Anda di halaman 1dari 7

Pendugaan Kadar CO2 di Udara Akibat Kebakaran pada Tutupan Lahan

Semak Belukar dan Pengaruhnya terhadap Suhu Udara Menggunakan Citra


Landsat 8 (Studi kasus: Kabupaten Muaro Jambi, Jambi)
Nola Clara Diva1*), Sherly Gustia Nivo2, Idung Risdiyanto3
Mahasiswi Mayor Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi
2
Asisten Praktikum Meteorologi Satelit, Departemen Geofisika dan Meteorologi
3
Dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi
*)E-mail:Noladivaclara11@gmail.com

ABSTRAK Indonesia merupakan negara penyumbang emisi karbondioksida yang cukup banyak didunia,
karena sering terjadi kebakaran di Pulau Sumatera. Emisi karbondioksida juga dapat dihitung melalui jumlah
total biomassa yang hilang pada luas area terbakar dengan tutupan vegetasi tertentu. Luas area terbakar
diperoleh dari klasifikasi terbimbing data citra Landsat 8 bulan September 2015 kombinasi band 654 pada
wilayah Kabupaten Muaro Jambi. Kabupaten Muaro Jambi dengan luas wilayah 5.246 km2 ini digunakan
sebagai wilayah kajian karena daerah sering mengalami kebakaran pada setiap tahun. Hasil penelitian wilayah
jambi menunjukkan luas area terbakar yang menjadi sampel penelitian sebesar 806,12 Ha sehingga nilai emisi
CO2 yang dilepaskan sebesar 372458,8 ton. Hal ini disebabkan meningkatnya suhu udara yang terjadi pada
wilayah tersebut. Suhu udara sebelum kebakaran pada bulan Juli sebesar 4 23 C sedangkan suhu udara saat
terjadi kebakaran pada bulan September sebesar 15 58 C.
Kata kunci: kebakaran, emisi CO2, suhu udara

1. PENDAHULUAN
Kebakaran hutan yang besar di Indonesia dimulai sejak 1980an,ketika industri perkebunan mulai
mengeliat dan mempraktekkan budaya tebang dan bakar,yang akhirnya menjadi ritme keseharian industri
kehutanan dan perkebunan di indonesia.Salah satu penyebab deforastasi hutan adalah kasus kebakaran hutan
yang berdampak ganda disamping mempertinggi emisi CO2 ke atmosfer juga mengurangi kemampuan hutan
dalam perannya sebagai fungsi klimatologis atau rosot karbon.Fenomena yang sering terjadi kebakaran hutan
adalah satu fenomena yang sering terjadi di wilayah Sumatera pada musim kemarau setiap tahunnya. Secara
alami, kebakaran hutan disebabkan oleh meningkatnya suhu udara dan adanya gesekan antar pohon yang
menimbulkan percikan api. Kebakaran hutan juga dapat terjadi karena adanya kesengajaan pihak tertentu
dengan tujuan membuka lahan baru untuk keperluan pertanian. Kebakaran hutan seringkali tidak terkendali dan
menyebar ke semua objek yang berada di sekitar titik kebakaran.
Kejadian kebakaran hutan dan lahan erat hubungannya dengan masalah emisi karbon yang dihasilkan,
karena unsur karbon merupakan senyawa yang dominan dalam kebakaran hutan. Emisi karbon merupakan salah
satu dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan dan lahan karena unsur karbon merupakan senyawa yang
dominan dengan kebakaran hutan, hampir 45% materi kering tumbuhan adalah karbon. Sebagian besar unsur
karbon yang teremisikan ke udara adalah karbondioksida, sisanya berbentuk CO, hidrokarbon terutama CH4,
dan asap. Umumnya karbon menyusun 4550 % bahan kering dari tanaman. Sejak kandungan karbondioksida
meningkat secara global di atmosfer dan dianggap sebagai masalah lingkungan, berbagai ekolog tertarik untuk
menghitung jumlah karbon yang tersimpan di hutan.
Menurut Agus et al. (2011), tanah gambut memiliki perbedaan dengan tanah mineral yaitu dalam hal
kandungan C organik, struktur, sebaran karbon dalam profil tanah dan tingkat kemudahan dalam terbakar.
Secara alami lahan gambut merupakan penyerap CO2 namun ketika lahan gambut dibuka maka lahan gambut
dapat berubah menjadi sumber emisi gas karbon (CO2) yang merupakan salah satu gas rumah kaca.
Penelitian ini bertujuan mengetahui luas wilayah yang menjadi sampel lahan terbakar di Kabupaten
Muaro Jambi dengan klasifikasi citra terbimbing. Data luas lahan dapat digunakan untuk menghitung kadar CO2
yang dilepaskan ke udara akibat adanya kebakaran pada lahan sampel. Dengan adanya emisi CO2, dapat
diketahui hubungan emisi CO2 dengan suhu udara pada wilayah kajian dan bagaimana pengaruhnya terhadap
suhu udara di sekitar wilayah sampel.

