Segala puji selayaknya penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas nikmat, karunia dan kemudahan dari-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
berjudul Rencana Pengelolaan Lingkungan PT. Carrefour Indonesia ini.
Makalah ini berkenaan dengan tugas akhir dalam mata kuliah Ilmu Lingkungan
yaitu dalam pembelajaran rencana pengelolaan lingkungan serta analisa mengenai dampak
lingkungan. Selain sebagai pemenuhan tugas pembuatan makalah, penulis berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat sebagai sumber pengetahuan mengenai
pengelolaan lingkungan untuk rencana hyrpermart.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada . selaku dosen
pembimbing mata kuliah Ilmu Lingkungan, kepada Akbar Yudhanto, Teknologi Bioproses
2009, selaku asisten mata kuliah, dan kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Namun demikian, makalah ini tentu saja tidak lepas dari kekurangan dan
kesalahan, karenanya penulis menerima kritik dan saran positif yang dapat membantu
memperbaiki makalah ini untuk ke depannya. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Depok, Mei 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Pendahulan ....................................................................................................................... 1
Bab II.
Pembahasan ..................................................................................................................... 2
2.1. Deskripsi Kegiatan .................................................................................................... 2
2.2. Rona Lingkungan ...................................................................................................... 7
2.3. Perkiraan Dampak..................................................................................................... 9
Penutup ............................................................................................................................ 29
BAB I
PENDAHULUAN
Pusat perbelanjaan kini telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia, menjadi alternatif bagi masyarakat selain pasar tradisional untuk
memenuhi kebutuhan akan keperluan sehari-hari. Pusat perbelanjaan dengan mudah
ditemukan didaerah perkotaan dengan berbagai skala dari minimarket hingga skala
hypermarket (skala besar) yang memberikan pengalaman berbelanja one stop shopping
yang menyediakan hampir semua kebutuhan masyarakat. Asosiasi Pusat Belanja Indonesia
(APBI) mencatat terdapat 170 pusat perbelanjaan yang berdiri di Jakarta hingga akhir
2011. Research Colliers International Indonesia memperkirakan selama tahun 2012-2013
di Jakarta akan ada tambahan 21 pusat perbelanjaan baru dengan total luas lantai 827.376
2
m.
Fenomena pertumbuhan pusat perbelanjaan ini di satu sisi memberikan masyarakat
kemudahan untuk berbelanja dan menjadi penggerak ekonomi di suatu daerah karena
menambah lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Di sisi lain pusat perbelanjaan yang
memberikan fasilitas yang nyaman ini dapat menggusur peran pasar tradisional yang
sebagian besar diisi oleh pedagang menengah ke bawah. Pusat perbelanjaan yang
mengkonsumsi lahan dalam jumlah yang besar ini mengurangi daerah resapan air dan
ruang hijau terbuka di daerah perkotaan. Kemacetan jalan disekitar lokasi pusat
perbelanjaan juga menjadi dampak negatif yang tidak mudah untuk diatasi.
Pusat perbelanjaan menggunakan sumber daya seperti listrik, air dan bahan bakar
secara massif. Limbah air dari satu pusat perbelanjaan dapat mencapai angka 2.200
3
m /bulan (Badan Pengelola Lingkungan Hidup, 2010) cukup untuk kebutuhan minum
30.000 orang untuk 1 bulan dan konsumsi listrik mencapai 40 Megawatt/bulan.
Konsumsi sumber daya dan produksi limbah yang besar dari pusat perbelanjaan ini
perlu direncanakan dengan baik penggelolaannya yang tertuang dalam Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) hypermart. Dengan demikian, dampak negatif dari
kehadiran hypermart pada lingkungan dapat diminimalisasikan, sehingga keuntungan dari
pembukaan hypermart dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas dari berbagai aspek.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Deskripsi Kegiatan
2.1.1. Gambaran Umum Hypermarket (Carrefour ITC Depok)
Rencana Pengelolaan Lingkungan untuk hypermart (pusat perbelanjaan skala
besar) ini disusun dengan mengambil PT. Carrefour Indonesia yang berlokasi di ITC
Depok Jawa Barat, sebagai objek. PT. Carrefour Indonesia, Depok yang berdiri sejak
Agustus 2005. Carrefour didirikan oleh keluarga Fournier dan Defforey. Keluarga ini
pada awalnya membuka sebuah supermarket di kota Annecy, Haute-Savoie, Peranci
pada tahun
1960. Pada tahun 1962, sebuah keluarga yang menjadi pelopor berdirinya Promodes,
Paul Auguste Halley, juga membuka supermarket di kota Mantes-la-Ville, Perancis.
