Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan


salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas makalah Agama
Islam.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi. Namun menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang dihadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang Ormas Islam. Makalah ini di susun oleh dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya untuk SMA NEGERI 20 SURABAYA. Saya sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna.
Untuk itu, kepada bapak/ibu guru pembimbing , saya
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.

SURABAYA, 25 SEPTEMBER 2014

DIAJENG AYU P

ORMAS ISLAM DI INDONESIA DAN DUNIA


1. MUHAMMADIYAH

Didirikan pada tanggal 18 November 1912


TOKOH :

K.H. Ahmad Dahlan


Ketua Umum : Prof. Dr. H. Din Syamsuddin, M.A
Alamat : Jl. Cik Ditiro No. 23 Yogyakarta 55262

Latar belakang berdiri :


Hasrat dari KH. Akhmad Dahlan untuk membangun organisasi yang
bisa jadikan untuk alat perjuangnan serta dawah untuk nenegakan
amar maruf nahyi munkar yang bersumber pada Al-Quran, surat
Al-Imron : 104 serta surat Al-maun untuk sumber dari gerakan
sosial praktis untuk wujudkan gerakan tauhid.
Ketidak murnian ajaran islam yang dimengerti oleh beberapa umat
islam Indonesia, untuk wujud penyesuaian tak tuntas pada
kebiasaan islam serta kebiasaan lokal nusantara dalam awal
bermuatan faham animisme serta dinamisme. Hingga dalam
prakteknya umat islam di indonesia menunjukkan beberapa hal
yang bertentangan dengan prinsif-prinsif ajaran islam, terlebih yang
berhubuaan dengan prinsif akidah islam yang menampik semua
wujud kemusyrikan, taqlid, bidah, serta khurafat. Hingga
pemurnian ajaran jadi piliha mutlak untuk umat islamm Indonesia.
Keterbelakangan umat islam indonesia dalam sisi kehidupan jadi
sumber keprihatinan untuk mencarikan jalan keluar supaya bisa
keluar jadi keterbelakangan. Keterbelakangan umat islam dalam
dunia pendidikan jadi sumber utama keterbelakangan dalam
peradaban. Pesantren tak dapat selama-lamanya dikira jadi sumber
lahirnya generasi baru muda islam yang memikirkan modern.
Kesejarteraan umat islam bakal terus ada di bawah garis
kemiskinan bila kebodohan tetap melengkupi umat islam indonesia.
Maraknya kristenisasi di indonesia sebegai dampak domino dari
imperalisme Eropa ke dunia timur yang sebagian besar beragama
islam. Proyek kristenisasi satu paket dengan proyek imperialalisme
serta modernisasi bangsa Eropa, tak hanya hasrat untuk
memperluas daerah koloni untuk pasarkan beberapa produk hasil
refolusi industeri yang melada erofa.
Imperialisme Eropa bukan sekedar membonceng gerilya gerejawan
serta beberapa penginjil untuk mengemukakan ajaran jesus untuk
menegur umat manusia di semua dunia untuk mengikuti ajaran
jesus. Namun juga membawa angin modernisasi yang tengah
menempa eropa. Modernisasi yang terhembus melewati jenis
pendidikan barat (belanda) di indonesia mengusung paham-paham
yang
melahirkan
moernisasi
erofa,
seperti
sekularisme,
individualisme, liberalisme serta rasionalisme. Bila penetrasi itu tak
dihentikan maka bakal terlahir generasi baru islam yang
rasionaltetapi liberal serta sekuler.

2. NAHDLATUL ULAMA ( NU )

Didirikan pada tanggal 31 Januari 1926


TOKOH :