2.METODE
2.1 Alat dan Data
Data yang digunakan dalam praktikum ini adalah citra satelit Landsat 8 sensor OLI/TIRS yang dapat
diunduh secara gratis dari laman (earthexplorer.usgs.gov), serta data tutupan lahan. Path/row wilayah kajian
adalah 125/61 untuk bulan Juli 2015 dan September 2015. Pengolahan data citra satelit hanya menggunakan
band kanal 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10 dan 11. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah leptop dengan perangkat
lunak Ms. Office 2013, ERDAS Imagine 9.1, serta ArcMap 10.3.

2.2 Daerah Penelitian


Wilayah kajian penelitian ini adalah Kabupaten Muaro Jambi yang terletak di provinsi Jambi dengan
luas wilayah sebesar 5264 km2. Secara astronomis, Kabupaten Muarojambi terletak di antara 151 LS 2 01
LS dan 103 15 104 30 BT. Wilayah ini termasuk pada dataran yang relatif rendah dengan tutupan wilayah
hutan sebesar 1552,68 km2.

2.3 Alur Penelitian


2.3.1 Klasifikasi Terbimbing dan Luas Area Terbakar
Klasifikasi terbimbing merupakan klasifikasi yang mengharuskan peneliti menuntun komputer
melakukan pengenalan pola spektral, yaitu memilih beberapa kelas informasi yang diinginkan dan melakukan
training area. Training area adalah mendigitasi beberapa pixel yang memiliki karakteristik sama sebagai daerah
contoh (sampel) untuk membuat spesifikasi terhadap areal-areal tertentu yang akan diklasifikasikan tutupan
lahannya. Kombinasi band 6-5-4 digunakan dalam klasifikasi terbimbing wilayah kajian menjadi 7 kelas.
Konversi data raster hasil klasifikasi terbimbing menjadi bentuk polygon dilakukan melalui fungsi
raster to polygon pada perangkat lunak ArcMap 10.3. Luas area dapat diketahui melalui attribute table dari
beberapa polygon kelas lahan terbakar.

2.3.2 Menghitung Emisi CO2


Metode pendugaan karbon tersimpan pada berbagai jenis penggunaan lahan merupakan hal penting
dalam menduga besarnya perubahan cadangan karbon ketika terjadi perubahan lahan. Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk menduga simpanan karbon pada setiap jenis lahan diantaranya dilakukan oleh Rahayu et al
(2005) dan Agus et al (2009). Karbon merupakan fungsi dari biomasa pohon. Biomasa merupakan fungsi dari
volume yang dibentuk dari dimensi tinggi dan diameter. Besarnya kandungan karbon dapat menduga besarnya
serapan CO2 untuk keperluan fotosintesis yakni sebesar nilai karbon dikalikan dengan berat molekul CO2 yakni
sebesar 44/12 yang dinyatakan dengan satuan ton/Ha (Aminudin, 2008 dalam Abdullah, 2010).