Walaupun berbeda kota, tetapi kedua keluarga ini ternyata bersaing. Masing-masing
ingin menjadi yang pertama. Bila keluarga Fournier dan Defforey membuka cabang di
kota lain, maka keluarga Promodes pun tak mau kalah.
Tahun 1963, keluarga Fournier dan Defforey mengalami selisih paham yang
mengakibatkan keluarga ini pecah. Padahal keluarga ini telah merencanakan untuk
memperluas pangsa pasar mereka, yaitu dengan membangun sebuah hypermarket.
Kesempatan ini dipakai oleh keluarga Promodes. Keluarga Promodes ini mengaja salah
satu anggota keluarga Fournier dan Defforey untuk bekerja sama. Anggota keluarga
Fournier dan Defforey tersebut membocorkan rencana pembangunan hypermarket yang
bernama Carrefour ke keluarga Promodes. Mendengar rencana itu, keluarga
Promodes langsung bergegas mendahului pembangunan hypermarket Carrefour di
Perancis. Akan tetapi, ketika pembangunan hampir selesai, keluarga Fournier dan
Defforey telah mengumumkan pembukaan hypermarket mereka yang diberi nama
Carrefour.
Pengumuman tersebut membuat keluarga Promodes terkejut. Pasalnya, mereka
sudah menancapkan tiang nama yang sebenarnya juga ingin memakai nama
Carrefour. Hal ini membuat keluarga Promodes harus memutar otak mencari nama
lain yang juga terdiri dari 9 (sembilan) huruf. Lalu muncullah nama Continent.
Persaingan masih tetap berlanjut. Masing-masing saling memperluas pangsa pasar
mereka. Selain dengan membuka cabang di negara-negara lain, mereka juga membuat
berbagai jenis produk dan layanan jasa.
Carrefour dan Continent masuk ke Indonesia pada tahun 1998. keberadaan
mereka di Indonesia adalah berawal dari undangan para pengusaha Indonesia untuk
memperkenalkan konsep hypermarket pada masyarakat Indonesia dengan tujuan
membangkitkan investasi asing sebagai usaha perbaikan perekonomian semenjak dilanda
krisis ekonomi pada tahun 1997. Adanya persetujuan pemerintah Indonesia dengan IMF
pada tanggal 15 Agustus 1998 membuka kesempatan kepada para ritel asing untuk
membuka usaha di Indonesia yang ditetapkan dengan Kepres No. 99 tahun 1998. Hal ini
menjadi awal yang positif bagi Carrefour dan Continent untuk membuka bisnis
hypermarket di Indonesia.
Carrefour
Indonesia
dibuka
pada
bulan
13 Juli 1999
24 Agustus 1999
22 Maret 2000
29 Juni 2000
12 September 2001
Juli 2002
Oktober 2002
: Carrefour Ambassador
16 Juni 2003
: Carrefour Mollis
Mei 2004
Agustus 2004
25
September 2004
September 2004
Oktober 2004
: Carrefour Makasar
1 Mei 2005
: Carrefour BSD
24 Agustus 2005
: Carrefour Depok
26 September 2005
8 Desember 2005
: Carrefour Cikokol
PT. Carrefour Indonesia memiliki bisnis utama sebagai peritel yang menyediakan
kebutuhan sehari-hari masyarakat dengan menyediakan sendiri sarana-prasarana yang
dibutuhkan dalam skala besar. PT. Carrefour Indonesia menggunakan konsep supermarket
dalam operasionalnya dan membuka berbagai cabang di kota-kota besar di Indonesia.
Communication
Goods/Services
Industry (a collection
of sellers)
Market (a collection
of buyers)
Money
Information
Gambar 2. Sistem Pemasaran (juga dianut oleh PT Carrefour Indonesia dalam perannya
sebagai pihak industri dan market)
(Sumber. Kotler. 2003. Principals of Marketing Industry. New York : Prentice Hall)
PROYEK
ANALISA
Ada
Dampak
Penting
Wajib AMDAL
Tidak Ada
Dampak
Penting
dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun dampak positif yang
akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan langkah untuk
menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.