KH. Hasyim Al asyari


Latar belakang :
A LATAR BELAKANG AGAMA :
Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan
pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu, diantaranya
adalah pada tahun 1924, Syarif Husein raja Hijaz ( Makah ) yang
berfaham Sunni (ahlus sunah wal jamaah) ditakluk- kan oleh Abdul
Aziz bin Saud yang beraliran Wahabiy.
Aliran Wahabiy ini bentuk ajarannya adalah melarang semua bentuk
amaliah ke-agamaan ala kaum Sunni, yang sudah berlaku di Tanah
Arab dan akan menggantinya dengan model Wahabiy. Pengamalan
agama dengan sistem bermadzhab, tawasul, maulid Nabi, ziarah
kubur dan lain sebagainya akan segera dilarang. Dan bahkan Raja
Ibnu Saud juga ingin melebarkan pengaruh kekuasaannya ke
seluruh dunia Islam. Dengan dalih demi kejayaan Islam, ia
berencana meneruskan kekhilafahan Islam yang terputus di Turki
pasca runtuhnya Daulah Usmaniyah. Untuk itu dia berencana
menggelar Muk-tamar Khilafah di kota suci Makah sebagai penerus

Khilafah yang terputus itu, mukta-mar ini terkenal dengan sebutan


Komite Hijaz.
Seluruh negara Islam di dunia diundang untuk menghadiri
muktamar tersebut, termasuk Indonesia, dan utusan dari Indonesia
yang direkomendasikan adalah HOS. Cokroaminoto dari Serikat
Islam ( SI ), KH. Mas Mansur dari Muhammadiyah dan KH. Abdul
Wahab Hasbullah wakil dari Pesantren. Akan tetapi karena KH.
Wahab tidak me wakili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari
daftar calon utusan, dan pencoretan ini tidak lain merupakan
permainan politik diantara kelompok yang mengusung para calon
utusan Indonesia. Peristiwa ini menyadarkan para Ulama
pengasuh Pesantren akan pentingnya sebuah organisasi, karena
latar belakang yang sangat mendesak itulah akhirnya Jamiyah
Nahdlatul Ulama didirikan.
B LATAR BELAKANG KEBANGSAAN (NASIONALISME)
Pada tahun 1916 M, KH, Wahab Hasbullah bekerjasama dengan KH.
Abdul Kahar (seorang pengusaha kaya) di Surabaya dan didukung
oleh masyarakat berhasil mendirikan sebuah gedung bertingkat di
kampung Kawatan Gg. IV Surabaya yang ke-mudian dikenal sebagai
perguruan Nahdlatul Wathon yang berarti Pergerakan Tanah Air.
Sejak itu gedung ini dijadikan markas penggemblengan para
pemuda, mereka di didik untuk menjadi pemuda yang berilmu dan
memiliki jiwa cinta tanah air.
3. PERSATUAN ISLAM

Didirikan pada tanggal 12 September 1923 di Bandung


Pendiri :

H. ZAMZAM
Pendiri : H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus
Ketua Umum : Prof. Dr. H. Maman Abdurrahman, MA
Kantor Pusat : Jl. Perintis Kemerdekaan No. 2, Bandung, Jawa Barat.
latar belakang :
Persatuan Islam (Persis) berdiri pada permulaan tahun 1920an, tepatnya tanggal 12 September 1923 di Bandung. Idenya
bermula dari seorang alumnus Dar al-Ulum Mekkah bernama H.
Zamzam yang sejak tahun 1910-1912 menjadi guru agama di
sekolah agama Dar al-Muta'alimin. Ia bersama teman dekatnya, H.
Muhammad Yunus, seorang pedagang sukses yang sama-sama
kelahiran Palembang, yang di masa mudanya memperoleh
pendidikan agama secara tradisional dan menguasai bahasa Arab,
sehingga ia mampu autodidak melalui kitab-kitab yang jadi
perhatiannya. Latar belakang pendidikan dan kultur yang sama ini,
menyatukan mereka dalam diskusi-diskusi tentang keislaman. Tema
diskusi biasanya mengenai beberapa masalah di sekitar gerakan
keagamaan yang tengah berkembang saat itu, atau masalah agama
yang dimuat dalam majalah al-Munr terbitan Padang dan majalah
al-Manr terbitan Mesir, yang telah lama menjadi bacaan dan
perhatian mereka.
Satu tulisan dalam majalah al-Manar yang ditulis Muhammad Abduh
yang sangat menyentuh emosi keagamaan mereka, adalah; "AlIslam Mahjubun bi al-Muslimin, Islam telah tertutup oleh kaum
muslimin," yang kemudian menjadi ungkapan yang sangat terkenal
di kalangan pembaru, baik di Timur Tengah maupun di Indonesia.
Tulisan ini menghendaki cara berpikir dan cara hidup yang baru dan
kemajuan bagi ummat Islam dengan keinginan menghidupkan
kembali ajaran al-Qur'an dan al-Sunnah.
Dalam setiap diskusi, H. Zamzam dan Muhammad Yunus,
merupakan pembicara utama, keduanya banyak mengemukakan
pikiran baru. Keduanya memang memiliki kapasitas dan wawasan
pengetahuan yang cukup luas dalam masalah keagamaan, apalagi

