NAMA KELOMPOK :
ABDUL RAZAK GINTING
1512014041
DEANTI PERMATASARI
1512014012
HANIF BAGASKARA
1512014030
ALVIN JONATHAN
1412014059
ALBERTINUS VALENTINO
1512014051
1512014029
FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan pada Tahun 2013
wisatawan yang datang ke Indonesia mencapai angka sembilan
juta
berusaha
mempromosikan
tujuannya.
lebih
diri
keras
agar
Pendapatan
memperbaiki
wisatawan
daerah
akan
dapat
infrastrukturnya
lebih
bertambah
mudah
dan
dan
mencapai
kesejahteraan
setiap
tahunnya.
Berdasarkan
data
kunjungan
wisatawan
Pada
Tabel di
atas
datapat
Malaysia,
Singapura.
Jumlah
Berikut
perkembangan
jumlah
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah indonesia masih
tertinggal dari Negara-negara asean lainnya dalam jumlah kunjungan
wisatawan. Maka bagaimana melihat persaingan Negara-negara Asean
dalam mengembangkan Pariwisata di Negaranya
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan diatas, maka tujuan
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat
menerapkan teori-teori dan konsep yang telah diterima saat perkuliahan,
sehingga dapat memperluas wawasan dan pengetahuan serta daya pikir
dalam mengidentifikasi rumusan dan menganalisis berbagai persoalan
dalam dunia pariwisata serta dapat menemukan solusi terhadap berbagai
fenomena dan persoalan.
1.4.2 Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pariwisata
Sebagai suatu gejolak sosial, pemahaman akan pengertian dari makna
pariwisata memiliki banyak definisi.
Pariwisata yang digunakan sebagai suatu tinjauan pustaka dapat dibatasi
pada pengertian: Menurut Kodyat (1983) pariwisata adalah perjalanan dari
suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau
kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan
kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan
ilmu.
Selanjutnya Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata sebagai
suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek
ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja,
dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.
Sedangkan Wahab (1985) menjelaskan pariwisata adalah salah satu
jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart
hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor
yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti
kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan, transportasi secara
ekonomi juga dipandang sebagai industri.
Selain itu pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai
berkembang di Indonesia sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri
pariwisata merupakan usaha yang dapat memberikan keuntungan pada
pengusahanya.
Sehubungan dengan itu Pemerintah Republik Indonesia sejak dini
mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor
2.2.Bentuk Pariwisata
Di dalam pertumbuhan dan perkembangan industri pariwisata ini dapat
diklasifikasikan bentuknya ke dalam beberapa kategori berikut ini:
1.Menurut asal wisatawan
Dilihat dari asal wisatawan, apakah asal wisata itu dari dalam atau luar
negeri. Jika dalam negara berarti bahwa sang wisatawan ini hanya pindah
tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya (pariwisata
domestik), sedangkan jika ia datang dari luar negeri dinamakan pariwisata
Internasional.
2.Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran
Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang
asing. Pemasukan valuta asing itu berarti memberi efek positif terhadap
neraca pembayaran luar negara suatu yang dikunjungi wisatawan ini disebut
pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga negara keluar negeri
memberikan efek negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri
negaranya ini dinamakan pariwisata aktif.
3.Menurut jangka waktu
Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara
diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau
negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata
jangka pendek dan jangka panjang, yang mana tergantung kepada
ketentuan-ketentuan yang berlaku oleh suatu negara untuk mengukur
pendek atau panjangnya waktu yang dimaksud.
4.Menurut jumlah wisatawan
Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlahnya wisatawan yang datang,
apakah sang wisatawan datang sendiri atau dalam suatu rombongan. Maka
timbullah istilah-istilah pariwisata tunggal dan rombongan (mass tourism).
5.Menurut alat angkut yang dipergunakan
Dilihat dari segi penggunaan alat pengangkutan yang dipergunakan
oleh sang wisatawan, maka katagori ini dapat dibagi menjadi pariwisata
udara, pariwisata laut, dan darat.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Pariwisata Indonesia Dalam Menghadapi MEA
Pariwisata sebagai sebuah sektor jasa telah menjadi industry yang
berperan penting dalam perkembangan perekonomian bangsa-bangsa di
dunia, khususnya dalam dua decade terakhir yang dipicu oleh semakin
meningkatnya kesejahteraan ekonomi bangsa-bangsa di dunia dan telah
menjadikan pariwisata sebagai bagian pokok dari kebutuhan atau gaya hidup
manusia (lifestyle). Kemajuan perekonomian dan tingkat kesejahteraan
masyarakat di berbagai kawasan dunia telah menggerakan jutaan manusia
untuk melakukan perjalanan lintas negara. United Nation Of World Tourism
Organization (UNWTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut
kegiatan sosial dan ekonomi. Dengan adanya fenomena kerja sama
internasional seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini diharapkan
mampu memberikan akses yang lebih mudah, tidak terkecuali aktivitas
perdagangan luar negeri. Indonesia merupakan market yang cukup besar
Koridor
Koridor
Koridor
Koridor
Koridor
Koridor
Ekonomi
Ekonomi
Ekonomi
Ekonomi
Ekonomi
Ekonomi
Sumatera
Jawa
Kalimantan
Sulawesi
Bali, dan
Papuan Kepulauan Maluku
ASEAN yaitu pilar keamanan, pilar ekonomi, dan pilar sosial dan kebudayaan.
