Anda di halaman 1dari 37

Proses pembentukan minyak bumi

Minyak bumi dan gas alam diduga berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati
sekitar 150 juta tahun yang lalu. Dugaan tersebut didasarkan pada kesamaan unsur-unsur yang
terdapat dalam bahan tersebut dengan unsur-unsur yang terdapat pada makhluk hidup. Sisa-sisa
organisme itu mengendap di dasar laut, kemudian ditutupi oleh lumpur yang lambat laun mengeras
karena tekanan lapisan diatasnya sehingga berubah menjadi batuan. Sementara itu bakteri anaerob
menguraikan sisa-sisa organisme itu sehingga menjadi minyak bumi dan gas yang terperangkap di
antara lapisan-lapisan kulit bumi. Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini membutuhkan
waktu yang sangat lama. Bahkan sepanjang umur kita pun belum cukup untuk membuat minyak
bumi dan gas. Jadi kita harus melakukan penghematan dan berusaha mencari sumber energi
alternatif.

Komposisi minyak bumi


Minyak bumi hasil pengeboran masih berupa minyak mentah (crude oil) yang kental dan hitam.
Crude oil ini terdiri dari campuran hidrokarbon yaitu
1. Alkana
Senyawa alkana yang paling banyak ditemukan adalah n-oktana dan isooktana (2,2,4trimetil pentana)
2. Hidrokarbon aromatisDiantaranya adalah etil benzene
3. Sikloalkana Antara lain siklopentana dan etil sikloheksana
4. Belerang (0,01-0,7%)
5. Nitrogen (0,01-0,9%)
6. Oksigen (0,06-0,4%)
7. Karbon dioksida [CO2]
8. Hidrogen sulfida [H2S]

Pengolahan minyak bumi


Minyak bumi biasanya beradai 3-4 Km di bawah permukaan. Untuk mengambil minyak bumi tersebut
kita harus membuat sumur bor yang telah di sesuaikan kedalamannya. Minyak mentah yang
diperoleh ditampung dalam kapal tangker atau dialirkan ke kilang minyak dengan menggunakan
pipa. Minyak mentah yang tadi diperoleh belum bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar maupun
keperluan lainnya. Minyak mentah tersebut haruslah diolah terlebih dahulu. Minyak mentah
mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 hingga C-50. Pengolahan minyak
bumi dilakukan melalui distilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompokkelompok dengan titik didih yang mirip. Hal tersebut dilakukan karena titik didih hidrokarbon
meningkat seiring dengan bertambahnya atom karbon (C) dalam molekulnya.
Mula mula minyak metah dipanaskan pada suhu sekitar 400C. Setelah dipanaskan kemudian di

alirkan ke menara fraksionasi/destilasi

Menara destilasi
Dimenara inilah terjadi proses destilasi. Yaitu proses pemisahan larutan dengan menggunakan panas
sebagai pemisah. Syarat utama agar terjadinya proses destilasi adalah adanya perbedaan komposisi
antara fase cair dan fase uap. Dengan demikian apabila komposisi fase cair dan face uap sama maka
proses destilasi tidak mungkin dilakukan. Proses destilasi pada kilang minyak bumi merupakan
pengolahan secara fisika yang primer sebagai awal dari semua proses memproduksi BBM (Bahan
Bakar Minyak).

Skema penyulingan minyak

Minyak mentah hasil dari pengeboran di alirkan ke kapal tangker untuk kemudian di distribusikan ke
kilang minyak. Disinilah terjadi proses destilasi yang sudah di jalaskan di atas. Pertama, miyak
mentah dipanaskan dengan suhu sekitar 400 derajat C. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi
akan tetap berupa cairan dan akan mengalir turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih
randah akan menguap naik ke atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung.
Semakin keatas suhu di dalam menara fraksionasi itu semakin rendah. Dengan demikian, setiap kali
komponen dengan titik didih lebih tinggi naik, akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen
dengan titik didih lebih rendah akan terus naik ke bagian yang lebih atas lagi. Begitulah seterusnya,
sehingga komponen yang paling atas itu berupa gas. Komponen yang berupa gas itu disebut gas
petrolium. Kemudia gas petrolium tersebut dicairkan dan dikelan sebagai LPG (Liquefied Petroleum
Gas).
Hasil olahan minyak bumi

Dari skema di halaman sebelumnya kita dapat melihat hasil-hasil dari proses destilasi minyak
mentah. Diatnaranya yaitu :
LPG
Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA dengan brand ELPIJI, merupakan gas hasil produksi dari
kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propana (C3H8)
dan butana (C4H10) lebih kurang 99 % dan selebihnya adalah gas pentana (C5H12) yang dicairkan

Bahan bakar penerbangan


Bahan bakar penerbangan salah satunya avtur yang digunakan sebagai bahan bakar persawat
terbang.
Bensin
Bensin merupakan bahan bakar transportasi yang masih memegang peranan penting sampai saat ini.
Bensin mengandung lebih dari 500 jenis hidrokarbon yang memiliki rantai C5-C10. Kadarnya
bervariasi tergantung komposisi minyak mentah dan kualitas yang diinginkan.
Minyak tanah ( kerosin )
Bahan bakar hidrokarbon yang diperoleh sebagai hasil penyulingan minyak bumi dengan titik didih
yang lebih tinggi daripada bensin; minyak tanah; minyak patra.
Solar
Diesel, di Indonesia lebih dikenal dengan nama solar, adalah suatu produk akhir yang digunakan
sebagai bahan bakar dalam mesin diesel yang diciptakan oleh Rudolf Diesel, dan disempurnakan
oleh Charles F. Kettering.
Pelumas
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan diantara dua benda bergerak
untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua
permukaan yang berhubungan
Lilin
Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat.
Bahan bakar yang digunakan adalah paraffin
Minyak bakar
Minyak bakar adalah hasil distilasi dari penyulingan minyak tetapi belum membentuk residu akhir
dari proses penyulingan itu sendiri. Biasanya warna dari minyak bakar ini adalah hitam chrom.
Selain itu minyak bakar lebih pekat dibandingkan dengan minyak diesel
Aspal
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan
terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada
campuran beraspal yang

Dampak negatif penggunaan minyak bumi


1. Pencemaran udara
Turunnya kualitas udara akibat zat sisa dari pemakaian minyak bumi

2. Perubahan iklim
Penggunaan minyak bumi akan menghasilkan zat sisa berupa CO2. Gas tersebut dapat
menimbulkan efek rumah kaca di bumi sehingga terjadilah pemanasan global yang sekarang
ini sedang terjadi. Pemanasan global tersebutlah yang memicu perubahan iklim di berbagai
balahan dunia

3. Pencemaran air
Eksploitasi miyak bumi dengan menggunakan kapal tangker, tidak menutup kemungkinan
adanya kebocoran pada kapal tangker tersebut. Karena kapal tangker itu bocor, maka
minyak m

1. Proses Terbentuknya Minyak Bumi


Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad
mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut. Hasil peruraian yang
berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud gas menjadi gas
alam. Proses penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga untuk
membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya
minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, sehingga
dibutuhkan kebijaksanaan dalam eksplorasi dan pemakaiannya. Untuk
mendapatkan minyak bumi ini dapat dilakukan dengan pengeboran.
Minyak bumi merupakan campuran senyawa-senyawa hidrokarbon. Untuk dapat
dimanfaatkan perlu dipisahkan melalui distilasi bertingkat, yaitu cara pemisahan
fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya pada kolom
bertingkat.
Komponen utama minyak bumi dan gas alam adalah alkana. Gas alam
mengandung 80% metana, 7% etana, 6% propana, 4% butana dan isobutana,
sisanya pentana. Untuk dapat dimanfaatkan gas propana dan butana dicairkan
yang dikenal sebagai LNG (Liquid Natural Gas). Karena pembakaran gas alam
murni lebih efisien dan sedikit polutan, maka gas alam banyak digunakan untuk
bahan bakar industri dan rumah tangga. Dalam tabung kecil sering digunakan
untuk berkemah, piknik, dan sebagai pemantik api. LNG juga banyak digunakan
untuk bahan dasar industri kimia seperti pembuatan metanol dan pupuk.
Senyawa penyusun minyak bumi: alkana, sikloalkana, dan senyawa aromatik. Di
samping itu terdapat pengotor berupa senyawa organik yang mengandung S, N,
O, dan organo logam. Dari hasil distilasi bertingkat diperoleh fraksi-fraksi LNG,
LPG, petroleum eter, bensin, kerosin, solar, oli, lilin, dan aspal.

