Kimtik Laporan
Kimtik Laporan
AgX + Na+
KCN + Ag+
AgCN + K+
KCN + AgCN
( X = halida )
K{Ag(CN)2}
nitrat atau besi (III) amonium sulfat sebagai indikator yang membentuk
warna merah 10
dari kompleks besi (III) tiosianat dalam suasana asam nitrat 0,5 1,5 N.
Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan
diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga titik akhir
tidak dapat diamati.
3. Cara Fayans (Cara Adsorbsi)
Metode ini digunakan indikator adsorbsi untuk mengetahui titik
ekuivalen. Indikator akan teradsorpsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan
endapan. Endapan harus dijaga agar tidak membentuk koloid.
4. Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan
indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika
larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan
terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojogan akan larut kembali
karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit
membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl :
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak
akan bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna
coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator lain yang bisa
dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi. Selain menggunakan jenis indicator
diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan
titik ekuivalen.
Ada beberapa metode dipergunakan dalam penetapan titik akhir dalam
reaksi antara AgNO3 dan NaCl, diantaranya :
a. Pembentukan suatu endapan berwarna
Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur Mohr untuk penetapan klorida
dan bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari, misalnya ion klorida
dengan larutan perak nitrat, sedikit kalium kromat ditambahkan untuk
berfungsi sebagai indicator. Pada titik akhir, ion kromat akan bergabung
dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah, yang sangat
sedikit sekali dapat larut.
b. Penggunaan indikator adsorbsi
Titrasi argentometri cara Fayans adalah jenis titrasi pengendapan
yang menggunakan indikatoradsorbsi, yaitu Fluoresin, suatu asam organik
yang diberi symbol HFl (untuk mempermudah) dan selanjutnya akan terion
menjadi Fl-. Teori tentang aksi indikator-indikator ini didasarkan pada sifat
koloid.Bila suatu larutan klorida dititrasi denga larutan perak nitrat, perak
klorida yang mengendap mengadsorbsi ion-ion klorida (suatu endapan
cenderung mengadsorbsi ion-ionnya sendiri); ini boleh disebut lapisan
teradsorbsi primer, dan ia akan menahan dengan adsorbsi sekunder, ion-ion
yang bermuatan berlawanan yang berada dalam larutan. Segera setelah
tercapai titik stoikiometri, ion perak akan terdapat berlebih; ion ini sekarang
akan diadsorbsi primer, dan ion nitrat akan ditahan dengan adsorbs sekunder.
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
i)
j)
k)
l)
m)
n)
Labu ukur
Pipet tetes
Pipet gondok
Neraca
Statif
Ring corong
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
Bahan :
a) Padatan AgNO3
b) Padatan NaCl p.a
c) Sampel garam dapur
d) Akuades
e) Indikator Fluoresein
f) Indikator Metil Merah
g) Indikator Fenolftalein
h) Indikator K2CrO4 5%
F. Langkah Kerja
Pembuatan larutan standar AgNO3 0,1 N
1.
2.
3.
Tambahkan lagi akuades perlahan hingga tanda batas. Kocok dengan metode
burble hingga merata.
4.
Simpan larutan dalam botol gelap yang bersih dan kering. Bilas dengan sedikit
larutan dan pindahkan semua larutan dalam botol kemudian beri label bahan
kimia.
2. Masukkan larutan NaCl kedalam labu ukur 100 ml, dan tanda
bataskan.Kocok dengan metode burble untuk lebih homogen.
3. Hisap larutan NaCl dengan pipet volumetric sebanyak 25 mL. Masukkan
ke labu Erlenmeyer.Tambahkan indicator fluoresein 3-5 tetes.
4. Masukkan larutan AgNO3 ke dalam buret 50 mL.
5. Lakukan titrasi hingga 3 kali.
Padatan AgNO3
1702 mg
NaCl p.a
Berat
0,5852 g
II
III
Perubahan
Awal Titrasi
0,00
24,29 mL
0,00 mL
Tidak Berwarna
AkhirTitrasi
mL
24,29
48,56 mL
24,26 mL
Hijau Muda
Pemakaian
mL
24,29
24,27 mL
24,26 mL
Warna
mL
Rata-Rata
24,27 mL
Garam Dapur
0,8998 g
I
0,00 ml
15,21 ml
15,21 ml
II
III
15,51 ml
30,90 ml
30,90 ml
46,20 ml
15,39 ml
15,30 ml
15,30 ml
H. Perhitungan
Penentuan Normalitas AgNO3
Diketahui :
Volume AgNO3 rata-rata = 24,27 mL
Volume NaCl p.a = 25 mL
N NaCl = 0,1 N
Perubahan Keadaan
Tidak Berwarna
Terbentuk Endapan Putih
-
V NaCl N NaCl
N AgNo 3
NAgNO3 =
25 ml 0,1 N
24,27 mL
NAgNO3 = 0,103 N
Penentuan kadar klorida dalam sampel garam dapur
Diketehui :
%NaCl =
= 52,28 %
%Cl =
= 31,12 %
I. Pembahasan
harus
VAgNO3
NAgNO3 = VNaCl
NNaCl
larutan
diteteskan
indicator
metil
merah,
yang
Pengaturan pH sangat perlu agar tidak terlalu rendah ataupun terlalu tinggi
,karena :
a. Bila pH terlalu tinggi maka dapat terbentuk AgOH yang akan terurai
menjadi Ag2O sehingga titran akan banyak dipakai .
2Ag+(aq) + 2OH(aq)
2AgOH (s) + H2O(l)
b. Bila pH terlalu rendah, ion CrO42- sebagian berubah menjadi ion
Cr2O72- dan akan mengurangi konsentrasi indicator dan menyebabkan
tidak timbul endapan atau sangat lambat.
2H+(aq) + 2CrO42- (aq)
Cr2O72-(aq) + H2O(l)
Awalnya, AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk
AgCl berupa endapan putih sebelum tercapainya titik ekivalen,
dengan reaksi :
Ag+
( 1,1 x 1012 )
[CrO4 ] > ( 1,05 x 105 ) 2
2-