Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA
1.1

Definisi
Diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali

atau lebih dalam satu hari.Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4kali, sedangkan untuk bayi berumur
lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali.Klasifikasi diare ke
dalam jenis akut dan kronis bersifat mutlak, tetapi diare harus berlangsung paling
sedikit 14 hari untuk dapat dikatakan diare kronis, jadi diare akut adalah diare
yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari ( bahkan
kebanyakan kurang dari 7 hari ) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair
yang sering tanpa darah.1,2
1.2

Epidemiologi
Di Negara berkembang, termasuk Indonesia, diare akut maupun kronis

masih merupakan masalah kesehatan utama.Di dunia, diare menyebabkan


kematian sebanyak 5 juta setahun, 75% diantaranya disebabkan oleh diare akut.Di
Indonesia, kematian karena diare sekitar 200.000-250.000 setahun, 80%
diantaranya disebabkan oleh diare akut.1,2
Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insuden paling tinggi terdapat pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa
diberikan makanan pendamping.1
1.3

Klasifikasi
1

Secara klinis diare dapat dibedakan menjadi 3 yaitu2 :


1. Diare akut yaitu diare yang terjadi mendadak pada anak yang sebelumnya
sehat, berlangsung kurang dari 2 minggu.
2. Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinja.
3. Diare persisten yaitu diare yang terjadi lebih dari 14 hari yang merupakan
kelanjutan dari diare akut.
1.4

Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :1,2,3,4
1. Infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare. Infeksi enteral ini disebabkan oleh berbagai
mikroba diantaranya:
o Virus : Enterovirus, rotavirus, adenovirus. Virus merupakan
penyeba tersering diare apada anak.
o Bakteri

Shigella,

Salmonella,

E.coli,

Vibrio

cholera,

Campilobacter jejuni.
o Parasit : protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli), cacing ( Ascaris, Trichuris, Strongiloides ) dan
jamur ( Candida ).
2. Faktor malabsorpsi : Malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan : Makanan besi, beracun, atau alergi terhadap
makanan tertentu.
4. Imunodefisiensi

5. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat


menimbulkan diare pada anak yang lebih besar.
1.5
1.

Patogenesis1,4,5,6
Virus
Virus masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak dalam
epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan
vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorpsi
dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili
dapat

juga

menyebabkan

dihubungkan
berkurangnya

dengan

hilangnya

enzim

disakaridase,

absorpsi disakarida terutama

laktosa.

Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya


menjadi matang.
2.

Bakteri

Penempelan di mukosa
Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus untuk

menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan ini menyebabkan


pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan.

Toksin yang menyebabkan sekresi


Beberapa bakteri lain seperti V.cholerae mengeluarkan toksin yang

menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorpsi natrium


melalui vili dan meningkatkan sekresi klorida dari kripta, yang
menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang
sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.

Invasi mukosa
Shigella dapat menyebabkan diare berdarah (disenteri) melalui

invasi dan perusakan sel epitel mukosa di sebagian besar kolon. Invasi ini
diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang
menyebabkan adanya sel darah merah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan
kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa.Shigellosis

menimbulkan tanda radang akut

meliputi nyeri perut, demam, kejang, letargis dan prolas rektum.


Infeksi virus dan bakteri tidak selamanya akan menyebabkan terjadinya
diare karena tubuh mempunyai mekanisme pertahanan tubuh. Jika bahan-bahan
yang berbahaya dapat menembus barier mekanisme daya tahan tubuh dan dapat
masuk ke dalam sirkulasi sistemik, maka akan terjadi berbagai reaksi.
1. 6

Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu
diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik
terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan
difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat
yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan
menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi,
post reseksi usus serta hipertiroid.7
1.7

Manifestasi Klinis

Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja dapat berubah jadi
kehijau-hijauan yang disebabkan bercampurnya tinja dengan empedu. Anus dan
sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah
gejala dehidrasi. Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita jatuh ke dalam
dehidrasi adalah : rasa haus, elastisitas ( turgor dan tonus ) kulit menurun, bibir
dan mukosa kering, mata cekung, air mata tidak keluar, ubun-ubun besar cekung,
oliguri, bahkan dapat anuria, tekanan darah rendah, takikardia, kesadaran
menurun. 1
Menurut banyaknya cairan yang hilang, diare dibagi atas : 1,6
1.

