bik (tanpa oksigen)Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa
komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam
butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol
lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang
tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk
fermentasi yang menghasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya.
Akumulasi asam laktat inilah yang berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan
pada otot.
A. Adapun tipe-tipe fermentasi dan reaksinya adalah sebagai berikut:
1. Fermentasi Alkohol
Beberapa jasad renik seperti ragi, glukosa dioksidasi menghasilkan etanol
dan CO2 dalam proses yang disebut fermentasi alkohol. Jalur metabolisme proses
ini sama dengan glikolisis sampai dengan terbentuknya piruvat. Dua tahap reaksi
enzim berikutnya adalah reaksi perubahan asam piruvat menjadi asetaldehida, dan
reaksi reduksi asetaldehida menjadi alkohol. Dalam reaksi pertama piruvat
didekarboksilasi diubah menjadi asetaldehida dan CO2 oleh piruvat
dekarboksilase, suatu enzim yang tidak terdapat dalam hewan. Reaksi
dekarboksilase ini merupakan reaksi yang tak reversible, membutuhkan ion Mg2+
dan koenzim tiamin pirofosfat. Reksi berlangsung melalui beberapa senyawa
antara yang terikat secara kovalen pada koenzim. Dalam reaksi terakhir,
asetaldehida direduksi oleh NADH dengan enzim alkohol dehidrogenase,
menghasilkan etanol. Dengan demikian etanol dan CO2 merupakan hasil akhir
fermentasi alkohol, dan jumlah energi yang dihasilkan sama dengan glikolisis
anaerob, yaitu 2 ATP.
menjadi asam asetat menghasilkan ATP. Jamur Rhizopus oryzae juga mempunyai
kemampuan memfermentasi karbohidrat (pati dan glukosa) menjadi etanol dan
asam laktat secara aerob. (Purwoko, 2007)
3. Fermentasi Propionat
Propionat merupakan produk akhir fermentasi gula dan pati. Sebagian
besar energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi laktosa diperoleh
dari propionat. Bahan dengan kandungan karbohidrat mudah terfermentasi
sehingga menghasilkan propionat dan butirat relatif lebih tinggi daripada asetat.
Propionat dianggap lebih efisien sebagai sumber energi karena fermentasi dalam
produksi propionat menghasilkan lebih sedikit gas metan dan karbondioksida.
Propionat, asetat, dan karbon dioksida merupakan produk utama dari fermentasi
laktat, glukosa dan gliserol oleh Propionibacterium, Veillonella, Bacteroides, dan
beberapa Clostridium spp. Hipotesis awal menyatakan bahwa langkah awal
fermentasi propionat adalah dehidrasi laktat menjadi akrilat. Akrilat kemudian
diredukasi menjadi propionat. Rute tersebut teramati pada Clostridium
propionicum, Bacteroides rumocola, dan Peptostreptococcus. Pada
Propionibacterium dan Veillonella pembentukan propionat melalui rute yang lebih
kompleks. (Purwoko, 2007)
a. Pada Clostridium propionicum
Clostridium propionicum mampu memfermentasi asam laktat menjasi
asetat (melalui jalur asetil KoA) dan propionat (memlalui jalur akrilil KoA) dan
menghasilkan 1 ATP. Satu molekul laktat didehidrogenasi menjasi piruvat oleh
laktat dehidrogenase. Piruvat didehidrogesi dan dekarboksilasi menjadi asetil KoA
oleh piruvatferedoksin oksidoreduktaase. Gugus fosfat menggantikan gugus KoA
oleh fosfotransasetilase, sehingga Asetil KoA diubah menjadi asetil fosfat. Asetil
fosfat didefosforilasi (dikopling dengan sintesis ATP) menjadi asetat oleh
asetatkinase. Pada jalur tersebut menghasilkan 1 ATP, 1 CO2, dan 4 elektron.
