Minyak bumi dan gas alam diduga berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati
sekitar 150 juta tahun yang lalu. Dugaan tersebut didasarkan pada kesamaan unsur-unsur yang
terdapat dalam bahan tersebut dengan unsur-unsur yang terdapat pada makhluk hidup. Sisa-sisa
organisme itu mengendap di dasar laut, kemudian ditutupi oleh lumpur yang lambat laun mengeras
karena tekanan lapisan diatasnya sehingga berubah menjadi batuan. Sementara itu bakteri anaerob
menguraikan sisa-sisa organisme itu sehingga menjadi minyak bumi dan gas yang terperangkap di
antara lapisan-lapisan kulit bumi. Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini membutuhkan
waktu yang sangat lama. Bahkan sepanjang umur kita pun belum cukup untuk membuat minyak
bumi dan gas. Jadi kita harus melakukan penghematan dan berusaha mencari sumber energi
alternatif.
Menara destilasi
Dimenara inilah terjadi proses destilasi. Yaitu proses pemisahan larutan dengan menggunakan panas
sebagai pemisah. Syarat utama agar terjadinya proses destilasi adalah adanya perbedaan komposisi
antara fase cair dan fase uap. Dengan demikian apabila komposisi fase cair dan face uap sama maka
proses destilasi tidak mungkin dilakukan. Proses destilasi pada kilang minyak bumi merupakan
pengolahan secara fisika yang primer sebagai awal dari semua proses memproduksi BBM (Bahan
Bakar Minyak).
Minyak mentah hasil dari pengeboran di alirkan ke kapal tangker untuk kemudian di distribusikan ke
kilang minyak. Disinilah terjadi proses destilasi yang sudah di jalaskan di atas. Pertama, miyak
mentah dipanaskan dengan suhu sekitar 400 derajat C. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi
akan tetap berupa cairan dan akan mengalir turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih
randah akan menguap naik ke atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung.
Semakin keatas suhu di dalam menara fraksionasi itu semakin rendah. Dengan demikian, setiap kali
komponen dengan titik didih lebih tinggi naik, akan mengembun dan terpisah, sedangkan komponen
dengan titik didih lebih rendah akan terus naik ke bagian yang lebih atas lagi. Begitulah seterusnya,
sehingga komponen yang paling atas itu berupa gas. Komponen yang berupa gas itu disebut gas
petrolium. Kemudia gas petrolium tersebut dicairkan dan dikelan sebagai LPG (Liquefied Petroleum
Gas).
Hasil olahan minyak bumi
Dari skema di halaman sebelumnya kita dapat melihat hasil-hasil dari proses destilasi minyak
mentah. Diatnaranya yaitu :
LPG
Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA dengan brand ELPIJI, merupakan gas hasil produksi dari
kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propana (C3H8)
dan butana (C4H10) lebih kurang 99 % dan selebihnya adalah gas pentana (C5H12) yang dicairkan
2. Perubahan iklim
Penggunaan minyak bumi akan menghasilkan zat sisa berupa CO2. Gas tersebut dapat
menimbulkan efek rumah kaca di bumi sehingga terjadilah pemanasan global yang sekarang
ini sedang terjadi. Pemanasan global tersebutlah yang memicu perubahan iklim di berbagai
balahan dunia
3. Pencemaran air
Eksploitasi miyak bumi dengan menggunakan kapal tangker, tidak menutup kemungkinan
adanya kebocoran pada kapal tangker tersebut. Karena kapal tangker itu bocor, maka
minyak m
Titik Didih ( C)
Kegunaan
Jumlah
Atom C
Gas
(-160) - (-40)
1-4
Seperti LPG
Petroleum
Eter
30 - 90
5-7
Bensin
35 - 75
5 - 10
Seperti Premium
Nafta
70 - 170
8 - 12
10 - 14
Solar
250 - 340
15 - 25
Oli
350 - 500
19 - 35
Pelumas
Parafin
350
> 20
Residu
> 500
> 70
Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi
diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh
ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau
ke kilang minyak.
Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang
sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun
untuk keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah
mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50.
Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang
berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi
dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke
dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.
bagan alirSecara umum Proses Pengolahan Minyak Bumi digambarkan sebagai
berikut:
1. DISTILASI
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak
mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan
suhu 370C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk
kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada
sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan
dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan
bertekanan tinggi).
Menara destilasi
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas
kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen
yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah,
sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian
atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas,
suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga
setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan
komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi.
Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah
komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini
disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum
Gas).
Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi
meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon
sejumlah lebih dari 20.
Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara
lain sebagai berikut :
1. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50C
2. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85C
3. Kerosin (Minyak Tanah)
Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105C
4. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135C
5. Minyak Berat
Rentang ranai karbon : C31 sampai C40
Trayek didih : 135 sampai 300C
6. Residu
Rentang rantai karbon : di atas C40
Trayek didih : di atas 300C
Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih
lanjut yang meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi,I treating, dan
blending.
2. CRACKING
Setelah melalui tahap destilasi, masing-masing fraksi yang dihasilkan dimurnikan
(refinery), seperti terlihat dibawah ini:
Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar
menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh cracking ini
adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi bensin.
Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi
gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock
(ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan
pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang
istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat
anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran
isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur
molekul hidrokarbon.
Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :
a. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan
tekanan yang rendah.
Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :
crack 1
b. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis
yang digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan
katalitik melalui mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis
karena bersifat asam menambahkna proton ke molekul olevin atau menarik ion
hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium :
crack1
c. Hidrocracking
Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk
menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan
tinggi. Keuntungan lain dari Hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang
terkandung dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian
dipisahkan.
3. REFORMING
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang
baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon
bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama bentuk
strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut isomerisasi.
Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
Contoh reforming adalah sebagai berikut :
http://4.bp.blogspot.com/_dpvlKce_AE/S_DzicusLWI/AAAAAAAAAAM/9OtFPpR2QAc/s320/halaman_8_clip_imag
e002_0008.gif
http://1.bp.blogspot.com/_dpvlKce_AE/S_D0CdMZ4RI/AAAAAAAAAAU/pZuz5JGiN4o/s320/a.gif
4.ALKILASI
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi molekul
yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan katalis asam
kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis). Reaksi secara umum
adalah sebagai berikut:
RH + CH2=CRR R-CH2-CHRR
M CnH2n Cm+nH2(m+n)
http://3.bp.blogspot.com/_dp-vlKce_AE/S_D01svObI/AAAAAAAAAAc/eVDdiD9xq6I/s320/b.gif
5. TREATING
Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotorpengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :
Akan tetapi selain 2 cara di atas, saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang lain
yaitu bio-desulfurisasi. Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara
selektif dari minyak bumi dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme,
yaitu dengan mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer yang dikatalis
oleh enzim hasil metabolisme mikroorganisme sulfur jenis tertentu, tanpa
mengubah senyawa hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi adalah
reaksi aerobik, dan dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan
proses ini adalah dapat menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan,
misalnya alkylated dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan
untuk proses bio-desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun
penelitian lebih lanjut juga dikembangkan untuk penggunaan mikroorganisme
dari jenis lain.
Proses ini mulai dikembangkan dengan adanya kebutuhan untuk menyingkirkan
kandungan sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas, yang terlalu sedikit
jika disingkirkan menggunakan amine plant, dan terlalu banyak untuk
disingkirkan menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan hidrokarbon,
bio-desulfurisasi juga digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari batubara.
Proses Shell-Paques Untuk Bio-Desulfurisasi Aliran Gas
Salah satu lisensi proses bio-desulfurisasi untuk aliran gas adalah Shell Paques
dari Shell Global Solutions International dan Paques Bio-Systems. Proses ini
sudah diterapkan secara komersial sejak tahun 1993, dan saat ini kurang lebih
terdapat sekitar 35 unit bio-desulfurisasi dengan lisensi Shell-Paques beroperasi
di seluruh dunia.