ditunjang oleh profesi sebagai guru agama, seperti halnya H.


Zamzam. Di samping itu, mereka memang mempunyai latar
belakang pendidikan agama yang cukup kuat di masa mudanya.
Suatu saat diskusi mereka berlangsung seusai acara kenduri di
rumah salah seorang anggota keluarga yang berasal dari Sumatera
yang telah lama tinggal di Bandung. Materi diskusi itu adalah
mengenai perselisihan paham keagamaan antara al-Irsyad dan
Jami'at Khair. Sejak saat itu, pertemuan-pertemuan berikutnya
menjelma menjadi kelompok penelaah, semacam studi club dalam
bidang keagamaan di mana para anggota kelompok tersebut
dengan penuh kecintaan menelaah, mengkaji, serta menguji ajaranajaran yang diterimanya. Diskusi mereka juga dilakukan dengan
para jama'ah shalat Jum'ah, sehingga frekuensi bertambah dan
pembahasannya makin mendalam. Jumlah mereka tidak banyak
hanya sekitar 12 orang. Diskusi tersebut semakin intensif dan
menjadi tidak terbatas dalam persoalan keagamaan saja terutama
dikhotomis tradisional-modernis Islam yang terjadi ketika itu, yang
diwakili oleh Jami'at Khair dan al-Irsyad di Batavia, tetapi juga
menyentuh pada masalah-masalah komunisme yang menyusup ke
dalam Syarikat Islam (SI), dan juga usaha-usaha orang Islam yang
berusaha menghadapi pengaruh komunikasi tersebut.
Maka sejak saat itu, timbulah gagasan di kalangan mereka untuk
mendirikan organisasi Persatuan Islam atau nama lain yang
diajukan oleh kelompok ini yaitu Permupakatan Islam, untuk
mengembalikan ummat Islam kepada pimpinan al-Qur'an dan alSunnah. Organisasi yang didirikan di Bandung ini untuk
menampung kaum muda maupun kaum tua, yang memiliki
perhatian pada masalah-masalah agama. Kegiatan utamanya
adalah diskusi. Setiap anggota dapat mengajukan
4. FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)

Dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 (atau 24 Rabiuts Tsani 1419

H) di Jakarta
pendiri :

Muhammad Rizieq Shihab


Ketua Umum : Al-Habib Muhammad Rizieq Syihab
Alamat Pusat : Jalan Petamburan 3/17, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Latar belakang :
FPI dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 (atau 24 Rabiuts Tsani
1419 H) di halaman Pondok Pesantren Al Um, Kampung Utan,
Ciputat, di Selatan Jakarta oleh sejumlah Habaib, Ulama, Mubaligh
dan Aktivis Muslim dan disaksikan ratusan santri yang berasal dari
daerah Jabotabek.[1] Pendirian organisasi ini hanya empat bulan
setelah Presiden Soeharto mundur dari jabatannya, karena pada
saat pemerintahan orde baru presiden tidak mentoleransi tindakan
ekstrimis dalam bentuk apapun. FPI pun berdiri dengan tujuan
untuk menegakkan hukum Islam di negara sekuler. [2]
Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menjadi wadah kerja sama
antara ulama dan umat dalam menegakkan Amar Ma'ruf dan Nahi
Munkar [3] di setiap aspek kehidupan.
Latar belakang pendirian FPI sebagaimana diklaim oleh organisasi
tersebut antara lain:
Adanya penderitaan panjang ummat Islam di Indonesia karena
lemahnya kontrol sosial penguasa sipil maupun militer akibat
banyaknya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa.
Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di
seluruh sektor kehidupan.
Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan
martabat Islam serta ummat Islam.
Pada tahun 2002 pada tablig akbar ulang tahun FPI yang juga
dihadiri oleh mantan Menteri Agama dan terdakwa kasus korupsi
Dana Abadi Umat (DAU), Said Agil Husin Al Munawar, FPI menuntut
agar syariat Islam dimasukkan pada pasal 29 UUD 45 yang
berbunyi, "Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa" dengan
menambahkan "kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya" seperti yang tertera pada butir pertama dari Piagam