2. Fraksi-Fraksi Minyak Bumi


Fraksi

Titik Didih ( C)

Kegunaan
Jumlah
Atom C

Gas

(-160) - (-40)

1-4

Seperti LPG

Petroleum
Eter

30 - 90

5-7

Pelarut dan dry cleaning

Bensin

35 - 75

5 - 10

Seperti Premium

Nafta

70 - 170

8 - 12

Bahan baku industri


petrokimia

10 - 14

Bahan bakar pesawat

Kerosin dan 170 - 250


avtur

Solar

250 - 340

15 - 25

Bahan bakar mesin diesel

Oli

350 - 500

19 - 35

Pelumas

Parafin

350

> 20

Bahan baku lilin

Residu

> 500

> 70

Aspal dan pelapis


antibocor

Kualitas bensin ditentukan oleh bilangan oktan, yaitu bilangan yang


menunjukkan jumlah isooktan dalam bensin. Bilangan oktan merupakan ukuran
kemampuan bahan bakar mengatasi ketukan ketika terbakar dalam mesin yang
dapat merusak mesin. Semakin tinggi bilangan oktan maka semakin baik.
Pertamina mengeluarkan 3 produk bensin: Premium dengan bilangan oktan 80
88, Pertamax dengan bilangan oktan 91 92, dan Pertamax Plus dengan
bilangan oktan 95. Bilangan oktan dapat dinaikan dengan menambahkan MTBE
(Metyl Tertier Butil Eter).
Permintaan pasar terhadap bensin cukup besar. Maka untuk meningkatkan
produksi bensin dapat dilakukan dengan cara:
1.
Cracking (perengkahan), yaitu memecahkan molekul besar menjadi
molekul kecil.
2.
Reforming, yaitu mengubah struktur molekul rantai lurus menjadi rantai
bercabang.
3.
Alkilasi atau polimerisasi, yaitu penggabungan molekul-molekul kecil
menjadi molekul besar.

Pengolahan Minyak Bumi

Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi
diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh
ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau
ke kilang minyak.
Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang
sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun
untuk keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah
mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50.
Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang
berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi
dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke
dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.
bagan alirSecara umum Proses Pengolahan Minyak Bumi digambarkan sebagai
berikut:

1. DISTILASI
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak
mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan
suhu 370C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk
kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada
sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan
dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan
bertekanan tinggi).
Menara destilasi

Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas
kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen
yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah,
sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian
atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas,
suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga
setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan
komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi.
Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah
komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini
disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum
Gas).
Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi
meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon
sejumlah lebih dari 20.
Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara
lain sebagai berikut :

1. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50C
2. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85C
3. Kerosin (Minyak Tanah)
Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105C
4. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135C
5. Minyak Berat
Rentang ranai karbon : C31 sampai C40
Trayek didih : 135 sampai 300C
6. Residu
Rentang rantai karbon : di atas C40
Trayek didih : di atas 300C
Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih
lanjut yang meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi,I treating, dan
blending.
2. CRACKING
Setelah melalui tahap destilasi, masing-masing fraksi yang dihasilkan dimurnikan
(refinery), seperti terlihat dibawah ini:
Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar
menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh cracking ini
adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi bensin.
Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi
gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock
(ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan
pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang

istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat
anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran
isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur
molekul hidrokarbon.
Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :

a. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan
tekanan yang rendah.
Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :
crack 1
b. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis
yang digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan
katalitik melalui mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis
karena bersifat asam menambahkna proton ke molekul olevin atau menarik ion
hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium :
crack1
c. Hidrocracking
Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk
menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan
tinggi. Keuntungan lain dari Hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang
terkandung dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian
dipisahkan.
3. REFORMING
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang
baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon
bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama bentuk
strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut isomerisasi.
Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
Contoh reforming adalah sebagai berikut :

http://4.bp.blogspot.com/_dpvlKce_AE/S_DzicusLWI/AAAAAAAAAAM/9OtFPpR2QAc/s320/halaman_8_clip_imag
e002_0008.gif

Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari hidrokarbon


parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi. Pada proses ini

digunakan katalis molibdenum oksida dalam Al2O3 atauplatina dalam


lempung.Contoh reaksinya :

http://1.bp.blogspot.com/_dpvlKce_AE/S_D0CdMZ4RI/AAAAAAAAAAU/pZuz5JGiN4o/s320/a.gif
4.ALKILASI
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi molekul
yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan katalis asam
kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis). Reaksi secara umum
adalah sebagai berikut:

RH + CH2=CRR R-CH2-CHRR

Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul


besar. Reaksi umumnya adalah sebagai berikut :

M CnH2n Cm+nH2(m+n)

Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena dengan senyawa


isobutana menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu isooktana.

http://3.bp.blogspot.com/_dp-vlKce_AE/S_D01svObI/AAAAAAAAAAc/eVDdiD9xq6I/s320/b.gif

5. TREATING

Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotorpengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :

Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor


yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.
Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat molekul tinggi
dari fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas dengan pour
point yang rendah.
Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk minyak
pelumas
Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.
Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam minyak bumi
atau gas, namun keberadaannya tidak dinginkan karena dapat menyebabkan
berbagai masalah, termasuk di antaranya korosi pada peralatan proses,
meracuni katalis dalam proses pengolahan, bau yang kurang sedap, atau produk
samping pembakaran berupa gas buang yang beracun (sulfur dioksida, SO2) dan
menimbulkan polusi udara serta hujan asam. Berbagai upaya dilakukan untuk
menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi, antara lain menggunakan
proses oksidasi, adsorpsi selektif, ekstraksi, hydrotreating, dan lain-lain. Sulfur
yang disingkirkan dari minyak bumi ini kemudian diambil kembali sebagai sulfur
elemental.
Desulfurisasi merupakan proses yang digunakan untuk menyingkirkan senyawa
sulfur dari minyak bumi. Pada dasarnya terdapat 2 cara desulfurisasi, yaitu
dengan :

1. Ekstraksi menggunakan pelarut, serta

2. Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam minyak bumi


dalam bentuk senyawa merkaptan, sulfida dan disulfida) secara katalitik dengan
proses hidrogenasi selektif menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan senyawa
hidrokarbon asal dari senyawa belerang tersebut. Hidrogen sulfida yang
dihasilkan dari dekomposisi senyawa sulfur tersebut kemudian dipisahkan
dengan cara fraksinasi atau pencucian/pelucutan.

