada air karena adanya etanol
dalam erlenmeyer yang menyerap suhu air untuk menguapkan etanol. Penurunan suhu juga
disebabkan kurang stabilnya panas dari penangas sehingga air lebih cepat menurun.
Langkah ketiga setelah diukur suhunya adalah mengangkat erlenmeyer dari gelas
beaker kemudian didinginkan. Erlenmeyer yang berisi uap etanol yang masih ditutup dengan
alumunium foil kemudian ditimbang. Massa pada erlenmeyer untuk volume etanol 1 mL yaitu
35,910 g, 35,553 g, dan 35,845 g, erlenmeyer untuk volume etanol 3 mL yaitu 35,679 g,

35,699 g, dan 36,176 g, dan untuk erlenmeyer volume 5 mL yaitu 35,841 g, 35,461 g, dan
35,820 g. Sehingga dapat diketahui massa dari etanol itu sendiri yaitu untuk massa etanol
dengan volume 1 mL yaitu 0,236 g, 0,214 g, dan 0,225 g, untuk massa etanol dengan volume
3 mL yaitu 0,174 g, 0,086 g, dan 0,337 g, dan untuk massa etanol dengan volume 5 mL yaitu
0,272 g, 0,208 g, dan 0,173 g. Pada kondisi kesetimbangan ini dapat diketahui bahwa volume
uap etanol sama dengan volume labu erlenmeyer, sehingga dapat ditentukan volume labu
erlenmeyer dengan cara mengisi labu dengan air sampai penuh, kemudian menghitung massa
airnya. Volume erlenmeyer didapat dari persamaan

. Volume labu erlenmeyer untuk

volume etanol 1 mL yaitu 0,06486 L, 0,06487 L, dan 0,06485 L, untuk volume etanol 3 mL
yaitu 0,06534 L, 0,06516 L, dan 0,06590, untuk volume etanol 5 mL yaitu 0,06482 L,
0,06478 L, dan 0,06556 L.
Langkah terakhir adalah tujuan dari praktikum ini yaitu menetukan berat molekul
senyawa volatil yaitu etanol. Berat molekul dari etanol dapat ditentukan menggunakan
persamaan gas ideal yaitu jika diketahui volume air dan massa jenisnya maka dapat
ditentukan massa jenis etanol sehingga berat molekul dari etanol dapat diketahui. Berat
molekul etanol sangat dipengaruhi oleh massa cairannya. Massa etanol yang semakin besar,
maka semakin besar juga berat molekulnya. Berat molekul ditentukan dengan menggunakan
persamaan gas ideal. Hasil yang didapat dari data percobaan yaitu, untuk volume etanol 1 mL
yaitu 107,1 g/mol, 97,6 g/mol, dan 101,8 g/mol, untuk volume etanol 3 mL yaitu 77,5 g/mol,
38,3 g/mol, dan 149,7 g/mol, dan untuk volume etanol 5 mL yaitu 123,8 g/mol, 91,6 g/mol,
dan 76,3 g/mol. Sedangkan berat molekul standar dari etanol yaitu 46,07 g/mol. Nilai efisiensi
sendiri juga tidak logis karena melebihi 100%. Kesalahan hasil percobaan dengan berat
molekul standar bisa dimungkinkan karena masih ada cairan etanol yang belum menguap
semua dan kemungkinan juga masih ada etanol yang menempel di dinding erlenmeyer.
Kesalahan hasil percobaan dengan berat molekul standar bisa dimungkinkan karena
masih ada etanol yang belum menguap, uap etanol juga dimungkinkan ada yang keluar dari
erlenmeyer. Kesalahan dapat didapat dari berat molekul yang memiliki nilai yang sangat
berbeda dengan berat molekul etanol sebenarnya. Kesalahan utama dari percobaan ini adalah
ketidaktepatan pengamatan pada saat cairan telah menguap semua atau belum. Kesalahan
lainnya adalah saat proses pendinginan, dimana pada praktikum yang dilakukan,
penimbangan Erlenmeyer setelah direndam dalam beaker pada saat masih hangat.
Penimbangan seharusnya dilakukan saat sudah dingin sehingga uap dapat masuk kembali dan
uap etanol dalam erlenmeyer dapat mengembun lagi.

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Percobaan yang telah dilakukan tentang penentuan berat molekul berdasarkan
pengukuran massa jenis gas dapat disimpulkan bahwa :
1. Berat molekul etanol dapat ditentukan berdasarkan massa jenis gas etanol dengan
menggunakan persamaan gas ideal dengan rumus pv

m
RT .
BM

2. Berat molekul rata-rata yang diperoleh adalah 95,9 g/mol dengan efisiensi sebesar 208,5%
4.2 Saran
Saran untuk percobaan kali ini adalah praktikan harus benar-benar memahami batas
penguapan etanol sehingga tidak terlewat hingga habis. Praktikan harus mempunyai dasar
teori tentang percobaan yang akan dilakukan agar mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.Material Safety Data Sheet Akuades.
https://www.sciencelab.com.[diakses tanggal 24 maret 2015].
Anonim.2015.Material Safety Data Sheet Etanol.
https://www.sciencelab.com.[diakses tanggal 24 maret 2015].
Atkins, P.W.1990.Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta:Erlangga.
Bird, T.1993. Kimia FisikA. Jakarta:Erlangga.
Brady, J, E.1999. Kimia Universitas Jilid 1 Edisi Kelima.Jakarta:Binarupa Aksara.
Hadiat.1996.Dasar-Dasar Ilmu Kimia Untuk Universitas.Yogyakarta.Rineka Cipta.
Keenan.1996.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga.
Tim Dosen Kimia Fisik.2015. Petunjuk Praktikum Kimia Fisik 1.Jember:FMIPA UNEJ.

LAMPIRAN
PERHITUNGAN
-

Untuk V = 1 mL
=

= 0,06486 L

= 0,06487 L

= 0,06485 L

Vrata-rata =

= 0,06486 L

BM =

= 107,1 g/mol

BM =

= 97,6 g/mol

BM =

= 101,8 g/mol

BM =

SD =

SD =

SD =
=
=

= 102,1 g/mol

=
= 232,8%
= 212,1%

= 3,53

= 3,18

= 0,212

=
-

= 221,3%

Untuk V = 3 mL
=

= 0,06534 L

= 0,06516 L

= 0,06590 L

Vrata-rata =

= 0,06546 L

BM =

= 77,5 g/mol

BM =

= 38,3 g/mol

BM =

= 149,7 g/mol

BM =

SD =

SD =

SD =

= 168,4%

= 83,2%

Untuk V = 5 mL

= 7,77

=
-

= 88,5 g/mol

= 325,4%

= 0,06482 L

= 0,06478 L

= 0,06556 L

Vrata-rata =

= 0,06505 L

BM =

= 123,8 g/mol

BM =

= 91,6 g/mol

BM =

= 76,3 g/mol

BM =

SD =

= 97,2 g/mol

SD =

SD =

= 269,1%

= 199,1%

= 165,8%

= 18,8

= 3,95

= 14,7

Anda mungkin juga menyukai