Diare tanpa dehidrasi


Penderita yang tanpa tanda dehidrasi juga mengalami defisit cairan, tetapi

hanya kurang dari 5 % BB.


2.

Diare dengan dehidrasi ringan-sedang


Dehidrasi ringan-sedang terjadi kehilangan cairan 5-10 % BB. Dehidrasi

ringan kehilangan cairan sekitar 5-6%, biasanya ditandai dengan meningkatnya


rasa haus dan gelisah. Turgor kulit mungkin sedikit berkurang. Gejala lain yang
berhubungan dengan dehidrasi mungkin tidak ada. Diare dengan dehidrasi sedang
kehilangan cairan sekitar 7-10 % BB, menyebabkan anak menjadi gelisah atau
rewel. Matanya agak cekung serta mulut dan lidah kering. Ada peningkatan rasa
haus, anak akan minum dengan lahap bila ditawarkan minuman. Cubitan kulit

kembali agak lambat. Nadi radialis teraba tetapi cepat, dan ubun-ubun kecil pada
bayi lebih cekung pada biasanya.
3.

Diare dengan dehidrasi berat


Penderita dengan dehidrasi berat mempunyai defisit cairan sama dengan

atau lebih dari 10 % BB. Biasanya terdapat letargis, stupor atau bahkan koma.
Mata sangat cekung, tanpa air mata, mulut dan lidah sangat kering, pernafasan
cepat dan dalam. Bila kesadarannya menurun, penderita mungkin minum hanya
sedikit sekali atau tidak sama sekali. Cubitan kulit kembali sangat lambat (> 2
detik). Nadi femoral sangat cepat dan nadi radialis mungkin sangat cepat dan tidak
teraba. Pada bayi, ubun-ubun kecil sangat cekung. Penderita mungkin tidak
kencing selama 6 jam atau lebih. Bila ada syok hipovolemik, tekanan darah
sistolik rendah atau tidak teraba, lengan dan kaki dingin, kuku mungkin biru.
1.8 Diagnosis1
Berdasarkan definisi diare akut, diagnosis ditegakkan jika terdapat buang
air besar encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali. Jika disertai buang air besar
disertai darah maka didiagnosis dengan disenteri. Pada pasien diare harus
ditentukan apakah tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi serta derajat
dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi :
Penilaian
Lihat :
Keadaan umum
Mata
Air mata
Mulut dan lidah
Rasa haus

Baik, sadar

Gelisah, rewel *

Lesu, lunglai, atau tidak


sadar *
Sangat cekung dan kering
Normal
Cekung
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Sangat kering
Basah
Kering
Minum
biasa, Haus, ingin minum Malas minum atau tidak
bisa minum *
tidak haus
banyak *
6

Periksa
turgor kulit
Derajat
dehidrasi

Kembali cepat
TANPA
DEHIDRASI

Terapi

Rencana A

1.9

Kembali lambat*
DEHIDRASI
RINGAN/SEDANG
Bila ada 1 tanda * +
1 atau lebih tanda
lain
Rencana B

Kembali sangat lambat*


DEHIDRASI BERAT
Bila ada 1tanda * + 1 atau
lebih tanda lain

Rencana C

Pemeriksaan laboratorium2
1. Darah

Darah rutin
Serum elektrolit : NA+, K+ , ClUreum dan kreatinin
Analisa gas darah apabila terdapat tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa
Immunoassay : toksin bakteri (C. Difficile), antigen virus
(Rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E.hystolitica)

2. Feses
Feses lengkap : makroskopis dan mikroskopis (peningkatan
jumlah leukosit di feses pada inflammatory diarrhea ; parasit :
amoeba bentuk tropozoit.
1.10

Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diare : 1,2,4
- Mencegah dehidrasi
- Rehidrasi
- Meneruskan makan dan ASI
Tujuan

penatalaksanaan

diare

adalah

untuk

mengkoreksi

kekurangan cairan elektrolit secara cepat dan kemudian mengganti cairan


tubuh yang hilang sampai diarenya berhenti. Pengganti cairan dapat secara
oral atau intravena untuk penderita dengan dehidrasi berat.
7