Empat elektron dipakai untuk mereduksi 2 molekul laktat menjadi 2 molekul
propionat. Gugus KoA (berasal dari propionil KoA) ditransfer ke laktat oleh KoA
transferase, sehingga menjadi laktil KoA. Laktil KoA terdehidrasi menjadi akrilil
KoA. Reaksi itu dikatalis oleh akrililase. Akrilil KoA direduksi menjadi propionil
KoA oleh pripionil KoA dehidrogenase. Propionil KoA diubah menjadi propionat.
b. Pada Propionibacterium
Propionibacterium memfermentasi laktat, triosa, dan heksana menjadi
propionat (jalur suksinat propionat), asetat (jalur asetil KoA), dan karbon
dioksida. Tiga molekul laktat diubah menjadi tiga molekul piruvat oleh laktat
dehidrogenase. Satu molekul piruvat diubah menjadi satu molekul asetat sama
seperti C. propionicum. Fermentasi laktat menjadi asetat menghasilkan 2 elektron
dan perubahan 2 molekul laktat menjadi 2 molekul piruvat menghasilkan 6
elektron. Delapan electron tersebut dipakai untuk mereduksi piruvat menjadi
propionat. Piruvat dikarboksilasi (berasal dari dekarboksilasi metilmalonil KoA)
menjadi oksaloasetat oleh transkarboksilase. Reduksi oksaloasetat menjadi malat
oleh malat dehidrogenase. Malat dihidrasi menjadi fumarat oleh fumarase.
Fumarat direduksi menjadi suksinat oleh fumarat reduktase. Transfer gugus KoA
(berasal dari propionil KoA) ke suksinat, sehingga menjadi suksinil KoA. Reaksi
itu dikatalis oleh suksinil KoA transferase. Rearansemen suksinil KoA menjadi
metal malonil KoA oleh transkarboksilase, sehingga menjadi propionil KoA.
Propionil KoA diubah menjadi propionat. Secara teoritis rasio
Tampak bahwa reduksi piruvat menjadi suksinil KoA merupakan rute
pada jalur reduktif-asam sitrat. Jadi, boleh dikatakan bahwa fermentasi propionat
pada Propionibacterium melalui jalur reduktif-asam sitrat. Produksi propionat dan
asetat dapat ditingkatkan, jika gas CO2 diturunkan.
4. Fermentasi Butirat
Fermentasi butirat dilakukan oleh Clostridium sp. yang merupakan
bakteri penghasil spora heterogenus sebagai sakarolitik dan proteolitik. Tergolong
bakteri anaerob. Berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan ujung bulat,
herukuran 0,7 mikron x 5,0 terpisah-pisah, berpasangan dalam rantai pendek;
kadang-kadang membentuk filamen pajang, dapat bergerak secara aktif. Spora
suksinat, etanol, CO2, dan H2. Semua produk diperoleh dari fosfoenol piruvat
(PEP) atau lebih tepatnya suksinat dari PEP, sedang yang lainnya dari piruvat
(piruvat diperoleh dari PEP).Suksinat diperoleh dari karboksilasi PEP melalui
jalur reduktif-asam sitrat (jalur suksinat). PEP diubah menjadi oksaloasetat oleh
PEP karboksilase. Perubahan oksaloasetat menjadi suksinat melalui rute dan
melibatkan enzim yang sama seperti pada perubahan oksaloasetat menjadi pada
fermentasi propionat untuk bakteri Propionibacterium. Laktat diperoleh langsung
dari reduksi piruvat oleh laktat dehidrogenase. Format diperoleh dari pemecahan
piruvat (hasil lain adalah asetil KoA), kemudian dapat diubah menjadi CO2 dan
H2. Asetil KoA dapat diubah menjadi etanol maupun asetat.
Lactobacillus helveticus memfermentasi sitrat dan laktosa menjadi laktat.
