4 Lidah Buaya
Lidah buaya (Aloe vera; Latin: Aloe Barbadensis Milleer) adalah sejenis tumbuhan
yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyembuh
luka dan untuk perawatan kulit. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pemanfaatan tanaman lidah buaya berkembang sebagai bahan baku
industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman
kesehatan. Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari sepuluh jenis tanaman
terlaris didunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman
obat dan bahan baku industri (Simanjuntak, 1996). Berdasarkan hasil penelitian,
tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral,
vitamin, polisakarida dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Selain itu, lidah buaya berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan
membantu proses regenerasi sel. Dapat menurunkan kadar gula dalam darah bagi
penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh
terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi
pendukung penyakit kanker (Jatnika dan Saptoningsih, 2009). Tanaman lidah buaya
dapat hidup liar di tempat yang berhawa panas atau ditanam orang di pot dan
pekarangan rumah. Daunnya agak runcing berbentuk taji, tebal, getas, tepinya
bergerigi/berduri kecil, permukaan berbintik-bintik, panjang 50-80 cm, bunga
bertangkai yang panjangnya 60-90 cm, bunga berwarna kuning kemerahan (jingga),
batang tanaman aloe vera berbatang pendek. Daunnya berdaging tebal, tidak
bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat sekulen (banyak mengandung air)
dan banyak mengandung getah atau lendir (gel), sebagai bahan baku obat.
Tanaman lidah buaya tahan terhadap kekeringan karena di dalam daun banyak
tersimpan cadangan air yang dapat dimanfaatkan pada waktu kekurangan air.
Bentuk daunnya menyerupai pedang dengan ujung meruncing, permukaan daun
dilapisi lilin, dengan duri lemas di pinggirnya. Bunga lidah buaya berwarna kuning
atau kemerahan berupa pipa yang mengumpul, keluar dari ketiak daun. Bunga
biasanya muncul bila ditanam di pegunungan. Akar tanaman lidah buaya berupa
akar serabut yang pendek dan berada di permukaan tanah. Panjang akar berkisar
antara 50-100 cm. Untuk pertumbuhannya tanaman menghendaki tanah yang
subur dan gembur dibagian atasnya (Kloppenberg dan Versteegh, 1998). Batangnya
tidak kelihatan karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam
dalam tanah. Mulai batang ini akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya menjadi
anak tanaman. Peremajaan tanaman ini dilakukan dengan memangkas habis daun
dan batangnya, kemudian dari sisa tunggal batang ini akan muncul tunas-tunas
baru. Nutrisi dalam lidah buaya membantu membersihkan sistim perncernaan dari
segala bentuk racun. American Chronicle melaporkan, lidah buaya juga bekerja
sebagai agen anti bakteri dan jamur bagi tubuh sehingga mampu menghalau
sejumlah penyakit. Enzim yang ditemukan dalam daging lidah buaya juga baik
untuk memperlancar peredaran darah. Lidah buaya dikonsumsi dalam berbagai
macam bentuk olahan seperti juice, manisan atau campuran teh. Semakin tua
tumbuhan lidah buaya semakin memberi manfaat untuk nutrisi maupun
pengobatan. Gel lidah buaya sering kali digunakan untuk mengobati luka gores,
tersayat, gigitan serangga dan ruam. Penyembuhan dan pengobatan luar biasa dari
tumbuhan ini juga bermanfaat untuk kecantikan. Dengan meminum dua sampai
empat ons, atau bahkan setengah cangkir jus lidah buaya setiap hari akan
membuat kulit terlihat bersih dan memperbaiki kualitas kulit. Lidah buaya dapat