Akan tetapi selain 2 cara di atas, saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang lain
yaitu bio-desulfurisasi. Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara
selektif dari minyak bumi dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme,
yaitu dengan mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer yang dikatalis
oleh enzim hasil metabolisme mikroorganisme sulfur jenis tertentu, tanpa
mengubah senyawa hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi adalah
reaksi aerobik, dan dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan

proses ini adalah dapat menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan,
misalnya alkylated dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan
untuk proses bio-desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun
penelitian lebih lanjut juga dikembangkan untuk penggunaan mikroorganisme
dari jenis lain.
Proses ini mulai dikembangkan dengan adanya kebutuhan untuk menyingkirkan
kandungan sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas, yang terlalu sedikit
jika disingkirkan menggunakan amine plant, dan terlalu banyak untuk
disingkirkan menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan hidrokarbon,
bio-desulfurisasi juga digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari batubara.
Proses Shell-Paques Untuk Bio-Desulfurisasi Aliran Gas
Salah satu lisensi proses bio-desulfurisasi untuk aliran gas adalah Shell Paques
dari Shell Global Solutions International dan Paques Bio-Systems. Proses ini
sudah diterapkan secara komersial sejak tahun 1993, dan saat ini kurang lebih
terdapat sekitar 35 unit bio-desulfurisasi dengan lisensi Shell-Paques beroperasi
di seluruh dunia.
Proses ini dapat menyingkirkan sulfur dari aliran gas dan menghasilkan hidrogen
sulfida dengan kapasitas mulai dari 100 kg/hari sampai dengan 50 ton/hari,
menggunakan mikroorganisme Thiobacillus yang sekaligus bertindak sebagai
katalis proses bio-desulfurisasi. Dalam proses ini, aliran gas yang mengandung
hidrogen sulfida dilewatkan pada absorber dan dikontakkan pada larutan soda
yang mengandung mikroorganisme. Senyawa soda mengabsorbi hidrogen
sulfida, dan kemudian dialirkan ke bioreaktor THIOPAQ berupa tangki atmosferik
teraerasi dimana mikroorganisme mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur
elementer secara biologis dalam kondisi pH 8,2-9. Sulfur hasil reaksi kemudian
melalui proses dekantasi untuk memisahkan dengan cairan soda. Cairan soda
dikembalikan ke absorber, sedangkan sulfur diperoleh sebagai cake atau sebagai
sulfur cair murni. Karena sifatnya yang hidrofilik sehingga mudah diabsorpsi oleh
tanah, maka sulfur yang dihasilkan dari proses ini dapat juga dimanfaatkan
sebagai bahan baku pupuk.Tahapan reaksi bio-desulfurisasi dapat digambarkan
sebagai berikut :

Absorpsi H2S oleh senyawa soda

http://1.bp.blogspot.com/_dpvlKce_AE/S_D2ASa5rRI/AAAAAAAAAAk/zb2FJmqi_Nw/s320/c.gif

Pembentukan sulfur elementer oleh mikroorganisme

http://4.bp.blogspot.com/_dpvlKce_AE/S_D2GX4MVuI/AAAAAAAAAAs/9bCjPPppVqc/s320/d.gif
Keunggulan dari proses Shell-Paques adalah :

dapat menyingkirkan sulfur dalam jumlah besar (efisiensi penyingkiran hidrogen


sulfida dapat mencapai 99,8%) hingga menyisakan kandungan hidrogen sulfida
yang sangat rendah dalam aliran gas (kurang dari 4 ppm-volume)
pemurnian gas dan pengambilan kembali (recovery) sulfur terintegrasi dalam 1
proses- gas buang (flash gas/vent gas) dari proses ini tidak mengandung gas
berbahaya, sehingga sebelum dilepas ke lingkungan tidak perlu dibakar di flare.
Hal ini membuat proses ini ideal untuk lokasi-lokasi dimana proses yang
memerlukan pembakaran (misalnya flare atau incinerator) tidak dimungkinkan.
menghilangkan potensi bahaya dari penanganan solvent yang biasa digunakan
untuk melarutkan hidrogen sulfida dalam proses ekstraksi
sifat sulfur biologis yang hidrofilik menghilangkan resiko penyumbatan (plugging
atau blocking) pada pipa
Bio-katalis yang digunakan bersifat self-sustaining dan mampu beradaptasi pada
berbagai kondisi proses
Konfigurasi proses yang sederhana, handal dan aman (antara lain beroperasi
pada suhu dan tekanan rendah) sehingga mudah untuk dioperasikan
Proses Shell-Paques ini dapat diterapkan pada gas alam, gas buang regenerator
amine, fuel gas, synthesis gas, serta aliran oksigen yang mengandung gas
limbah yang tidak dapat diproses dengan pelarut.

6.BLENDING
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi minyak
bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin yang
memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi
yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi
cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan
pencampur yang dapat ditambanhkan pada proses pengolahannya.
Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead (TEL).
TEL berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya dengan
pelumas, agar diperoleh kualitas yang baik maka pada proses pengolahan
diperlukan penambahan zat aditif. Penambahan TEL dapat meningkatkan
bilangan oktan, tetapi dapat menimbulkan pencemaran udara.

BAB III
Fraksi-Fraksi dan Kegunaan Minyak Bumi

Minyak mentah (crude oil) sebagian besar tersusun dari senyawa-senyawa


hidrokarbon jenuh (alkana). Adapun hidrokarbon tak jenuh (alkena, alkuna dan
alkadiena) sangat sedikit dkandung oleh minyak bumi, sebab mudah mengalami
adisi menjadi alkana.
Oleh karena minyak bumi berasl dari fosil organisme, mak minyak bumi
mengandung senyawa-senyawa belerang (0,1 sampai 7%), nitrogen (0,01
sampai 0,9%), oksigen (0,6-0,4%) dan senyawa logam dalam jumlah yang sanagt
kecil. Minyak mentah dipisahkan menjadi sejumlah fraksi-fraksi melalui proses
destilasi (penyulingan).
gambar_19_5
Pemisahan minyak mentah ke dalam komponen-komponen murni (senyawa
tunggal) tidak mungkin dilakukan dan juga tidak prakstis sebab terlalu banyak
senyawa yang ada dalam minyak tersebut dan senyawa hidrokarbon memiliki
isomer-isomer dengan titik didih yang berdekatan. Fraksi-fraksi yang diperoleh
dari destilasi minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang mendidih pada
trayek suhu tertentu. Misalnya fraksi minyak tanah (kerosin) tersusun dari
campuran senyawa-senyawa yang mendidih antar 1800C-2500C. Proses destilasi
dikerjakan dengan menggunakan kolom atau menara destilasi (Gambar 19.5).
table_19_5
Proses pertama dalam pemrosesan minyak bumi adalah fraksionasi dari minyak
mentah dengan menggunakan proses destilasi bertingkat, adapun hasil yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Sisa :
Minyak bisa menguap : minyak-minyak pelumas, lilin, parafin, dan vaselin.
Bahan yang tidak bisa menguap : aspal dan arang minyak bumi
Kegunaan Minyak Bumihttp://belajar.kemdiknas.go.id/images/edukasi/blank.gif
Pengkilangan/penyulingan (refening) adalah proses perubahan minyak mentah
menjadi produk seperti:

Gas Alam
Gas dari hasil distilasi yang dipergunakan untuk keperluan bahan bakar rumah
tangga atau pabrik. (Gambar. 13)

http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal13a.jp
g
Gambar. 13 LPG
Bensin
Bensin digunakan:
Sebagai bahan bakar motor (Gbr. 14)
Bahan ekstraksi pelarut dan pembersih.
Bahan bakar penerangan dan pemanasan.
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal13b.jp
g
Gambar. 14. SPBU
Nafta
Nafta adalah material yang memiliki titik didih antara gasolin dan kerosin yang
digunakan untuk :
Pelarut dry cleaning (pencuci)
Pelarut karet
Bahan awal etilen
Bahan bakar jet dikenal sebagai JP-4
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal13c.jp
g
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal13d.jp
g
Kerosin
Kerosin digunakan sebagai
Minyak tanah
Bahan bakar jet dikenal dengan air plane

Solar dan diesel


Solar dan diesel digunakan sebagai
Pada bahan bakar motor, diesel tipe besar (seperti Bus & Truk )
Memproduksi uap
Mencairkan hasil peridustrian
Membakar batu
Mengerjakan panas dari logam

Minyak pelumas (Oli)


digunakan untuk melumasi mesin-mesin.(Gbr 17)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal14a.jp
g

Lilin
Digunakan untuk penerangan, kertas pembungkus berlapis, lilin batik, korek api,
bahan pengkilap seperti semir sepatu. (Gbr 18)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal14b.jp
g

Minyak bakar
Digunakan sebagai bahan bakar di kapal, industri pemanas dan pembangkit
listrik.
Bitumen
Materi aspal digunakan sebagai lapisan anti korosi, isolasi listrik dan pengedap
suara pada lantai. (Gbr 19)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal14c.jp
g
Jika dibuat tabel kegunaan minyak bumi adalah sebaga berikut :
Fraksi

Jumlah atom C
Titik didih (C)
Kegunaan
Gas
C1 - C4
< 20
Bahan bakar LPG dan bahan baku untuk senyawa organik.
Bensin (Gasolin)
C5 - C10
40 - 180
Bahan bakar organik.
Nafta
C6 - C10
70 - 180
Nafta diperoleh dari fraksi bensin, digunakan untuk sintetis senyawa organik,
pembuatan plastik, karet sintetis, detergen, obat, cat, bahan pakaian dan
kosmetik.
Kerosin
C11 - C14
180 - 250
Digunakan sebagai bahan bakar pesawat udara dan bahan bakar kompor parafin.
Minyak solar dan diesel
C15 - C17
250 - 300
Digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel dengan rotasi tinggi.
Minyak pelumas
C18 - C20
300 - 350

Digunakan sebagai minyak pelumas. Hal ini terkait dengan kekentalannya


(Viskositas) yang cukup besar.
Lilin
> C20
> 350
Sebagai lilin parafin untuk membuat lilin, kertas pembungkus berlapis, dll.
Minyak bakar
> C20
> 350
Bahan bakar dikapal, industri pemanas dan pembangkit listrik.
Bitumen
> C40
> 350
Materi aspal jalan dan atap bangunan, anti korosi, isolasi listrik, kedap suara
pada lantai

BAB IV
Dampak dan Problematika (Permasalahan) Minyak Bumi

1. Sumber Bahan Pencemaran


Pembakaran Tidak Sempurna
Menghasilkan asap yang mengandung gas karbon monoksida (CO), partikel
karbon (jelaga), dan sisa bahan bakar (hidroksida).
Pengotor dalam Bahan Bakar
Bahan bakar fosil mengandung sedikit belerang yang akan menghasilkan oksida
belerang (SO2 atau SO3).
Bahan Aditif (Tambahan) dalam Bahan Bakar
Bensin yang ditambahi tetraethyllead (TEL) yang punya rumus molekul
Pb(C2H5)4 akan menghasilkan partikel timah hitam berupa PbBr2.

2. Asap Buang Kendaraan Bermotor


a. Gas Karbon Dioksida (CO2)
Sebenarnya, gas karbon dioksida tidak berbahaya. Tetapi, gas karbon dioksida
tergolong gas rumah kaca, sehingga peningkatan kadar gas karbon dioksida di
udara dapat mengakibatkan peningkatan suhu permukaan bumi yang disebut
pemanasan global.

b. Gas Karbon Monoksida (CO)


Gas karbon monoksida tidak berwarna dan berbau, sehingga kehadirannya tidak
diketahui. Gas karbon monoksida bersifat racun, dapat menimbulkan rasa sakit
pada mata, saluran pernapasan, dan paru-paru. Bila masuk ke dalam darah
melalui pernapasan, gas karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin darah,
membentuk karboksihemoglobin (COHb).
CO + Hb COHb
Hemoglobin seharusnya bereaksi dengan oksigen menjadi oksihemoglobin
(O2Hb) dan dibawa ke sel-sel jaringan tubuh yang memerlukan.
O2 + Hb O2Hb
Namun, afinitas gas karbon monoksida terhadap hemoglobin sekitar 300 kali
lebih besar daripada oksigen. Bahkan hemoglobin yang telah mengikat oksigen
dapat diserang oleh gas karbon monoksida.
CO + O2Hb COHb + O2
Jadi, gas karbon monoksida menghalangi fungsi vital hemoglobin untuk
membawa oksigen bagi tubuh.
Cara mencegah peningkatan gas karbon monoksida di udara adalah dengan
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan pemasangan pengubah
katalitik pada knalpot.
c. Oksida Belerang (SO2 dan SO3)
Belerang dioksida yang terhisap pernapasan bereaksi dengan air di dalam
saluran pernapasan, membentuk asam sulfit yang dapat merusak jaringan dan
menimbulkan rasa sakit. Bila SO3 terhisap, yang terbentuk adalah asam sulfat
(lebih berbahaya). Oksida belerang dapat larut dalam air hujan dan
menyebabkan terjadi hujan asam.

d. Oksida Nitrogen (NO dan NO2)


Campuran NO dan NO2 sebagai pencemar udara biasa ditandai dengan lambang
NOx. Ambang batas NOx di udara adalah 0,05 ppm. NOx di udara tidak beracun

(secara langsung) pada manusia, tetapi NOx ini bereaksi dengan bahan-bahan
pencemar lain dan menimbulkan fenomena asbut (asap-kabut). Asbut
menyebabkan berkurangnya daya pandang, iritasi pada mata dan saluran
pernapasan, menjadikan tanaman layu, dan menurunkan kualitas materi.
e. Partikel Timah Hitam
Senyawa timbel dari udara dapat mengendap pada tanaman sehingga bahan
makanan terkontaminasi. Keracunan timbel yang ringan dapat menyebabkan
gejala keracunan timbel, seperti sakit kepala, mudah teriritasi, mudah lelah, dan
depresi. Keracunan yang lebih hebat menyebabkan kerusakan otak, ginjal, dan
hati.
3. Pengubah Katalitik
Salah satu cara untuk mengurangi bahan pencemar yang berasal dari asap
kendaraan bermotor adalah memasang pengubah katalitik pada knalpot
kendaraan. Pengubah katalitik berupa silinder dari baja tahan karat yang berisi
suatu struktur berbentuk sarang lebah yang dilapisi katalis (biasanya platina).
Pada separuh bagian pertama dari pengubah katalitik, karbon monoksida
bereaksi dengan nitrogen monoksida membentuk karbon dioksida dan
gasnitrogen.
katalis
2CO(g) + 2NO(g) 2CO2(g) + N2(g)
Gas-gas racun gas tak beracun Pada bagian berikutnya, hidrokarbon dan karbon
monoksida (jika masih ada) dioksidasi membentuk karbon dioksida dan uap air.
Pengubah katalitik hanya dapat berfungsi jika kendaraan menggunakan bensin
tanpa timbel.
4.