Akan tetapi, jika laktosa ditiadakan, terjadi perubahan produk fermentasi, yaitu
menghasilkan asetat dan suksinat, bukan laktat. Asetoin dan diasetil tidak
terdektesi pada produk fermentasi Lactobacillus helveticus. Produksi asetat dari
piruvat (hasil konversi sitrat) diperantai oleh NADH oksidase, bukan asetat
kinase.
6. Fermentasi Anaerob
Dalam keadaan normal, respirasi seluler organisme dilakukan melalui
proses fosforilasi oksidatif yang memerlukan oksigen bebas. Sehingga hasil ATP
respirasi sangat tergantung pada pasokan oksigen yang cukup bagi selnya. Tanpa
oksigen elektronegatif untuk menarik elektron pada rantai transport elektron,
fosforilasi oksidatif akan terhenti. Akan tetapi, fermentasi memberikan suatu
mekanisme sehingga sebagian sel dapat mengoksidasi makanan dan menghasilkan
ATP tanpa bantuan oksigen. Misalnya, pada tumbuhan darat yang tanahnya
tergenang air sehingga akar tidak dapat melakukan respirasi aerob karena kadar
oksigen dalam rongga tanah sangat rendah.
Secara prosedural, fermentasi merupakan suatu perluasan glikolisis yang
dapat menghasilkan ATP hanya dengan fosforilasi tingkat substrat sepanjang
terdapat pasokan NAD+ yang cukup untuk menerima elektron selama langkah
oksidasi dalam glikolisis. Mekanisme fermentasi tidak dapat mendaur ulang
10
a) Fermentasi Konvensional/Tradisional
1. Tape
Tapai (sering dieja sebagai tape) adalah salah satu makanan tradisional
Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan
11
berkarbohidrat, seperti singkong dan ketan. Tapai bisa dibuat dari singkong (ubi
kayu) dan hasilnya dinamakan tapai singkong. Bila dibuat dari ketan hitam
maupun ketan putih, hasilnya disebut "tapai pulut" atau "tapai ketan". Dalam
proses fermentasi tapai, digunakan beberapa jenis mikroorganisme seperti
Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp.,
Saccharomycopsis fibuligera, Pediococcus sp., dan lain-lain. Namun yang lebih
sering digunakan oleh masyarakat adalah Saccharomyces cerevisiae. Tapai hasil
fermentasi dari S. cerevisiae umumnya berbentuk semi-cair, berasa manis
keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket. Umumnya, tapai
diproduksi oleh industri kecil dan menengah sebagai kudapan atau hidangan
pencuci mulut.
Pembuatan tape termasuk dalam bioteknologi konvensional (tradisional)
karena masih menggunakan cara-cara yang terbatas. Ragi adalah bibit jamur yang
digunakan untuk membuat tape. Pada proses pembuatan tape, jamur ragi akan
memakan glukosa yang ada di dalam singkong sebagai makanan untuk
pertumbuhannya, sehingga singkong akan menjadi lunak, jamur tersebut akan
merubah glukosa menjadi alkohol. Dalam pembuatan tape, ragi (Saccharomyces
cereviceae) mengeluarkan enzim yang dapat memecah karbohidrat pada singkong
menjadi gula yang lebih sederhana. Oleh karena itu, tape terasa manis apabila
sudah matang walaupun tanpa diberi gula sebelumnya. Kegagalan dalam
pembuatan tape biasanya dikarenakan enzim pada ragi Saccharomyces
cereviceae tidak pecah apabila terdapat udara yang mengganggu proses
pemecahan enzim tersebut. oleh karena itu pembuatan tapai memerlukan
kecermatan dan kebersihan yang tinggi agar singkong atau ketan dapat menjadi
lunak sehingga proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik. Agar pembuatan
tape berhasil dengan baik alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan harus bersih,
terutama dari lemak atau minyak. Alat-alat yang berminyak jika dipakai untuk
mengolah bahan tapai bisa menyebabkan kegagalan fermentasi. Air yang
digunakan juga harus bersih menggunakan air hujan bisa mengakibatkan tapai
tidak berhasil dibuat.