Pemberian Cairan
1. Diare akut tanpa dehidrasi ( rencana terapi A )
Mengganti cairan yang keluar sesegera mungkin dengan minum
lebih banyak dari yang keluar. Cara minum sedikit demi sedikit, diberikan
dengan sendok dalam posisi anak duduk atau setengah duduk. Cairan yang
dapat diberikan adalah oralit, cairan rumah tangga lain seperti larutan gula,
garam, air tajin. Penanganan diare akut tanpa dehidrasi sebagai berikut ;
a. Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi
Pemberian cairan : 10 cc/kg BB / BAB encer atau muntah, atau :
Umur < 12 bulan : 50 100 ml setiap mencret
Umur 1 5 tahun : 100 200 ml tiap mencret
Umur > 5 tahun

: 200 300 ml tiap mencret

b. Pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi


Anak tetap diberikan makan dengan prinsip mudah dicerna dan mudah
diserap, tidak berserat dan tidak merangsang, diberikan dengan porsi
kecil dengan frekuensi sesering mungkin.
2. Diare akut dengan dehidrasi ringan- sedang ( rencana terapi B )
-

Upaya rehidrasi :
Cairan oralit 75 mg/kg BB dalam 3 jam pertama, setelah 3 4 jam
nilai kembali dengan menggunakan bagian penilaian, kemudian pilih
rencana terapi A,B,C untuk melanjutkan pengobatan. Dapat juga
diberikan berdasarkan umur, jika berat badan tidak diketahui, yang
sesuai dengan tabel di bawah ini :
Umur

< 1 tahun

1-5 tahun

> 5 tahun

Dewasa

Jumlah oralit

300 ml

600 ml

1200 ml

2400 ml

3. Diare akut dengan dehidrasi berat (rencana terapi C)


Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit
sewaktu cairan IV dimulai. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat dibagi
sbb :
Umur

30 ml/kgBB

70 ml/kgBB

< 1 tahun

1 jam pertama

5 jam berikutnya

> 1 tahun

jam pertama

2 jam berikutnya

a. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai,
percepat tetesan intravena.
b. Juga berikan oralit ( 5 ml/kgBB/jam ) bila penderita bisa minum,
biasanya setelah 3 4 jam ( bayi ) atau 1 2 jam ( anak )
c. Setelah 6 jam ( bayi ) atau 3 jam ( anak ), nilai bagi penderita
menggunakan bagan penilaian kemudian pilih rencana pengobatan
selanjutnya.
Dietetik
Memuasakan penderita diare

tidak dilakukan lagi karena akan

memperbesar terjadinya hipoglikemia. Makanan yang diberikan sedikit-sedikit


tapi sering ( lebih kurang 6 kali sehari ), rendah serat, buah buahan diberikan
terutama pisang.1
Pengobatan medikamentosa

Pengobatan yang tepat terhadap kasus diare diberikan setelah kita


mengetahui penyebab pasti, dengan ditemukan kista/parasit dalam tinja atau bila
ditemukan bakteri usus patogen dalam kultur tinja.1,3
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).Antibiotik
hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella,
karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali
pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena
bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi
yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau
menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis.
Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis
obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.8
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain8

Kolera: Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari) atau Furasolidon


5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)

Shigella : Trimetroprim 5-10mg/kg/hari dibagi 2 dosis (5hari),


Sulfametoksasol 25mg/kg/hari dibagi 2 dosis (5 hari), Asam Nalidiksat :
55mg/kg/hari dibagi 4 (5hari)

Amebiasis: Metronidazol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari). Untuk


kasus berat berikan Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks
90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis : Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )

10

1.11Komplikasi
Akibat yang dapat ditimbulkan diare akut

adalah dehidrasi ,asidosis

metabolik, gangguan elektrolit (hipoglikemia, hipokalemi), gangguan sirkulasi.1,2,4

11

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

1. Identitas Pasien
Nama

:An. M I

Umur

: 3 bulan2 minggu

Jenis kelamin : Laki-laki


Pendidikan

:-

Pekerjaan

:-

Alamat

: Parak Kopi, Alai, Padang

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga


Status Perkawinan

: Belum Menikah

Jumlah Saudara

: Anak ke 3 dari 3 bersaudara

Status Ekonomi Keluarga

: berasal dari ekonomi rendah

Kondisi Rumah

Rumah semi permanen, pekarangan sempit


Listrik ada
Sumber air : air sumur
Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
Sampah dibuangke tempat pembuangan sampah dan dibakar.
Kesan :higine dan sanitasi lingkungan cukup
Kondisi Lingkungan Keluarga