Efek Rumah Kaca

Berbagai gas dalam atmosfer, seperti karbon dioksida, uap air, metana, dan
senyawa keluarga CFC, berlaku seperti kaca yang melewatkan sinar tampak dan
ultraviolet tetapi menahan radiasi inframerah. Oleh karena itu, sebagian besar
dari sinar matahari dapat mencapai permukaan bumi dan menghangatkan
atmosfer dan permukaan bumi. Tetapi radiasi panas yang dipancarkan
permukaan bumi akan terperangkap karena diserap oleh gas-gas rumah kaca.
Efek rumah kaca berfungsi sebagai selimut yang menjaga suhu permukaan bumi
rata-rata 15C. Tanpa karbon dioksida dan uap air di atmosfer, suhu rata-rata
permukaan bumi diperkirakan sekitar 25C. Jadi, jelaslah bahwa efek rumah
kaca sangat penting dalam menentukan kehidupan di bumi. Akan tetapi,
peningkatan kadar dari gas-gas rumah kaca dapat menyebabkan suhu
permukaan bumi menjadi terlalu tinggi sehingga dapat mneyebabkan berbagai
macam kerugian.
5.

Hujan Asam

Air hujan biasanya sedikit bersifat asam (pH sekitar 5,7). Hal itu terjadi karena air
hujan tersebut melarutkan gas karbon dioksida yang terdapat dalam udara,
membentuk asam karbonat.
CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq)
Asam Karbonat
Air hujan dengan pH kurang dari 5,7 disebut hujan asam.
a. Penyebab Hujan Asam
SO2(g) + H2O(l) H2SO3(aq)
asam sulfit
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq)
asam sulfat
2NO2(g) + H2O(l) HNO2(aq) + HNO3(aq)
asam nitrit asam nitrat
b. Masalah yang Ditimbulkan Hujan Asam
- Kerusakan Hutan
- Kematian Biota Air
- Kerusakan Bangunan
Bahan bangunan sedikit-banyak mengandung kalsuim karbonat. Kalsium
karbonat larut dalam asam, maka dapat bereaksi.
CaCO3(s) + 2HNO3(aq) Ca(NO3)2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
c. Cara Menangani Hujan Asam
- Menetralkan asam
- Mengurangi emisi SO2
- Mengurangi emisi oksida nitrogen

Kesimpulan

Proses pembentukan minyak bumi yaitu berasal dari reaksi kalsium karbida,
CaC2 (dari reaksi antara batuan karbonat dan logam alkali) dan air yang
menghasilkan asetilena yang dapat berubah menjadi minyak bumi pada
temperatur dan tekanan tinggi.
Produk hasil pengolahan minyak bumi antara lain : Bahan bakar, napta, gasoline,
kerosin, minyak solar, minyak pelumas dan residu. Minyak bumi selain bahan
bakar juga sebagai bahan industri kimia yang penting dan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari yang disebut petrokimia.
Dampak yang ditimbulkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna
Pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, akan menghasilkan senyawasenyawa kimia yang dalam bentuk gas dapat mencemari udara dan kadangkadang mengasilkan partikel-pertikel yang menimbulkan asap cukup tebal,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara.
Pencemaran lain adalah gas karbon monoksida, Co, gas ini berbahaya pada
tubuh manusia karena lebih mudah terikat pada hemoglobin darah, sehingga
kemampuan darah mengikat oksigen menjadi menurun.

Saran

Oleh karena minyak bumi itu proses pembentukannya lama, maka kita harus
berhemat dalam pemanfaatannya, agar minyak bumi itu tidak cepat habis. Dan
penggunaan bensin / bahan bakar haruslah yang tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan alam sekitarnya

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond.2002.Chemistry.edisi ke-7 New York : McGraw Hill

Departemen pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Glosarium Kimia. Jakarta


Balai Pusaka

Ika Ratna Sari, S.Pd. 2006. Metode Belajar Efektif Kimia : Jawa Tengah. CV
Media Karya Putra.

http://sideofardeliaini.wordpress.com/2013/02/24/makalah-minyak-bumi/

http://amboinas.wordpress.com/2009/06/05/makalah-tentang-minyak-bumi/

http://cassanarief.blogspot.com/2012/05/makalah-kimia-tentang-minyak-bumidan.html

Bensin adalah fraksi


terpenting
dari
minyak
bumi,yang digunakan
sebagai
bahan
bakar
kendaraan
bermotor roda dua, tiga, ataupun empat.
Mutu bahan
bakar
bensin tergantung
kepadajumlah
ketukan (knocking) yang ditimbulkannya.
Ketukan (knocking) adalah suatu perilaku bahan bakar yang
menyebabkan mesin menggelitik, mengurangi efesiensi bahan
bakar dan merusak mesin. Knocking dinyatakan dengan nilai oktan.
Bilangan oktan (octane number) merupakan ukuran dari kemampuan
bahan bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam mesin. Semakin
tinggi nilai oktan, berartisemakin sedikit ketukannya, dan semakin baik juga
mutunya.
Hidrokarbon
Bilangan Oktan Road
Index
n-heptana
0
2-metilheptana
23
n-heksana
25
2-metilheksana
44
1-heptena
60
n-pentana
62
1-pentena
84
1-butena
91
Sikloheksana
97
2,2,4-trimetil
100
pentana
Bensin terbagi menjadi 3 jenis, yaitu premium, pertamax, dan pertamax plus.
Ketiganya mempunyai performance atau mutu yang berbeda.
Di Indonesia terdapat beberapa bahan bakar jenis bensin yang memiliki
nilai mutu pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin ditemukan
berdasarkan nilai RON (reserch octane number).
1.
Premium (RON 88). Umumnya, premium digunakan untuk bahan bakar
kendaraan bermesin bensin, seperti mobil, sepeda motor, dan motor tempel.
Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau petrol.
2.
Pertamax (RON 92). Pertamax ditujukan untuk kendaraan yang mensyaratkan
penggunaan bahan bakar beroktan tinggi tanpa timbel (unleaded). Pertamax juga
direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi diatas tahun 1990, terutama
yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection.
3.
Pertamax Plus (RON 95). Jenis BBM ini mempunyai nilai oktan tinggi. Pertamax
Plus ditujukan untuk kendaraan berteknologi mutakhir yang mensyaratkan
penggunaan bahan bakar beroktan tinggi. Pertamax Plus sangat direkomendasikan
untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio lebih besar dari 10,5 dan
menggunakan teknologi electronic fuel injection (EFI), variable valve timing (VVT-I
pada Toyota, VVT pada Suzuki, VTEC pada Honda dan VANOS/Valvetronic pada
BMW), turbochargers, serta catalic converters.