12
2. Tuak
Tuak telah dikenal di Indonesia sejak zaman dahulu. Tuak mengandung
alkohol (etil alkohol), sehingga kalau diminum terlalu banyak dapat menyebabkan
mabuk. Tuak di Bali selain sebagai minuman, tuak juga tidak lepas dari upacara
keagamaan. Tuak sering/biasanya digunakan sebagai sajian yaitu sebuah
persembahan tabuhan bersama dengan minuman lain seperti arak dan berem.
Proses pembuatannya melibatkan mikroorganisme yaitu Saccaromyces tuac.
Adapun klasifikasi ilmiahnya adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Saccharomyces
Spesies
: Saccharomyces tuac
Didaerah Bali minuman tuak ini di produksi hampir diseluruh kabupaten
yang memiliki pohon enau atau pohon kelapa. Salah satu produsen tuak di
kabupaten Karangasem adalah di Desa Tenganan. Tuak dari Desa Tenganan dibuat
dari nira enau yang dibiarkan secara alami. Pohon enau yang menghasilkan air,
lazimnya telah berumur dua tahun. Cabang yang produktif, dapat menghasilkan
air selama enam bulan terus menerus. Ketika mencapai umur tiga tahun, biasanya
pohon enau tidak lagi produktif. Pada saat penampungan dipohon enaunya, wadah
tempat menampung nira diisi dengan lau yaitu suatu bahan yang dibuat dari sabut
kelapa kering dan kulit kayu kutat. Dengan pemberian lau ini warna tuak menjadi
kemerahan. Lau juga berperanan sebagai zat pengawet terutama dapat mencegah
terjadinya proses fermentasi pada tuak, sehingga tuak tidak cepat menjadi masam,
karena tuak yang lama diperam akan terus mengalami fermentasi dan
menghasilkan asam tuak yang dikenal dengan nama cuka. Tuak di Bali
digunakan sebagai sajian yaitu sebagai tabuhan bersama-sama dengan minuman
lainnya yaitu arak dan brem pada upacara keagamaan. Disamping itu tuak
13
digunakan sebagai minuman terutama setelah makan nasi dengan lauk pauk
seperti lawar, pada saat upacara keagaman dan upacara adat. Tuak ini biasanya
diminum oleh orang dewasa dan wisatawan ditambah dengan es batu.
Cara Pembuatan tuak :
Nira enau yang dihasilkan dari penyadapan tangkai bunga enau, tidak
banyak mengalami proses sampai menjadi minuman tuak, nira yang ada pada
wadah penampung yang sudah diisi dengan lau, dikumpulkan dengan cara
menuangkannya kedalam wadah tertentu misalnya ember plastik atau jerigen.
Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
ada pada nira. Nira yang bersih ini selanjutnya dibotolkan dan didiamkan sekitar
5-6 jam, selanjutnya baru siap dikonsumsi sebagai minuman tuak.
Pembuatan tuak tidak terlepas dari proses fermentasi. Dalam keadaan
anaerob asam piruvat tidak dirubah menjadi Asetil-KoA tetapi dirubah menjadi
etanol (etil alkohol) dalam dua langkah. Langkah pertama dengan melepas CO2
dari piruvat, yang diubah menjadi senyawa asetal dehida berkarbon 2. Dalam
langkah kedua asetal dehida di reduksi oleh NADH menjadi etanol. Hal ini
bertujuan untuk meregenerasi pasokan NAD+ yang dibutuhkan dalam glikolisis.
Enzim yang mengkatalisis adalah karboksilase dan dehidrogenase. Proses
fermentasi glukosa menjadi etanol hanya menghasilkan 2 ATP.