memperkaya persediaan mineral pembangun untuk memproduksi dan memperbaiki
kesehatan kulit(Yuliani dkk., 1994). Selama ini daun lidah buaya dimanfaatkan untuk
mengobati sembelit, mengobati luka dalam dan luka lebam, mengobati batuk rejan,
luka bakar, kencing manis dan wasir. Tetapi belum banyak yang mencobanya
sebagai obat radang mukosa mulut/stomatitis. Dalam laporan Fujio L. Penggabaian,
seorang peneliti dan pemerhati tanaman obat, mengatakan bahwa keampuhan
lidah buaya tak lain karena tanaman ini memiliki kandungan nutrisi yang cukup bagi
tubuh manusia. Hasil penelitian lain terhadap lidah buaya menunjukkan bahwa
karbohidrat merupakan komponen terbanyak setelah air, yang menyumbangkan
sejumlah kalori sebagai sumber tenaga. Sumbar lain menyebutkan bahwa, dari
sekitar 200 jenis tanaman lidah buaya, yang baik digunakan untuk pengobatan
adalah jenis aloe vera Barbadensis Miller. Lidah buaya jenis ini mengandung 72 zat
yang dibutuhkan oleh tubuh. Diantara ke-72 zat yang dibutuhkan oleh tubuh itu,
terdapat 18 macam asam amino, kalbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim,
hormon dan zat golongan obat, antara lain antibiotik, antiseptik, anti bakteri, anti
kanker, anti virus, anti jamur, anti infeksi, anti peradangan, anti parkinson dan anti
aterosklerosis (Kloppenberg dan Versteegh, 1998). Di dalam daun terdapat gel yang
merupakan bagian paling banyak digunakan. Gel berwana jernih sampai
kekuningan. Lidah buaya mengandung protein, karbohidrat, mineral, (kalsium,
natrium, magnesium, seng, besi) dan asam amino. Selain itu berbagai agen anti
inflamasi, diantaranya adalah asam salisilat, indometasin, manosa 6-fosfat,
Bsitosterol. Komponen lain lignin, saponin dan anthaquinone yang terdiri atas aloin,
barbaloin, anthranol, anthracene, aloetic acid, aloe emodin, merupakan bahan
dasar obat yang bersifat sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit(Yuliani dkk.,
1994). Tanaman lidah buaya telah dibudidayakan di Indonesia mulai beberapa
tahun yang lalu, salah satunya di Pontianak. Jenis yang diusahakan di daerah
tersebut, yakni Aloe Chinensis yang berasal dari Cina. Budi daya lidah buaya
tersebut didistribusikan untuk pasar dalam negeri dan ekspor, terutama ke Jepang.
Jepang merupakan Negara pengguna lidah buaya terbesar di dunia. Kebutuhan
lidah buaya segar mencapai 300 ton / bulan. Keistimewaan tanaman ini salah
satunya adalah mudah diperbanyak dan tidak memerlukan perawatan intensif, baik
di lahan pekarangan, dalam pot maupun polibag. Selain itu, kemampuannya
bertahan hidup di daerah kering pada musim kemarau menjadi nilai tambah
tanaman lidah buaya. Jika investasi sarana pertanian sudah tersedia, lidah buaya
dapat diproduksi melalui system hidroponik atau secara organik (dengan pupuk
kandang dan tanpa pestisida) (Jatnika dan Saptoningsih, 2009). Sejak 2200 SM,
lidah buaya telah dikenal dapat berfungsi sebagai obat untuk melancarkan buang
air besar (pencahar), penyubur rambut, dan penyembuh luka. Lidah buaya sudah
digunakan bangsa Samaria sekitar tahun 1875 SM. Seorang peracik obatobatan
tradisional berkebangsaan Yunani bernama Dioscorides, menyebutkan bahwa lidah
buaya dapat mengobati berbagai penyakit, seperti bisul, kulit memar, pecahpecah,
lecet, penyembuh luka bagi penderita lepra, rambut rontok, wasir, dan radang
tenggorokan. Tanaman lidah buaya diberi nama Aloe Vera oleh Carl Von Linne pada
tahun 1720. Ratusan catatan mengenai manfaat lidah buaya untuk pengobatan
dipublikasikan oleh tabib dan dokter. Di bagian barat daya Amerika, lidah buaya
kimia dan nutrisi alami yang secara bersinergi dan menghasilkan khasiat tertentu.