Proses ini dapat menyingkirkan sulfur dari aliran gas dan menghasilkan hidrogen
sulfida dengan kapasitas mulai dari 100 kg/hari sampai dengan 50 ton/hari,
menggunakan mikroorganisme Thiobacillus yang sekaligus bertindak sebagai
katalis proses bio-desulfurisasi. Dalam proses ini, aliran gas yang mengandung
hidrogen sulfida dilewatkan pada absorber dan dikontakkan pada larutan soda
yang mengandung mikroorganisme. Senyawa soda mengabsorbi hidrogen
sulfida, dan kemudian dialirkan ke bioreaktor THIOPAQ berupa tangki atmosferik
teraerasi dimana mikroorganisme mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur
elementer secara biologis dalam kondisi pH 8,2-9. Sulfur hasil reaksi kemudian
melalui proses dekantasi untuk memisahkan dengan cairan soda. Cairan soda
dikembalikan ke absorber, sedangkan sulfur diperoleh sebagai cake atau sebagai
sulfur cair murni. Karena sifatnya yang hidrofilik sehingga mudah diabsorpsi oleh
tanah, maka sulfur yang dihasilkan dari proses ini dapat juga dimanfaatkan
sebagai bahan baku pupuk.Tahapan reaksi bio-desulfurisasi dapat digambarkan
sebagai berikut :
http://1.bp.blogspot.com/_dpvlKce_AE/S_D2ASa5rRI/AAAAAAAAAAk/zb2FJmqi_Nw/s320/c.gif
http://4.bp.blogspot.com/_dpvlKce_AE/S_D2GX4MVuI/AAAAAAAAAAs/9bCjPPppVqc/s320/d.gif
Keunggulan dari proses Shell-Paques adalah :
6.BLENDING
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi minyak
bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin yang
memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi
yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi
cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan
pencampur yang dapat ditambanhkan pada proses pengolahannya.
Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead (TEL).
TEL berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya dengan
pelumas, agar diperoleh kualitas yang baik maka pada proses pengolahan
diperlukan penambahan zat aditif. Penambahan TEL dapat meningkatkan
bilangan oktan, tetapi dapat menimbulkan pencemaran udara.
BAB III
Fraksi-Fraksi dan Kegunaan Minyak Bumi
Gas Alam
Gas dari hasil distilasi yang dipergunakan untuk keperluan bahan bakar rumah
tangga atau pabrik. (Gambar. 13)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal13a.jp
g
Gambar. 13 LPG
Bensin
Bensin digunakan:
Sebagai bahan bakar motor (Gbr. 14)
Bahan ekstraksi pelarut dan pembersih.
Bahan bakar penerangan dan pemanasan.
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal13b.jp
g
Gambar. 14. SPBU
Nafta
Nafta adalah material yang memiliki titik didih antara gasolin dan kerosin yang
digunakan untuk :
Pelarut dry cleaning (pencuci)
Pelarut karet
Bahan awal etilen
Bahan bakar jet dikenal sebagai JP-4
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal13c.jp
g
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal13d.jp
g
Kerosin
Kerosin digunakan sebagai
Minyak tanah
Bahan bakar jet dikenal dengan air plane
Lilin
Digunakan untuk penerangan, kertas pembungkus berlapis, lilin batik, korek api,
bahan pengkilap seperti semir sepatu. (Gbr 18)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal14b.jp
g
Minyak bakar
Digunakan sebagai bahan bakar di kapal, industri pemanas dan pembangkit
listrik.
Bitumen
Materi aspal digunakan sebagai lapisan anti korosi, isolasi listrik dan pengedap
suara pada lantai. (Gbr 19)
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_371/Image/hal14c.jp
g
Jika dibuat tabel kegunaan minyak bumi adalah sebaga berikut :
Fraksi
Jumlah atom C
Titik didih (C)
Kegunaan
Gas
C1 - C4
< 20
Bahan bakar LPG dan bahan baku untuk senyawa organik.
Bensin (Gasolin)
C5 - C10
40 - 180
Bahan bakar organik.
Nafta
C6 - C10
70 - 180
Nafta diperoleh dari fraksi bensin, digunakan untuk sintetis senyawa organik,
pembuatan plastik, karet sintetis, detergen, obat, cat, bahan pakaian dan
kosmetik.