Untuk menentukan nilai oktan, ditetapkan dua jenis senyawa sebagai


pembanding yaituisooktana dan n-heptana. Kedua senyawa ini adalah dua
diantara banyak macam senyawa yang tedapat dalam bensin.
Nama oktan berasal dari oktana (C8), karena dari seluruh molekul penyusun
bensin,oktana dapat dikompres sampai volume kecil tanpa mengalami
pembakaran spontan. Tidak seperti yang terjadi pada heptana, yang dapat terbakar
spontan meskipun baru ditekan sedikit.Isooktana menghasilkan ketukan
paling sedikit dan diberi nilai oktan 100. Sedangkan n-heptana menyebabkan
ketukan paling banyak dan diberi nilai 0.
Bensin harus diuapkan dalam karburator sebelum dibakar dalam silinder mesin
kendaraan. Energi yang dihasilkan dari proses pembakaran bensin akan diubah
menjadi gerak.
Pembakaran bensin yang diinginkan adalah yang menghasilkan dorongan yang
mulus terhadap penurunan piston.
Hal ini tergantung dari ketepatan waktu pembakaran agar jumlah energi yang
ditransfer ke piston menjadi maksimum. Ketepatan waktu pembakaran tergantung
dari jenis rantai hidrokarbon yang akan menentukan kualitas bensin.
Alkana rantai lurus dalam bensin seperti n-heptana, n-oktana, dan nnonana sangat mudah terbakar. Hal ini menyebabkan pembakaran terjadi terlalu
awal sebelum piston mencapai posisi yang tepat. Akibatnya timbul bunyi ledakan
yang dikenal sebagai ketukan (knocking).

Proses Pembakaran Bensin dalam Karburator


1. Bensin dari tangki masuk ke dalam karburator, kemudian bercampur
dengan udara.
2. Campuran bensin dan udara dimasukkan ke ruang bahan bakar.
3. Campuran bensin dan udara yang sudah bebentuk gas ditekan oleh
piston hingga volumenya menjadi sangat kecil.
4. Gas ini kemudian dibakar oleh percikan api dari busi. Hasil
pembakaran inilah yang menghasilkan tenaga untuk menggerakkan
kendaraan.
Pembakaran terlalu awal juga berarti ada sisa komponen bensin
yang belum terbakar sehingga energi yang ditransfer ke piston tidak
maksimum.
Alkana
rantai
bercabang/alisiklik/aromatik dalam
bensin
seperti isooktana tidak terlalu mudah terbakar. Jadi, lebih sedikit
ketukan yang dihasilkan, dan energi yang ditransfer ke piston lebih
besar.
Oleh karena itu, bensin dengan kualitas yang baik harus
mengandung
lebih banyak
alkana
rantai
bercabang/aromatik dibandingkan alkana rantai lurus.

Fraksi bensin dari menara distilasi umumnya hanya mempunyai


bilangan oktan berkisar 70.
Kemudian nilai oktan ditingkatkan dengan cara-cara berikut ini:
1. Mengubah
hidrokarbon
rantai
lurus dalam
fraksi
bensin menjadi hidrokarbon
rantai bercabang melalui
proses reforming.
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang
bermutu kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang
bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini
memiliki rumus molekul yang sama bentuk strukturnya yang
berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut isomerisasi.
Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
2. Menambahkan hidrokarbon alisiklik/aromatik ke dalam campuran
akhir fraksi bensin.
3. Menambahkan aditif anti ketukan ke dalam bensin untuk
memperlambat pembakaran bensin.
Zat Aditif adalah suatu zat yang di tambahkan kedalam suatu
campuran / adonan / larutan dengan jumlah yang sangat sedikit
dengan tujuan memberikan kualitas yang baik / yang di inginkan
dengan signifikan. Berikut contoh zat aditif yang di tambahkan ke
dalam bahan bakar:
1) Ethyl Tertier Butil Ether (ETBE).CH3O(C2H5)3
2) Tertier Amil Metil Eter (TAME). CH3 O (CH3) C2H5
3) Metil Tertier Butil Eter (MTBE). CH3O(CH3)3
4) Tetra Etil Lead (TEL) . Pb(C2H5)4
Karena saat penggunaannya pada pembakaran bensin, TEL
menghasilkan oksida timah (PbO) yang menempel pada komponen
mesin. Agar (PbO) tidak menempel penggunaan TEL (65%)
ditambahkan dengan 1,2-dibromo etana dan 1,2-dikloro etana yang
mengubah Pb menjadi PbBr2 (mudah menguap) yang keluar dari
knalpot.
Namun, zat ini dapat mencemari udara dan jika masuk ke
dalam tubuh akan mengakibatkan anemia, sakit kepala dan bila
dalam kadar tinggi dapat menimbulkan kematian.

Kesimpulan
Bensin adalah cairan bening, agak kekuning-kuningan,
dan berasal dari pengolahan minyak bumi yang sebagian besar
digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam.
Bensin dapat diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya
yang dilihat dari nilai bilangan oktan yaitu ukuran dari kemampuan
bahan bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam
mesin. Untuk menaikkan bilangan oktan dilakukan dengan proses
reforming, penambahan zat aditif, Menambahkan hidrokarbon
alisiklik/aromatik ke dalam campuran akhir fraksi bensin.

Saran

Diharapkan peniliti dapat mengembangkan teknologi untuk


meningkatkan mutu dan kualitas bensin, tanpa menimbulkan
bahaya bagi manusia dan lingkungan.
Minyak bumi merupakan SDA yang tidak dapat diperbarui,
sedangkan bensin adalah salah satu olahannya, maka manfaatkan
dengan seefisien mungkin.
Bensin digunakan sebagai ba han kendaraan bermotor dan akan
habis bila tidak dicari alternative nya. Oleh karena itu, usahakan
untuk mencari alternative lain selain bensin.

Dampak Negatif Pembakaran Bensin


Penggunaan bensin bertimbal (mengandung TEL : tetra ethyl lead)
menyebabkan tercemarnya udara oleh partikel timbal yang dihasilkan pada saat
proses pembakaran. Jika terhirup makhluk idup (manusia) dapat menyebabkan
gangguan tulang belakang dan gangguan kerja enzim.
Pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan pencemaran udara. Gas
buangan yang dihasilkan = gas CO (karbon monoksida). Gas CO sangat
berbahaya karena mampu menggantikan ikatan oksigen pada hemoglobin. Daya
ikat hemoglobin terhadap CO dua kali lebih besar daripada terhadap gas
oksigen.
B. Mengatasi Dampak Pembakaran Bahan Bakar terhadap Lingkungan
Sudahkah Anda menulis bagaimana cara mengatasi dampak dari pembakaran
bahan bakar ? berikut ini beberapa cara mengatasi dampak pembakaran bahan
bakar.
1. Melarang dan mengurangi pemgunaan bensin yang mengandung timbal
(Pb).Di Amerika Serikat penggunaan bahan bakar bermuatan timbale menurun
lebih dari 5 % dari tahun 1976 sampai 1980,sehingga menurunkan kadar timbal
dalam darah sampai 37%.
2. Pemeliharaan alat pembakar,seperti knalpot kendaraan dan kompor rumah
tangga sehingga proses pembakaran lebih sempurna.
3. Memperhatikan kualitas bahan bakar.Makin baik kualitas bahan bakar makin
baik daya bakarnya ,sehingga akan mengurangi polusi.
4. Mengganti bahan bakar dengan bahan bakar alternative nonpetroleum,seperti
methanol,etanol,gas alam yang dimampatkan atau gas petroleum cair ,dan
hidrogen atau baterai listrik ,yang dapat menghapus pencemaran oleh pipa
knalpot.
5. Mengoksidasi bahan bakar dengan menambahkan alcohol membentuk gasohol
(bensin dan alkohol).Bahan bakar ini terbakar lebih sempurna sehingga dapat
menurunkan emisi karbon monoksida.
6. Menurunkan kadar sulfur ,sehingga pada saat pembakaran mengeluarkan
sulfur oksida lebih sedikit.
7. Mengadakan bahan bakar alternativ yang membakar lebih bersih dari bensin
dan minyak diesel yang berupa campuran berwawasan lingkungan .Campuran
ini merupakan formulasi ulang yang menurunkan daya penguapan,sehingga
menurunkan konsentrasi benzen dan komponen beracun lainya.
8. Menggalakkan penggunaan kendaraan dengan bahan bakar gas alam.
9. Memperbaiki mutu kendaraan bermotor, diantaranya dengan mengembangkan
sarana untuk memanaskan katalis sehingga mesin kendaraan dapat hidup lebih
cepat dan pencemaran berkurang.
10. Menggunakan tenaga baterai.Ada dua keuntungan yang diperoleh dengan
menngunakan tenaga baterai, yaitu pencemaran asap dan karbon dioksida akan
terkurangi karena penghapusan pipa knalpot, dan pencemaran karbon dioksida
yang menyebabkan pemanasan global akan terkendali dengan digantinya mesin
pembakaran dalam (inter com-bustion engine) oleh pembangkit tenaga sentral
yang lebih efisien.
11. Penggunaan turbin putar gabungan.penggunaan sumber daya stasioner ini
meliputi turbin putar gabungan (combined-cycle turbines )yang dihidupkan
dengan pembakaran gas (gas-fired combined-cycle turbines ).Alat ini dapat
membangkitkan tenaga listrik dengan mengurangi pencemaran udara sebesar
50%-99% dibadingkan dengan sumber pembangkit tenaga lain yang memakai
bahan bakar.