Berikut ini merupakan komponen kimia yang terkandung dalam lidah buaya. Tabel
2.2 Komponen kimia lidah buaya berdasarkan manfaatnya Zat Manfaat Lignin
Memiliki kemampuan penyerapan yang tinggi yang memudahkan peresapan gel ke
kulit sehingga mampu melindungi kulit dari dehidrasi dan menjaga kelembapan
kulit. Saponin - Memiliki kemampuan membersihkan (aspetik) - Sebagai bahan
pencuci yang sangat baik Komplek antharaquinon aloin, - Bahan laksatif barbaloin,
iso-barbaloin, anthranol, aloe emodin, anthracene, aloetic acid, asam sinamat,
asam krisophanat, eteral oil, dan resistanol - Penghilang rasa sakit - Mengurangi
racun - Senyawa antibakteri - Mempunyai kandungan antibiotik Kalium dan natrium
- Memelihara kekencangan muka dan otot tubuh. - Regulasi dan metabolism tubuh
dan penting dalam pengaturan impuls saraf Kalsium Membantu pembentukan dan
regenerasi tulang Seng (Zn) Bermanfaat bagi kesehatan saluran air kencing. Asam
Folat Bermanfaat bagi kesehatan kulit dan rambut Vitamin A Berfungsi untuk
oksigenasi jaringan tubuh, terutama kulit dan kuku Vitamin B1, B2, B6, B12, C,E,
Niacinamida, dan Kolin Berfungsi untuk menjalankan fungsi tubuh secara normal
dan sehat. Enzim oksidase, amylase, katalase, lipase, dan protease - Mengatur
berbagai proses kimia dalam tubuh. - Menyembuhkan luka dalam dan luar Enzim
protease bekerja sama dengan glukomannan Penghilang rasa nyeri saat luka. Asam
krisofan Mendorong penyembuhan kulit yang mengalami kerusakan Mono dan
polisakarida (Selulosa, glukosa, mannose, dan aldopentosa) - Memenuhi kebutuhan
metabolism tubuh. - Berfungsi untuk memproduksi mukopolisakarida Salisilat
Mukopolysakarida - Anti inflamasi dan menghilangkan rasa sakit - Memberi efek
imonomodulasi Tennin, Aloctin A - Sebagai anti inflamasi Indometasin - Mengurangi
edema Asam amino - Untuk pertumbuhan dan perbaikan sertasebagai sumber
energi. Aloe vera menyediakan 20 dari 22 asam amino yang dibutuhkan tubuh.
Mineral - Memberikan ketahanan tubuh terhadap penyakit dan berinteraksi dengan
vitamin untuk fungsi tubuh. (Jatnika dan Saptoningsih, 2009) Daging lidah buaya
memiliki kandungan nutrisi yang cukup lengkap, diantaranya Zn, K, Fe, Vitamin A,
asam folat, dan kholin. Sementara itu, lendir lidah buaya mengandung vitamin B1,
B2, B6, B12, C, E inositol, dan asam folat. Kandungan mineral lidah buaya,
diantaranya kalsium, fosfor, besi, natrium, magnesium, mangan, tembaga, dan
seng. Berdasarkan penelitian, enzim yang dimiliki lidah buaya antara lain amylase,
katalase, selulosa, karboksipeptidase, karboksihelolase, fosfatase, lipase,
nukleotidase, alkaline, dan proteolitase (Santoso, 2008). Tabel 2.3 Beberapa
Kandungan nutrisi lidah buaya Bahan Manfaat Unsur Konsentrasi (ppm) Mineral Memberi ketahanan terhadap penyakit, menjaga kesehatan dan memberikan
vitalitas. Kalsium (Ca) Fosfor (P) Besi (Fe) Magnesium (Mg) Mangan (Mn) Kalum (K)]
Natrium (Na) Tembaga (Cu) 458,00 20,10 1,18 60,80 1,04 797,00 84,40 0,11 Asam
Amino - Bahan untuk pertumbuhan dan perbaikan - Untuk sintesis bahan lain Sumber energy Asam aspartat Asam glutamate Alanin Isoleusin Fenilalanin Threonin
Prolin Valin Leusin Histidin Serin Glisin Methionin Lisin Arginin Tirosin 43,00 52,00
28,00 14,00 14,00 31,00 14,00 14,00 20,00 18,00 45,00 28,00 14,00 37,00 14,00
14,00 Triptophan 30,00 Protein - - 0,1% (Jatnika dan Saptoningsih, 2009) 2.4.3 Efek
farmakologis lidah buaya Lidah buaya memiliki efek farmakologis, yakni pencahar
(laxatic) dan parasiticide. Berikut ini beberapa manfaat lain dari lidah buaya
berdasarkan hasil penelitian (Jatnika dan Saptoningsih, 2009): 1. Antiseptik :
pembersih alami dan mengobati luka dengan cepat. 2. Antipruritik : penghilang rasa
gatal. 3. Anestetik : pereda rasa sakit. 4. Afrodisiak : pembangkit gairah seksual. 5.