Kerosin
C11 - C14
180 - 250
Digunakan sebagai bahan bakar pesawat udara dan bahan bakar kompor parafin.
Minyak solar dan diesel
C15 - C17
250 - 300
Digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel dengan rotasi tinggi.
Minyak pelumas
C18 - C20
300 - 350
BAB IV
Dampak dan Problematika (Permasalahan) Minyak Bumi
(secara langsung) pada manusia, tetapi NOx ini bereaksi dengan bahan-bahan
pencemar lain dan menimbulkan fenomena asbut (asap-kabut). Asbut
menyebabkan berkurangnya daya pandang, iritasi pada mata dan saluran
pernapasan, menjadikan tanaman layu, dan menurunkan kualitas materi.
e. Partikel Timah Hitam
Senyawa timbel dari udara dapat mengendap pada tanaman sehingga bahan
makanan terkontaminasi. Keracunan timbel yang ringan dapat menyebabkan
gejala keracunan timbel, seperti sakit kepala, mudah teriritasi, mudah lelah, dan
depresi. Keracunan yang lebih hebat menyebabkan kerusakan otak, ginjal, dan
hati.
3. Pengubah Katalitik
Salah satu cara untuk mengurangi bahan pencemar yang berasal dari asap
kendaraan bermotor adalah memasang pengubah katalitik pada knalpot
kendaraan. Pengubah katalitik berupa silinder dari baja tahan karat yang berisi
suatu struktur berbentuk sarang lebah yang dilapisi katalis (biasanya platina).
Pada separuh bagian pertama dari pengubah katalitik, karbon monoksida
bereaksi dengan nitrogen monoksida membentuk karbon dioksida dan
gasnitrogen.
katalis
2CO(g) + 2NO(g) 2CO2(g) + N2(g)
Gas-gas racun gas tak beracun Pada bagian berikutnya, hidrokarbon dan karbon
monoksida (jika masih ada) dioksidasi membentuk karbon dioksida dan uap air.
Pengubah katalitik hanya dapat berfungsi jika kendaraan menggunakan bensin
tanpa timbel.
4.
Berbagai gas dalam atmosfer, seperti karbon dioksida, uap air, metana, dan
senyawa keluarga CFC, berlaku seperti kaca yang melewatkan sinar tampak dan
ultraviolet tetapi menahan radiasi inframerah. Oleh karena itu, sebagian besar
dari sinar matahari dapat mencapai permukaan bumi dan menghangatkan
atmosfer dan permukaan bumi. Tetapi radiasi panas yang dipancarkan
permukaan bumi akan terperangkap karena diserap oleh gas-gas rumah kaca.
Efek rumah kaca berfungsi sebagai selimut yang menjaga suhu permukaan bumi
rata-rata 15C. Tanpa karbon dioksida dan uap air di atmosfer, suhu rata-rata
permukaan bumi diperkirakan sekitar 25C. Jadi, jelaslah bahwa efek rumah
kaca sangat penting dalam menentukan kehidupan di bumi. Akan tetapi,
peningkatan kadar dari gas-gas rumah kaca dapat menyebabkan suhu
permukaan bumi menjadi terlalu tinggi sehingga dapat mneyebabkan berbagai
macam kerugian.
5.
Hujan Asam
Air hujan biasanya sedikit bersifat asam (pH sekitar 5,7). Hal itu terjadi karena air
hujan tersebut melarutkan gas karbon dioksida yang terdapat dalam udara,
membentuk asam karbonat.
CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq)
Asam Karbonat
Air hujan dengan pH kurang dari 5,7 disebut hujan asam.
a. Penyebab Hujan Asam
SO2(g) + H2O(l) H2SO3(aq)
asam sulfit
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq)
asam sulfat
2NO2(g) + H2O(l) HNO2(aq) + HNO3(aq)
asam nitrit asam nitrat
b. Masalah yang Ditimbulkan Hujan Asam
- Kerusakan Hutan
- Kematian Biota Air
- Kerusakan Bangunan
Bahan bangunan sedikit-banyak mengandung kalsuim karbonat. Kalsium
karbonat larut dalam asam, maka dapat bereaksi.