Begitu pula pada proyek hypermart (Carrefour ITC Depok), yang memiliki dampak
yang cukup signifikan bagi kehidupan sosial-budaya masyarakat sekitar proyek termasuk
bagi lingkungan. Lokasinya yang berada tepat ditengah kota Depok, dan langsung
berhubungan dengan alur kehidupan masyarakat menjadi penyebab utama mengapa
pembagunan hypermart ini bersifat wajib AMDAL. Hal ini sesuai dengan PP No. 27/1999
pasal 3 ayat 1 yang menerangkan bahwa, usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat
menimbulkan dampak besar d an penting terhadap lingkungan hidup meliputi :
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
b. eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharu
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam
dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkunganbuatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempe ngaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya.
Setelah proses penentuan wajib atau tidaknya AMDAL bagi proyek ini, kemudian
kegiatan berlanjut pada pelaksanaan AMDAL itu sendiri.
Tujuan secara umum AMDAL adalah menjaga dan meningkatkan kualitas
lingkungan serta menekan pencemar an sehingga dampak negatifnya menjadi serendah
mungkin. Dengan demikian AMDAL diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang pelaksanaan rencana kegiatan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan
hidup. Untuk proses pelaksanaan AMDAL dapat dilihat dibawah ini.
Pelingkupan
KA AMDAL
AMDAL
RKL
RPL
Gambar 4. Flowchart (tahapan) kegiatan
Keterangan :
a. Pelingkupan adalah proses pemusatan studi pada hal hal penting yang berkaita
dengan dampak penting.
b. Kerangka acuan (KA AMDAL) adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai
dampak lingkungan hidup y ang merupakan hasil pelingkupan.
c. Analisis dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah telaahan secaracermat dan
mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan.
d. Rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) adalah upaya penanganan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana
usaha dan/atau kegiatan.
e. Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) adalah upaya pemantauan
komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar da n penting akibat dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
Kedua flowchart pada penjabaran di ataslah yang menjadi latar belakang
penyusunan makalah RKL Pembagungan Hypertmart Carrefour ITC Depok ini.
Makalah ini akan banyak mengaitkan kondisi masyarakat sekitar bagik dari segi sosialbudaya, ekonomi, hingga pelestarian lingkungan dengan harapan mampu meningkatkan
efektifitas AMDAL itu sendiri.
Seperti yang diketahui, Carrefour ITC Depok sebagai target proyek pada
penelitian ini terletak sebagi satu kesatuan bangunan dengan ITC Depok, maka dari itu
perlu ditekankan bahwa, dalam makalah ini diasuimsikan bahwa proyek (ITC Depok)
belum berdiri dan pihak Carrefour ikut terlibat dalam rangkaian proses pembagunan
proyek.
2.2. Rona Lingkungan
2.2.1. Komponen Tata Ruang
PT. Carrefour Indonesia, Depok terletak di pusat kota Depok, yaitu Jalan
Margonda Raya. Berbatasan secara langsung dengan Jalan Margonda Raya, Terminal
Pusat Depok, dan Stasiun Depok Baru. Luas lahan yang digunakan adalah 1 ha
(Gambar.10, Lampiran)
2.2.2. Komponen Kimia-Fisika
2.2.2.1. Keadaan Geografis
Lintang Selatan dan 106 4300 106 5530 Bujur Timur. Secara geografis,
Kota Depok berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta disebelah utara,
Kabupaten Bogor disebelah selatan, dan dikelilingi area kabupaten lain yang masih
dalam wilayah Provinsi jawa Barat (Gambar.11, Lampiran) atau berada dalam
lingkungan wilayah Jabotabek.
Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran
rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 140 meter
diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok
sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29
2
: 24,3o-33oC
Kelembaban rata-rata
: 25 %
Penguapan rata-rata
: 3,9 mm/th
: 14,5 knot
: 49,8 %
: 2684 m/th
: 222 hari/tahun
Tahap Kegiata
Komponen Lingkungan
Pra Konstruksi
A
2/1
Konstruksi
C
3/3
1/2
1/2
+ 2/2
2/2
2/2
+ 1/2
1/2
1/2
1/2
2/2
+2/3
2/2
Keterangan :
Besaran Dampak
= kecil
= sedang
= besar
Kepentingan Dampak
= kurang penting
= penting
= sangat penting
Contoh :1/3 = Dampak negatif, besaran kecil [Kepentingan dampak sangat penting]
Pra Konstruksi
A. Survey dan Pengukuran Lahan
B. Pendataan demografi
C. Pembebasan lahan
Konstruksi
A. Mobilisasi peralatan dan bahan
B. Rekruitmen tenaga kerja
1/1
1/2
2/2
+ 2/2
1/2
1/2
-2/1
-2/1
-1/1
-1/1
2/2
-1/1
1/1
Tahap Kegiatan
+1/2
IV.Sosial Ekonomi
IV.1.1. Pendapatan Daerah
1
2
3
-1/1
1
2
3
-1/3
-1/3
-1/1
-1/1
-1/1
+ 1/1
1/1
1/2
1/2
2/2
1/1
1/1
C. Penyiapan lahan
D. Pembangunan sarana dan prasarana
Operasi
A. Perubahan daya guna lahan
B. Rekruitmen tenaga kerja
C. Instalasi air bersih
D. Persepsi masyarakat mengenai kesehatan dan keamanan
Pasca Operasi
A. Pembuangan limbah padat
B. Penurunan nilai estetika
C. Interaksi masyarakat dan pengunjung
2.3.2. Perkiraan Dampak pada Tahap Prakonstruksi
Kegiatan pada tahap pra-konstruksi berupa kegiatan survei dan pengukuran,
penetapan batas-batas proyek bangunan dan perencanaan site plant. Dampak yang paling
potensial saat kegiatan pra-konstruksi adalah pendataan demografi dan sosialisasi konsep
pasar modern, masalah tanah yaitu penetapan batas-batas wilayah dan lahan dan persiapan
teknik birokrasi. Kemungkinan terhadap dampak negatif dapat dilihat pada sisi keresahan
yang timbul dikalangan masyarakat dengan adanya pembatasan wilayah, yang dapat
pembangunan
saluran
drainase
sederhana,
pembangunan
gedung,
Selain itu akan terjadi oeningkatan pencemaran udaran dan kebisingan akibat polutan yang
ditimbulkan oleh hasil pembakaran bahan bakar dari genset dan kendaraan pengunjung.
Di sisi lain, dampak negatif juga dapat dilihat dari penurunan nilai estetika akibat
ketidakpedulian pengunjung terhadapt kebersihan, seperti membuang sampah sembarangan,
merokok di area operasional, tidak menjaga kebersihan fasilitas penunjang seperti toilet.
Sirkulasi kendaraan keluar masuk yang tidak terkelola dengan baik menyebabkan kemacetan
dan penerangan yang tidak baik dijalur masuk keluar pada perparkiran basement dapat
menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Dampak positif yang terdapat pada tahap ini dapat dilihat dari segi interaksi antar
karyawan ataupuan antara karyawan dan pengunjung. Hal ini dapat mengubah pola
kehidungan sosial masyarakat ke arah global sehingga masyarakat dapat memiliki pola
pemikiran yang lebih terbuka.
BAB III
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Guna melaksanakan pengelolaan lingkungan yang baik sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang diharapkan, diperlukan pedoman atau petunjuk pelaksanaan sebagai acuan
dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan berupa Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RKL).
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) merupakan bagian
dokumen AMDAL Reklamasi Pantai yang wajib disusun dan dilaksanakan oleh pemrakarsa
dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan kawasan wisata pantai. Pelaksanaan RKL
juga diperlukan bagi pihak lain yang berkepentingan antara lain:
Institusi
Pemerintah
sebagai
perencana
kegiatan
pelaksana
dan
pengawas
Kahuripan (PDAM ini menampung kebutuhan air bersih Depok dan Bogor hingga
pertengahan tahun 2012, dan PDAM kota Depok selesai pembangunannya). Disamping
digunakan untuk kebutuhan pengoperasian Carrefour, air bersih juga digunakan untuk
kebutuhan pertamanan dan hydrant kebakaran.
Pemantauan yang telah dilakukan oleh pengelola bangunan saat ini dalam
pengelolaan air bersih melalui pengujian kualitas air bersih yang digunakan secara regular.
Reservoir
Distribution
Alur
PDAM
Tirta Kahuripoan
Taman
WC
Westafel
Tempat wuduk
Kamar mandi
Sumur bor
Dari proses instalasi ini, kemudian akan muncul limbah cair yang
pengelolaannya tentu perlu mendapatkan perhatian khusus sebab pengelolaan yang
tidak tepat akan menybabkan pencemaran air. Pengendalian pencemaran air adalah
upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air
untuk menjamin agar sesuai dengan baku mutu air. Tujuan pengelolaan limbah cair
adalah untuk mengendalikan agar tidak terjadi pencemaran air atau menghasilkan zero
pollution (tidak ada polutan dalam air). Oleh karenanya maka sasaran yang ingin
dicapai adalah agar mengusahakan agar jumlah limbah yang dihasilkan sekecil
mungkin dengan kadar kontaminan sekecil mungkin. Untuk mencapai tujuan ini, maka
tidak hanya proses pengelolaan yang dapat dilakukan, tetapi juga proses pengolahan.
