Anda di halaman 1dari 15

A.

Judul : Penetapan Kadar Cl- dalam Garam Dapur Cara Mohr


B. Tanggal Percobaan : C. Tujuan :
Dapat melakukan standarisasi larutan baku AgNO3 dengan cara
Fayans
Dapat menentukan kadar Cl- garam dapur dengan cara Mohr
D. Landasan Teori
Terdapat dua cara dalam menentukan konsentrasi suatu larutan. Cara
pertama membuat larutan dengan konsentrasi tertentu,yaitu dengan menimbang zat
secara tepat menggunakan peralatan yang akurat. Cara kedua menggunakan perkiraan
jumlah zat yang terlarut dan perkiraan jumlah zat pelarut,kemudian konsentrasinya
ditentukan dengan metode titrasi. Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk
menentukan kadar suatu larutan. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan
tepat disebut larutan baku atau larutan standar,sedangkan indicator adalah zat yang
memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah
titik akhir titrasi.(Nana Sutresna, 2008)
Presipitimetri adalah suatu cara titrasi berdasarkan reaksi pengendapan
(precipitate = endapan). Titrasi yang melibatkan titrasi pengendapan ini tidak banyak
dalam analisis titrimetrim contohnya reaksi redoks dan titrasi asam basa. Walaupun
banyak reaksi pengendapan yang kita ketahui, akan tetapi hanya sedikit yang dapat
digunakan dalam metode ini (Tim Penulis Modul SMAK Bogor, 2009). Ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Mempunyai kelarutan atau hasil kali kelarutan yang sangat kecil,
sehingga relative tidak dapat larut.
2. Reaksi terbentuknya endapan harus cepat.
3. Hasil titrasi tidak akan menyimpang cukup besar akibat dari adsorbs atau
kopresipitasi.
4. Harus dapat dideteksi pada titik setara selama pentitrasian.

Metode yang paling penting dalan presipitimetri adalah argentometri.


Argentometri adalah suatu proses titrasi pengendapan yang menggunakan garam
argentum nitrat (AgNO3) sebagai larutan standard yang konsenterasinya telah
dibakukan terlebih dahulu menggunakan salah satu metode yang ada pada titrasi
argentometri. Dalam titrasi argentometri, larutan AgNO3 digunakan untuk
menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua jenis garam ini dengan
ion Ag+ dari garam standard AgNO3 dapat memebentuk suatu endapan atau suatu
senyawa kompleks sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
NaX + Ag+

AgX + Na+

KCN + Ag+

AgCN + K+

KCN + AgCN

( X = halida )

K{Ag(CN)2}

Argentometri termasuk salah satu cara analisis kuantitatif dengan sistem


pengendapan. Cara analisis ini biasanya dipergunakan untuk menentukan ion-ion
halogen, ion perak, ion tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh
larutan standardnya. Titrasi argentometri terbagi menjadi beberapa metode penetapan
disesuaikan dengan indicator yang diperlukan dalam penetapan kadar (Wikipedia,
2013), yaitu :
1. Cara Mohr
Metode ini digunakan untuk menentukan kandungan klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan standar perak nitrat dengan
penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Mula-mula titrasi
berlangsung dengan pembentukan endapan perak klorida. Jika titik
ekuivalen telah tercapai, maka perak nitrat akan bereaksi dengan kromat
menghasilkan endapan perak kromat yang berwarna merah.
2. Cara Volhard (Pembentukan Endapan Berwarna)
Metode ini digunakan untuk menentukan kandungan perak dalam suasana
asam dengan larutan standar kalium atau amonium tiosianat berlebih.
Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III)