2.3.3 Perhitungan Suhu Udara


2.3.3.1 Menghitung Emisivitas
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) merupakan fungsi non-linear yang bervariasi
antara -1 sampai dengan 1. NDVI merupakan selisih antara reflektansi kanal infra merah dekat dengan kanal
tampak dan dinormalkan dengan penjumlahan kedua nilai reflektansi. Nilai NDVI dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan berikut :

dimana NIR merupakan nilai digital number pada kanal inframerah-dekat dan RED nilai digital number pada
kanal merah.
Selanjutnya, nilai proportion of vegetation dapat diperoleh dengan rumus berikut.
Pv= [(NDVI NDVImin) / (NDVImax-NDVImin)]2
dimana nilai maksimum dan minimum NDVI dapat diperoleh dari data statistik sebaran NDVI pada wilayah
Muaro Jambi. Parameter NDVI dan Pv digunakan untuk menghitung besar nilai emisivitas ( ). Rumus
menghitung nilai emisivitas adalah sebagai berikut.
= 0,004 Pv + 0,986

2.3.3.2 Menghitung suhu permukaan


Suhu permukaan adalah suhu yang dipancarkan suatu objek dan merupakan unsur pertama yang
teridentifikasi oleh satelit termal. Berikut merupakan langkah - langkah untuk menentukan suhu permukaan.
Nilai spektral radians dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
=

dimana L merupakan nilai spektral radians (W m-2 sr-1 m-1), ML merupakan radiance multiplicative scaling
factor dan Qcal merupakan nilai digital number kanal tertentu, sedangkan AL merupakan radiance additive
scaling factor.
Nilai suhu kecerahan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
= 2/ln( 1/

+1)273,15

Tb merupakan suhu kecerahan dalam C, K1 dan K2 merupakan konstanta konversi termal untuk kanal tertentu,
dan L merupakan nilai spektral radians (W m-2 sr-1 m-1).
Nilai suhu permukaan (Ts) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
=

1+(

/ ) ln

Suhu permukaan memiliki beberapa parameter, yaitu suhu kecerahan, panjang gelombang yang diemisikan atau
sebesar 11.5 m, yang bernilai 0,01438 mK, dan (nilai emisivitas permukaan).

2.3.3.3 Menghitung Komponen Neraca Radiasi


Pendugaan nilai radiasi netto merupakan tujuan utama dalam perhitungan komponen neraca energi. Berikut
ini merupakan persamaan neraca radiasi.
=(

)(

dimana Qn merupakan radiasi netto (W m-2), RSin merupakan radiasi gelombang pendek yang masuk menuju
bumi (W m-2), RLin merupakan radiasi gelombang panjang yang masuk ke dalam bumi (W m-2), RSout
merupakan radiasi gelombang pendek yang keluar dari bumi (W m-2), dan RLout merupakan radiasi gelombang
panjang yang keluar dari permukaan bumi (W m-2). Berikut merupakan langkah-langkah dalam menentukan
komponen neraca radiasi.
Radiasi gelombang pendek yang keluar menuju atmosfer dan albedo dapat dihitung melalui persamaan
sebagai berikut menggunakan citra kanal 4, kanal 3, dan kanal 2 (USGS, 2013).
2

=
= . . . 2/

.cos (

dimana d merupakan jarak bumi-matahari pada julian date tertentu, Esun merupakan exoatmospheric solar
irradiance kanal tertentu (Wm-2m-1), dan s merupakan sudut zenith matahari. Albedo dan radiasi gelombang
pendek yang keluar tersebut digunakan untuk menghitung radiasi gelombang pendek yang masuk ke permukaan
bumi. Berikut adalah persamaan radiasi gelombang pendek yang masuk.
=

RLin memiliki nilai yang sangat kecil sehingga pada perhitungan neraca radiasi nilai radiasi gelombang panjang
yang masuk ke bumi dapat diasumsikan bernilai nol. Selanjutnya, radiasi gelombang panjang yang keluar dari
permukaan bumi dihitung berdasarkan hukum Stefan-Boltzmann.
=

dimana merupakan konstanta Stefan-Boltzmann dengan nilai sebesar 5.67x10-8 W m-2 K-4, dan Ts
merupakan suhu permukaan (K).