12

Jumlah penghuni 5 orang : pasien, ayah, ibu, nenek dan 1 orang

saudara.
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan dengan keluarga baik
4. Keluhan Utama
Berak-berak encer sejak 1 hari yang lalu.
5. Riwayat Penyakit Sekarang
Berak-berak encer sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 4x/hari, banyak
- gelas/kali, tidak berlendir dan tidak berdarah, berwarna

kuning.
Pasien tidak diberi ASI sejak lahir, langsung minum susu formula
Demam ada sejak 1 hari iyang lalu.
Mual dan muntah tidak ada.

Perut kembung dan nyeri perut tidak ada.

Batuk dan pilek tidak ada.

Nafsu makan sedikit berkurang.


Sesak nafas tidak ada.

Anak masih mau minum seperti biasanya.

Buang air kecil jumlah dan warna biasa.


Botol susu anak hanya 1 buah, dan mencuci botol susu terkadang

tidak menggunakan sabun cuci.


Riwayat ganti susu formula tidak ada.
6. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyekit seperti ini.
7. Riwayat Kelahiran:
Lahir spontan,ditolong oleh bidan, cukup bulan, saat lahir langsung
menangis kuat, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lahir
48 cm.
8. Riwavat Imunisasi:
BCG
DPT

: 1x, usia 1 bulan, scar (+) di lengan kanan


: 1x, usia 2bulan

13

Polio
Hepatitis B
Campak

: 2x, usia 1, 2 bulan


: 2x, usia 0, 2 bulan
:-

9. Riwayat Makanan/Minuman:
Umur 0- 3 bulan

: Susu formula, buah-buahan, dan bubur

susu.
10. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :
Keadaan Umum
Kesadaran
Frekuensi nadi
Frekuensi Nafas
Suhu
Berat Badan
Tinggi Badan
BB/U
Status Gizi
Kepala
Kulit
Mata

: tampak sakit sedang


: compos mentis
: 115 x/menit
: 24 x/menit
: 37,8 C
: 5,7 kg
: 62 cm
: 5,7/5,8
: Gizi Baik (98%)
: Ubun-ubun besar datar
: Teraba hangat, turgor baik
: Tidak cekung, air mata ada, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,diameter

reflek cahaya +/+


Mulut
Hidung
Tenggorokan
Leher
Thoraks
Paru
- Inspeksi
-

Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi

2mm,

: mukosa bibir dan mulut basah


: nafas cuping hidung tidak ada
:Tonsil T1-T1, tidak hiperemis, faring tidak
hiperemis
: kelenjer getah bening tidak membesar
:
: normochest, simetris kiri dan kanan baik statis
maupun dinamis, retraksi tidak ada
: fremitus kiri = kanan
: sulit dilakukan
: vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/: iktus kordis tidak terlihat
: iktus kordis teraba pada LMCS RIC V

14

Perkusi
Auskultasi

: sulit dilakukan
: bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak
ada

Abdomen
:
- Inspeksi
-Palpasi

: distensi tidak ada


: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali

cepat
-Perkusi
: timpani
- Auskultasi
: bising usus (+) N
Punggung
: tidak ditemukan kelainan
Anus
: eritema natum (-)
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Laboratorium
Darah rutin : tidak dilakukan
Feses rutin : tidak dilakukan
11. Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi
12. Diagnosa Banding

: tidak ada

13. Manajemen
a. Preventif :
Tidak membeli makanan disembarang tempat yang tidak terjamin

kebersihannya.
Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah 3 tidak,

yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.


Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk

mematikan sebagian besar kuman penyakit.


Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan,
setelah makan, dan setelah buang air besar maupun buang air

kecil.
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang

bergizi 3x sehari dan istirahat cukup 10-12 jam sehari.


Cuci alat minum susu anak setelah dipakai dengan merebus atau

menyiramnya dengan air panas.