CaCO3(s) + 2HNO3(aq) Ca(NO3)2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
c. Cara Menangani Hujan Asam
- Menetralkan asam
- Mengurangi emisi SO2
- Mengurangi emisi oksida nitrogen
Kesimpulan
Proses pembentukan minyak bumi yaitu berasal dari reaksi kalsium karbida,
CaC2 (dari reaksi antara batuan karbonat dan logam alkali) dan air yang
menghasilkan asetilena yang dapat berubah menjadi minyak bumi pada
temperatur dan tekanan tinggi.
Produk hasil pengolahan minyak bumi antara lain : Bahan bakar, napta, gasoline,
kerosin, minyak solar, minyak pelumas dan residu. Minyak bumi selain bahan
bakar juga sebagai bahan industri kimia yang penting dan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari yang disebut petrokimia.
Dampak yang ditimbulkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna
Pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, akan menghasilkan senyawasenyawa kimia yang dalam bentuk gas dapat mencemari udara dan kadangkadang mengasilkan partikel-pertikel yang menimbulkan asap cukup tebal,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara.
Pencemaran lain adalah gas karbon monoksida, Co, gas ini berbahaya pada
tubuh manusia karena lebih mudah terikat pada hemoglobin darah, sehingga
kemampuan darah mengikat oksigen menjadi menurun.
Saran
Oleh karena minyak bumi itu proses pembentukannya lama, maka kita harus
berhemat dalam pemanfaatannya, agar minyak bumi itu tidak cepat habis. Dan
penggunaan bensin / bahan bakar haruslah yang tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan alam sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA
Ika Ratna Sari, S.Pd. 2006. Metode Belajar Efektif Kimia : Jawa Tengah. CV
Media Karya Putra.
http://sideofardeliaini.wordpress.com/2013/02/24/makalah-minyak-bumi/
http://amboinas.wordpress.com/2009/06/05/makalah-tentang-minyak-bumi/
http://cassanarief.blogspot.com/2012/05/makalah-kimia-tentang-minyak-bumidan.html
Kesimpulan
Bensin adalah cairan bening, agak kekuning-kuningan,
dan berasal dari pengolahan minyak bumi yang sebagian besar
digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam.
Bensin dapat diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya
yang dilihat dari nilai bilangan oktan yaitu ukuran dari kemampuan
bahan bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam
mesin. Untuk menaikkan bilangan oktan dilakukan dengan proses
reforming, penambahan zat aditif, Menambahkan hidrokarbon
alisiklik/aromatik ke dalam campuran akhir fraksi bensin.
Saran
12. Memanfaatkan turbin angin dan sel tenaga matahari dengan itingkat
pencemaran nol.
13. Melakukan penghematan berdasarkan pasar ,salah satunya adalah energi star
computer,suatu pasar bagi computer yang daya listriknya secara otomatis akan
melemah jika computer tidak digunakan.
Selain cara cara di atas, untuk mengatasi dampak pemakaran bahan bakar
dapat dilakukan dengan menerapkan zona larangan , seperti : larangan masuk
ke suatu daerah pada jam-jam tertentu.Cara lain ,yaitu dengan peraturan
adanya Hari Tanpa Mengemudi dan membudayakan pemakain sepeda karena
tidak memakai bahan bakar.
14. Produksi bensin yang ramah lingkungan, misalnya bensin tanpa timbale
15. Penggunaan EFI [Electronic Fuel Injection]
16. Penggunaan converter katalitik pada sistem buangan kendaraan
17. Penghijauan atau pembuatan taman dalam kota
18. Penggunaan bahan bakar alternative yang dapat diperbarui dan yang lebih
ramah lingkungan, seperti tenaga surya dan sel bahan bakar.
Pembakaran bahan bakar minyak akan menghasilkan gas-gas sisa pembakaran. Kandungan
utama bahan bakar minyak adalah hidrokarbon, serta sedikit senyawa belerang, nitrogen dan
oksigen.Pembakaran sempurna hidrokarbon dalam minyak bumi menghasilkan karbon
dioksida dan uap air. Sementara itu pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan partikel
padat yang dikenal dengan asap dan berisi butiran-butiran halus dari karbon (jelaga), karbon
monoksida, karbon dioksida, dan uap air.
Bensin merupakan salah satu hasil pengolahan minyak bumi yang kandungan utamanya adalah
oktana (C8H18). Jika bensin dibakar sempurna, akan terjadi reaksi:
2C8H18(l) + 25O2(g) 8CO(g) + 8CO2(g) + 18H2O(g) (1)
Pada pembakaran tidak sempurna dapat terjadi reaksi:
2C8H18(l) + 21O2(g) 8CO(g) + 8CO2(g) + 18H2O(g) . (2)
Atau
2C8H18(l) + 15O2(g) 8C(s) + 4CO(g) + 4CO2(g) + 18H2O(g) (3)
Jika kita perhatikan reaksi pembakaran sempurna (reaksi 1) dan tidak sempurna (reaksi 2 dan
3), dapat disimpulkan bahwa pembakaran dapat berlangsung sempurna atau tidaknya,
ditentukan oleh perbandingan jumlah (volume) bensin (C 8H18) dengan volume gas oksigen (O 2).
Semakin terbatas jumlah oksigen, semakin tidak sempurna pembakaran yang terjadi, dan
semakin banyak jelaga (C) yang dihasilkan.
Gas karbon dioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya
pemanasan global, sedangkan gas karbon monoksida akan berikatan dengan hemoglobin
sehingga mengganggu fungsi hemoglobin dalam mengikat oksigen. Akibatnya, pada kadar
tertentu dapat menyebabkan kematian. Sementara itu, jelaga merupakan serbuk halus dari
karbon (C) yang jika terhidrup dapat merusak alat pernafasan.
Dampak pembakaran bahan bakar ini memang berbahaya. Pada dasarnya pembakaran pada
mesin kendaraan bermotor tidak ada yang 100 persen sempurna. Oleh karena itu gas buang
yang keluar dari knalpot kendaraan sangat berbahaya bagi kesehatan karena menghasilkan gas
CO.
Selain gas karbon dioksida dan karbon monoksida, dampak pembakaran bahan bakar dalam
mesin kendaraan bermotor dapat menghasilkan gas belerang dioksida (SO 2) karena di dalam
minyak bumi terdapat senyawa belerang, serta gas oksida nitrogen (NO x) karena untuk
membakar bahan bakar (bensin) dalam mesin digunakan udara sebagai sumber oksigen dan
udara mengandung gas nitrogen.
Belerang dari minyak bumi dapat teroksidasi menjadi gas belerang dioksida (SO 2)
S(s) + O2(g) SO2(g)
Ketika di udara gas SO2 ini dapat teroksidasi mejadi gas SO3.
SO2(g) + O2(g) SO3(g)
Gas SO3 ini sangat mudah bereaksi dengan air menghasilkan asam sulfat, sehingga gas SO 3 ini
dapat menyebabkan hujan asam.
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq)
Pada suhu tinggi, di dalam mesin kendaraan bermotor dapaat terjadi reaksi antara nitrogen dan
oksigen.
N2(g) + O2(g) NOx(g)
Gas oksida nitrogen dalam kadar tinggi dapat menyebabkan iritasi pada mata sehingga
menyebabkan mata perih dan merah. Selain itu, dampak pembakaran bahan bakar yang
menghasilkan gas oksida nitrogen merupakan salah satu gas penyebab terjadinya efek rumah
kaca (greenhouse effect) yang berdampak pada pemanasan global (peningkatan suhu bumi).
Demikian ulasan mengenai dampak pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan. Jika ada
masukan, saran ataupun pertanyaan silahkan berkomentar ya. Semoga bermanfaat..
Sumber:
Sudarmo, U.(2013). KIMIA: Untuk SMA/MA Kelas XI, Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu
Alam. Erlangga: Jakarta
c.