12. Memanfaatkan turbin angin dan sel tenaga matahari dengan itingkat
pencemaran nol.
13. Melakukan penghematan berdasarkan pasar ,salah satunya adalah energi star
computer,suatu pasar bagi computer yang daya listriknya secara otomatis akan
melemah jika computer tidak digunakan.
Selain cara cara di atas, untuk mengatasi dampak pemakaran bahan bakar
dapat dilakukan dengan menerapkan zona larangan , seperti : larangan masuk
ke suatu daerah pada jam-jam tertentu.Cara lain ,yaitu dengan peraturan
adanya Hari Tanpa Mengemudi dan membudayakan pemakain sepeda karena
tidak memakai bahan bakar.
14. Produksi bensin yang ramah lingkungan, misalnya bensin tanpa timbale
15. Penggunaan EFI [Electronic Fuel Injection]
16. Penggunaan converter katalitik pada sistem buangan kendaraan
17. Penghijauan atau pembuatan taman dalam kota
18. Penggunaan bahan bakar alternative yang dapat diperbarui dan yang lebih
ramah lingkungan, seperti tenaga surya dan sel bahan bakar.

Pembakaran bahan bakar minyak akan menghasilkan gas-gas sisa pembakaran. Kandungan
utama bahan bakar minyak adalah hidrokarbon, serta sedikit senyawa belerang, nitrogen dan
oksigen.Pembakaran sempurna hidrokarbon dalam minyak bumi menghasilkan karbon
dioksida dan uap air. Sementara itu pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan partikel
padat yang dikenal dengan asap dan berisi butiran-butiran halus dari karbon (jelaga), karbon
monoksida, karbon dioksida, dan uap air.
Bensin merupakan salah satu hasil pengolahan minyak bumi yang kandungan utamanya adalah
oktana (C8H18). Jika bensin dibakar sempurna, akan terjadi reaksi:
2C8H18(l) + 25O2(g) 8CO(g) + 8CO2(g) + 18H2O(g) (1)
Pada pembakaran tidak sempurna dapat terjadi reaksi:
2C8H18(l) + 21O2(g) 8CO(g) + 8CO2(g) + 18H2O(g) . (2)
Atau
2C8H18(l) + 15O2(g) 8C(s) + 4CO(g) + 4CO2(g) + 18H2O(g) (3)
Jika kita perhatikan reaksi pembakaran sempurna (reaksi 1) dan tidak sempurna (reaksi 2 dan
3), dapat disimpulkan bahwa pembakaran dapat berlangsung sempurna atau tidaknya,
ditentukan oleh perbandingan jumlah (volume) bensin (C 8H18) dengan volume gas oksigen (O 2).
Semakin terbatas jumlah oksigen, semakin tidak sempurna pembakaran yang terjadi, dan
semakin banyak jelaga (C) yang dihasilkan.
Gas karbon dioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya
pemanasan global, sedangkan gas karbon monoksida akan berikatan dengan hemoglobin
sehingga mengganggu fungsi hemoglobin dalam mengikat oksigen. Akibatnya, pada kadar
tertentu dapat menyebabkan kematian. Sementara itu, jelaga merupakan serbuk halus dari
karbon (C) yang jika terhidrup dapat merusak alat pernafasan.
Dampak pembakaran bahan bakar ini memang berbahaya. Pada dasarnya pembakaran pada
mesin kendaraan bermotor tidak ada yang 100 persen sempurna. Oleh karena itu gas buang
yang keluar dari knalpot kendaraan sangat berbahaya bagi kesehatan karena menghasilkan gas
CO.
Selain gas karbon dioksida dan karbon monoksida, dampak pembakaran bahan bakar dalam
mesin kendaraan bermotor dapat menghasilkan gas belerang dioksida (SO 2) karena di dalam
minyak bumi terdapat senyawa belerang, serta gas oksida nitrogen (NO x) karena untuk
membakar bahan bakar (bensin) dalam mesin digunakan udara sebagai sumber oksigen dan
udara mengandung gas nitrogen.
Belerang dari minyak bumi dapat teroksidasi menjadi gas belerang dioksida (SO 2)
S(s) + O2(g) SO2(g)

Ketika di udara gas SO2 ini dapat teroksidasi mejadi gas SO3.
SO2(g) + O2(g) SO3(g)
Gas SO3 ini sangat mudah bereaksi dengan air menghasilkan asam sulfat, sehingga gas SO 3 ini
dapat menyebabkan hujan asam.
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq)
Pada suhu tinggi, di dalam mesin kendaraan bermotor dapaat terjadi reaksi antara nitrogen dan
oksigen.
N2(g) + O2(g) NOx(g)
Gas oksida nitrogen dalam kadar tinggi dapat menyebabkan iritasi pada mata sehingga
menyebabkan mata perih dan merah. Selain itu, dampak pembakaran bahan bakar yang
menghasilkan gas oksida nitrogen merupakan salah satu gas penyebab terjadinya efek rumah
kaca (greenhouse effect) yang berdampak pada pemanasan global (peningkatan suhu bumi).
Demikian ulasan mengenai dampak pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan. Jika ada
masukan, saran ataupun pertanyaan silahkan berkomentar ya. Semoga bermanfaat..
Sumber:
Sudarmo, U.(2013). KIMIA: Untuk SMA/MA Kelas XI, Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu
Alam. Erlangga: Jakarta

Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga peningkatan


kebutuhan energipun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua
kebutuhan energi manusia diperoleh darikonversi sumber energi fosil,
misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang menggunakanenergi fosil
sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini
mengakibatkandampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup
karena sisa pembakaran darienergi fosil ini akan menghasilkan zat-zat pencemar
yang berbahaya.Pencemaran udara terutama dikota-kota besar telah
menyebabkan turunnya kualitas udara sehingga mengganggu
kenyamananlingkungan bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan. Menurunnya kualitas udaratersebut terutama disebabkan oleh
penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terkendali dan tidakefisien pada
sarana transportasi dan industri yang umumnya terpusat di kota-kota besar,
disampingkegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil penelitian
dibeberapa kota besar (Jakarta,Bandung, Semarang dan Surabaya)
menunjukan bahwa kendaraan bermotor merupakan sumberutama
pencemaran udara. Hasil penelitian di Jakarta menunjukan bahwa kendaraan
bermotormemberikan kontribusi pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar
73,40% dan HC sebesar88,90% (Bapedal, 1992).
Asap buangan kendaraan bermotor yang merugikan akibat dari
hasilpembakaran bahan bakar antara lain :

a. Gas Karbon dioksida (CO2)