nitrat atau besi (III) amonium sulfat sebagai indikator yang membentuk
warna merah 10
dari kompleks besi (III) tiosianat dalam suasana asam nitrat 0,5 1,5 N.
Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan
diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir
tidak dapat diamati.
3. Cara Fayans (Cara Adsorbsi)
Metode ini digunakan indikator adsorbsi untuk mengetahui titik
ekuivalen. Indikator akan teradsorpsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan
endapan. Endapan harus dijaga agar tidak membentuk koloid.
4. Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan
indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika
larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan
terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojogan akan larut kembali
karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit
membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl :
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak
akan bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna
coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator lain yang bisa
dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi. Selain menggunakan jenis indicator

diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan
titik ekuivalen.
Ada beberapa metode dipergunakan dalam penetapan titik akhir dalam
reaksi antara AgNO3 dan NaCl, diantaranya :
a. Pembentukan suatu endapan berwarna
Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur Mohr untuk penetapan klorida
dan bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari, misalnya ion klorida
dengan larutan perak nitrat, sedikit kalium kromat ditambahkan untuk
berfungsi sebagai indicator. Pada titik akhir, ion kromat akan bergabung
dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah, yang sangat
sedikit sekali dapat larut.
b. Penggunaan indikator adsorbsi
Titrasi argentometri cara Fayans adalah jenis titrasi pengendapan
yang menggunakan indikatoradsorbsi, yaitu Fluoresin, suatu asam organik
yang diberi symbol HFl (untuk mempermudah) dan selanjutnya akan terion
menjadi Fl-. Teori tentang aksi indikator-indikator ini didasarkan pada sifat
koloid.Bila suatu larutan klorida dititrasi denga larutan perak nitrat, perak
klorida yang mengendap mengadsorbsi ion-ion klorida (suatu endapan
cenderung mengadsorbsi ion-ionnya sendiri); ini boleh disebut lapisan
teradsorbsi primer, dan ia akan menahan dengan adsorbsi sekunder, ion-ion
yang bermuatan berlawanan yang berada dalam larutan. Segera setelah
tercapai titik stoikiometri, ion perak akan terdapat berlebih; ion ini sekarang
akan diadsorbsi primer, dan ion nitrat akan ditahan dengan adsorbs sekunder.

E. Alat dan Bahan


Alat :
a) Batang pengaduk
b) Buret
c) Kaca Arloji
d) Gelas piala
e) Botol timbang
f) Corong
g) Gelas kimia
h) Labu Erlenmeyer

: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah

i)
j)
k)
l)
m)
n)

Labu ukur
Pipet tetes
Pipet gondok
Neraca
Statif
Ring corong

: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah

Bahan :
a) Padatan AgNO3
b) Padatan NaCl p.a
c) Sampel garam dapur
d) Akuades
e) Indikator Fluoresein
f) Indikator Metil Merah
g) Indikator Fenolftalein
h) Indikator K2CrO4 5%
F. Langkah Kerja
Pembuatan larutan standar AgNO3 0,1 N
1.

Timbang dengan teliti 1700 mg AgNO3 menggunakan neraca analitik. Kemudian


larutkan dengan akuades . Aduk sampai homogen.

2.

Pindahkan dengan hati-hati larutan ke dalam labu takar 100 mL dengan


menggunakan corong, alirkan larutan melalui batang pengaduk.

3.

Tambahkan lagi akuades perlahan hingga tanda batas. Kocok dengan metode
burble hingga merata.

4.

Simpan larutan dalam botol gelap yang bersih dan kering. Bilas dengan sedikit
larutan dan pindahkan semua larutan dalam botol kemudian beri label bahan
kimia.

Standarisasi larutan AgNO3 0,1 N


1. Buat larutan standar primer dengan menimbang 0,585 g NaCl p.a, larutkan
dengan akuades hingga homogen.

2. Masukkan larutan NaCl kedalam labu ukur 100 ml, dan tanda
bataskan.Kocok dengan metode burble untuk lebih homogen.
3. Hisap larutan NaCl dengan pipet volumetric sebanyak 25 mL. Masukkan
ke labu Erlenmeyer.Tambahkan indicator fluoresein 3-5 tetes.
4. Masukkan larutan AgNO3 ke dalam buret 50 mL.
5. Lakukan titrasi hingga 3 kali.

