TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Definisi
Diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali
atau lebih dalam satu hari.Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4kali, sedangkan untuk bayi berumur
lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali.Klasifikasi diare ke
dalam jenis akut dan kronis bersifat mutlak, tetapi diare harus berlangsung paling
sedikit 14 hari untuk dapat dikatakan diare kronis, jadi diare akut adalah diare
yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari ( bahkan
kebanyakan kurang dari 7 hari ) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair
yang sering tanpa darah.1,2
1.2
Epidemiologi
Di Negara berkembang, termasuk Indonesia, diare akut maupun kronis
Klasifikasi
1
Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :1,2,3,4
1. Infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare. Infeksi enteral ini disebabkan oleh berbagai
mikroba diantaranya:
o Virus : Enterovirus, rotavirus, adenovirus. Virus merupakan
penyeba tersering diare apada anak.
o Bakteri
Shigella,
Salmonella,
E.coli,
Vibrio
cholera,
Campilobacter jejuni.
o Parasit : protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli), cacing ( Ascaris, Trichuris, Strongiloides ) dan
jamur ( Candida ).
2. Faktor malabsorpsi : Malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan : Makanan besi, beracun, atau alergi terhadap
makanan tertentu.
4. Imunodefisiensi
Patogenesis1,4,5,6
Virus
Virus masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak dalam
epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan
vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorpsi
dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili
dapat
juga
menyebabkan
dihubungkan
berkurangnya
dengan
hilangnya
enzim
disakaridase,
laktosa.
Bakteri
Penempelan di mukosa
Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus untuk
Invasi mukosa
Shigella dapat menyebabkan diare berdarah (disenteri) melalui
invasi dan perusakan sel epitel mukosa di sebagian besar kolon. Invasi ini
diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang
menyebabkan adanya sel darah merah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan
kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa.Shigellosis
Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu
diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik
terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan
difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat
yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan
menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi,
post reseksi usus serta hipertiroid.7
1.7
Manifestasi Klinis
Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja dapat berubah jadi
kehijau-hijauan yang disebabkan bercampurnya tinja dengan empedu. Anus dan
sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah
gejala dehidrasi. Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita jatuh ke dalam
dehidrasi adalah : rasa haus, elastisitas ( turgor dan tonus ) kulit menurun, bibir
dan mukosa kering, mata cekung, air mata tidak keluar, ubun-ubun besar cekung,
oliguri, bahkan dapat anuria, tekanan darah rendah, takikardia, kesadaran
menurun. 1
Menurut banyaknya cairan yang hilang, diare dibagi atas : 1,6
1.
kembali agak lambat. Nadi radialis teraba tetapi cepat, dan ubun-ubun kecil pada
bayi lebih cekung pada biasanya.
3.
atau lebih dari 10 % BB. Biasanya terdapat letargis, stupor atau bahkan koma.
Mata sangat cekung, tanpa air mata, mulut dan lidah sangat kering, pernafasan
cepat dan dalam. Bila kesadarannya menurun, penderita mungkin minum hanya
sedikit sekali atau tidak sama sekali. Cubitan kulit kembali sangat lambat (> 2
detik). Nadi femoral sangat cepat dan nadi radialis mungkin sangat cepat dan tidak
teraba. Pada bayi, ubun-ubun kecil sangat cekung. Penderita mungkin tidak
kencing selama 6 jam atau lebih. Bila ada syok hipovolemik, tekanan darah
sistolik rendah atau tidak teraba, lengan dan kaki dingin, kuku mungkin biru.
1.8 Diagnosis1
Berdasarkan definisi diare akut, diagnosis ditegakkan jika terdapat buang
air besar encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali. Jika disertai buang air besar
disertai darah maka didiagnosis dengan disenteri. Pada pasien diare harus
ditentukan apakah tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi serta derajat
dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi :
Penilaian
Lihat :
Keadaan umum
Mata
Air mata
Mulut dan lidah
Rasa haus
Baik, sadar
Gelisah, rewel *
Periksa
turgor kulit
Derajat
dehidrasi
Kembali cepat
TANPA
DEHIDRASI
Terapi
Rencana A
1.9
Kembali lambat*
DEHIDRASI
RINGAN/SEDANG
Bila ada 1 tanda * +
1 atau lebih tanda
lain
Rencana B
Rencana C
Pemeriksaan laboratorium2
1. Darah
Darah rutin
Serum elektrolit : NA+, K+ , ClUreum dan kreatinin
Analisa gas darah apabila terdapat tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa
Immunoassay : toksin bakteri (C. Difficile), antigen virus
(Rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E.hystolitica)
2. Feses
Feses lengkap : makroskopis dan mikroskopis (peningkatan
jumlah leukosit di feses pada inflammatory diarrhea ; parasit :
amoeba bentuk tropozoit.
1.10
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diare : 1,2,4
- Mencegah dehidrasi
- Rehidrasi
- Meneruskan makan dan ASI
Tujuan
penatalaksanaan
diare
adalah
untuk
mengkoreksi
Pemberian Cairan
1. Diare akut tanpa dehidrasi ( rencana terapi A )
Mengganti cairan yang keluar sesegera mungkin dengan minum
lebih banyak dari yang keluar. Cara minum sedikit demi sedikit, diberikan
dengan sendok dalam posisi anak duduk atau setengah duduk. Cairan yang
dapat diberikan adalah oralit, cairan rumah tangga lain seperti larutan gula,
garam, air tajin. Penanganan diare akut tanpa dehidrasi sebagai berikut ;
a. Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi
Pemberian cairan : 10 cc/kg BB / BAB encer atau muntah, atau :
Umur < 12 bulan : 50 100 ml setiap mencret
Umur 1 5 tahun : 100 200 ml tiap mencret
Umur > 5 tahun
Upaya rehidrasi :
Cairan oralit 75 mg/kg BB dalam 3 jam pertama, setelah 3 4 jam
nilai kembali dengan menggunakan bagian penilaian, kemudian pilih
rencana terapi A,B,C untuk melanjutkan pengobatan. Dapat juga
diberikan berdasarkan umur, jika berat badan tidak diketahui, yang
sesuai dengan tabel di bawah ini :
Umur
< 1 tahun
1-5 tahun
> 5 tahun
Dewasa
Jumlah oralit
300 ml
600 ml
1200 ml
2400 ml
30 ml/kgBB
70 ml/kgBB
< 1 tahun
1 jam pertama
5 jam berikutnya
> 1 tahun
jam pertama
2 jam berikutnya
a. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai,
percepat tetesan intravena.
b. Juga berikan oralit ( 5 ml/kgBB/jam ) bila penderita bisa minum,
biasanya setelah 3 4 jam ( bayi ) atau 1 2 jam ( anak )
c. Setelah 6 jam ( bayi ) atau 3 jam ( anak ), nilai bagi penderita
menggunakan bagan penilaian kemudian pilih rencana pengobatan
selanjutnya.
Dietetik
Memuasakan penderita diare
10
1.11Komplikasi
Akibat yang dapat ditimbulkan diare akut
11
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
1. Identitas Pasien
Nama
:An. M I
Umur
: 3 bulan2 minggu
:-
Pekerjaan
:-
Alamat
: Belum Menikah
Jumlah Saudara
Kondisi Rumah
12
saudara.
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan dengan keluarga baik
4. Keluhan Utama
Berak-berak encer sejak 1 hari yang lalu.
5. Riwayat Penyakit Sekarang
Berak-berak encer sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 4x/hari, banyak
- gelas/kali, tidak berlendir dan tidak berdarah, berwarna
kuning.
Pasien tidak diberi ASI sejak lahir, langsung minum susu formula
Demam ada sejak 1 hari iyang lalu.
Mual dan muntah tidak ada.
13
Polio
Hepatitis B
Campak
9. Riwayat Makanan/Minuman:
Umur 0- 3 bulan
susu.
10. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :
Keadaan Umum
Kesadaran
Frekuensi nadi
Frekuensi Nafas
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
BB/U
Status Gizi
Kepala
Kulit
Mata
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
2mm,
14
Perkusi
Auskultasi
: sulit dilakukan
: bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak
ada
Abdomen
:
- Inspeksi
-Palpasi
cepat
-Perkusi
: timpani
- Auskultasi
: bising usus (+) N
Punggung
: tidak ditemukan kelainan
Anus
: eritema natum (-)
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Laboratorium
Darah rutin : tidak dilakukan
Feses rutin : tidak dilakukan
11. Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi
12. Diagnosa Banding
: tidak ada
13. Manajemen
a. Preventif :
Tidak membeli makanan disembarang tempat yang tidak terjamin
kebersihannya.
Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah 3 tidak,
kecil.
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang
16
c. Kuratif
-
:
Oralit setiap kali diare. Ibu diajari untuk menyiapkan larutan
oralit dimana 1 bungkus oralit dilarutkan di dalam 200 ml air (
1 gelas air). Anak diberi minum sedikit demi sedikit dengan
menyuapi anak menggunakan sendok sebanyak 50 cc. Jika
anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan
lebih lambat. Ibu harus terus memberi cairan tambahan sampai
diare anak berhenti.
17
d. Rehabilitatif :
- Apabila diare semakin sering atau disertai tanda dehidarasi
berat (penurunan kesadaran/letargi, tidak mau minum, turgor
kembali lambat, mata cekung, air mata tidak ada) segera bawa
ke Puskesmas / IGD RS.
Dokter
Tanggal
: 3 Desember 2016
R/ Oralit sach.
Simm
R/ Zinc tab 20 mg
S1dd tab
No. III
No. X
Ras :
R/ Paracetamol syr fls No. I
S3dd cth
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman. Buku ajar diare. Jakarta : Depkes RI Ditjen
PPM&PLP ; 1999
2. Staf Pengajar FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak : diare pada bayi
dan anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI ; 1985 : hal 283311
3. Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. hal 448-466
4. Bahram RF. Kliegman. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15. Jakarta
: EGC. 2000. hal 1354 - 1361
5. Garna H, Nataprawira HMD, Rahayuningsih, editor. Pedoman diagnosis
dan terapi ilmu kesehatan anak, Ed 3 : diare akut. Bandung : FK
Universitas Padjajaran, 2005 ; hal 271-278
6. Boyle JT. Diare kronis. Dalam: Wahab AS, editor. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson, Vol 2, Ed 15. Jakarta : EGC, 2000 ; hal 1354-61
7. Sudaryat S. Gastroementerologi Anak : Diere Akut, Jakarta : Sagung Seto,
2005 ; hal 1-24
19
20