Antipiretik : penurun rasa panas. 6. Antijamur, antivirus, dan antibakteri yang
berasal dari kandungan saponin. 7. Anti-inflamasi : berasal dari asam lemak. Selain
itu, lidah buaya mengandung senyawa lignin dan polisakarida yang berguna
sebagai media pembawa zat-zat nutrisi yang diperlukan oleh kulit. Ditunjang juga
oleh karakteristik lidah buaya yang memiliki tingkat keasaman (pH) yang normal,
hampir sama dengan pH kulit manusia sehingga memberikan kemampuan untuk
menembus kulit secara baik. Lidah buaya juga memiliki kandungan asam amino dan
enzim yang masing-masing berfungsi untuk membantu perkembangan sel-sel baru
dengan kecepatan luar biasa dan menghilangkan sel-sel yang telah mati dari
epidermis. 2.4.4 Senyawa nutrisi yang berperan dalam penyembuhan Lidah buaya
mengandung senyawa nutrisi yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan dan
penyembuhan (terapi) berbagai penyakit. Salah satu referensi menyebutkan bahwa
lidah buaya mengandung hormone pertumbuhan (human growth hormone) dan
anti-penuaan (anti-aging). Efek positif meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan
kepekaan panca indra manusia. Berikut ini beberapa penyakit yang mampu
disembuhkan oleh lidah buaya dan senyawa yang berperan dalam penyembuhan
penyakit tersebut. Tabel 2.4 Penggunaan Lidah buaya dalam penyembuhan No
Penggunaan Senyawa yang Berperan 1 Luka lecet, luka tersayat, sengatan
matahari, dan luka bakar Mukopolisakarida; enzim, hormone, vitamin A, B, C, E,
asam folit, serta mineral Zn dan Ca 2 Bisul bernanah Mukopolisakarida, enzim,
hormone, vitamin A, B, C asam folat, serta mineral Zn dan Ca 3 Jerawat Riboflavin,
vitamin A, C, dan E, polisakarida, enzim, Zn, serta hormone penyembuhan luka 4
Memperlambat penuaan dini Semua vitamin dan mineral yang ada, asam amino,
hormone, Zn, serta kalsium 5 Anemia Besi, asam folat, tembaga, dan vitamin C 6
Antibakteri, antibiotic, fungisida Semua zat berperan secara sinergis 7 Tumor Lectin
dan emodin 8 Kanker Hormon, polisakarida, dan mukopolisakarida 9 Sembelit
Thiamin dan asam folat 10 Diabetes Kromium, inositol, vitamin A, dan getah kering
lidah buaya yang mengandung hypoglycemic 11 Influenza Vitamin A, B, C, E asam
amino, dan enzim 12 Luka dalam Polisakarida dan asam amino 13 Infeksi ginjal
Kolin, vitamin B, mineral magnesium, dan kalium 14 Stomach Ulcers Polisakarida
dan Fe 15 Sakit gigi Vitamin C, kalsium, Fe, dan asam amino 16 AIDS Polisakarida
dan acetylated mannose Diolah dari berbagai sumber (Jatnika dan Saptoningsih,
2009) 2.5 Peranan Lidah Buaya Dalam Menurunkan Radang Telah diketahui selama
bertahun-tahun bahwa beberapa komponen lidah buaya memiliki aktivitas antiinflamasi yang signifikan. Bob Bowden dan Wayne Smith menunjukkan bahwa lidah
buaya memediasi mekanisme anti-inflamasi dengan menghalangi integrin tertentu.
Bukti telah ditunjukkan bahwa derivat karbohidrat terikat khusus dengan
karbohidrat pada dua Beta2-integrins SS2 disebut LFA-01 dan Mac-1 yang secara
signifikan dapat mengurangi migrasi neutrofil pada beberapa model penelitian
tentang peradangan (Davis, 2000). Lidah buaya memiliki sistem penghambat yang
menghalangi rasa sakit dan peradangan serta sistem stimulasi yang meningkatkan
penyembuhan luka. Pengujian laboratorium independen tentang lidah buaya
menunjukkan aktivitas lidah buaya dalam modulasi antibodi dan kekebalan seluler
(Davis, 2000). Topikal steroid biasanya digunakan untuk memblokir peradangan
akut dan kronis. Mereka menurunkan edema dengan mengurangi permeabilitas
kapiler, vasodilatasi dan menstabilkan membran lisosom. Lidah buaya (aloe vera)
dapat merangsang pertumbuhan fibroblas untuk meningkatkan penyembuhan luka
dan menghalangi penyebaran infeksi. Penelitian menunjukkan bahwa hanya sekitar
1% dari steroid dapat menembus stratum korneum kulit, dan 99% terbuang. Data
penelitian ini menunjukkan bahwa lidah buaya dapat bertindak sebagai kendaraan
bagi steroid untuk meningkatkan penyerapan dan bertindak sebagai pembawa yang
efisien. Penggunaan lidah buaya adalah pertimbangan ekonomi yang signifikan.