Penentuan kadar klorida dalam garam dapur


1. Timbang dengan teliti 0,9 gram garam dapur tak murni dengan neraca
analitik
2. Bilas garam dapur yang ditimbang dengan air 50 ml ke labu ukur
3. Pipet 10 ml dari larutan tersebut ke dalam Erlenmeyer
4. Teteskan 2-3 tetes phenolphthalein, jika warna larutan menjadi merah,
tambahkan sedikit H2SO4
5. Teteskan 2-3 tetes metil merah, jika warna larutan menjadi merah,
tambahkan NaHCO3 encer
6. Tambahkan 1 ml K2CrO4 5% pada Erlenmeyer
7. Titrasi dengan larutan AgNO3 yang telah dibakukan dengan cara Fayans
sebelumnya.
G. Hasil Pengamatan
Penimbangan padatan AgNO3 :
Penimbangan
Berat

Padatan AgNO3
1702 mg

Standarisasi larutan AgNO3 0,1 N dengan Larutan NaCl


Penimbangan NaCl p.a sebagai larutan baku primer :
Penimbangan

NaCl p.a

Berat

0,5852 g

Titrasi Pembakuan Kenormalan larutan AgNO3 0,1 N :


Titrasike-

II

III

Perubahan

Awal Titrasi

0,00

24,29 mL

0,00 mL

Tidak Berwarna

AkhirTitrasi

mL
24,29

48,56 mL

24,26 mL

Hijau Muda

Pemakaian

mL
24,29

24,27 mL

24,26 mL

Warna

mL
Rata-Rata

24,27 mL

Penentuan kadar klorida dalam sampel garam dapur


Penimbangan sampel garam dapur
Penimbangan
Berat

Garam Dapur
0,8998 g

Titrasi penentuan kadar klorida


TitrasikeAwalTitrasi
AkhirTitrasi
Pemakaian
Rata-rata

I
0,00 ml
15,21 ml
15,21 ml

II
III
15,51 ml
30,90 ml
30,90 ml
46,20 ml
15,39 ml
15,30 ml
15,30 ml

H. Perhitungan
Penentuan Normalitas AgNO3
Diketahui :
Volume AgNO3 rata-rata = 24,27 mL
Volume NaCl p.a = 25 mL
N NaCl = 0,1 N

Perubahan Keadaan
Tidak Berwarna
Terbentuk Endapan Putih
-

Gram Ekivalen AgNO3 = Gram Ekivalen NaCl


VAgNO3 NAgNO3 = VNaCl N NaCl
NAgNO3 =

V NaCl N NaCl
N AgNo 3

NAgNO3 =

25 ml 0,1 N
24,27 mL

NAgNO3 = 0,103 N
Penentuan kadar klorida dalam sampel garam dapur
Diketehui :

Volume AgNO3(titran) = 15,3 mL


NAgNO3 = 0,103 N
BE NaCl = Mr NaCl = 58,5 gram/mol
Berat sampel : 0,8998 gram
Vlabu ukur = 100 mL
Vpipet ukur = 10 mL

V labu V titran N AgNO 3 10 BE NaCl


100
V pipet berat sampel

%NaCl =

50 15,30 0,103 103 58,5


100
10 0,8998

= 52,28 %

%Cl =

V labu V titran N AgNO 3 103 BE Cl


100
V pipet berat sampel

50 15,30 0,103 103 35,5


100
10 0,8998

= 31,12 %
I. Pembahasan

Sebagai bahan baku primer pada titrasi argentometri dapat

dipakai NaCl murni, karena dalam keadaan murni NaCl cukup


mantap, tidak higroskopis sehingga memenuhi persyaratan bahan
baku primer. Perak

nitrat merupakan bahan baku sekunder,

sehingga untuk menentukan titarnya perlu ditetapkan dulu dengan


bahan baku primer. Larutan perak nitrat mudah memecah apabila
dalam kondisi terkena sinar matahari. Oleh karena itu

harus

disimpan dalam botol berwarna coklat. Selain daripada itu perak


nitrat adalah pengoksidasi kuat sesuai dengan persamaan reaksi:
Ag+ Ag + e-

Sebelum dilakukan titrasi, harus dibuat dahulu larutan AgNO 3, dan


pada praktikum diatas, dilakukan pembuatan AgNO3 dengan konsentrasi 0,1
N. Untuk membuat AgNO3 dengan kadar segitu, dibutuhkan padatan AgNO3
sebanyak 1700 mg, dan selanjutnya dilarutkan dengan akuades sebanyak 100
mL. Pada praktikum yang telah dilakukan, hasil penimbangan tidak tepat
sebanyak yang diinginkan, yaitu sebanyak 1702 mg, karena keterbatasan
kemampuan dalam menggunakan neraca analitik, tetapi masih masuk dalam
batas toleransi. Selanjutnya dilakukan juga pembuatan larutan NaCl 0,1 N,
dilakukan dengan menimbang padatan NaCl p.a sebanyak 0,5850 gram dan
selanjutnya dilarutkan dengan akuades 100 mL. NaCl yang digunakan adalah
NaCl pro analis, karena untuk larutan standar primer zat yang digunakan
harus semurni mungkin, tidak ada kontaminasi zat-zat lain. Kedua larutan ini
selanjutnya dilakukan proses titrasi dimana AgNO3 berada di buret dan NaCl
berada di Erlenmeyer.

Dalam pembakuan atau standarisasi normalitas AgNO 3, dilakukan


titrasi argentometri cara Fayans. Cara Fayans dipilih adalah untuk
membandingkan atau membedakan dengan titrasi selanjutnya untuk
menentukan kadar klorida dengan cara Mohr. Pada titrasi cara Fayans,
digunakan indikator adsorbsi, yaitu fluoresein. *ke word fix 1 Ketika suatu
larutan klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat, perak klorida
yang mengendap mengadsorbsi ion-ion klorida (suatu endapan
cenderung mengadsorbsi ion-ionnya sendiri); ini boleh disebut
lapisan teradsorbsi primer, dan ia akan menahan dengan adsorbs
sekunder, ion-ion yang bermuatan berlawanan yang berada dalam
larutan. Segera setelah tercapai titik stoikiometri, ion perak akan
terdapat berlebih; ion ini sekarang akan diadsorbsi primer, dan ion
nitrat akan ditahan dengan adsorbs sekunder.
Jika fluoresein berada dalam larutan, ion fluoresein negative
itu, yang lebih jauh kuat dari ion nitrat, akan segera diadsorbsi dan
akan mengungkapkan kehadirannya diatas endapan itu, bukan
endapan warnanya sendiri, yang merupakan warna larutan, tetapi
dengan membentuk suatu kompleks dari perak merah jambu dan
ion fluoresein yang telah dimodifikasi, diatas permukaan dengan
runutan pertama dari kelebihan ion perak. Satu pandangan lain
adalah, bahwa selama adsorbsi dari ion fluoresein itu, terjadi
penataan ulang dari struktur ion dengan pembentukan suatu zat
berwarna.

Dan penting untuk diperhatikan, bahwa perubahan

warna terjadi pada permukaan endapan.


Jika klorida ditambahkan berlebih, suspensi itu akan tetap
berwarna merah jambu sampai ion klorida terdapat berlebih, lalu
perak yang diadsorbsi atau diubah menjadi perak klorida, yang lalu
akan mengadsorbsi primer ion-ion klorida. Ion-ion fluoresein yang

teradsorbsi sekunder, akan keluar kembali ke dalam larutan,


dengan memberi warna kuning-kehijauan larutan itu.
Reaksi yang terjadi adalah :

AgNO3(aq) + NaCl (aq)AgCl(s) + NaNO3(aq)


Setelah dilakukan titrasi dengan cara Fayans, didapatlah melalui
perhitunga dengan rumus :

VAgNO3

NAgNO3 = VNaCl

NNaCl

normalitas larutan AgNO3 yang sebenarnya, yaitu 0,103 N. Awalnya


kita membuat larutan ini dengan normalitas 0,1 N. Mungkin karena
kurangnya ketelitian dalam penimbangan atau proses pelarutan,
maka terdapat perbedaan normalitas larutan

dan untuk inilah

dilakukan pembakuan untuk menghitung kadar klorida dalam


proses titrasi selanjutnya.
Selanjutnya dilakukan pembuatan larutan sampel garam
dapur yang akan dihitung kadar kloridanya, yaitu dengan cara
melarutkan 0,9000 gram sampel dengan akuades. Hasil timbangan
yang diperoleh sebanyak 0,8998 gram. Selanjutnya dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 mL dan dihisap sebanyak 10 mL dengan pipet
ukur ke dalam Erlenmeyer untuk dititrasi dengan larutan AgNO 3
yang telah dibakukan sebelumnya menggunakan cara Mohr. Proses
titrasi dilakukan hingga triplo.
Sebelum proses titrasi itu dilakukan, larutan NaCl yang
awalnya tidak berwarna diteteskan 3 tetes indicator fenolftalein.
Setelah diteteskan PP, larutan NaCl menjadi berwarna merah
keunguan. Hal ini menunjukkan bahwa larutan NaCl bersifat basa.
agar larutan NaCl bersifat netral, larutan NaCl harus ditambahkan

H2SO4 hingga warna larutan berubah menjadi tak berwarna


kembali.
Setelah itu, ditambahkan indicator metil merah, dan larutan
berubah menjadi warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa larutan
bersifat asam. Agar larutan netral, maka perlu ditambahkan larutan
NaHCO3 encer hingga larutan berwarna jingga.
Setelah dipastikan larutan NaCl itu netral, larutan NaCl
ditambahkan K2CrO4 5% sebanyak 3-5 tetes. Kemudian dilakukan
proses titrasi sebanyak triplo.
Dalam titrasi cara Mohr, larutan NaCl didalam Erlenmeyer
sebelum dititrasi harus mengalami beberapa proses penambahan
indicator sebelum ditambahkan indicator utama, yaitu K 2CrO4 5%.
Hal ini terjadi karena indicator kalium kromat akan membentuk
endapan dalam suasana netral, maka diperlukan pengaturan pH.
Larutan NaCl ditambahkan fenolftalein, yang memiliki trayek pH
antara 8,0-9,8 (Asam : tak berwarna, basa : merah-ungu). Hal ini
menunjukkan bahwa jika warna larutan NaCl berubah menjadi
merah pada saat ditambah indicator PP, maka larutan tersebut
bersifat basa. Maka untuk menetralkannya ditambahkan H 2SO4.
Selanjutnya,

larutan

diteteskan

indicator

metil

merah,

yang

memiliki trayek pH 4,2-6,2 (asam : merah, basa : kuning). Hal ini


menunjukkan bahwa jika larutan NaCl berubah menjadi merah saat
ditambah metil merah, berarti larutan bersifat asam, maka untuk
menetralkannya perlu ditambah NaHCO 3 encer. Ketika warna
larutan tidak terlalu merah lagi, barulah ditambahkan indicator
K2CrO4 5%, dan warna larutan menjadi kuning jernih.

Pengaturan pH sangat perlu agar tidak terlalu rendah ataupun terlalu tinggi
,karena :

a. Bila pH terlalu tinggi maka dapat terbentuk AgOH yang akan terurai
menjadi Ag2O sehingga titran akan banyak dipakai .
2Ag+(aq) + 2OH(aq)
2AgOH (s) + H2O(l)
b. Bila pH terlalu rendah, ion CrO42- sebagian berubah menjadi ion
Cr2O72- dan akan mengurangi konsentrasi indicator dan menyebabkan
tidak timbul endapan atau sangat lambat.
2H+(aq) + 2CrO42- (aq)
Cr2O72-(aq) + H2O(l)
Awalnya, AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk
AgCl berupa endapan putih sebelum tercapainya titik ekivalen,
dengan reaksi :

AgNO3(aq) + NaCl (aq)AgCl(s) + NaNO3(aq)


Setelah Cl- habis, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan CrO4-, dan
menghasilkan Ag2CrO4 yang berwarna merah coklat dan bertindak sebagai
indicator dengan reaksi :
2AgNO3(aq) + K2CrO4(aq) Ag2CrO4(s) + 2KNO3(aq)
*lanjut ke lanjutan 2 di fix 1
Penegasan AgNO3 terhadap larutan campuran Cl- dan CrO42- akan
menyebabkan terbentuknya endapan, mula-mula yang terbentuk ialah
senyawa dengan kelarutan terkecil AgCl. Saat titik ekivalen maka larutan
akan terdapat dalam keadaan :
[Cl-]=[Ag+]=

Ksp AgCl = 1,1 x 1010 = 1,05 x 10-5 M

Pada saat ini endapan Ag2CrO4, akan terjadi bila :

Ag+

[CrO42-] > Ksp Ag 2CrO 4

( 1,1 x 1012 )
[CrO4 ] > ( 1,05 x 105 ) 2
2-

[CrO42-] > 1 x 10-2 M


Pada konsentrasi ini warna kuning ion CrO42- sudah cukup kuat,
sehingga dapat mengganggu pengamatan pembentukan Ag2CrO4 yang
berwarna coklat merah. Oleh karena itu terpaksa digunakan konsentrasi CrO42yang lebih kecil dan ini mengakibatkan harus ada kelebihan Ag + agar endapan
Ag2CrO4 dapat dilihat. Agar titik akhir dapat dilihat maka tampaknya
konsentrasi CrO42- yang digunakan 2,5 x 10-3 M merupakan konsentrasi
optimal, tetapi karena konsentrasi CrO42- diturunkan maka perlu [Ag+] > 1,05
x 10-5 untuk menghasilkan endapan merah sebagai indicator.
Setelah dilakukan titrasi cara Mohr, didapat volume rata-rata yang
dibutuhkan adalah sekitar 15,31 mL. Dengan perhitungan yang dilakukan
didapat kadar klorida dalam sampel garam dapur adalah sebesar 31,12 %.
Persentase yang tidak cukup tinggi.
J. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dengan cara-cara diatas, dapat
disimpulkan bahwa untuk melakukan titrasi argentometri, diperlukan dua kali
proses titrasi. Pertama titrasi pembakuan normalitas AgNO 3 sebelum
dilakukan titrasi penetapan kadar suatu unsure atau senyawa dalam sampel.
Pembakuan kenormalan larutan AgNO3 dimaksudkan agar dalam perhitungan
kadar suatu unsure/ senyawa, didapat nilai seakurat mungkin.

Dan untuk penetapan kadar klorida dalam sampel garam dapur,


diawali dengan pembuatan larutan AgNO3 0,1 N. Selanjutnya dititrasi dengan
cara Fayans menggunakan 25 mL NaCl 0,1 N dan didapat kenormalan AgNO3
sebesar 0,103 N. Selanjutnya AgNO3 0,103 N tersebut digunakan untuk
menitrasi sampel garam dapur menggunakan cara Mohr dengan indicator
utama K2CrO4 5%. Setelah didapat volume AgNO3 rata-rata yang dibutuhkan,
didapat kadar klorida dalam garam dapur sebesar 31,12 %.

Anda mungkin juga menyukai