Reaksi Fermentasi proses pembuatan tuak :
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
(Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Rasa manis pada tuak disebabkan karena adanya gula-gula reduksi seperti
dextrose, fructose, dan sucrose. Rasa manis dari tuak lama kelamaan akan hilang
atau berkurang bahkan rasa tak menjadi keras karena gula reduksi yang terdapat
pada tuak ini akan mengalami fermentasi oleh mikroorganisme menjadi asam
cuka dan air, organisme yang berperan adalah Acetobacter.
Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
14
Jenis Mikroba
Mikroorganisme yang sering berperan dalam fermentasi anggur buah
15
: Planta
Divisio
: Eumycophyta
Class
: Ascomycetes
Ordo
: Sacharomycetales
Family
: Sacharomycetaceae
Genus
: Sacharomyces
Species
: Sacharomyces cerevisiae
16
17
18
menurut Daulay dan Rahman (1992), pada umumnya sel khamir dapat tumbuh
dan memproduksi etanol secara efisien pada pH 3,5 6,0.
d. Suhu
Khamir mempunyai kisaran toleransi tertentu terhadap suhu untuk
pembentukan selnya, optimum untuk khamir adalah 25 30 oC serta khamir
dapat tumbuh secara efesien pada suhu 28 35 oC. Peningkatan suhu sampai 40
oC dapat mempertinggi kecepatan awal produksi etanol, tetapi produktivitas
fermentasi secara keseluruhan menurun karena meningkatnya pengaruh
penghambatan oleh etanol terhadap pertumbuhan sel khamir.
e. Oksigen
Selama fermentasi alkohol berlangsung, diperlukan sedikit oksigen yaitu
sekitar 0,05-0,10 mmHg tekanan oksigen, yang diperlukan sel khamir untuk
biosintesa lemak tak jenuh dan lipid. Jumlah oksigen yang lebih tinggi dapat
merangsang pertumbuhan sel khamir, sehingga produktivitasnya alkohol menjadi
lebih rendah. Menurut Daulay dan Rahman (1992), persediaan oksigen yang besar
penting untuk kecepatan perkembangbiakan sel khamir dan permulaan fermentasi,
namun produksi alkohol terbaik pada kondisi anaerob.
Kerusakan Wine
Menurut Handoyo (2007), Kerusakan wine secara organoleptik dapat
dideteksi dari warna, rasa, dan bau. Penyebab kerusakan tersebut dikarenakan cara
pembuatan yang kurang baik, penyimpanan, dan penyajian yang keliru. Wine
yang disimpan pada temperatur tinggi dapat menyebabkan wine terasa seperti
dimasak atau dipanaskan, dimana karakter freshnessnya sudah hilang dan
aromanya terasa seperti buah-buahan yang telah dimasak. Sedangkan kerusakan
karena penyajian dapat menyebabkan oksidasi wine menjadi asam cuka (tersedia
oksigenyang cukup). Oksidasi juga bisa disebakan karena sumbat botol (cork)
yang dipakai mempunyai kualitas yang kurang bagus, sehingga memungkinkan
udara masuk kedalam botol.
Beberapa karakter aroma lain yang dapat dijadikan indikator kerusakan
wine adalah :
Bau sayuran busuk
19
Bau belerang
Bau apel busuk
Bau telur busuk
Bau apek
Kerussakan wine secara mikrobiologi dapat disebabkan oleh Bakteri
Asam Laktat (BAL) dari jenis Leuconostoc, pediococcus, dan Lactobacillus.
Bakteri jenis ini dapat memetabolisme gula, asam, dan unsur lain yang ada
dianggur menghasilkan beberapa senyawa yang menyebabkan pembusukan.