2.3.3.4 Menghitung Sensible Heat


Sensible heat (H) merupakan panas terasa yaitu energi radiasi netto yang digunakan dalam proses pemanasan
udara di atmosfer secara konveksi (Monteith dan Unsworth 1990). Perhitungan sensible heat menggunakan
metode Bowen Ratio sebagai berikut.
= ( )/( +1)
Bowen ratio merupakan rasio antara panas terasa dengan panas laten. Rasio tersebut relatif konstan pada setiap
tutupan lahan tertentu sehingga nilai untuk badan air sebesar 0.1, nilai untuk vegetasi sebesar 0.5, dan untuk
lahan terbangun sebesar 4. Nilai G merupakan besar fluks bahang tanah (G) yang nilainya dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut.
=( /

)(0.0038 +0.0074 2)(1

2.3.3.5 Menghitung Suhu Udara


Suhu udara merupakan ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekul udara di atmosfer. Nilai suhu
udara dipengaruhi oleh parameter suhu permukaan dan sensible heat. Berikut adalah rumus untuk menghitung
nilai suhu udara.
Ta = Ts [(ra.H)/(a.Cp)]
dimana Ts adalah suhu permukaan (C), ra adalah kerapatan aerodinamik untuk tiap tutupan lahan, H adalah
sensible heat (W/m2), a adalah massa jenis udara sebesar 1,27 kg/m3, serta Cp adalah kapasitas panas sebesar
1004.

Gambar 1 Diagram alir penelitian


3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Muaro Jambi terletak di provinsi Jambi dengan luas wilayah sebesar 5264 km2. Secara
astronomis, Kabupaten Muaro jambi terletak di antara 151 LS 2 01 LS dan 103 15 104 30 BT.
Wilayah Muaro jambi dapat dikelompokkan berdasar tata aliran sungai yang mencakup air permukaan dan pola
aliran sungai sebagai daerah yang rendah dan terdapat banyak cekungan-cekungan maka tata aliran air
permukaan terutama air hujan menggenang di bagian-bagian yang rendah baik pada cekungan maupun lahan
pertanian dataran rendah wilayah Kabupaten Muaro Jambi juga banyak berupa cekungan dan dataran rendah
maka drainase telah berjalan denga baik pada dataran yang relatif rendah dengan tutupan wilayah hutan sebesar

1552,68 km2.Kondisi suhu udara rata-rata wilayah muaro jambi 26,2 oC terletak diprovingsi Jambi.Batas-batas
wilayah Kabupaten Muaro Jambi adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara
:
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
2. Sebelah Barat
:
Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
3. Sebelas Selatan
:
Provinsi Sumatera Selatan
4. Sebelah Timur
:
Kabupaten Tanjung Jabung timur.
Klasifikasi terbimbing untuk mendapatkan kelas klasifikasi yang diinginkan oleh analis. Klasifisikasi
tutupan lahan di wilayah Muaro Jambi pada bulan Juli dan Agustus tahun 2015 sangat berbeda.Klasifisikasi
terbimbing dilakukan untuk mendapatkan kelas klasifikasi yang diinginkan oleh analis. Klasifisikasi tutupan
lahan di wilayah Muaro Jambi pada bulan Juli dan Agustus tahun 2015 sangat berbeda. Klasifikasi terbimbing
yang dilakukan didasarkan pada penampakan yang terlihat pada citra Landsat 8 dengan kombinasi band
754.Kombinasi band ini merupakan salah satu teknik false color.Citra dengan teknik false color lebih baik
digunkan karena pengguna dapat lebih mudah dalam membedakan objek pada citra dengan menyesuaikan
fungsi dari band yang sesuai dengan objek yang ingin diamati.Band 7 adalah Band inframerah gelobang pendek
ini memiliki informasi mengenai tanah terbuka sama halnya dengan band 5. Band 5 adalah gelombang
inframerah sedang (1.55-1.75 m ) yang digunakan untuk mengukur kelembaban tanah dan vegetasi.Band 4
adalah gelombang inframerah dekat (0.76-0.90 m) yang digunakan untuk membedakan badan air dan daratan.
Maka, kombinasi band 754 dinilai cocok jika digunakan untuk menganalisis penggunaan atau penutupan lahan.

(a)

(b)

Gambar 2 Peta klasifikasi terbimbing tutupan lahan Kabupaten Muaro Jambi bulan Juli (a) dan September
(b) pada tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas, terlihat jelas bahwa peta klasifikasi tutupan lahan kabupaten muaro jambi bulan
juli (a) terjadi perubahan tutupan lahan sehingga sebagian tutupan lahan mengalami perubahan. Citra satelit
pada bulan Juli diklasifikasikan menjadi lima kelas, yaitu bayangan awan, badan air, awan, non vegetasi dan
vegetasi. Sedangkan peta klasifikasi tutupan lahan kabupaten muaro jambi bulan september (b) juga terjadi
perubahan tutupan lahan sehingga sebagian tutupan lahan juga mengalami perubahan citra Landsatnya
diklasifikasikan menjadi 7 kelas, yaitu asap, bayangan awan, awan, badan air, vegetasi, non vegetasi dan lahan
yang terbakar.
Penelitian ini tidak menghitung luas area lahan yang terbakar di wilayah Kabupaten Muaro Jambi, melainkan
hanya mengambil sampel daerah terbakar. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala, yaitu tutupan awan pada
data citra satelit yang cukup tinggi dan data tutupan lahan yang dibutuhkan sulit diperoleh. Tutupan awan untuk
bulan Juli sebesar 27% sedangkan untuk bulan September besar tutupan awan adalah 70%. Awan merupakan
salah satu penghambat dalam kegiatan remote sensing. Semakin tinggi tutupan awan maka data yang diperoleh
akan semakin kurang akurat.
Daerah sampel lahan terbakar yang digunakan untuk menghitung emisi CO2 pada penelitian ini adalah
wilayah terbakar ujung utara Kabupaten Muaro Jambi. Data luas area sampel yang terbakar diperoleh dari
polygon yang terklasifikasikan dalam kelas lahan terbakar. Luas area sampel yang terbakar diperoleh sebesar
806,12 Ha. Area sampel tersebut merupakan lahan dengan tutupan vegetasi semak belukar berdasarkan peta

tutupan lahan Jambi tahun 2011. Terjadinya kebakaran pada wilayah tersebut mengakibatkan adanya pelepasan
stok karbon yang tersimpan pada vegetasi semak belukar.
Untuk memperoleh Stok karbon dengan mengalikan luas area terbakar dengan stok C per hektare area
tutupan lahan semak belukar.Stok karbon pada tutupan lahan semak belukar di tanah gambut memiliki nilai
sebesar 126,01 ton per hektare sedangkan Stok karbon yang dimiliki oleh area sampel diperoleh sebesar
101579,7 ton. Apabila terjadi kebakaran maka stock karbon yang terdapat dalam suatu tutupan lahan akan
terlepas ke udara dalam bentuk gas atau CO2. Emisi CO2 yang didapatkan pada penelitian ini sebesar 372458,8
ton yang menunjukkan vegetasi pada lahan semak belukar habis terbakar. .

(a)

(b)

Gambar 3 Peta sebaran suhu udara di daerah tutupan lahan semak belukar wilayah bagian dari Kabupaten
Muaro Jambi bulan Juli (a) dan September (b) pada tahun 2015
Berdasarkan gambar 3, Pada peta sebaran suhu udara didaerah tutupan lahan semak belukar wilayah
bagian dari kabupaten muaro jambi pada bulan juli Suhu udara wilayah tersebut berkisar antara 4 23C.
Terjadinya kebakaran pada bulan Agustus dan belanjut hingga September mengakibatkan menigkatnya suhu
udara.Sehingga pada peta sebaran suhu udara didaerah tutupan lahan semak belukar wilayah bagian dari
kabupaten muaro jambi pada bulan september memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada bulan juli.
4.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini menunjukan bahwa Emisi CO2 berbanding lurus dengan luas wilayah terbakar
dan peningkatan suhu udara sebesar 34,6 derajat celsius dari kondisi normal 26,2 derajat celsius ketika terjadi
kebakaran pada tutupan lahan semak belukar.Data luas area sampel yang terbakar dapat diperoleh dari polygon
yang terklasifikasikan dalam kelas lahan terbakar.Nilai emisi CO2 s luas area sampel yang terbakar dapat
diperoleh sebesar 806,12 Ha sebesar 372458,8 ton.Sehingga suhu udara wilayah terbakar pada bulan September
2015 memiliki rata-rata yang lebih besar dibandingkan suhu udara di bulan Juli 2015 diakibatkan oleh radiasi
panas dari api kebakaran dan meningkatnya emisi CO2.
5.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Idung Risdiyanto, S.Si., M.Sc. selaku dosen dan Kak
Sherly Gustia Nivo selaku asisten praktikum mata kuliah Meteorologi Satelit atas bimbingannya, rekan-rekan
praktikum kelompok 5 atas kerja keras penelitian ini.
.
6. DAFTAR PUSTAKA
Agus F., Wahyunto, A. Mulyani, A. Dariah, Maswar, E. Susanti, N.L. Nurida, dan I G.P. Wigena.
2010. Penggunaan Lahan Gambut: Tradeoffs antara Emisi CO2 dan Keuntungan
Ekonomi. Program Kegiatan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim. Kerjasama antara:
Kementerian Riset dan Teknologi dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian. (unpublished)
[Bappeda Cianjur] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2011. Gambaran Umum Kondisi
Daerah. Cianjur(ID): Bappeda.

[Bappeda Karawang] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2014. Gambaran Umum Kondisi
Daerah. [Terhubung berkala]. Tersedia pada www.karawangkab.go.id. Diakses tanggal
2 Desember2015.
Fadholi A. 2013. StudiPengaruh Suhu dan Tekanan Udara terhadap Operasi Penerbangan di
Bandara HAS Hananjoeddin Buluh Tumbang Belitung Periode 1980-2010. Jurnal
Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA). 3(1): 2087-9946.
Handoko, 1994. Dasar Penyusunan dan Aplikasi Model Simulasi Komputer untuk Pertanian
.
Bogor (ID) : Jurusan Geofsikadan Meteorologi. FMIPA. IPB.
Ismail BP, Suprihatno B, Pane H, Las I. 2003. Pemanfaatan Penciri Abiotik Lingkungan Tumbuh
dalam Seleksi Simultan Galur Padi Gogorancah Toleran Kekeringan. Bogor (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Makarim Makarim AK, Suhartatik E. 2009. Morfologi dan Fisiologi Padi. Subang (ID): Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi.
Sumartono,Samad B,Harjonop R. 1990. Bercocok Tanam Padi Cetakan 12. Jakarta (ID): CV
Yasaguna.
Suprihatno B, Daradjat A, Satoso, Baehaki, Widiarta, SetyonoA, Indrasari DS, Lesmana. 2009.
Deskripsi Varietas Padi. Subang (ID): Balai Besar Peneliti Tanaman Padi, Departemen
Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai