Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah


Negara yang tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus
perdagangan maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara
para pengusaha dalam satu wilayah negara saja, tetapi juga dengan para
pedagang dari negara lain, tidak terkecuali Indonesia. Bahkan hubunganhubungan dagang tersebut semakin beraneka ragam, termasuk cara
pembayarannya. Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak
ada suatu Negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling
membutuhkan dan saling mengisi.
Setiap Negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya
alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial.
Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan,
komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. secara
langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang
dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya.
Maka dari itu antara negara-negara yang terdapat didunia perlu terjalin
suatu hubungan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara
tersebut. Transakasi perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan
istilah ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang
tidak lebih dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha
yang bertempat tinggal atau berdomisili dinegara-negara yang berbeda.
Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut ataupun
darat ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara para
pengusaha yang mempunyai bahasa, kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang
berbeda-beda

BAB II
PEMBAHASAN

A. Prosedur Impor Barang (Custom Clearance)

Prosedur Impor Semua barang yang masuk ke Indonesia harus


mengalami proses persetujuan oleh Bea Cukai dan kemudian dikenakan bea
cukai dan pajak lain yang berkaitan dengan impor kecuali jika secara hukum
yang berlaku barang tersebut dibebaskan untuk tidak membayar bea. Ada
beberapa langkah yang terkait dengan Prosedur Impor : Prosedur untuk
masuk sebelum izin Pemberitahuan
Semua barang yang masuk ke Indonesia harus mengalami proses
persetujuan oleh Bea Cukai dan kemudian dikenakan bea cukai dan pajak
lain yang berkaitan dengan impor kecuali jika secara hukum yang berlaku
barang tersebut dibebaskan untuk tidak membayar bea. Ada beberapa
langkah yang terkait dengan Prosedur Impor :
1.

Prosedur untuk masuk sebelum izin


Barang impor dapat dikatakan sah secara hukum masuk setelah
kedatangan kapal melalui batas-batas pelabuhan masuk. Begitu kapal
datang, Master atau agen nya wajib mengajukan Deklarasi Umum
mencakup semua kargo dan perlengkapan di kapal ke Kantor Pelayanan
Bea Cukai paling lambat per tanggal kedatangan, kecuali jika barang
dating pada hari Minggu dan Hari Libur, pengajuan harus dilengkapi
dengan informasi berikut:
a. Nama dan bendera kapal dan juga nama tuannya;
b. Negara Asal, tempat (s) dan pembebanan / keberangkatan;
c. Jumlah, tanda, penomoran, dan deskripsi lain dari kemasan barang,
termasuk berat dan volume (isi kubik);
d. Jenis dan jumlah barang yang tidak dikemas.
Setelah melaporkan isi kapal ke Kantor Pelayanan Bea Cukai,
barang dapat dibongkar di dermaga resmi dan tempat (tempat pendaratan
disetujui), atau pada tempat lain yang berwenang sesuai dengan
permintaan dari carrier.

2.

Pemberitahuan

Barang bisa dinyatakan sebagai miliknya oleh importir atau bisa di


atas namakan broker pabean. Pemberitahuan dimaksudkan untuk
mendapatkan clearance barang untuk langsung digunakan atau impor
sementara harus melakukan hal sebagai berikut:
a. untuk mengajukan deklarasi pengimpor (PIB), bersama dengan
dokumen pendukung yang relevan seperti: faktur komersial, tagihan
saluran napas atau B / L, packing list, dll;
b. untuk membayar bea masuk dan pajak;
c. untuk memastikan keakuratan untuk khusus dalam PIB seperti antara
lain: klasifikasi atau HS / Kepabeanan kode, nilai custosm, dll
3.

4.

Impor Deklarasi
Deklarasi harus dibuat pada formulir deklarasi impor disebut Impor
Deklarasi (PIB) yang harus diajukan ke Kantor Pelayanan Bea Cukai
selama jam kantor.
Setelah Pemberitahuan di submit,, barang diizinkan untuk disimpan
di gudang sementara (gudang atau ruang terbuka) pelabuhan untuk
jangka waktu maksimal 2 bulan, dimulai sejak tanggal pembongkaran,
namun di Tanjung Priok, periode maksimum penyimpanan sementara
hanya 1 bulan. Barang-barang yang belum di clearance dalam waktu
yang ditentukan akan dianggap sebagai barang tidak diklaim di mana Bea
Cukai berwenang untuk menghapus, menghancurkan, ekspor ulang, atau
menjual barang-barang tersebut melalui lelang.
Dalam hal barang tidak di klaim dalam waktu satu tahun dan jika
importir tidak melunasi biaya yang dikeluarkan untuk pemindahan dan
penyimpanan barang, maka Bea Cukai berwenang untuk menjual barang
tersebut secara lelang atau melepaskan barang seperti diputuskan oleh
Menteri Keuangan.
Hasil penjualan tersebut digunakan untuk menutupi bea masuk,
pajak dan biaya lainnya. Jumlah tersebut akan dikembalikan kepada
importir jika klaim dibuat dalam jangka waktu 3 tahun dimulai dari
tanggal penyimpanan di Gudang Bea Cukai. Jika tidak diklaim akan
dimasukan sebagai pendapatan Negara.
Dokumentasi
PIB antara lain memerlukan informasi berikut:

a. nama, pekerjaan dan alamat pemberitahu;


b. nama pembawa dan tuannya;
c. negara asal;
d. tempat di mana barang disimpan (gudang, ruang terbuka, gudang,
dll);
e. kualitas, deskripsi barang untuk tujuan klasifikasi dan penilaian.
f. PIB harus dilengkapi dengan dokumen pendukung seperti faktur, bill
of lading, asuransi, daftar pengepakan, lisensi impor untuk jenis
barang tertentu.
5.

6.

7.

Pemeriksaan Barang Impor


Pemeriksaan biasanya dilakukan di tempat yang ditentukan secara
hukum selama jam kerja. Ruang lingkup pemeriksaan biasanya hingga
10%, namun ketika suatu pelanggaran terdeteksi, pemeriksaan
menyeluruh akan dilakukan.
Pemberitahu bertanggung jawab untuk bongkar muat, membongkar,
mengemas, dan menyediakan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk
pemeriksaan barang. Ketika dalam pemeriksaan terdapat perbedaan,
sampel barang dapat diekstraksi untuk klasifikasi yang tepat dan
penilaian nilai, bea, dan pajak atau untuk tujuan lain sebagaimana
mungkin ditentukan oleh Bea Cukai.
Penilaian Barang yang kena Bea Cukai
Bea diklasifikasikan sebagai ad valorem dan spesifik. Sebuah tugas
ad valorem adalah persentase yang diterapkan pada nilai yg kena bea
cukai dari barang impor. Sedangkan tugas tertentu adalah jumlah yang
ditentukan per unit berat, gauge atau pengukuran lain kuantitas, misalnya
Rp.10, 000.00 per kilogram di bawah sistem matrix.
Pembayaran Bea Masuk
Pembayaran bea dan pajak untuk barang impor harus dilakukan
melalui bank devisa. Adapun barang yang dibawa oleh penumpang yang
datang dari luar negeri yang tidak memenuhi kriteria sebagai barang
komersial, pembayaran bea dan pajak dapat dilakukan pada Kantor
Pelayanan Bea Cukai di bandara. Penumpang akan diberikan tanda

8.

terima di tempat untuk tugas dibayar. Setiap kelebihan pembayaran bea


dikembalikan dan kurang bayar adalah tagihan.
Rilis Barang
Barang impor utama harus dilepaskan segera, namun, ketika suatu
pelanggaran terdeteksi, pemeriksaan ulang menyeluruh akan dilakukan
oleh Bea Cukai. Pelepasan barang akan dikenakan prosedur kepabeanan
normal. Dalam hal nilai barang impor tidak dapat dinilai segera karena
kebutuhan analisis laboratorium, Bea Cukai dapat mengizinkan
pelepasan barang setelah mengambil sampel atau memperoleh
dokumentasi teknis rinci dan pengimpor atau pemberitahu telah
mengajukan jaminan untuk menjamin pembayaran setiap bea masuk
tambahan dan pajak mungkin akan dikeluarkan.

Barang Rusak, Hancur atau Lupa


Menteri Keuangan diberi kuasa untuk menghapus keseluruhan atau
sebagian tugas dibayarkan pada barang-barang terkena bea impor yang
tidak dapat dihindari oleh kecelakaan atau hilang, rusak atau hancur pada
setiap saat setelah kedatangan dalam batas dan sebelum penghapusan
dari kontrol Bea Cukai.
10. Impor Sementara
Untuk memfasilitasi perdagangan, Bea Cukai telah menyediakan
fasilitas untuk impor sementara. Fasilitas ini memungkinkan importir
untuk mengimpor barang untuk sementara waktu tanpa pembayaran
kewajiban dalam kondisi, dalam jangka waktu tertentu, barang harus
diekspor kembali. Jika tidak, barang akan dianggap sebagai permanen
diimpor atau digunakan dan importir wajib membayar bea dan pajak
yang dikeluarkan serta denda sebesar 100% dari bea cukai dibayar.
9.

a. Barang yang memenuhi syarat untuk memperoleh fasilitas masuk


sementara tersebut adalah sebagai berikut:
b. Barang digunakan untuk seminar dan sejenisnya;
c. Barang digunakan untuk tujuan hiburan umum;
d. Barang digunakan oleh para ahli untuk penelitian, pendidikan, tujuan
agama, dan budaya, dan untuk membuat film / film;
e. Wadah yang digunakan untuk mengangkut barang berulang kali;
f. Barang digunakan untuk sampel, model atau cetakan;

g. Artikel yang digunakan untuk permainan;


h. Kendaraan atau sarana transportasi yang digunakan oleh wisatawan
sendiri;
i. Artikel yang digunakan untuk operasi pengeboran minyak;
j. Artikel yang akan diperbaiki, direkondisi, dimodifikasi, diuji atau
dipertahankan;
k. Binatang hidup digunakan untuk hiburan publik, pelatihan,
berkembang biak atau sejenisnya.

B.

Syarat-syarat Impor
1. Memiliki izin ekspor berupa :
a. API (Angka Pengenal Impor) untuk Importir Umum berlaku selama
perusahaan menjalankan usaha.
b. APIS (Angka Pengenal Impor Sementara) berlaku untuk jangka waktu
2 tahun dan tidak dapat diperpanjang.
c. API(S) Produsen untuk perusahaan diluar PMAatau PMDN.
d. APIT (Angka Pengenal Impor Terbatas) untuk perusahaan
PMA/PMDN
2. Persyaratan untuk memperoleh APIS :
a. Memiliki SIUP perusahaan besar atau menengah
b. Keahlian dalam perdagangan impor
c. Referensi bank devisa
d. Bukti kewajiban pajak (NPWP)
3. Persyaratan untuk memperoleh API :
a. Wajib memiliki APIS
b. Telah melaksanakan impor sekurang 4 kali dan telah mencapai
nilai nominal US$ 100.000,00
c. Tidak pernah ingkar kontrak impor
Prosedur Impor
Pesatnya perkembangan industri & perdagangan menimbulkan tuntutaan
pelaku industri agar pemerintah dapat memberikan kepastian hukum bagi
dunia usaha,khususnya Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal

Bea Cukai yang berfungsi sebagai fasilitasi perdagangan international harus


mempunyai kerangka hukum kepabeanan yang dapat mengantisipasi
perkembangan industri dalam rangka memberikan pelayanan dan pengawasan
yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah.
Kita sudah mempunyai kerangka hukum kepabeanan yaitu UU
No.10/1995 diperbaharui dengan UU No.17 tahun 2006 dan

Beberapa

Peraturan Menteri Keuangan, yang kemudian tata laksananya pelaksanaanya


diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal, tetapi dalam pelaksanaan dan
penerapannya tetap saja ada kendala sehingga menghambat percepatan arus
keluar barang.
Dalam importasi, khususnya impor untuk dipakai, dikenal dua penetapan
jalur pengeluaran barang yaitu Jalur Hijau dan Jalur Merah, sebagaimana
tertuang pada pasal 17 Kep Dirjen BC No.07/2003 tgl 31 Januari 2003
tentang Petunjuk Pelaksanan Tatalaksana Impor yang diperbaharui dengan
Kep Dirjen BC No.68 /2003 tgl 31 Maret 2003.
Pada Pasal 52 ayat 1 Keputusan DJBC tersebut, dikatakan bahwa
Kepastian Jangka Pelayanan Penyelesaian Barang Impor untuk dipakai :
a. Pelayanan PIB sampai dengan penetapan jalur pengeluaran barang impor

untuk dipakai dalam waktu paling lama 4 jam kerja sejak penerimaan PIB.
b. Dalam hal ditetapkan Jalur Merah,pelaksanaan pemeriksaan harus sudah
dimulai dalam waktu paling lama 12 jam kerja sejak penetapan jalur, dan
SPPB harus diterbitkan paling lama dalam waktu 24 jam kerja sejak LHP
diterima,dalam hal jumlah dan jenis barang yang diberitahukan kedapatan
sesuai serta nilai transaksi yang diberitahukan dapat diterima sebagai nilai
pabean
c. Penetapan Klasifikasi barang, pembebanan dan nilai pabean harus
dilakukan paling lama dalam waktu 29 hari terhitung sejak pendaftaran
PIB
Praktek dilapangan yang terjadi untuk penetapan Jalur Merah, sering
tidak sesuai dengan bunyi peraturan tersebut.
Untuk kita dapat menemukan pemeriksanya saja, kadang lama dan baru
sehari kemudian didapat nama pemeriksa, lalu dibuatkan LHP untuk

kemudian direkam dan diverifikasi lagi oleh Pejabat BC, dan kadang 2 hari
baru selesai dan terbit SPPB, kalau nasib baik. Tetapi jika tidak, yang ada
akan keluar Notul karena nilai pabean atau klasifikasi barang.

C.

Barang Impor
Seluruh jenis barang yang terdaftar sebagai barang impor dan sesuai
dengan ketentuan perpajakan dan kepabeanan yang berlaku.
1. Kelompok Importir
Dalam perdagangan internasional, memikul tanggungjawab atas
terlaksananya dengan baik barang yang diimpor. Hal ini berarti pihak
importir menanggung resiko atas segala sesuatu mengenai barang yang
diimpor, baik resiko kerugian, kerusakan, keterlambatan serta resiko
manipulasi dan penipuan.
Kelompok ini biasanya sering disebut dengan pembeli (buyer), yang
terdiri dari :
a. Pengusaha Impor (Import-Merchant)
Lazim disebut dengan Import Merchant adalah badan usaha
yang diberikan izin oleh pemerintah dalam bentuk Tanda Pengenal
Pengakuan Impor (TAPPI) untuk mengimpor barang-barang yang
bersifat khusus yang disebutkan dalam izin tersebut, dan tidak berlaku
untuk barang lain selain yang telah diizinkan.
b. Aproved Importer (Approved-Traders)
Merupakan pengusaha impor biasa yang secara khusus
disistimewakan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen
Perdagangan untuk mengimpor komoditi tertentu untuk tujuan tertentu
pulayang dipandang perlu oleh pemerintah.
c. Importir Terbatas
Guna memudahkan perusahaan-perusahaan yang didirikan
dalam rangka UU PMA/PMDN maka pemerintah telah memberi izin
khusus pada perusahaan PMA dan PMDN untuk mengimpor mesinmesin dan bahan baku yang diperlukannya sendiri (tidak
diperdagangkan).Izin yang diberikan dalam bentuk APIT (Angka
Pengenal Impor Terbatas), yang dikeluarkan oleh BKPM atas nama
Menteri Perdagangan.
d. Importir Umum
8

e.

Perusahaan impor yang khusus mengimpor aneka macam


barang dagang, perusahaan yang biasanya memperoleh status sebagai
impotir umum ini kebanyakan hanyalah Persero Niaga yang sering
disebut dengan Trading House atau Wisma Dagang yang dapat
mengimpor barang-barang mulai dari barang kelontong sampai
instalasi lengkap suatu pabrik.
Sole Agent Importer
Perusahaan asing yang berminat memasarkan barang di
Indonesia seringkali mengangkat perusahaan setempat sebagai Kantor
Perwakilannya atau menunjuk suatu Agen Tunggal yang akan
mengimpor hasil produksinya di Indonesia.

2. Kelompok Identor

Bilamana kebutuhan atas suatu barang belum dapat dipenuhi dari


produksi dlam negri, maka terpangsa diimpor dari luar negri. Di antara
barang-barang kebutuhan itu ada yang di impor untuk konsumsi sendiri
dan adakalanya untuk dijual kembali.
Dalam melakukan pembelian barang terkadang importir atau pembeli
membeli langsung ke penjual ataau eksportir tapi terkadang juga pihak
pembeli menggunakan pihak ketiga sebagai importir, hal ini karena
mereka telah terbiasa dalam mengimpor barang dengan cara memesannya
(indent).
Para indentor ini pada umumnya terdiri atas :
a. Para pemakai langsung
Para kontraktor minyak dari Amerika sudah biasa memesan
makanan dan minuman kaleng langsung dari negrinya, yang impor
untuk kebutuhan konsumsi tenaga asing yang bekerja di Indonesia.
b. Para pedagang
Pengusaha toko yang ada di Tanah Abang, para pengelola
swalayan, department store biasanya melakukan indent dalam
memenuhi kebutuhan barang-barang dagangnya.
c. Para pengusaha perkebunan, industriawan, dan instansi pemerintah

d.

Kebanyakan para pengusaha industri dan perkebunanserta


instansi pemerintahdalam memenuhi kebutuhannya biasanya
menempatkan indentpada para importir.
Dalam menyusun dan menandatangani kontrak indentantara
indentor dan importir, kedua belah pihak seyogyanya haruslah
berhati-hati.Dalam prakteknya tidak jarang kontrak indent dapat
membawa kericuhan, dan bahkan seringkali dijadikan alat
manipulasi impor, baik oleh indentor maupun importir.
Kelompok Promosi
Masalah perdagangan luar negri sudah merupakan bagian yang
tidak dapat dipasahkan dari masalah ekonomi nasional seluruhnya.
Agar kegiatan perdagangan ekspor impor dapat berjalan dan
mendatangkan devisa yang besar bagi negara perlu pula dukungan
dari berbagai pihak yang secara tidak langsung terlibat dalam
kegiatan tersebut, salah satunya adalah kelompok promosi.
Kelompok promosi iji terdiri atas berbagai bagian antara lain :
1) Kantor Perwakilan dari produsen / eksportir asing di negara
konsumen atau importer
2) Kantor Perwakilan Kamar Dagang dan Industri dalam dan luar
negri
3) Misi perdagangan dan pameran dagang internasional 9trade fair)
yang senantiasa diadakan di pusat perdagangan dunia seperti
Jakarta Fair, Tokyo Fair, Hannover Fair dan sebagainya.
4) Badan Pengembangan Ekspor Nasional ( BPEN )- suatu instansi
khusus yang didirikan oleh Departemen Perdagangan untuk
melakukan kegiatan pengembangan dan promosi komoditi
Indonesia ke luar negri, serta badab usaha lain seperti
Indonesian Trade Center yang didirikan disejumlah negara.
5) Kantor Bank Devisa ( DN/LN )
6) Atase Perdagangan di tiap-tiap kedutaan di luar negri.
7) Majalah Dagang dan Industri termasuk lembaran buku kuning
buku petunjuk telepon yang merupakan sarana promosi yang
lazim juga.
8) Brosur dan leaflet yang dibuat oleh masing-masing pengusaha
ekspor termasuk price list yang dikirim dengan cuma-cuma.

10

9)
3. Kelompok Pendukung
Walaupun ekspotir maupun importir menjadi pelaku utama dalam
perdagangan internasional namun kita tidak dapat mengabaikan peran dari
pihak lain yang dapat melancarkan kegiatan eksportir dan importir. Pihakpihak yang dimaksud adalah kelompok pendukung, yang mendukung
terlaksananya kegiatan ekspor impor atau perdagangan internasional.
Termasuk dalam kelompok ini antara lain :
a.

b.

c.

d.

e.

Badan Usaha Transportasi


Dengan berkembangnya ekspor dan juga dengan adanya
perombakan dalam bidang angkutan baik darat, laut maupun udara,
dengan munculnya jasa pengangkutan yang dikenal dengan istilah
freight forwader. Tugas dari badan ini adalah pengumpulan muatan,
penyelenggaraan pengepakan sampai membukukan muatan yang
diperdagangkan.
Bank Devisa.
Pihak yang memberikan jasa perkreditan dan pembiayaan,
baik dalam bentuk kredit ekspor maupun sebagai uang muka jaminan
L/C impor. Disamping itu bank devisa sangat diperlukan pada
pembukaan L/C, penerimaan L/C, penyampaian dokumen-dokumen,
maupun pada saat menegosiasi dokumen-dokumen tersebut.
Maskapai Pelayaran
Perusahaan pelayaran masih memegang peranan yang amat
penting dalam pengangkutan barang atau muatan hingga sampai ke
tujuan.
Maskapai Asuransi
Resiko atas barang baik di darat maupun di laut tidak
mungkin dipikul sendiri oleh para eksportir dan importir. Dalamhal
ini maskapai asuransi memegang peranan yang tidak dapat diabaikan
dalam merumuskan persyaratan kontrak yang dapat menjamin resiko
yang terkecil dalam tiap transaksi itu.
Kantor Perwakilan atau Kedutaan
Selain untuk membantu promosi, kantor kedutaan di luar
negri dapat pula mengeluarkan dokumen legalitas seperti consuler

11

invoice yang berfungsi mengecek dan mensahkan pengapalan suatu


barang dari negara tertentu.

f.

g.

Surveyor
Badan ini bertugas sebgai juru periksa terhadap kualitas, cara
pengepakan, keabsahan dokumen-dokumen bagi barang-barang yang
akan di ekspor atau di impor, di Indonesia perusahaan yang ditunjuk
sebagai juru periksa adalah PT. Sucofindo.
Pabean.
Pabean sebagai alat pemerintah bertindak sebagai pengaman
lalulintas barang serta dokumen yang masuk ke wilayah pabean.

D. Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Menggunakan

Jaminan (Vooruitslag)
1.

2.

3.

4.

Siapakah yang dapat memperoleh fasilitas pengeluaran barang impor


untuk dipakai dengan menggunkan jaminan?
Importir yang telah mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas
pembebasan atau keringanan bea masuk dan pajak dalam rangka impor,
dan/atau cukai, dan atas permohonan dimaksud belum diterbitkan
keputusan mengenai pemberian fasilitas tersebut.
Apakah barang impor yang berada di Kawasan Pabean , Tempat
Penimbunan Sementara (TPS), atau tempat lain yang diperlakukan sama
dengan TPS, dapat dikeluarkan sebagai barang impor untuk dipakai?
Dapat yakni setelah dokumen pelengkap pabean dan jaminan diserahkan
ke kantor pabean.
Berapakah besarnya jaminan yang harus diserahkan ke Kantor Pabean?
Jaminan yang harus diserahkan adalah sebesar bea masuk, pajak dalam
rangka impor, dan/atau cukai yang terutang.
Jenis-jenis jaminan apa sajakah yang dapat dipergunakan?
a. Uang Tunai
b. Jaminan Bank
c. Jaminan dari Perusahaan Asuransi (Customs Bond)
d. Jaminan lainnya

12

5.

6.

7.

Apakah barang impor untuk penaggulangan bencana alam juga harus


mengikuti prosedur yang sudah berlaku?
Barang Impor untuk penanggulangan bencana alam dapat dikeluarkan
dari kawasan pabean sebelum pengajuan permohonan untuk memperoleh
fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk dan pajak dalam rangka
impor, dan/atau cukai.
Apakah barang impor yang termasuk barang larangan atau pembatasan
dapat menggunakan fasilitas ini?
Dapat, asalkan telah dipenuhi ketentuan impor barang larangan atau
pembatasan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku
Bagaimana prosedur untuk mendapatkan fasilitas ini?
Importir mengajukan surat permohonan kepada kepala kantor pabean

dengan menyebutkan alasannya.


8. Apakah permohonan tersebut pasti disetujui?
Hal tersebut tergantung pertimbangan Kepala Kantor, apabila disetujui,
Kepala Kantor Pabean menerbitkan surat keputusan tentang persetujuan
pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan menggunakan jaminan.
Namun jika tidak setujui, Kepala Kantor akan membuat surat penolakan
dengan menyebutkan alasan penolakan.
9. Bagaimanakah prosedur pemenuhan kewajiban pabean atas penggunaan
fasilitas ini?
Importir harus segera mengajukan pemberitahuan pabean
impor
disampaikan dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal diserahkannya dokumen pelengkap pabean.
Jangka waktu tersebut dapat diberikan perpanjangan paling lama 30 (tiga
puluh) hari oleh Kepala Kantor.
Jika masih diperlukan perpanjangan, importir wajib mengajukan
permohonan kepada direktur jenderal atau pejabat yang ditunjuk.
Perpanjangan jangka waktu yang terakhir ini diberikan paling lama 30
(tiga puluh) hari dan tidak dapat diperpanjang lagi.
10. Kapan batas akhir pelunasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor,
dan/atau cukai yang terutang?
Paling lama pada saat tanggal pendaftaran pemberitahuan Pabean.
11. Apakah Sanksi bagi importir yang tidak menyelesaikan kewajiban berupa
penyampaian pemberitahuan pabean dan membayar bea masuk dan pajak

13

dalam rangka impor, dan/atau cukai yang terutang, sesuai dengan jangka
waktu yang ditentukan?
Importir Wajib Membayar:
a. Bea masuk dan pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai yang
terutang.
b. Sanksi administrasi berupa denda sebesar 10% (sepuluh persen) dari
bea masuk yang wajib dilunasi dan bunga sebesar 2% (dua persen)
per bulan dari pajak dalam rangka impor yang wajib dilunasi

E.

Perbedaan Serta Pemahaman Ekspor Dan Impor


Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan
sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang
telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Proses ekspor pada
umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari
dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara
besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara
pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan
internasional. Penjualan barang oleh eksportir keluar negeri dikenai berbagai
ketentuan dan pembatasan serta syarat-syarat khusus pada jenis komoditas
tertentu termasuk cara penangan dan pengamanannya. Setiap negara memiliki
peraturan dan ketentuan perdagangan yang berbeda-beda. Khusus ekspor
komoditas pertanian dan perikanan di indonesia sebagaian besar tidak
memiliki ketentuan dan syarat yang terlalu rumit bahkan pemerintah saat ini
mempermudah setiap perusahaan untuk mengekspor hasil pertanian dan
perikanannya ke luar negeri.
Impor adalah proses pembelian barang atau jasa asing dari suatu
negara ke negara lain. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan
campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor
adalah bagian penting dari perdagangan internasional. Jika perusahaan
menjual produknya secara lokal, mereka dapat manfaat karena harga lebih
murah dan kualitas lebih tinggi dibandingkan pasokan dari dalam negeri.
Impor juga sangat dipengaruhi 2 faktor yakni, pajak dan kuota. Tingkat impor
dipengaruhi oleh hambatan peraturan perdagangan. Pemerintah mengenakan
tarif (pajak) pada produk impor. Pajak itu biasanya dibayar langsung oleh
importir, yang kemudian akan membebankan kepada konsumen berupa harga
14

lebih tinggi dari produknya. Demikianlah sebuah produk mungkin berharga


terlalu tinggi dibandingkan produk yang berasal dari dalam negeri. Ketika
pemerintah asing menerapkan tarif, kemampuan perusahaan asing untuk
bersaing di Negara-negara itu dibatasi. Pemerintah juga dapat menerapkan
kuota pada produk impor, yang membatasi jumlah produk yang dapat dimpor.
Jenis hambatan perdagangan seperti ini bahkan lebih membatasi
dibandingkan tarif, karena secara eskpilit menetapkan batas jumlah yang
dapat dimpor.

15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan adanya berbagai macam peraturan yang telah di tetapkan


pemerintah dalam kegiatan ekspor impor tersebut, maka kegiatan ekspor
impor akan dapat berjalan dengan lancer dan terkendali. Lain halnya jika
kegiatan tersebut tidak di dasari dengan peraturan-peraturan atau tata laksana
sebagai syarat utama pengendali kegiatan tersebut, maka akan banyak terjadi
berbagai macam penyalahgunaan atau penyelewengan,penyelundupan
barangf-barang dari luar negeri.
1. Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan bersama.
2. Manfaat melakukan perdagangan Internasional adalah :
a. Memperoleh barang yang tidak dapat di produksi di negeri sendiri
b. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
c. Memperluas pasar dan menanmbah keuntungan
d. transfer teknologi modern
3. Sebab-sebab terjadinya perdagangan Internasional yaitu :
a. Revolusi informasi dan transformasi
b. Interpendensi Kebutuhan
c. Liberalisasi Ekonomi
d. Asas Keunggulan Kompratif
e. Kebutuhan Devisa
4. Ketentuan perdagangan Internasional terbagi atas dua wilayah yaitu
ekspor dan impor.
5. Pelaku perdagangan Internasional yaitu kelompok ekportir, importir,
identor, promosi dan kelompok pendukung.

16

B.

SARAN
Sebagai penutup dari makalh ini maka saya akan memberikan
beberapa saran atau komentar tentang kegiatan ekspor impor tersebut.
Sebaiknya dalam melakukan kegiatan ekspor impor, kita harus lebih jeli dan
waspada terhadap barang-barang yang akan kita kirimkan ataupun barangbarang yang akan kita terima, terutama pada barang-barang yang akan kita
terima dari luar negeri, karena bias saja terjadi pemalsuan barang atau
penipuan dengan barng yang tidak orisinil/tidak asli. Jangan sampai kita
tertipu dengan hal seperti itu, jadi kita harus waspada.

17

Anda mungkin juga menyukai