Jakarta yang dirumuskan pada tanggal 22 Juni 1945 ke dalam
amandemen UUD 1945 yang sedang di bahas di MPR sambil
membawa spanduk bertuliskan "Syariat Islam atau Disintegrasi
Bangsa".
Namun Anggota Dewan Penasihat Asosiasi Ilmu Politik Indonesia
(AIPI) Dr. J. Soedjati Djiwandono berpendapat bahwa
dimasukkannya tujuh kata Piagam Jakarta ke dalam UUD 1945 yang
diamandemen, justru dikhawatirkan akan memecah belah kesatuan
bangsa dan negara, mengingat karekteristik bangsa yang majemuk.
[4]
Pembentukan organisasi yang memperjuangkan syariat Islam dan
bukan Pancasila inilah yang kemudian menjadi wacana pemerintah
Indonesia untuk membubarkan ormas Islam yang bermasalah di
tahun 2006.
5. HIZBUT TAHRIR INDONESIA

Kantor Pusat : Crown Palace A25, Jl Prof. Soepomo No. 231, Jakarta
Selatan 12390.
tokoh :

faris wadjdi, ketua DPP hizbut tahrir


indonesia
Latar belakang :

Hizbut Tahrir berdiri pada tahun 1953 di Al-Quds (Baitul Maqdis),


Palestina. Gerakan yang menitik beratkan perjuangan
membangkitkan umat di seluruh dunia untuk mengembalikan
kehidupan Islam melalui tegaknya kembali Khilafah Islamiyah ini
dipelopori oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, seorang ulama
alumni Al-Azhar Mesir, dan pernah menjadi hakim di Mahkamah
Syariah di Palestina.
Hizbut Tahrir kini telah berkembang ke seluruh negara Arab di Timur
Tengah, termasuk di Afrika seperti Mesir, Libya, Sudan dan Aljazair.
Juga ke Turki, Inggris, Perancis, Jerman, Austria, Belanda, dan
negara-negara Eropah lainnya hingga ke Amerika Serikat, Rusia,
Uzbekistan, Tajikistan, Kirgistan, Pakistan, Malaysia, Indonesia, dan
Australia.
Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dengan
merintis dakwah di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia.
Pada era 1990-an ide-ide dakwah Hizbut Tahrir merambah ke
masyarakat, melalui berbagai aktivitas dakwah di masjid,
perkantoran, perusahaan, dan perumahan.
(Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat
(jamaah) yang menyeru kepada kebaikan (mengajak
memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan
kepada yang maruf dan melarang dari yang munkar.
Merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran:
104)
Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari
kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide,
sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta
membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi dan pengaruh
negara-negara kafir. Hizbut Tahrir bermaksud juga membangun
kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga hukum
yang diturunkan Allah Swt dapat diberlakukan kembali.

6. AL IRSYAD AL ISLAMIYAH ( Al Irsyad)

berdiri pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H) di Jakarta


Pendiri : Al-'Alamah Syeikh Ahmad Bin Muhammad Assoorkaty AlAnshary
Tokoh :

KH Abdullah Djaidi ( ketua)


latar belakang berdirinya :
Lahirnya organisasi Al-Irsyad diprakarsai orang-orang Arab nonsayyid yang tidak puas dengan Jamiat Khair. Ketidakpuasan itu
dilatar belakangi perbedaan pandangan tentang stratifikasi social
dalam masyarakat Arab di Indonesia, diantaranya dalam
permasalahan:
1) Kafaah (kesetaraan dalam perkawinan)
Tidak diperbolehkan untuk menikahkan wanita sayyid dengan nonsayyid, walaupun ia menyetujuinya dan mengesampingkan hak
kesejajarannya bahkan dengan persetujuan wali. Hak kesejajaran
didasari harga diri.
2) Taqbil (mencium tangan sayyid bila bersalaman)
Orang bukan sayyid diwajibkan mencium tangan kalangan Arab
yang menyandang gelar sayyid.

7. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Tokoh Pendiri :

Mohammad Natsir
Latar belakang :
Masa Orde Lama (1959-1965) tercatat sebagai masa paling gelap
dalam sejarah kehidupan kebangsaan Indonesia. Persiden Sukarno
mencanangkan Konsepsi Presiden yang secara operarional terwujud
dalam bentuk Demokrasi Terpimpin. Demokrasi terpimpin
memusatkan seluruh kekuasaan ditangan Presiden. Para pemimpin
nasional Mochtar Lubus, K.H. Isa Anshari, Mr. Assaat, Mr. Sjafruddin
Prawiranegara, Boerhanoeddin Harahap, S.H., M. Yunan nasution,
Buya Hamka, Mr, Kasman Singodimedjo dan K.H E.Z. Muttaqin yang
bersikap kritis terhadap politik Demokrasi terpimpin, ditangkap dan
dipenjarakan tanpa proses pengadilan. Puncak dari masa penuh
kegelapan itu ialah pecahnya peberontakan berdarah G.30.S/PKI.
Sesudah seluruh kekuatan bangsa yang anti komunis bangkit
menghancurkan pemberontakan tersebut, datanglah zaman baru
yang membawa banyak harapan. Yaitu era Orde Baru yang
bertekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Pada masa inilah, para pemimpin bangsa yang
dipenjarakan oleh rezim Orde Lama dibebaskan.
Para pemimpin nasionalis-Islami yang pada dasarnya tidak dapat
duduk berpangku tangan, seperti Mohammad Natsir dan Prawoto

Mangkusasmito mulai merancang gagasan untuk berpartisipasi


penuh mendukung pemerintahan Orde Baru. Pada mulanya mereka
mengharapkan pemerintah bersedia merehabilitasi Partai Politik
Masyumi yang dipaksakan membubarkan diri oleh Presiden
Soekarno. Musyawarah Nasional III Persatuan Sarjana Hukum
Indonesia (Persahi) menyatakan: "bahwa pembubaran Masyumi,
Partai Sosialis Indonesia (PSI), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI), yuridis formal tidak syah, dan yuridis material
tidak beralasan". Namun, pembubaran Masyumi, ternyata bukanlah
masalah hukum semata-mata Pembubaran tersebut adalah
masalah politik. Oleh karena itu ketika permintaan tersebut, oleh
berbagai pertimbangan tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah,
tokoh-tokoh nasionalis-Islami itu tidak ngotot, juga tidak berputus
harapan.
Bagi mereka, aktivitas hidup ini semata-mata dalam rangka
beribadah dan berdakwah untuk rneraih keridhaan Ilahi.
Berkecimpung di lapangan politik, bagi mereka merupakan bagian
dari ibadah dan dakwah. Maka ketika mereka tidak lagi mendapat
kesempatan untuk berkiprah di lapangan politik, jalan ibadah clan
dakwah dalam bentuk lain masih terbuka sangat lebar. Dalam katakata Pak Natsir, dulu berdakwah lewat jalur politik, sekarang
berpolitik melalui jalur dakwah.
Demikianlah, maka pada 26 Februari 1967, atas undangan
pengurus masjid Al-Munawarah, Kampung Bali, Tanah Abang,
Jakarta Pusat, para alim ulama dan zu'ama berkumpul untuk
bermusyawarah, membahas, meneliti, dan menilai beberapa
masalah, terutama yang rapat hubungannya dengan usaha
pembangunan umat, juga tentang usaha mempertahankan aqidah
di dalam kesimpangsiuran kekuatan-kekuatan yang ada dalam
masyarakat.
Musyawarah menyimpulkan dua hal sebagai berikut:
1. Menyatakan rasa syukur atas hasil dan kemajuan yang telah
dicapai hingga kini dalam usaha-usaha dakwah yang secara
terus menerus dilakukan oleh berbagai kalangan umat, yakni
para alim ulama dan para muballigh secara pribadi, serta atas
usaha-usaha yang telah dicapai dalam rangka organisasi
dakwah.
2. Memandang perlu (urgent) lebih ditingkatkan hasil dakwah
hingga taraf yang lebih tinggi sehingga tercipta suatu
keselarasan antara banyaknya tenaga lahir yang dikerahkan