Sektor pariwisata masuk ke dalam salah satu pilar tersebut, yaitu pilar
ekonomi dan menjadi salah satu dari 5 sektor prioritas dibidang jasa yang
harus memiliki daya saing dalam rangka menghadapi MEA. Dengan
ditandatanganinya Mutual Recognition Arrangement (MRA) di sektor
pariwisata pada tanggal 9 januari 2009, maka sektor pariwisata Indonesia
harus siap menghadapi era keterbukaan tersebut, utamanya mobilitas
tenaga kerja yang professional di kawasan ASEAN. Untuk itu dubutuhkan
sinergisitas antar seluruh pemangku kepentingan dalam rangka
meningkatkan kemampuan daya saing kepariwisataan Indonesia.
Tabel 1 : Daya Saing Kepariwisataan Indonesia Di ASEAN
Negara
Kerangka
Lingkungan
Sumber Daya
Kebijakan
Bisnis dan
Alam , Manusia,
Infrastruktur
dan budaya
Singapura
5.74
5.31
4.64
(10)
Malaysia
4.82
4.36
4.93
(34)
Thailaind
4.47
4.25
4.68
(43)
Indonesia
4.18
3.36
4.56
(70)
Brunei (72)
4.18
3.94
3.91
Vietnam
4.30
3.26
4.30
(80)
Filipina (82)
4.51
3.33
3.95
Kamboja
4.06
2.86
3.77
(106)
Sumber :Travel and Tourism Competitiveness World Ekonomi Forum, 2013
Sejalan dengan diberlakukannya MEA, maka ASEAN akan menjadi
pasar tunggal dan memiliki basis produksi tunggal. Hal ini mengakibatkan
arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil dapat dengan leluasa /
bebas bergerak di antara negara ASEAN. Implikasi yang akan langsung
dirasakan adalah sumber daya manusia (SDM) disegala sektor dan
pariwisata ada didalamnya. Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata
merupakan individu / pelaku industry pariwisata yang secara langsung
ataupun tidak langsung memiliki interaksi / berkaitan dengan seluruh
komponen. SDM pariwisata memegang peranan penting dalam menggerakan
roda industry ini. Dengan memiliki SDM pariwisata yang memiliki kompetensi
yang baik, maka pembangunan pariwisata yang baik, maka pembangunan
pariwisata dapat dilakukan secara optimal. Dalam upaya peningkatan
kompetensi SDM pariwisata di Indonesia, serifikasi bidang kepariwisataan
memiliki peran sentral. Oleh sebab itu penyusunan dan pembuatan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang kepariwisataan, serta
melakukan pelatihan ketenagakerjaan bidang pariwisata menjadi hal yang
sangat penting. Yang selanjutnya akan dilakukan sertifikasi di beberapa
provinsi di Indonesia untuk menjangkau seluruh wilayah yang ada di
Indonesia.
Hotel
Motel Lodging Service
Letting Service of Furnished accomodations
Meal Serving Service Without Entertainment
Beverage Service Without Entertainment
Berverage Service With Entertainment
Travel Agent and Tour Operator Service
Tour Leader Service
Tourism Consultancy Service
Internasional Hotel Operator
Profesional Congress Organizer
Golf Courses and Other Facilities
Tourist Resort Including : Hotel (3, 4, and 5 stars)
Marinas
berbagai kasus besar yang sedang melanda tubuh kepolisian RI (Polri) yang
dimana sejumlah petinggi Polri dinilai dalam pengangkatannya yang
mengandung unsur politis yang berlebihan.
Isu kesehatan dan higienis (health and hygiene) juga menjadi
persoalan karena berada pada peringkat ke 110. Penilaian tersebut dapat
dipahami mengingat jumlah fasilitas kesehatan dan dokter yang masih
sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk. Sebagai contoh, pada
tahun 2008, rasio dokter spesialis dan jumlah penduduk adalah 1 dibanding
lebih dari 100.000. Kondisi ini dapat menjadi persoalan besar manakala
muncul, kasus-kasus penyebaran penyakit seperti flu burung dan flu babi
yang yang berpengaruh besar terhadap kepariwisataan suatu negara.
Di bidang Insfrastruktur transportasi darat (ground transport
insfrastruktur), Indonesia berada pada peringkat ke 89. Bila dikaitkan dengan
beberapa contoh mengenai keadaan sebenarnya memang penilaian tersebut
tidak berlebihan. Berdasarkan perhitungan kementrian Perhubungan, untuk
transportasi kereta api misalnya tingkat ketepatan waktu keberangkatan dan
kedatangan di tempat tujuan masih berada pada angka 80% dan 31% (tahun
2008). Sementara itu jalan raya yang rusak di Indonesia adalah sebesar
50,33 %.
Ditinjau dari aspek infrastruktur transportasi udara (air transport
insfrastruktur). Indonesia berada pada peringkat ke 60. Salah satu aspek
penilaian yang paling penting adalah kualitas infrastruktur angkutan udara
(quality of air transport infrastructure). Jika dikaitkan dengan kenyataan di
lapangan, hingga saat ini masih dominan anggapan bahwa Bandar udara di
Indonesia masih sangat lemah dari segi kualitas keamanan, keselamatan,
dan kenyamanan. Bahkan untuk Bandar udara sekelas Soekarno Hatta
Internasional Air Transport Association (IATA) menyatakan bahwa kondisinya
tidak memadai.
Dalam hal infrastruktur teknologi komunikasi dan informasi (ICT
infrastructure), daya saing Indonesia juga sangat rendah, yaitu peringkat ke
102. Di dalam kenyataan, hal ini tampaknya juga tidak jauh berbeda.
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika hingga saat ini diperkirakan
bahwa 80% penduduk Indonesia masih buta IT.
Disamping itu, dalam hal ketersediaan infrastruktur pariwisata
(tourism infrastructure), Indonesia menduduki peringkat ke 88. Indikator
ketersediaan adalah jumlah kamar hotel, perusahaan rental mobil, dan
mesin ATM yang dapat diakses kartu kredit. Berkaitan dengan jumlah
perusahaan rental mobil memang jumlahnya masih sangat sedikit, yaitu 260
perusahaan yang beroperasi di 13 cabang dengan jumlah total kendaraan
sebanyak 52.000 unit. Hal ini terutama jika dibandingkan dengan jumlah
wisatawan asing yang datang ke Indonesia sebanyak lebih dari 6 juta orang
dalam tahun 2009, ditambah dengan jumlah perjalanan wisatawan domestic
yang mencapai angka 229,7 juta perjalanan selama periode waktu yang
sama.
Sementara itu, dalam hal keterbukaan terhadap pariwisata, Indonesia
berada pada peringkat ke 78 Indikator peringkat tersebut adalah rendahnya
persentase pendapatan nasional dari kepariwisataan dan rendahnya sikap
dalam menerima kunjungan wisatawan. WEF tidak menjelaskan lebih lanjut
mengenai masalah ini. Meskipun demikian, hal tersebut diduga kuat ada
kaitannya dengan persoalan terorisme dan persoalan lainnya seperti
sweeping warga negara asing, masalah pelanggaran hukum dan HAM. Dua
aspek lainnya yang dapat dikatakan tidak terlalu besar potensi
perubahannya adalah sumber daya alam (natural resources) dan sumber
daya budaya (capital resources). Untuk kedua bidang ini, Indonesia berada
pada peringkat ke 28 dan ke 37.
BAB IV
PENUTUP
Setiap Negara maju di bidang pariwisata tak luput dari berbagai aspek
seperti kesejahteraan social, infrastruktur yang memadai, pengembangan
potensi alam dan budaya, pemasaran yang tepat target internasional, dan
kesiapan masyarakat sebagai pelaku pariwisata. Hal hal ini yang sangat
penting bagi pemerintah di Indonesia untuk memperhatikan masalah
masalah yang menyangkut aspek tersebut.
Mengingat aspek yang mendukung untuk kemajuan pariwisata di
Indonesia pemerintah berperan penting dan serta kesiapan dan pola pikir
masyarakat dalam menghadapi setiap program program atau kebijakan yang
dikeluarkan di setiap daerah membangun pariwisata daerah yang ada di
Indonesia. Sehingga dapat bersaing lebih kompetitif dengan Negara-negara
di Asean khusunya dalam mendatangkan wisatawan mancanegara. Yang
dampaknya berguna dalam mengembangkan sektor ekonomi masyarakat
maupun pemerintah Indonesia.