3.3.1. Produksi Bersih (Pengelolaan Limbah Cair)
Limbah yang berasal dari pusat perbelanjaan (seperti Carrefour ITC
Depok) pada prinsipnya di lokalisasi agar tidak menyebar. Sekitar tahun 1970
limbah industri termasuk pertokoan ditangani dengan membuat instalasi
pengolahan limbah di tempat (end of pipe). Model ini disebut sebagai
penanganan limbah industri dengan sistem setempat. Pengolahan terhadap
limbah industri ini memerlukan biaya yang tidak kecil, sehingga berpengaruh
terhadap harga jual barang produksinya. Kemudian para industriawan
melakukan berbagai upaya, agar limbah yang dihasilkan sesedikit mungkin dan
dengan memanfaatkan kembali limbah yang ada. Cara ini disebut dengan istilah
produksi bersih. Produksi bersih didefinisikan sebagai strategi pengelolaan
lingkungan yang bersifat preventif, proaktif, terpadu dan diterapkan secara
kontinyu pada setiap kegiatan mulai dari hulu sampai dengan ke hilir yang
terkait dengan proses produksi terhadap suatu produk dan atau jasa.
Industri /pertokoan yang dibangun di suatu kawasan disebut kawasan
industry (Carrefour ITC Depok terletak di tengah kota Depok, yang dikelilingi oleh
pertokoan dan fasilitas umum lainnya). Sistem penanganan limbah yang
dikembangkan adalah sistem penanganan limbah terpusat, dengan dibuatkan
jaringan air kotor dan berakhir di instalasi pengolahan limbah industri. Jenis
industri yang dibangun di kawasan industri ini bervariasi, sehingga kualitas limbah
yang dihasilkan juga bervariasi. Apabila disatukan (dicampur) limbahnya, akan
menyulitkan dalam proses pengolahan serta meningkatkan biaya investasi dan
biaya operasionalnya, yang mempengaruhi tarif pengolahan limbah. Bagi industri
yang limbahnya memang sulit diolah akan menguntungkan, sedangkan industri
yang tidak sulit diolahnya akan dirugikan. Oleh karenanya masing-masing industri
Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan dua upaya secara simultan, yaitu :
Melakukan penghematan pemanfaatan sumberdaya alam melalui berbagai upaya
antara lain pemanfaatan kembali (reuseability), mengganti sesuatu yang lebih
hemat dan lebih aman (replacement), menolak sesuatu yang membahayakan
keselamatan hidup (refusal), memperbaiki yang kurang sesuai (repair), menyusun
struktur yang tidak sesuai (reconstruct), memperpanjang umur sesuatu
(redurability), mengurangi limbah (reduce), memanfaatkan kembali limbah yang
masih dapat dimanfaatkan (recycle), mentransformasi limbah (recovery) dan
sebagainya.
Memberi nilai tambah sumberdaya alam yang kita manfaatkan. Misalnya dengan
menghasilkan produk yang lebih unggul, memproduksi barang atau jasa yang lebih
tinggi nilainya, dan sebagainya.
Proses penanganan limbah berawal dari penghasil limbah (sumber limbah). Pada
tahap ini diperlukan identifikasi limbah padat apakah masih memiliki nilai atau langsung
dibuang ke TPA (tempat pembuangan / penataan akhir). Limbah padat yang masih
memiliki nilai (mis, kertas, plastik, limbah organik) di proses lanjut ( daur ulang,
pemanfaatan kembali, dll), sedangkan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi
dikumpulkan dalam bak sampah (penyimpanan on site) menunggu diambil oleh
petugas pengumpul sampah. Petugas pengumpul sampah ini menggunakan gerobak
sampah untuk memindahkan sampahnya ke tempat penampungan sementara (TPS) dan
selanjutnya dengan truk sampah diangkut ke TPA. Namun ada juga dari penyimpanan
on site ini langsung diangkut oleh truk sampah ke TPA.
Kegiatan pemilahan limbah padat menurut tahapan proses penanganan limbah
padat di atas, mensyaratkan adanya kegiatan pemilahan limbah padat sejak dari penghasil
limbah. Sementara itu kenyataan di lapangan proses pemilahan dari sumber penghasil
limbah belum dilakukan, melainkan para pemulung yang mengambil barang yang
dibutuhkan dari tempat sampah untuk diproses lanjut.
Tujuan pembuangan akhir sampah adalah membuang sampah agar tidak mencemari
lingkungan tempat tinggal manusia, dan juga tempat lingkungan dimana sampahtersebut
dibuang. Ada bergai cara yang dapat dilakukan pada proses pembuangan akhir. Misalnya
Penimbunan tanah (Land Fill), penimbunan limbah padat secara sehat, dan pembakaran.
Cara penimbunan sampah Land fill tidak menjamin aman bagi lingkungan, karena
sering terjadi pencemaran air tanah akibat cairan busuk (lindi) yang ditimbulkan akabitan
pembusukan bahan organic didalam tanah. Kemungkinan akan terakumulasinya gas- gas
racun yang dihasilkan pada proses pengeruaian secara anaerobic; sehingga akan
mematikan kehidupan mikroorganisma yang menguntungkan, yang hidup di dalam tanah.
Dalam tipe ini semua jenis limbah padat dibuang ke dalamnya yaitu sampah yang tak
mudah membusuk (seperti kertas-kertas, potongan-potongan kayu, potongan besi seng,
kaleng bekas) dan sampah organik yang mudah membusuk. Campuran sampah ini akan
membusuk dan menyebarkan bau tak sedap, lalat, kacoa, dan jenis binatang lain hidup di
dalamya.
Penimbunan limbah padat secara sehat dilakukan secara terencana dengan
difasilitasi peralatan pengaman agar tidak mencemari lingkungan tanah perairan dan
lingkungan sekitarnya. Area cekungan yang dijadikan lokasi pembuangan akhir sampah
dinding dan dasar cekungan dilapisi bahan yang relatif kedap air (biasanya geotextile),
dilengkapi dengan pipa penyalur gas metan, dan saluran drainase untuk menampung lindi
yang dihasilkan. Sampah dibuang dan dibiarkan menggunung seperti cara penimbunan
tanah. Tetapi, setelah sampah mencapai ketinggian tertentu, permukaan atasnya ditimbun
dengan tanah. Lapisan tanah ini sedikitnya harus setebal 60 cm. Penimbunan limbah padat
juga dilakukan bertahap, yaitu setiap hari setelah penimbunan dilakukan pemadatan dan
penuntupan dengan tanah liat (bahan kedap air) untuk mencegah terjadinya pencampuran
dengan air hujan, dan gangguan dari binatang. Pemusnahan sekaligus pemanfaatan sampah
dengancara ini memang membutuhkan dana lebih besar dan waktu serta tenaga lebih besar,
tetapi lebih aman dan tidak merugikan kehidupan masyarakat.
BAB IV
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) merupakan bagian
Dokumen AMDAL yang wajib disusun dan dilaksanakan oleh Pemrakarsa dalam rangka
pelaksanaan pengelolaan lingkungan akibat adanya pembangunan Hypermart yang turut
mempengaruhi keseimbangan lingkungan dan keadaan sosial masyarakat sebagaimana di
uraikan di atas. Maksud dan Tujuan dilaksanakan pemantauan lingkungan hidup antara
lain untuk:
Mengetahui perubahan lingkungan atau dampak penting yang timbul akibat
pembangunan hypermart.
Mengevaluasi pengelolaan lingkungan yang telah dan akan dilaksanakan di
kawasan terkait.
4.1. Rencana Pemantauan Lingkungan Tahap Pra Konstruksi
Dampak yang dapat terjadi pada tahapan ini yaitu potensi terjadinya konflik karena
penetapan batas-batas wilayah proyek antara pihak yang berkepentingan, misal masyarakat
sekitar. Pemantauan dilakukan secara berkala dari internal untuk memastikan semua areal
proyek yang telah ditentukan sesuai dengan kesepakatan antara pihak-pihak yang
berkepentingan.
Hal berikutnya yang menjadi perhatian adalah intensitas keluhan masyarakat yang
takut akan terkena dampak pembangunan. Untuk mengatasinya, pihak pengelola perlu
melakukan observasi dan wawancara (pendekatan langsung) pada warga agar dapat
mengetahui tingkat keresahan masyarakat yang akan terkena dampak. Pendekatan ini bias
dilakukan sebagi upaya pemantauan secara berkala sepanjang proses konstruksi untuk
mencegah adalah pertentangan tiba-tiba dari masyarakat ketika proses m=pembangunan
mulai menghasilkan pencemaran bagi lingkungan.
4.2. Rencana Pemantauan Lingkungan Tahap Konstruksi
Pengelolaan yang telah dilakukan terhadap dampak yang ditimbulkan dari beberapa
peralatan di lokasi pembangunan telah cukup mengurangi pencemaran udara dan
meningkatkan tingkat kebersihan jalan raya walupun masih kurang maksimal. Penurunan
kualitas udara dan peningkatan kebisingan tetap sulit untuk dikesampingkan karena
pengelolaan yang ada tidak mampu mengembalikan kondisi lingkungan sekitar pada
keadaan semula sebelum proses pembangunan berlangsung.
Untuk menentukan sejauh apa tingkat pencemaran yang terjadi perlu dilakukan
proses pemantauan lingkungan. Dalam proses RPL perlu ditetapkan tolak ukur dampak,
dalam hal ini dapat digunakan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien, berdasarkan kepada
Udara
Kebisingan
Wilayah
Sama
telaah
pengukuran udara
dengan
lokasi
ITC Depok
Parameter Debu, NOx, SO2, CO, HC
Metoda
Sampling dan analisa laboratorium
Intensitas Kebisingan
Pengukuran
langsung
menggunakan sound level
meter
Periode
Tabel 3. Parameter, Metode Analisis, dan Peralatan Kualitas Udara dan Kebisingan
4
5
6
7
CO
Pb
HC
Kebisingan
NDIR
Gravimetrik, Ekstraktif, Pengabuan
Flame Ionization
-
NDIR Analyzer
Hi-Vol, AAS
Gas Chromatograph
Sound Level Meter
(Sumber. Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep-48/MENLH.1996
tentang Baku Mutu Kebisingan)
Tabel 4. Baku Mutu UdaraAmbien
Parameter
3
SO2, g/m (ppm)
3
CO, g/m (ppm)
3
NOx, g/m (ppm)
3
O3, g/m (ppm)
3
Debu, g/m (ppm)
3
Pb, g/m (ppm)
H2S, g/m 3(ppm)
NH3, g/m 3 (ppm)
HC, g/m 3 (ppm)
Baku Mutu
260 (0.1)
2.260 (20)
92.5 (0.05)
200 (1.0
260
60
42 (0.03)
1.360 (2)
160 (0.24)
Waktu
24 jam
8 jam
24 jam
1 jam
24 jam
24 jam
30 menit
24 jam
3 jam
Maksimum yang
dianjurkan
Maksimum yang
diperbolehkan
35
45
45
55
Perkantoran, Pertokoan,
Perdagangan, Pasar, dst
Industri, Pabrik, ST. KA,
Terminal Bus, dst
50
60
60
70
No.
Parameter
Unit
Alat/Metoda
Keterangan
Thermometer, Pemuaian
In-situ
Fisika
1
Temperatur
TSS
Gravimetri
Lab induk
TDS
Gravimetri
Lab induk
0C
Kimiawi
pH
1
pHmeter
In-situ
DO
mg/l
In-situ
BOD
mg/l
Modifikasi Winkler
Lab induk
COD
mg/l
Titrimetri
Lab induk
Klorida (Cl)
mg/l
AAS
Lab induk
Fluorida (F)
mg/l
AAS
Lab induk
Nitrat (-NO3)
mg/l
Metode Brusin
Lab induk
Nitrit (-NO2)
mg/l
Metode Sulfanilik
Lab induk
Amoniak bebas
mg/l
Metode Nessler
Lab induk
10
Sulfida
mg/l
Titrimetri/Spektrofotometri
Lab induk
11
Sulfat (SO4)
mg/l
Gravimetri/Spektrofotometri
Lab induk
12
Minyak/lemak
mg/l
Ekstraksi
Lab induk
13
Natrium (Na)
mg/l
AAS
Lab induk
14
Arsen (As)
mg/l
AAS
Lab induk
15
Nikel (Ni)
mg/l
AAS
Lab induk
16
Barium (Ba)
mg/l
AAS
Lab induk
17
Besi (Fe)
mg/l
AAS
Lab induk
18
Mangan (Mn)
mg/l
AAS
Lab induk
19
Tembaga (Cu)
mg/l
AAS
Lab induk
20
Timbal (Pb)
mg/l
AAS
Lab induk
21
Seng (Zn)
mg/l
AAS
Lab induk
22
Krom total
mg/l
AAS
Lab induk
23
Detergen
mg/l
Lab induk
24
Fenol
mg/l
Spektrofotometri
Lab induk
25
mg/l
Spektrofotometri
Lab induk
mg/l
Spektrofotometri
Lab induk
26
Bakteriologi
1 Total koliform
JPT/100 ml
Lab induk
Kolifirm tinja
JPT/100 ml
Lab induk
(Sumber. Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 dan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air
Permukaan)
Pada tahap ini, saat proses recruitment tanaga kerja juga perlu dilakukan
pemantauan. Pemantauan dimaksudkan agar pelaksana/pemrakarsa proyek dapat
meprioritaskan tenaga kerja lokal. Hal ini dapat mengindari kecemburuan masyarakat
terhadap proyek terkait dan mencegah konflik.
4.4. Rencana Pemantauan Lingkungan pada Tahap Pasca Operasi
Setelah proses operasi, akan selalu timbul limbah padat (sampah) sebagai output
dari proses operasi itu sendiri. Informasi dan data mengenai komposisi kimia sampah erat
pengangkutan,
dan
pengolahan
data
dengan
emnggunakan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), merupakan salah satu alat yang
dibuat untuk tindakan terhadap kemungkinan ketidaklsetarinya fungsi lingkungan
sebagai akibat adanya rencana usaha dan atau kegiatan pambangunan.
2. Pusat perbelanjaan skala besar seperti hypermart membutuhkan pengelolaan yang
tepat, sistematis, dan efisien bagi keseluruhan aspek mulai dari perencanaan
pembangunan, masyarakat sekitar, hingga lingkunga.
3. Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungann merupakan
bagian dokumen AMDAL yang wajib disusun dan dilaksanakan oleh pemrakarsa
dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan kawasan industry dan perkotaan.
4. Guna melaksanakan pengelolaan lingkungan yang baik sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang diharapkan, diperlukan pedoman atau petunjuk pelaksanaan sebagai
acuan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan berupa Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL), yang juga didukung dengan pemantauan yang
baik melalui penyusunan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
5. Secara umum, dampak dari pembangunan hypermart menyentuh langsung kehidupan
masyarakat sekitar proyek dan mengakibatkan perubahan keseimbangan lingkungan
sehingga pembangunan hypermart memiliki sifat wajib AMDAL, maka dari itu
dibutuhkan adanya dokumen-dokumen substansial seperti RKL dan RPL.
6. Dalam pembuatannya, RKL dan RPL meninjau beberapa aspek kehidupan mulai dari
geografis tan topografi wilayah, komponen fisika-kimia terkait, serta aspek sosial,
ekonomi, dan budaya.
7. Peninjau atau institusi yang berhak menentukan dampak terhadap lingkungan adalah
pemilik perusahaan, pemerintah daerah setempat dan masyarakat sekitar.
Saran
Dalam
upaya
peningkatan
pembangunan
di
area
perkotaan
seharusnya
lebih
memperhatikan dampak yang dapat terjadi pada lingkungan, teruatam pada aspek
kesehatan masyarakat. Begitu juga pada pembangunan hypermart yang harus selalu
memperhatikan syarat-syarat yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, (2004). Buku acuan Pendidikan Lingkungan Hidup.
Jakarta.
Kotler. 2003. Principals of Marketing Industry. New York : Prentice Hall.
KepMen KLH No.02/MENKLH/1988
Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep48/MENLH.1996 tentang Baku Mutu Kebisingan
Peraturan Mentri Kesehatan RI No.718/MENKES/Per/XI/1987
Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 dan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air
Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
http://3.bp.blogspot.com/_288fhLNuaJ4/TF8Ei55m4sI/AAAAAAAABJA/NBLTYoadsY/
s1600/itc+depok.jpg, diakses pada 14 Mei 2012, pukul 21.04
http://www.carefour.org
http://desmond.imageshack.us/Himg299/scaled.php?server=299&filename=kotasatelityan
gaadawebdw0.jpg&res=landing, diakses pada 14 Mei 2012, pukul 20.47
http://earthpeace.com/image&/wastewater.png, diakses pada 7 Mei 2012, pukul 20.19
http://i364.photobucket.com/albums/oo82/GrandiePektay/Kaskus/Counter%20ITC%20De
pok/DenahlokasiITCDepok.jpg, diakses pada 14 Mei 2012, pukul 20.21
http://id.wikipedia.org/ Waste_hierarchy.svg, diakses pada 7 Mei 2012, pukul 20.21
LAMPIRAN