dan banyaknya tenaga batin yang dicurahkan dalam rangka


dakwah tersebut.
Untuk menindaklanjuti kesimpulan pada butir kedua di atas,
musyawarah para ulama dan zu'ama mengkonstatir terdapatnya
berbagai persoalan, antara lain:
1. Mutu dakwah yang di dalamnya tercakup persoalan
penyempurnaan sistem perlengkapan, peralatan, peningkatan
teknik komunikasi, lebih-lebih lagi sangat dirasakan perlunya
dalam usaha menghadapi tantangan (konfrontasi) dari
bermacam-macam usaha yang sekarang giat dilancarkan oleh
penganut agama-agama lain dan kepercayaan-kepercayaan
(antara lain faham anti Tuhan yang masih merayap di bawah
tanah), Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan sebagainya
terhadap masyarakat Islam.
2. Planning dan integrasi yang di dalamnya tercakup persoalanpersoalan yang diawali oleh penelitian (research) dan disusul
oleh pengintegrasian segala unsur dan badan-badan dakwah
yang telah ada dalam masyarakat ke dalam suatu kerja sama
yang baik dan berencana.
Dalam menampung masalah-masalah tersebut, yang mengandung
cakupan yang cukup luas dan sifat yang cukup kompleks, maka
musyawarah alim ulama itu memandang perlu membentuk suatu
wadah yang kemudian dijelmakan dalam sebuah Yayasan yang
diberi nama Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia disingkat Dewan
Dakwah.
8. LEMBAGA DAKWA ISLAM INDONESIA

Pendiri :

Drs. Nur Hasyim.


Drs. Edi Masyadi.
Drs. Bahroni Hertanto.
Soetojo Wirjo Atmodjo BA.
Wijono BA
Ketua :

Prof.DR.Ir.KH.Abdullah Syam,M.sc
lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pertama kali berdiri
pada 3 Januari 1972 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama Yayasan
Lembaga Karyawan Islam (YAKARI). Pada Musyawarah Besar
(Mubes) tahun 1981 namanya diganti menjadi Lembaga Karyawan
Islam (LEMKARI), dan pada Mubes tahun 1990, atas dasar Pidato
Pengarahan Bapak Sudarmono, SH. Selaku Wakil Presiden dan
Bapak Jenderal Rudini sebagai Mendagri waktu itu, serta masukan
baik pada sidang-sidang komisi maupun sidang Paripurna dalam
Musyawarah Besar IV LEMKARI tahun 1990, selanjutnya perubahan
nama tersebut ditetapkan dalam keputusan, MUBES IV LEMKARI No.
VI/MUBES-IV/ LEMKARI/1990, Pasal 3, yaitu mengubah nama
organisasi dari Lembaga Karyawan Dakwah Islam yang disingkat
LEMKARI yang sama dengan akronim LEMKARI (Lembaga Karate-Do
Indonesia), diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia, yang
disingkat LDII.

9. Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)

TOKOH :

KETUA : H.Anton Medan


Latar belakang :
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) didirikan di Jakarta,
pada tanggal 14 April 1961, antara lain oleh Abdul Karim Oei Tjeng
Hien, Abdusomad Yap A Siong dan Kho Goan Tjin. PITI merupakan
gabungan dari Persatuan Islam Tionghoa (PIT) dipimpin oleh Alm
Abdusomad Yap A Siong dan Persatuan Muslim Tionghoa (PMT)
dipimpin oleh Kho Goan Tjin. PIT dan PTM yang sebelum
kemerdekaan Indonesia mula-mula didirikan di Medan dan
di Bengkulu, masing-masing masih bersifat lokal sehingga pada
saat itu keberadaan PIT dan PTM belum begitu dirasakan oleh
masyarakat baik muslim Tionghoa dan muslim Indonesia.
Karena itulah, untuk merealisasikan perkembangan ukhuwah
Islamiyah di kalangan muslim Tionghoa, maka PIT yang
berkedudukan di Medan dan PTM yang berkedudukan di Medan