Setelah fermentasi alkohol selesai, maka secara alami akan terjadi proses MLF
(Malolactic Fermentasi) yang dilakukan oleh BAL. Reaksi ini mengubah
dekarboksilasi L-malic acid menjadi L-lactic acid dengan menurunkan kadar
keasaman wine dan menaikkan pH antara 0,3 sampai 0,5. Setelah proses MLF
selesai, maka kehidupan dari BAL tergantung pada komposisi wine dan
bagaimana wine ditangani. Jika wine memiliki pH tinggi (> 3,5) dan SO2 tidak
memadai, maka bakteri BAL dapat tumbuh dan merusak wine atau penyebab
kebusukan.
2. Yoghurt
Yoghurt merupakan minuman hasil kerjasama dengan mikroorganisme.
Tidak sembarangan mikroorganisme yang dapat membantu proses pembuatan
yogurt, terdapat dua bakteri utama yang membantu proses fermentasi yogurt
diantaranya adalah Streptococcus thermophilus dan Lactobicillus bulgaricus. Pada
dasarnya kerja kedua bakteri ini yaitu menghasilkan asam laktat sehingga rasa dari
yogurt tersebut menjadi asam. Asam laktat ini dapat membantu menjaga
keseimbangan mikroflora pada usus. Tingkat keasaman yang dihasilkan mampu
menghambat bakteri penyebab penyakit yang pada umumnya tidak tahan terhadap
asam. Streptococcus thermophilus merupakan bakteri gram-positif yang bersifat
anaerob. S.thermophilus merupakan bakteri yang paling komersial dari semua
bakteri yang penghasil asam laktat. S.thermophilus banyak digunakan pada
pembuatan keju, fermentasi makanan. S.thermophilus memiliki peran sebagai
probiotik, mengurangi gejala intoleransi laktosa dan gangguan gastrointestinal
20
: Bacteria
Division
: Firmicutes
Class
: Cocci
Ordo
: Lactobacillales
Famili
: Streptococcaceae
Genus
: Streptococcus
Species
: Streptococcus salivarius
Subspecies
: Bacteria
Division
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Ordo
: Lactobacillales
Famili
: Lactobacillaceae
Genus
: Lactobacillus
Species
: Lactobacillus delbrueckii
Subspecies
a)
b)
Masak dengan api kecil sambil diaduk terus selama 30 menit tetapi jangan
sampai mendidih. Hal ini hanya bertujuan untuk menguapkan air sehingga
nantinya akan terbentuk gumpalan atau solid yoghurt.
c)
Jika sudah, solid yoghurt lalu diangkat dan didinginkan kira-kira sampai
Semakin tinggi total solidnya maka cairan bening yang tersisa semakin
sedikit, dan yoghurt yang dihasilkan semakin bagus. Solid yoghurt yang belum
diberikan tambahan rasa ini dapat juga dijadikan bibit yoghurt untuk pembuatan
selanjutnya.
f)
Setelah berbentuk yoghurt dapat ditambahkan sirup atau gula bagi yang
tidak kuat asamnya, bahkan bisa ditambahkan dengan perasa tambahan makanan
seperti rasa jeruk, strawberry dan leci yang dapat kita peroleh di apotek-apotek.
Yoghurt dapat disajikan tidak hanya sebagai minuman, tetapi juga dapat disajikan
bersama salad buah sebagai sausnya ataupun sebagai bahan campuran es buah.
g)
Yoghurt yang sudah jadi dapat ditempatkan di wadah plastik ataupun kaca.
Kalaupun kita ingin menggunakan wadah plastik sebaiknya yang agak tebal, akan
tetapi bila ingin menyimpan yoghurt untuk waktu yang lebih lama sebaiknya
menggunakan wadah kaca.
Secara umum tahapan tersebut dapat dilihat pada grafik alir dibawah ini.
Fermentasi Yoghurt
Fermentasi adalah proses yang berlangsung dalam keadaan anaerob,
dimana dalam proses ini tidak melibatkan serangkaian transfer elektron yang
dikatalisis oleh enzim yang terdapat dalam membran sel. Pada umumnya
22
23