Bersihkan lingkungan rumah tempat anak bermain.
Gunting kuku kaki dan tangan anak jika sudah panjang.
15

Menutup makanan dengan tudung saji agar tidak dihinggapi lalat.


b. Promotif :

Menjelaskan kepada orangtua mengenai penyakit dan faktor


penyebab penyakit. Mencret atau diare ini bisa diakibatkan
karena makan atau minum yang tidak terjaga kebersihannya,
makan dengan menggunakan tangan yang tidak bersih, atau
minum air yang tidak dimasak. Diare akan mengakibatkan anak
mengalami kekurangan cairan sehingga terlihat letih, lemah
dan pada keadaan lanjut bisa membuat anak mengalami
penurunan kesadaran. Orang tua harus segera mengganti
caiaran yang keluar tersebut dengan sering memberi minum
pada anak.

Memberikan pengetahuan kepada keluarga walaupun nafsu


makan anak belum membaik selama diare terjadi, pemberian
makanan yang bergizi tetap diupayakan karena merupakan
salah satu langkah terapi penting dalam penatalaksanaan diare.
Beri anak makanan yang disajikan secara segar dimasak seperti
nasi dicampur dengan sayuran dan ikan/daging/ayam/telur dan
diberikan juga buah-buahan segar seperti pisang, jeruk manis,
dan apel.

Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua


pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan
lingkungan di sekitar tempat tinggal agar anak terhindar dari

16

penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat kurangnya


kebersihan lingkungan seperti diare yang terjadi.

Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua


pasien tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun
sebelum dan sesudah makan, setelah buang air kecil dan buang
air besar dan saat mempersiapkan makanan.

Memberikan pengetahuan kepada orang tua pasien tentang


makanan yang bersih dan bergizi seimbang pada anak karena
anak membutuhkan makanan yang bergizi untuk tumbuh
kembang anak.

Memberikan pengetahuan kepada ibu untuk memantau


pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara menimbang
berat badan anak tiap bulan di posyandu/puskesmas dan
membawa anak ke petugas kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak setiap 6 bulan.

c. Kuratif
-

:
Oralit setiap kali diare. Ibu diajari untuk menyiapkan larutan
oralit dimana 1 bungkus oralit dilarutkan di dalam 200 ml air (
1 gelas air). Anak diberi minum sedikit demi sedikit dengan
menyuapi anak menggunakan sendok sebanyak 50 cc. Jika
anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan
lebih lambat. Ibu harus terus memberi cairan tambahan sampai
diare anak berhenti.

17

Tablet zink diberikan 1 x 10 mg selama 10 hari. Tablet zink


diminum dengan cara melarutkannya dengan sedikit air matang
pada sendok makan.

Paracetamol diberikan 3 x cth sampai demam hilang.

d. Rehabilitatif :
- Apabila diare semakin sering atau disertai tanda dehidarasi
berat (penurunan kesadaran/letargi, tidak mau minum, turgor
kembali lambat, mata cekung, air mata tidak ada) segera bawa
ke Puskesmas / IGD RS.

Dinas Kesehatan Kota Padang


Puskesmas Alai

Dokter

: Kenny Cantika Abadi

Tanggal

: 3 Desember 2016

R/ Oralit sach.
Simm
R/ Zinc tab 20 mg
S1dd tab

No. III

No. X

Ras :
R/ Paracetamol syr fls No. I
S3dd cth

Foto saat pasien berobat ke puskesmas:


Pro : An. M I
Umur : 3 bulan
Alamat : Parak Kopi, Alai

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman. Buku ajar diare. Jakarta : Depkes RI Ditjen
PPM&PLP ; 1999
2. Staf Pengajar FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak : diare pada bayi
dan anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI ; 1985 : hal 283311
3. Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. hal 448-466
4. Bahram RF. Kliegman. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15. Jakarta
: EGC. 2000. hal 1354 - 1361
5. Garna H, Nataprawira HMD, Rahayuningsih, editor. Pedoman diagnosis
dan terapi ilmu kesehatan anak, Ed 3 : diare akut. Bandung : FK
Universitas Padjajaran, 2005 ; hal 271-278
6. Boyle JT. Diare kronis. Dalam: Wahab AS, editor. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson, Vol 2, Ed 15. Jakarta : EGC, 2000 ; hal 1354-61
7. Sudaryat S. Gastroementerologi Anak : Diere Akut, Jakarta : Sagung Seto,
2005 ; hal 1-24

19

8. Hegar B, Kadim M. Tatalaksana diare akut pada anak dalam Majalah


kesehatan Kedokteran indonsia Vol 1 No 06,2003
9. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada
bayi dan anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/

20

Anda mungkin juga menyukai