merelakan diri pindah ke Jakarta dengan bergabung dalam satu


wadah, yakni PITI.
PITI didirikan pada waktu itu sebagai tangapan realistis atas saran
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah K.H. Ibrahim kepada Abdul
Karim Oei bahwa untuk menyampaikan agama Islam kepada etnis
Tionghoa harus dilakukan oleh etnis Tionghoa yang beragama
Islam.
Dalam perjalanan sejarah keorganisasiannya, ketika di era tahun
1960-1970-an khususnya setelah meletusnya Gerakan 30
September(G-30-S) di mana di saat itu Indonesia sedang
menggalakkan gerakan pembinaan persatuan dan kesatuan
bangsa, nation and character building, simbol-simbol/identitas yang
bersifat disosiatif (menghambat pembauran) seperti istilah, bahasa
dan budaya asing khususnya Tionghoa dilarang atau dibatasi oleh
Pemerintah, PITI terkena dampaknya yaitu nama Tionghoa pada
kepanjangan PITI dilarang. Berdasarkan pertimbangan kebutuhan
bahwa gerakan dakwah kepada masyarakat keturunan Tionghoa
tidak boleh berhenti, maka pada tanggal 15 Desember 1972,
pengurus PITI, mengubah kepanjangan PITI menjadi Pembina Iman
Tauhid Islam.
Pada bulan Mei 2000, dalam rapat pimpinan organisasi menetapkan
kepanjangan PITI dikembalikan menjadi Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia.
10. ORGANISASI KONFERENSI ISLAM (OKI)

TOKOH :

Ekmeleddin Ihsanoglu
latar belakang :
1.
Tahun 1964 : Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab di
Mogadishu timbul suatu ide untuk menghimpun kekuatan Islam
dalam suatu wadah internasional.
2.
Tahun 1965 : Diselenggarakan Sidang Liga Arab sedunia di
Jeddah Saudi Arabia yang mencetuskan ide untuk menjadikan umat
Islam sebagai suatu kekuatan yang menonjol dan untuk
menggalang solidaritas Islamiyah dalam usaha melindungi umat
Islam dari zionisme khususnya.
3.
Tahun 1967 : Pecah Perang Timur Tengah melawan Israel. Oleh
karenanya solidaritas Islam di negara-negara Timur Tengah
meningkat.
4.
Tahun 1968 : Raja Faisal dari Saudi Arabia mengadakan
kunjungan ke beberapa negara Islam dalam rangka penjajagan
lebih lanjut untuk membentuk suatu Organisasi Islam Internasional.
5.
Tahun 1969 : Tanggal 21 Agustus 1969 Israel merusak Mesjid
Al Agsha. Peristiwa tersebut menyebabkan memuncaknya
kemarahan umat Islam terhadap Zionis Israel.
Seperti telah disebutkan diatas, Tanggal 22-25 September 1969
diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara
Islam di Rabat, Maroko untuk membicarakan pembebasan kota
Jerusalem dan Mesjid Al Aqsa dari cengkeraman Israel. Dari KTT
inilah OKI berdiri.
11. RABITAH AL-'ALAM AL-ISLAMI (MUSLIM WORLD LEAGUE)

TOKOH :

abdullah bin abdul mohsin al-turki

LATAR BELAKANG :
Dalam rangka menghadapi tantangan-tantangan yang dapat
menceraiberaikan umat islam, maka para pemimpin
ulama,cendekiawan dan pemikir islam sesudah selesai
melaksanakan ibadah haji berkumpul di mekkah dalam acara
muktamar pada tanggal 14 zulhijjah 1381M.
Mereka bersepakat untuk mendirikan organisasi islam dunia
( Rabithah Alam Islami bermarkas di mekkah yang bertujuan untuk
menyatukan umat islam.

Anda mungkin juga menyukai