Kompleksitas komponen lidah buaya, membuat studi penelitian tentang aktifitas
inflamasi dari lidah buaya sebagai sebuah tugas yang sulit (Davis, 2000). Lidah
buaya (aloe vera) tidak memiliki mekanisme tunggal. Lidah buaya mengandung
asam amino seperti phenylalanine dan trytophane yang memiliki aktifitas antiinflamasi. Asam salisilat dalam lidah buaya mencegah biosintesis prostaglandin dari
asam arakidonat. Hal ini menjelaskan bagaimana aloe vera mengurangi vasodilatasi
dan mengurangi efek vaskular dari histamin, seretonin dan mediator inflamasi
lainnya. Prostaglandin memainkan peran integral dalam mengatur baik peradangan
dan reaksi kekebalan tubuh. Lidah buaya dapat mempengaruhi kedua sistem ini
dengan memblokir sintesis prostaglandin. Efek analgesik lidah buaya sinergis
dengan aspirin. Lidah buaya memiliki komponen stimulasi dan penghambatan.
Lidah buaya dapat memodulasi baik reaksi kekebalan maupun reaksi inflamasi.
Lidah buaya dapat bertindak sebagai stimulator penyembuhan luka dan produksi
antibodi. Lidah buaya dapat memblokir sintesis prostaglandin dan memodulasi
produksi limfosit dan makrofag derivat mediator (limphokinins) termasuk
interleukins dan interferon. Lidah buaya, disamping memiliki efek pada reaksi
inflamasi dan reaksi kekebalan, juga mengurangi oksigen radikal bebas yang
dihasilkan oleh PMNs. Vitamin C dalam lidah buaya menghambat peradangan,
mengambil radikal oksigen untuk memblokir proses inflamasi. Vitamin E, yang
dikenal sebagai anti oksidan, juga merupakan komponen lidah buaya. Efek-efek
biologis dari karya orkestra aloe vera, bekerjasama dengan konduktor (polisakarida)
menghasilkan efek terapi yang berharga (Davis, 2000). Komponen yang kurang
diserap stratum korneum membutuhkan kendaraan untuk membantu mereka dalam
penetrasi. Penelitian menunjukkan bahwa lidah buaya membantu dalam
penyerapan vitamin C dan menambah aktivitas biologisnya. Lidah buaya dapat
melarutkan senyawa larut air serta zat larut lipid. Selain itu dapat melalui membran
sel stratum korneum untuk membantu berbagai bahan dalam menembus kulit.
Aktivitas biologis lidah buaya dapat bertambah, bahkan bersinergi dengan banyak
agen dalam meningkatkan efek terapi (Davis, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh
Meitha Widurini, seorang staf pengajar Biologi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia, menggunakan lidah buaya (aloe vera) konsentrasi 100%
yang diaplikasikan pada radang mukosa mulut tikus, ternyata dapat menurunkan
radang mukosa mulut tikus. Didapatkan hasil bahwa lidah buaya tidak mempunyai
mekanisme tunggal sebagai anti inflamasi. Tanaman ini mengandung berbagai
macam unsur dan zat yang dipercaya dapat bertindak sebagai agen antiinflamasi,
antara lain asam salisilat vitamin, polisakarida dan asam lemak. Disamping itu
terdapat pula indometasin yang dapat mengurangi edema, menghambat enzim
siklooksigenase dan menghambat motilitas dari dari leukosit poly morpho nuklear
(PMN) yang bila jumlahnya berlebihan dapat merusak jaringan. Dikatakan pula
bahwa sebenarnya daun lidah buaya yang berkhasiat sebagai pengobatan
tradisional dan dapat menyembuhkan penyakit atau kelainan pada tubuh adalah
hasil dari interaksi keseluruhan unsur-unsur pokok yang terkandung dalam lidah
buaya dan bila masingmasing unsur tersebut dipisahkan maka khasiat atau
manfaatnya akan berkurang (Widurini, 2003).