Anda di halaman 1dari 3

Faktor Resiko Kematian Bayi

Penyebab utama kematian neonatal adalah asfiksia, komplikasi pada bayi berat lahir
rendah (BBLR), tetanus neonatorum dan trauma kelahiran serta akibat kelainan kongenital
yang sebetulnya sebagian besar dari kematian tersebut dapat dicegah melalui pemeliharaan
kesehatan ibu selama masa kehamilan penolong persalinan yang aman dan bersih, serta
penanganan yang adekuat terhadap bayi baru lahir terutama yang berisiko tinggi.
1. Kaitan antara usia ibu dengan kematian neonatus
Ibu yang hamil dan melahirkan pada usia < 20 tahun dan > 35 tahun mempunyai
risiko kehamilan sebagai penyebab tidak langsung terhadap kejadian kematian
neonatal dini. Berdasarkan penelitian Prabamurti dkk (2008) bayi yang dilahirkan dari
ibu yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki risiko
kematian 7,69 kali dibanding bayi yang dilahirkan dari ibu yang berumur antara 20
35 tahun. umur pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kehamilan dan persalinan. Umur saat mengalami komplikasi obsertri yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kurun waktu reproduksi sehat yaitu pada umur 25 sampai
dengan 35 tahun. Melahirkan pada usia < 20 tahun meningkatkan risiko kematian
neonatal karena kondisi fisiologis ibu yang belum matang, sedangkan usia > 35 tahun
kemampuan ibu untuk mengejan pada saat persalinan berkurang1,2.
2. Kaitan antara paritas dengan kematian neonatal
Paritas merupakan faktor resiko terjadinya kematian neonatal. Paritas yang tinggi
merupakan salah satu faktor resiko tinggi pada ibu hamil. Kejadian kematian ibu dan
bayi pada persalinan pertama cukup tinggi, yang kedua paling rendah dan yang ketiga
sedikit rendah dari yang pertama. Resiko persalinan selanjutnya akan lebih tinggi.
Paritas dua sampai tiga merupakan paritas yang paling aman2. Hal ini berkaitan
dengan belum pulihnya organ reproduksi dalam menerima terjadinya kehamilan.
Apabila jumlah paritas kecil maka otot uterus masih kuat, kekuatan mengejan belum
berkurang, kejadian komplikasi persalinan maupun partus lama yang dapat
membahayakan ibu maupun bayinya akan semakin kecil1.
3. Perawatan antenatal care (ANC)

Perawatan kehamilan sangat penting dan wajib dilakukan pada ibu hamil karena
dalam pemeriksaan tersebut dilakukan monitoring secara menyeluruh baik mengenai
kondisi ibu maupun kondisi janin yang sedang dikandungnya. Dengan pemeriksaan
kehamilan kita dapat mengetahui perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan
kandungan. kondisi janin dan bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang
diharapkan dapat dilakukan penanganan secara dini. hal-hal yang dapat dilakukan
pada pemeriksaan kehamilan sebagai bahan pengetahuan bagi para ibu hamil agar
menuju kehamilan yang sehat dan keluarga berkualitas sehingga bayi yang dilahirkan
dari ibu yang tidak melakukan pemeriksaan ANC secara teratur memiliki resiko
kematian neonatal lebih besar dari bayi yang dilahirkan dari ibu yang melakukan
pemeriksaan ANC secara teratur2.
4. Faktor pendidikan ibu dengan kematian bayi
Anak-anak dari ibu yang kurang berpendidikan umumnya memiliki angka kematian
yang lebih tinggi daripada mereka yang lahir dari ibu yang lebih berpendidikan.
Selama kurun waktu 1998-2007, angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang
tidak berpendidikan adalah 73 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian
bayi pada anak-anak dari ibu yang berpendidikan menengah atau lebih tinggi adalah
24 per 1.000 kelahiran hidup. Perbedaan ini disebabkan oleh perilaku dan
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik di antara perempuan-perempuan yang
berpendidikan4.
5. Kaitan antara penolong persalinan dengan kematian neonatal
Penolong persalinan yang baik (tenaga kesehatan) bisa mendeteksi faktor yang
berisiko terhadap kematian neonatal serta mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan
alat untuk memberikan pertolongan persalinan yang aman, termasuk bersih serta
dapat melakukan perawatan nifas bagi ibu dan anaknya1.
6. Kaitan antara berat badan bayi lahir dengan kematian neonatal
Berat badan bayi erat kaitannya dengan kematian bayi. BBLR telah didefinisikan oleh
WHO sebagai bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram. BBLR segabai
penyebab utama kematian neonatus, kejadiannya sukup banyak, yaitu 7-14% dari
populasi bayi baru lahir. Hal ini dimungkinkan karena BBLR merupakan keadaan
yang sangat rentan dan memiliki potensi yang sangat besar untuk mudah mengalami
gangguan lain seperti hypotermi, hypoglikemi, ikterus dan masalah pemberian

minum, juga berkaitan dengan pertumbuhan dan pematangan (maturasi) organ dan
alat-alat tubuh belum sempurna jika tidak ditangani dengan benar bahkan dapat terjadi
kematian1,3.
7. Kaitan antara kondisi usaha napas bayi dengan kematian neonatal
Asfiksia waktu lahir merupakan penyebab utama lahir mati dan kematian neonatal
terutama pada bayi berat lahir rendah. Asfiksia menyebabkan bayi akan mengalami
penurunan denyut jantung secara cepat, tubuh menjadi biru atau pucat dan refleksrefleks melemah sampai menghilang. Bayi yang mengalami asfiksia memiliki resiko
kematian neonatal yang lebih besar dibandingkan dengan bayi yang tidak asfiksia1.

Daftar Pustaka
1. Prabamurti, P.N., dkk. 2008. Analisis Faktor Risiko Status Kematian Neonatal. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia Vol 3(1): 1-9.
2. Sari, M.I., Marlinah, Magdalena. 2012. Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kematian
Neonatal di RSIA Pertiwi Makassar. ISSN 2301-1721. Vol 1 (2): 1-6.
3. Astri, I., Rahma, Ikhsan, M. 2014. Analisis Faktor Resiko Kematian Neonatal Dini di
Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Kota Makassar Tahun 2011-2012.
Universitas Hasanuddin.
4. UNICEF Indonesia. 2012. Kesehatan Ibu & Anak. Diunduh dari
http://www.unicef.org/indonesia/id/A5_-_B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf

Anda mungkin juga menyukai