Sebenarnya, gas karbon dioksida tidak berbahaya. Tetapi, gas karbon
dioksida tergolong gasrumah kaca, sehingga peningkatan kadar gas
karbon dioksida di udara dapat mengakibatkanpeningkatan suhu
permukaan bumi yang disebut pemanasan global.

b. Gas Karbon Monoksida (CO)


Gas karbon monoksida tidak berwarna dan berbau, sehingga
kehadirannya tidak diketahui. Gaskarbon monoksida bersifat racun, dapat
menimbulkan rasa sakit pada mata, saluran pernapasan,dan paru-paru. Bila
masuk ke dalam darah melalui pernapasan, gas karbon monoksida bereaksidengan
hemoglobin darah, membentuk karboksihemoglobin (COHb).CO +
Hb COHbHemoglobin seharusnya bereaksi dengan oksigen menjadi
oksihemoglobin (O2Hb) dan dibawake sel-sel jaringan tubuh yang memerlukan.O2
+ Hb O2HbNamun, afinitas gas karbon monoksida terhadap hemoglobin sekitar
300 kali lebih besardaripada oksigen. Bahkan hemoglobin yang telah mengikat
oksigen dapat diserang oleh gaskarbon monoksida.CO + O2Hb COHb + O2Jadi,
gas karbon monoksida menghalangi fungsi vital hemoglobin untuk membawa
oksigen bagitubuh
cara mencegah peningkatan gas karbon monoksida di udara adalah
dengan mengurangipenggunaan kendaraan bermotor dan pemasangan
pengubah katalitik pada knalpot.

c.

Oksida Belerang (SO2 dan SO3)


Belerang dioksida yang terhisap pernapasan bereaksi dengan air di dalam saluran
pernapasan,membentuk asam sulfit yang dapat merusak jaringan dan
menimbulkan rasa sakit. Bila SO3terhisap, yang terbentuk adalah asam sulfat (lebih
berbahaya). Oksida belerang dapat larutdalam air hujan dan menyebabkan terjadi
hujan asam.

d. Oksida Nitrogen (NO dan NO2)


Campuran NO dan NO2 sebagai pencemar udara biasa ditandai dengan
lambang NOx. Ambangbatas NOx di udara adalah 0,05 ppm. NOx di udara tidak
beracun (secara langsung) padamanusia, tetapi NOx ini bereaksi dengan bahanbahan pencemar lain dan menimbulkanfenomena asbut (asap-kabut). Asbut
menyebabkan berkurangnya daya pandang, iritasi padamata dan saluran
pernapasan, menjadikan tanaman layu, dan menurunkan kualitas materi.

e. Partikel Timah Hitam


Senyawa timbel dari udara dapat mengendap pada tanaman sehingga
bahan makananterkontaminasi. Keracunan timbel yang ringan dapat
menyebabkan gejala keracunan timbel,seperti sakit kepala, mudah teriritasi, mudah
lelah, dan depresi. Keracunan yang lebih hebatmenyebabkan kerusakan otak,
ginjal, dan hati.

Sumber Bahan Pencemaran


a. Pembakaran Tidak Sempurna
Menghasilkan asap yang mengandung gas karbon monoksida (CO), partikel karbon
(jelaga),dan sisa bahan bakar (hidroksida).
b.. Pengotor dalam Bahan Bakar
Bahan bakar fosil mengandung sedikit belerang yang akan menghasilkan oksida
belerang (SO2atau SO3).
c. Bahan Aditif (Tambahan) dalam Bahan Bakar
Bensin yang ditambahi tetraethyllead (TEL) yang punya rumus molekul Pb(C2H5)4
akanmenghasilkan partikel timah hitam berupa PbBr2.Secara umum, kegiatan
eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk memenuhikebutuhan
manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
(misalnya udaradan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa dampak
negatif penggunaan energi fosilterhadap manusia dan lingkungan:
Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk
memenuhikebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan (misalnya udaradan iklim, air dan tanah). Berikut ini
disajikan beberapa dampak negatif penggunaan energi fosilterhadap manusia
dan lingkungan.

DAMPAK TERHADAP CUACA DAN IKLIM

Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak


bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2),
nitrogen oksida (NOx),dan sulfurdioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran
udara (hujan asam, smog dan pemanasan global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara,
setengah dari konsentrasiNOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran
bahan bakar fosil untuk pembangkit listrikdan transportasi), dan sisanya berasal dari
proses alami (misalnya kegiatan mikroorganisme yangmengurai zat organik). Di
udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yangdapat
menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang
berasal dari pembakaran bahanbakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar
NOx di udara, setengah dari konsentrasi SO2 jugaberasal dari kegiatan manusia.
Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat(H2SO4) yang
menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di
awan dan membentuk asam nitrat(HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang
merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan,air hujan tersebut
bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pHhujan normal),yang
dikenal sebagai hujan asam. Hujan asam menyebabkan tanah dan
perairan (danau dansungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan
asamnya tanah akan mempengaruhipertumbuhan tanaman produksi. Untuk
perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunyamakhluk hidup di
dalamnya. Selain itu hujan asam secara langsung menyebabkan
rusaknyabangunan (karat, lapuk).Smog merupakan pencemaran udara yang
disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx, SO2, O3 diudara yang dilepaskan,
antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan industri.
Smog dapatmenimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi
jangkauan mata dalam memandang.Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan
gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2tersebut menyebabkan kadar
gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatanefek
rumah kaca dan pemanasan global. CO2tersebut menyerap sinar
matahari (radiasi inframerah)yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu
atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapatmengakibatkan perubahan iklim dan
kenaikan permukaan air laut.Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke
udara yang berasal, antara lain, dari gas bumi yangtidak dibakar, karena unsur
utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana merupakan salah
satugas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.Batu bara selain
menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan
karbondioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara
menghasilkan sekitar 2,5 tonkarbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah
energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang dilepasoleh minyak akan
mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton

Dampak Terhadap Perairan

Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak


bumi yang tidaklayak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan
lain akan mengakibatkan tumpahnyaminyak (ke laut, sungai atau air
tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pada
dasarnyapencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.
Selain itu , secara tidak langsung, kegiatan transportasi akan
memberikan dampak terhadaplingkungan air terutama melalui air buangan dari jalan
raya. Air yang terbuang dari jalan raya,terutama terbawa oleh air hujan, akan
mengandung bocoran bahan bakar dan juga larutan daripencemar udara yang
tercampur dengan air tersebut.

Dampak Terhadap Tanah


Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari pertambangan
batu bara.Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam
pertambangan terbuka (OpenPit Mining). Pertambangan ini memerlukan lahan
yang sangat luas. Perlu diketahui bahwa lapisanbatu bara terdapat di tanah yang
subur, sehingga bila tanah tersebut digunakan untukpertambangan batu bara maka
lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk pertanian atau
hutanselama waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai