MAKALAH
Untuk memenuhi Tugas Matakuliah
Teori Akuntansi
Yang dibina oleh Dr. Endang Mardiati, S.E., M.Si., Ak
Prepared by:
KEVIN LABBEIK
156020301111016
156020304111025
I.
Kutipan terakhir tersebut sedikit ironis karena USA menjadi salah satu dari
sedikit negara yang tidak sepenuh hati menerima International Financial Reporting
Standards (IFRS).
1.1
tuntutan
kritis
atas
upaya
harmonisasi
IASC
'(p.298).
1. Sebuah proyek yang diakui memerlukan perhatian, dan komite pengarah terdiri dari
ahli-ahli ditunjuk.
2. Biasanya makalah diskusi (atau permasalahan) diterbitkan, serta draft pernyataan
prinsip-prinsip (Draft Statement of Principles).
3. Exposure draft diterbitkan untuk meminta komentar publik.
4. Kemudian standar diterbitkan.
Di beberapa negara anggota, IASC merasa perlu untuk menetapkan Standing
Interpretations Comitte (SIC) yang bertanggungjawab untuk menjawab isu-isu
penerapan standar yang muncul. Selain itu, seperti di beberapa negara anggota, IASC
mengembangkan pernyataan yang menjelaskan dasar konseptual untuk mengeluarkan
standar akuntansi. Hal tersebut menghasilkan adopsi rerangka kerja untuk penyusunan
laporan keuangan - rerangka konseptual IASC yang penting pada tahun 1989. Rerangka
kerja ini mengisyaratkan niat IASC untuk mengembangkan standar berbasis prinsip
(principles-based standards) (seperti di AS) dan standar berbasis aturan (rules-based
standards). Perbedaan utama dalam dua pendekatan tersebut adalah bahwa
pendekatan berbasis prinsip dimulai dari prinsip-prinsip yang mendasari (seperti yang
ditunjukkan dalam rerangka) sedangkan pendekatan ruled-based berusaha untuk
mengatur setiap tindakan yaitu peraturan yang harus dipatuhi pada situasi tertentu.
Pendekatan prinsip bergantung pada pertimbangan profesional dalam menerapkan
prinsip-prinsip yang relevan dengan transaksi daripada menetapkan prosedur yang
harus diikuti. Filosofi yang berbeda telah dikutip sebagai alasan utama untuk
penerimaan standar akuntansi internasional oleh AS. Namun, mereka menjelaskan
untuk menjadi standar akuntansi internasional jauh lebih sedikit daripada standar
akuntansi AS.
1.3 Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting
Standards/IFRS)
Pada awal abad ini, IASC digantikan oleh International Accounting Standards
Board (IASB). IASB dibantu oleh badan penasihat yang disebut Standards Advisory
Council (SAC). SIC yang lama diubah bentuknya menjadi International Financial
Reporting Interpretation (IFRIC). IASB juga dibantu oleh anggota-anggota sebagai
penghubung. Anggota tersebut adalah Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang,
Selandia Baru, Inggris dan Amerika Serikat, dan tanggung jawab mereka untuk bertemu
dengan anggota lain untuk memastikan bahwa kepentingan semua anggota
'sepenuhnya diwakili. IASC telah menerbitkan 41 standar akuntansi internasional dan
SIC mengeluarkan 33 interpretasi. Meskipun standar baru diketahui sebagai IFRS,
standar yang telah diterbitkan sebelumnya tetap sebagai standar akuntansi
3
internasional sampai mereka diubah atau diganti. Demikian pula, SIC juga akan tetap
berlaku sampai diganti (seperti yang disebutkan di atas, standar yang dikeluarkan di
bawah IASB disebut IFRS dan interpretasinya disebut IFRIC).
1.4
Adopsi IFRS
Tidak semua negara mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansinya.
Australia adalah salah satu negara yang telah mengadopsi IFRS. The European
Union juga memintasemua perusahaan terdaftar di bursa menerapkan IFRS dalam
akun konsolidasi mereka.
Masyarakat akuntansi dan bisnis telah lama mengemukakan kasus dan
perlawanan harmonisasi standar akuntansi. Harmonisasi diperlukan, karena
beberapa komentator berpendapat, dalam rangka meningkatkan 'alokasi barang,
tenaga kerja dan modal di pasar internasional untuk mengurangi biaya modal, biaya
operasi, dan untuk memudahkan kontrol sosial perusahaan multinasional '(Parker
dan Morris 2001, p.299). Ide tentang harmonisasi juga menjadi subjek debat.
Walaupun dapat dilihat sebagai proses untuk meningkatkan perbandingan praktek
akuntansi yang bervariasi (Nobes, quoted in Parker and Morris 2001, p.302),
terdapat perbedaan dengan apa yang diminta secara legal dalam peraturan (de jure
formal harmony) dan apa yang dilakukan perusahaan dalam prakteknya (de facto or
material harmony). Beberapa peneliti telah menyediakan tingkat pengukuran
beberapa standar akuntansi nasional yang selaras dengan IFRS (misalnya Fontes et
al., 2005).
Peter Agars yang merupakan mitra di sebuah perusahaan akuntansi utama
internasional, berpendapat bahwa Australia memainkan peran penting dalam praktek
akuntansi internasional. Ia mengklaim bahwa Australia membantu menjaga profesi
internasional dalam keseimbangan dengan empat cara:
1. oleh pengaruh yang diberikannya dalam pengaturan standar;
2. oleh pengaruh yang diberikannya atas nama kawasan Asia-Pasifik;
3. dengan keseimbangan dengan keterlibatan di antara negara-negara besar
4. dengan sumber daya yang memberikan kontribusi (agars tahun 1996, p.362)
IASB
telah
menyatakan
bahwa
ia
akan
mengadopsi
pendekatan
internasional
dengan
partisipasi
negara
AS
sepenuhnya
dalam
penyusunan. Saat ini AS tidak menerima IFRS, tetapi sebagai pendukung peraturan
akuntansi global, sangat penting bahwa AS sebagai ekonomi terbesar dunia menjadi
bagian dalam proses harmoniasi. IASC selalu mengklaim telah mengadopsi
pendekatan berbasis prinsip (principle based) untuk IFRS. Hal ini ironis, mengingat
sebagian besar peraturan akuntansi AS pada abad 20 didasari pada praktik
akuntansi yang 'baik', bahwa peraturan akuntansi (GAAP) di AS belum berdasarkan
prinsip. Namun, Schipper (2003) menyatakan bahwa US GAAP didasarkan pada
prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam Kerangka Konseptual FASB, tapi ada
unsur-unsur yang mengarahkan orang untuk percaya bahwa peraturan adalah dasar
dari standar.
principles-based
dimaksudkan
untuk
memberikan
dasar
konseptual untuk akuntan daripada mengikuti daftar aturan rinci atau seperti Alexander
dan Jermakovicz yang menyatakan itu adalah 'upaya untuk memberitahu preparers dan
auditor tidak melakukan sesuatu tapi bagaimana untuk memutuskan apa yang harus
dilakukan'. Hal ini kadang-kadang disebut pendekatan objectives-oriented untuk
pengaturan standar yang menyoroti perbedaan penting, yang membangkitkan
pertanyaan tentang apa tujuan dari pelaporan keuangan. Tujuan ini biasanya dinyatakan
dalam pelaporan substansi ekonomi yang mendasari (representative faithfulness) untuk
entitas pelaporan bukan pada bentuk transaksi.
Perdebatan pengaturan standar berbasis prinsip (principles-based) dan
berbasis peraturan (rules-based) adalah kompleks dan memiliki banyak implikasi untuk
6
praktek akuntansi. IASC telah ditetapkan untuk menentukan standar berbasis prinsip
(principles-based) tetapi kenyataannya hal itu harus menjelaskan beberapa persyaratan
standar dalam bentuk 'aturan' untuk diikuti. Dari perspektif teoritis, pendekatan berbasis
prinsip (principles-based) lebih baik. Hal ini dapat dirasakan sebagai suatu masalah
dalam benak akuntan. Namun, pendekatan berbasis peraturan (rules-based) akan
tampak lebih aman untuk akuntan di lingkungan yang sadar hukum. Artinya, akuntan
harus menunjukkan bahwa aturan telah diikuti untuk menghindari adanya klaim akibat
dari adanya kemungkinan kelalaian. Pendekatan berbasis prinsip (principles-based)
memerlukan pertimbangan profesional dengan penyaji (preparer) laporan keuangan dan
auditor. Jika penilaian tersebut dihindari, maka betapa rapuhnya profesional akuntan?
Ada banyak bukti menunjukkan standar akuntansi berbasis aturan (rules-based)
tampaknya menarik, tapi menyebabkan penyalahgunaan status profesional akuntan.
1.6 Dimensi Internasional dari Akuntansi
Dimensi internasional akuntansi dapat dipertimbangkan dari tiga perspektif, meskipun
mereka semua tumpang tindih, yaitu:
1. Perusahaan Multinasional (Multinational Corporations - MNC).
Perusahaan multinasional yaitu perusahaan individual yang telah terlibat untuk waktu
yang lama dalam perdagangan internasional, tetapi secara bertahap mereka telah
menjadi lebih besar sampai pendapatan untuk beberapa perusahaan meningkat
melebihi produk domestik bruto dari banyak negara di mana mereka beroperasi.
Masalah pertama dalam memeriksa perusahaan multinasional (juga disebut sebagai
Transnasional Corporations-TNC) yang mendefinisikannya. Para ekonom belum
berhasil menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu ekonom internasional telah
menyarankan bahwa MNC adalah perusahaan yang:
a. Terlibat dalam produksi asing melalui afiliasinya yang terletak di beberapa negara.
b. Kontrol langsung atas kebijakan afiliasinya.
c. Mengimplementasikan strategi bisnis dalam produksi, pemasaran, keuangan dan
kepegawaian yang melampaui batas-batas nasional (geosentris).
Beberapa isu yang terlibat dalam transaksi pelaporan yang menyangkut standar
akunting di perusahaan multinasional (MNC/TNC) yaitu:
a. Melibatkan lebih dari satu mata uang. Satuan mata uang mana yang akan
digunakan dalam pelaporan keuangan?
b. Pengukuran aset dan kewajiban yang akan digunakan dalam menyusun laporan
keuangan akhir
c. Metode dan proses laporan keuangan konsolidasi yang akan digunakan.
7
Contoh: di
negara ini karena manfaat yang akan diperoleh dari operasional MNC (seperti
terbukanya lapangan pekerjaan dan pajak). Dalam hal ini, struktur biaya apa yang
harus digunakan oleh MNC? Banyak perusahaan multinasional (MNC) yang dikritik
karena pembebanan biaya operasional mereka di negara-negara berkembang
sehingga tidak ada keuntungan yang diperoleh dan tidak ada pajak yang terhutang.
Hal ini dikenal sebagai transfer pricing dan banyak penelitian telah dilakukan tentang
masalah ini. Hal tersebut menjadi bagian dari masalah yang lebih besar terkait
dengan manfaat globalisasi
2. Comparative accounting.
Perbandingan faktor-faktor yang membentuk praktik akuntansi di berbagai
negara disebut sebagai akuntansi komparatif (Comparative accounting). Selama
bertahun-tahun ada banyak studi penelitian tentang faktor-faktor yang dianggap
menjadi penyebab perbedaan nasional dalam akuntansi disebut akuntansi sebagai
perbandingan (Comparative accounting). Alasan perbedaan tersebut berasal dari
banyak faktor seperti warisan kolonial, umur dan ukuran profesi akuntansi, sistem
hukum, budaya, sejarah, bahasa dan agama (Nobes,1998,p.163). Namun,
perbedaan yang mendominasi pada penelitian-penelitian tersebut adalah budaya
(culture).
Budaya dibangun secara sosial dan terus berubah sehingga tidak mungkin
untuk mengklaim bahwa dimensi budaya tetap ada. Pengetahuan budaya diperoleh
melalui pemahaman sosial yang kompleks. Budaya ditandai oleh alam sejarah
mereka dan terus-menerus berubah dengan perubahan dalam organisasi sosial,
ekonomi dan politik masyarakat. Ada sedikit keraguan bahwa praktik akuntansi,
didefinisikan sebagai kegiatan sosial yang sangat dipengaruhi oleh budaya tetapi
tidak mungkin untuk memformulasikan dimensi tetap tentang dampak budaya pada
praktek-praktek akuntansi tersebut.
Akuntansi komparatif tidak dapat mengandalkan dimensi budaya secara
sederhana. Gray (1988) menjelaskan akuntansi komparatif harus melibatkan
petunjuk yang lebih luas jika ingin memiliki arti. Gerakan konvergensi dari regulasi
pelaporan dan praktek keuangan akan mengurangi dampak perbedaan budaya
nasional. Hal tersebut merupakan karakteristik dari globalisasi.
8
3. Globalisasi (globalization).
Perspektif akuntansi dalam konteks ekonomi yang semakin global merupakan
fenomena terbaru yang terbukti menjadi pertimbangan paling penting dalam
memeriksa dimensi internasional akuntansi. Ini adalah motivasi utama untuk
pendukung standar akuntansi internasional. Namun, ada dua kesalahpahaman
umum globalisasi: pertama, bahwa globalisasi adalah fenomena baru. Kedua, yaitu
kekhawatiran hanya pada faktor ekonomi. Menurut Steger (2003) empat karakteristik
globalisasi, yaitu:
a. Melibatkan penciptaan baru dan perbanyakan jaringan sosial serta kegiatan yang
semakin melampaui batas-batas geografis politik, ekonomi, budaya tradisional yang
ada (penekanan dalam aslinya, p.9). Karakteristik pertama jelas bahwa globalisasi
melibatkan lebih dari sekadar pertimbangan ekonomi, meskipun sering orang
berkonsentrasi pada aspek ini.
b. Tercermin dalam ekspansi dan peregangan hubungan, aktivitas, sosial, dan saling
ketergantungan.
c. Mengacu pada intensifikasi dan percepatan pertukaran kegiatan sosial.
d. Dengan masyarakat tumbuh kesadaran karakteristik kedua dan ketiga.
10
Kondisi yang dikenakan oleh tiga lembaga keuangan tersebut adalah sebagai
prasyarat pada bangsa yang mengajukan pinjaman. Pendukung dari arahan baru
tersebut mengindikasikan secara statistik peningkatan kesejahteraan secara global di
negara berkembang dan (ada sedikit keraguan) tentang indikator peningkatan ekonomi
global. Bagaimanapun juga, hal tersebut merupakan pengukuran secara makro yang
mengabaikan ketidaksamaan pada tingkat mikro dan dampak negatif lainnya yang
disebut dengan perdagangan bebas.
Ada kemunafikan yang cukup besar dalam penerapan ideologi Konsensus
Washington. Negara debitur diwajibkan untuk menghilangkan hambatan perdagangan
(untuk perdagangan global liberalisasi), namun dalam banyak kasus negara-negara maju
(terutama AS) melindungi industri mereka sendiri dengan subsidi yang cukup besar.
Hasilnya telah meningkatkan utang negara debitur daripada 'mengembangkan' penataan
ekonomi menjadi kuat.
Ada bukti empiris kuat yang tak terhitung mengenai jumlah ketidakadilan lain di
negara-negara berkembang dan di banyak tempat tentang materi yang disampaikan
orang-orang dari berbagai perspektif politik. Contoh: efek dari persyaratan yang
dikenakan pada Indonesia selama krisis keuangan Asia akhir 1990-an yang dirinci oleh
Graham dan Neu (2003). Stiglitz (2002, hal.75) menunjukkan bahwa ada satu masalah
struktural dasar yang mendasari semua ini. Sementara sistem pasar dapat bekerja relatif
baik di negara maju yang berada dekat informasi yang 'sempurna', tetapi tidak bisa
diberlakukan di sebagian besar negara-negara berkembang karena banyak prasyarat
untuk operasionalnya tidak ada.
memajukan kepentingan mereka sendiri. Hal ini dapat digambarkan dengan memeriksa
kasus Bank of Credit and Commerce International (BCCI), bank yang beroperasi di 73
negara sebelum keruntuhannya yang spektakuler karena tuduhan penipuan, kecurangan
manajemen dan pencucian uang. Mereka berpendapat bahwa hubungan profesional
negara dengan kantor akuntan besar telah memberdayakan pertumbuhan bank melalui
regulasi perbankan dan teknologi audit. Hal ini juga menarik untuk dicatat bahwa
Pemerintah Federal Australia telah memaksa Asosiasi Profesi Akuntansi Australia untuk
terlibat dalam proses harmonisasi standar akuntansi.
Akuntansi telah lama digunakan perusahaan-perusahaan internasional yang
besar untuk menciptakan realitas ekonomi yang nyaman. Contoh: biaya dalam
perusahaan tersebut dialokasikan untuk menunjukkan bahwa tidak ada keuntungan (no
profit) yang telah dibuat di negara-negara di mana mereka telah beroperasi, sehingga
tidak ada pajak yang disetorkan di negara-negara tersebut. Hal ini disebut sebagai
masalah transfer pricing, dan itu telah menjadi perhatian selama bertahun-tahun.
Sekarang hanya satu cara di mana TNC, dengan pendapatan lebih besar dari PDB di
banyak negara, menghasilkan kekuatan ekonomi besar-besaran. Jumlah TNC tumbuh
dengan pesat, dari sekitar 7.000 pada tahun 1970 menjadi lebih dari 50.000 pada
pergantian abad. Akun mereka lebih dari 70% dari perdagangan dunia. Semua
mempertahankan kantor pusat di Amerika Utara, Eropa, Jepang atau Korea Selatan.
Perkembangan terbaru adalah bahwa TNCs ini menggunakan 'kekuatan monopsoni'
(selain kekuatan tradisional monopoli atau oligopoli), yaitu mereka menetapkan harga
yang akan mereka bayar dan ketidaksetujuan terhadap harga tersebut akan
mengakibatkan pembatalan kontrak untuk pemasok dan mengacaukan perusahaan
pemasok. Contoh: perusahaan ritel terbesar di dunia, WalMart Inc, telah menetapkan
harga untuk produk yang berada di bawah biaya pemasok. Kegagalan untuk memenuhi
harga ini mengakibatkan pemasok akan keluar dari bisnis, sehingga menyebabkan
gangguan sosial besar-besaran, terutama di mana perusahaan pemasok adalah sumber
lapangan kerja utama kota ini. Akhirnya dengan pengangguran yang besar hampir
menghancurkan basis ekonomi kota. Akuntansi memainkan peran penting dalam
praktek-praktek tersebut seperti keputusan yang didasarkan pada informasi akuntansi
untuk menetapkan besarnya biaya. Selain itu, juga diketahui bahwa perusahaan mencari
sumber biaya tenaga kerja yang semakin murah, sehingga tenaga kerja dan produksi
bergeser ke daerah di mana hal ini dapat diperoleh. Akuntan harus sepenuhnya
menyadari peran aktif mereka dalam keberlanjutanprofit oriented dari TNC, yang telah
menjadi agen sangat penting untuk mempengaruhi kesejahteraan ekonomi, politik dan
sosial dari banyak negara.
12
Regulator
akuntansi
memungkinkan banyak kesenjangan yang muncul di bidang sosial, politik dan ekonomi.
Tampaknya ada sedikit keraguan bahwa globalisasi telah meningkatkan banyak
keuntungan di negara-negara maju atau Barat. Sementara itu, beberapa negara
berkembang
memiliki
manfaat
ekonomi
yang
cukup
besar,
tapi
tetap
ada
13
dianggap budaya bebas. Berkaitan dengan budaya akuntansi, Violet (1983, p.8)
mengklaim bahwa: akuntansi adalah lembaga sosial yang didirikan oleh sebagian
budaya untuk melaporkan dan menjelaskan fenomena sosial tertentu yang terjadi di
dalam transaksi ekonomi.
2.4 Agama
Hasil yang bagus dari penelitian berbasis budaya, faktanya berbasis terhadap
kerja Hofstede dan Gray yang memimpin Negara untuk menjadi kelompok bersama
dalam waktunya diantara komunitas dan sub-budaya akuntansi. Ini menyediakan
pedoman dalam pengharmonisasian proses dan istimewanya, untuk mengidentifikasi
batas.
Dalam
penelitian
berikutnya,
Hamid,
Craig
dan
Clarke
(1993)
yang diakui secara hukum) yang secara relative terdapat sedikit masukan dari
akuntan professional.
2.6 Kepemilikan Bisnis Dan Sistem Pembiayaan
Faktor institusi utama yang didemonstrasikan dampak bentuk praktek akuntansi
suatu negara adalah kepemilikan bisnis dan sistem pembiayaan. Mirip dengan
sistem hukum, faktor ini secara luas dapat dibagi menjadi dua jenis yang berbeda,
yaitu insider dan outsider.
Dalam system outsider, pemegang saham eksternal (yaitu, mereka yang tidak
terlibat dalam manajemen perusahaan) adalah sumber signifikan pembiayaan untuk
kegiatan usaha. Pemegang saham eksternal ini tidak akan terlibat dalam
pengelolaan rinci perusahaan, dan karena itu tidak akan memiliki akses informasi
akuntansi manajemen perusahaan secara rinci, sehingga mereka perlu diberikan
informasi akuntansi keuangan yang terpisah untuk membantu mereka membuat
keputusan investasi. Mereka mungkin berinvestasi saham dibeberapa perusahaan,
dan memerlukan dasar untuk mengevaluasi kinerja dari setiap perusahaan-misalnya
dengan membandingkannya dengan kinerja perusahaan lain. Untuk membantu
memastikan keefektifan dan efisien alokasi pendanaa untuk perusahaan yang
berbeda dengan tipe pembiayaan yang sama yaitu outsider, penting bagi investor
eksternal (dan calon investor) untuk diberikan informasi akuntansi keuangan yang
mencerminkan kinerja ekonomi yang mendasari bisnis secara adil, seimbang dan
tidak bias. Dengan demikian, mengingat pentingnya keuangan yang berasal dari
outsider, akuntansi keuangan akan mengembangkan informasi historis dengan
tujuan utama menyediakan informasi yang adil, seimbang, dan objektif (tidak bias)
kepada para pemegang saham eksternal - "sebuah proses yang membutuhkan
pertimbangan lebih luas mengenai pertimbangan profesional (Nobes, 1998),
misalnya untuk menangani perkembangan reguler atau inovasi dalam praktek bisnis
yang tidak dapat secara mudah diramalkan saat menulis kode akuntansi atau
undang-undang.
Sebaliknya, sistem pendanaan yang berasal dari insider, penyediaan
pendanaan oleh pemegang saham eksternal jauh kurang signifikan. Meskipun tidak
ada dominasi perusahaan atau bisnis keluarga, atau penyedia dominan untuk
pendanaan keuangan jangka panjang, baik bank atau pemerintah (Zysman, 1983).
Dengan bisnis milik keluarga, pemilik cenderung memiliki akses ke informasi
akuntansi manajemen internal secara rinci dari bisnis, sehingga tidak ada kebutuhan
terhadap akun-akun keuangan untuk memberikan informasi, membantu pengambilan
keputusan investasi oleh pemegang saham.
17
Pratt dan Behr (1987) membandingkan proses pengaturan standart yang diadopsi
oleh di AS dan Swiss. Perbedaan standar dan proses adopsi dijelaskan oleh
perbedaan 'ukuran, kompleksitas, dan keragaman transaksi modal, distribusi
kepemilikan secara luas, dan sifat oportunistik para pelaku pasar modal.
Sebelum meninggalkan diskusi tentang dampak system pendanaan yang
berbeda pada praktek akuntansi, kita harus menekankan bahwa dengan
meningkatnya skala bisnis global, perusahaan multinasional di negara manapun
semakin mengandalkan pembiayaan dari lebih dari satu negara. Kebutuhan
pendanaan
dari
banyak
perusahaan
di
negara-negara
secara
tradisional
mengandalkan bentuk pendanaan insider, yang mana system pendanaan ini telah
tumbuh di luar kapasitas pendanaan dari sumber keuangan insider, beberapa
perusahaan kini semakin mengandalkan pendanaan dari outsider-dari pemegang
saham yang berasal dari Negara asal maupun Negara lain. Sehingga kebutuhan
informasi yang terkait dengan sistem pendanaan outsider menjadi mudah untuk
diaplikasikan untuk banyak perusahaan besar di negara-negara continental Eropa
(Nobes dan Parker, 2004).
dalam tahun tertentu. Oleh karena itu akuntansi keuangan secara substansial
dipengaruhi dan ditentukan oleh ketentuan hukum perpajakan di banyak negara
Eropa kontinental yang mengandalkan system pendanaan insider.
Di negara-negara dengan system pendanaan outsider, rekening pajak telah
terpisah dari rekening keuangan. Jadi, jika sebuah perusahaan ingin mengklaim
tunjangan pajak maksimum untuk metode penyusutan yang diizinkan oleh peraturan
perpajakan, hal ini tidak akan mempengaruhi perhitungan keuntungan yang
dilaporkan dalam rekening keuangan. Rekening keuangan dapat mencakup biaya
penyusutan
yang
mempengaruhi
adil
sehingga
kemampuan
mencerminkan
perusahaan
untuk
pemanfaatan
mengklaim
aset
tanpa
tunjangan
pajak
akuntan
yang
mampu
menerapkan
pertimbangan
profesional
untuk
menentukan cara yang paling cocok yang mencerminkan set unik dari transaksi dan
peristiwa dalam laporan akuntansi keuangan pada banyak perusahaan. Kebutuhan
akan akuntan yang mampu, dan memiliki ruang lingkup untuk melakukan penilaian
20
dalam
membentuk
praktek
akuntansi
suatu
negara,
kita
harus
terdapat kemiripan antara Inggris dan Amerika Serikat, yang signifikan dalam
membentuk praktik akuntansi, maka harus ada faktor tambahan penting yang
mempengaruhi variasi antara Inggris dan USA.
Nobes
dan
Parker
(2004)
menunjukkan
pentingnya faktor
tambahan
kecelakaan sejarah, yang pengaruhnya terbatas pada sistem akuntansi dari masingmasing negara yang terkena dampak kecelakaan. Misalnya, mengikuti Kecelakaan
Wall Street tahun 1929, AS membuat undang-undang pasar modal ditujukan
perlindungan investor, sementara tidak ada pembuatan undang-undang tersebut
pada saat itu di Inggris. Undang-undang ini termasuk persyaratan akuntansi tertentu,
yang diperuntukkan pada akuntansi sektor swasta, dan yang telah dihasilkan secara
rinci oleh aturan akuntansi AS.
Sebaliknya, menyusul serangkaian kegagalan akuntansi di Inggris pada akhir
1980-an, Inggris tmembentuk sistem yang lebih berbasis pada prinsip regulasi
akuntansi sejak awal 1990-an. Unerman dan O'Dwyer (2004), setelah kegagalan
akuntansi di Enron pada tahun 2001, itu diklaim oleh banyak orang di Inggris bahwa
sistem peraturan yang berbeda seharusnya mencegah Enron menggunakan teknik
akuntansi kreatif di Inggris dan hal tersebut diikuti Amerika Serikat. Kembali ke kasus
AstraZeneca, mempelajari rekonsiliasi yang disediakan dalam rekening keuangan
antara hasil yang dihitung dengan menggunakan aturan akuntansi Inggris dan
Amerika Serikat, itu tersebut jelas menunjukkan perbedaan substansial antara dua
set peraturan akuntansi (dalam kasus perusahaan ini) muncul dari perbedaan antara
AS dan perlakuan akuntansi Inggris mengenai merger dan akuisisi (termasuk
perhitungan goodwill). Tekanan yang berbeda di Inggris (mungkin termasuk upaya
lobi yang berbeda dengan pihak yang berkepentingan di setiap negara)
mengakibatkan aturan akuntansi Inggris dan AS untuk merger dan akuisisi yang
agak berbeda.
Kita dapat melihat bahwa sejumlah alasan, termasuk budaya, agama (yang
merupakan bagian dari budaya) dan faktor kelembagaan (yang kita bisa juga
membayangkan hal-hal yang dipengaruhi oleh budaya), telah mempercepat untuk
menjelaskan sistem akuntansi pada setiap negara. Diskusi ini tidak berarti jika tidak
mengidentifikasi secara mendalam faktor yang diusulkan untuk menjelaskan
perbedaan sistem akuntansi internasional, namun demikian, penelitian menunjukkan
bahwa satu pendekatan umum untuk akuntansi, seperti yang digunakan di Inggris,
Irlandia, Belanda, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru atau Kanada, mungkin
sesuai lingkungan tertentu, tetapi tidak pada lingkungan yang lain. Oleh karena itu,
mungkin agak naif untuk mengklaim bahwa ada sistem 'terbaik' dari akuntansi.
Meskipun demikian, ada upaya luas selama beberapa dekade untuk mengurangi
22
akuntansi
keuangan
dalam
masing-masing
negara.
Dengan
24
25
akuntansi.
Namun,
mengingat
pentingnya
perkembangan
terakhir
di
harmonisasi dan standardisasi akuntansi, baik di Uni Eropa dan global, pengetahuan
dasar tentang proses saat "Harmonisasi akuntansi internasional, terutama karena
mereka mempengaruhi peraturan akuntansi di Uni Eropa, harus membantu dalam
memahami beberapa contoh empiris yang kita gunakan dalam buku ini. Bagian akhir
dalam bab ini secara singkat memeriksa proses-proses dan lembaga-lembaga
harmonisasi dan standardisasi.
The
International
Accounting
Standards
Board
(Standar
Akuntansi
Pendahuluan
Paper ini membahas mengenai 4 hubungan antara karakteristik budaya
dengan perkembangan sistem akuntansi, aturan mengenai profesi akuntansi, dan
perlakukan
mengenai
pengungkapan
dan
manajemen
finansial.
Paper
ini
pengglobalan sistem dan pengaruh faktor lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh
Mueller, 1967; Zeff, 1971; Radebaugh, 1975; Choi dan Mueller, 1984; Nobes, 1984;
Arpan dan Radebaugh, 1985; Nobes dan Parker, 1985, menyadarkan dunia
akuntansi mengenai pengaruh faktor lingkungan dalam perkembangan akuntansi.
Penelitian di atas dapat digolongkan menjadi 2 golongan pendekatan yang berbeda,
yang pertama adalah menggunakan pendekatan deduktif (Mueller, 1967, 1968;
Nobes, 1983, 1984) yang mengidentifikasi faktor lingkungan dan dikaitkan dengan
praktik akuntansi, aturan internasional, dan pola pengembangan akuntansi sendiri.
Sedangkan yang kedua, melalui pendekatan induktif yang menganalisa praktik
akuntansi, pola pengembangannya diidentifikasi, dan penjelasan mengenai hal
tersebut dikaitkan dengan faktor lingkungan yang terdiri dari ekonomi, sosial, politik,
dan budaya. (Frank, 1979; Nair dan Frank, 1980).
Mueller (1967) mengungkapkan 4 pendekatan yang dilakukan oleh negara
barat dalam pengembangan akuntansinya yang berbasis pada sistem ekonomi
pasar:
1) Pola Makroekonomi, akuntansi bisnis berkaitan erat dengan kebijakan
ekonomi nasional.
2) Pola makroekonomi, akuntansi dianggap sebagai salah satu cabang dalam
ekonomi bisnis.
3) Pendekatan independen, akuntansi dianggap sebagai jasa dan merupakan
turunan dari praktik bisnis.
27
4) Pendekatan
keseragaman
akuntansi,
akuntansi
dianggap
sebagai
bagian
ini
mengungkapkan
mengenai
pentingnya
budaya
dan
penilaian
masyarakat
didasarkan
kepada
penghargaan,
Pendahuluan
Riset ini meneliti pengaruh faktor budaya dalam komentar yang disampaikan
perusahaan sesuai dengan exposure draft 32, Comparability of Financial Statement
(E32) yang dikeluarkan oleh International Accounting Standards Committee (IASC).
Proposal dalam E32 terdiri dari 12 International Accounting Standards sehingga
perlu dilihat oleh perusahaan multi nasional memiliki pengaruh yang far reaching.
Topik yang tercakup dalam E32 adalah: inventory valuation dan presentation,
unusual dan prior period items serta perubahan kebijakan akuntansi, aktivitas
Research and Development, construction contract, property plant and equipment,
leases, revenue recognition, retirement dan employee benefit, perubahan dalam
30
Accounting Values
Accounting Practice
Individualism vs Collectivism
Professionalism
Authority
Uniformity
Application
Conservatism
Measurement
Secrecy
disclosure
Avoidance
Masculinity vs Femininity
Isi dari E32 dianalisis untuk menguji hipotesis nilai kultur yang diidentifikasi
oleh Hofstede dan nilai sub kultur akuntansi yang disarankan oleh Gray. Penelitian
ini menggunakan data aktual dan studi kuesioner serta analisis konseptual yang
menggali pertanyaan kultural. Kultur merupakan hal yang tidak terlihat dan tidak
disadari, diperparah dengan adanya level atau lapisan kultur yang berbeda di dalam
dan antar lapisan sosial seprti kultur nasional, kultur profesi dan kultur organisasi.
Namun demikian kebanyakan sub-kultur di dalam masyarakat memiliki kesamaan
dengan subkultur lain sehingga masih melihat pihak lain sebagai anggota
masyarakat. Studi ini menggunakan beberapa pendekatan untuk mengevaluasi
pengaruh kultur nasional dan bermacam-macam sub kultur di dalam masyarakat
terhadap akuntansi.
Pada level nasional penelitian Riah-Belkoui dan Picur menggunakan
pendekatan kuesioner dimana hasil risetnya menunjukkan pengaruh signifikan kultur
nasional terhadap persepsi konsep akuntansi pada dua atau tiga persepsi.Cohen,
Pant dan Sharp meneliti pengaruh perbedaan kultur internasional terhadap persepsi
etika auditor atas klien tertentu.
Pada tingkat subkultur Thomas mengembangkan kerangka konseptual untuk
meneliti pengaruh kultur organisasi pada pemilihan metode akuntansi dengan
metode kuesioner. Lima dari tujuh kasus hasil kuesioner menunjukkan konsistensi
31
sebagaimana dikatakan Bloom dan Naciri bahwa lingkungan ekonomi, politik dan
sosial menjadi komponen budaya dan tradisi suatu negara. Ray dan Gupta
menemukan bahwa variable kultur berupa uncertainty avoidance dan professional
accounting sebagai faktor lingkungan yang menentukan jumlah yang diinvestasikan
untuk
mengurangi
transaction
cost.
Demikian
pula
Fechner
dan
Kilgore
kACCOUNTING
ACCOUNTINGPRACTICE
PRACTICE
Measurement
Measurement
Application
Aplication
Disclosure
Disclosure
Authority
Authority
CULTURAL FACTORS
Uncertainty Avoidance
Power Distance
Individualism
Masculinity
menyatakan faktor-faktor
yang
Hipotesis
Hipotesis dibagi menjadi dua bagian yaitu cultural values sebagaimana Hofstede dan
accounting subculture oleh Gray.
1. Hipotesis Nilai Budaya
a. Lerge Vs Small Power Distance
Menurut Hofstede, power distance adalah the extent to which the less
powerful members of institutions and organizations within a country expect
and accept that power is distributed unequally. Institution di sini adalah
elemen dasar masyarakat seperti family, school and community sedangkan
organization adalah tempat masyarakat bekerja. Hasil penelitian Hofstede
33
34
Menurut
Gray,
secrecy
versus
transparency
adalah:a
preference
for
Hasil Analisis
1. Hasil budaya
Surat komentar E32 dari 47 perusahaan yang terdiri dari 9 negara berisi 242
halaman dengan rata-rata lebih dari lima halaman.
Culture Results
Large vs Small Power Distance
Komentar dari 3 perusahaan France menunjukkan large power distance
(LPD), seperti diperkiraka. Namun hasil lainnya beragam dan tidak secara
konklusif menunjukkan sesuai dengan hipotesis.
Individualism
36
cultural,
accounting
subcultural,
and
economic
factors
memengaruhi
tidak
memengaruhi
Pendahuluan
Pada tanggal 23 Desember 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai standar
akuntansi setter di Indonesia mengeluarkan pernyataan resmi yaitu mengumumkan rencana
untuk memiliki GAAP Indonesia. Selanjutnya GAAP tersebut disandingkan dengan
International Financial Pelaporan Standar (IFRS) pada 1 Januari 2012. Pengumuman
tersebut diperuntukkan bagi perusahaan yang terdaftar di Indonesia sesuai dengan PSAK
berbasis IFRS dalam laporan keuangan masing-masing perusahaan. Hal ini menjadi
motivasi dari penulisan artikel ini. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menyelidiki faktor yang
mungkin mempengaruhi kepatuhan dengan persyaratan IFRS dan pengungkapan di
Indonesia dan memberikan pemahaman tentang mengapa praktik kekuatan berada di
Negara lain.
Gray (1988) telah menulis laporan penelitiannya yang sampai sekarang tulisan
tersebut telah banyak dirujuk. Tulisan tersebut menggambarkan hubungan natara budaya
dan nilai akuntansi. Gray merupakan seseorang yang pertamakali membangun model
38
hubungan teoritis teoritis antara budaya dan nilai akuntansi. Dalam model tersebut ia
menjelaskan bahwa kemungkinan ada hubungan timbal balik antara budaya dan nilai
akuntansi, dia juga menyarankan bahwa nilai akuntansi merupakan bagian dari nilai sosial.
Nilai akuntansi akan mencerminkan mikrosmos dari nilai-nilai sosial yang lebih luas. Pada
gilirannya nilai-nilai ini akan diterapkan pada praktik laporan keuangan dan standar
akuntansi (Sudarwan, 1995).
Kemungkinan akuntansi akan dipengaruhi oleh faktor lain yang lebih luas ((Perera &
Baydoun, 2007). Gernon & Wallace (1995) kemudian diperluas (1988) karya Gray
menyebutkan bahwa taksonomi ekologi dirancang untuk menggambarkan hubungan antara
akuntansi dan lingkungannya secara holistic. Konsep ekologi meliputi 5 risan yang terpisah
dan berinteraksi dalam satuan lingkungan tersebut. 5 irisan tersebut antara lain: sosial,
organisasi, professional, individu, da akuntansi. Perspektif tersebut berbeda dari pendapat
Gray (1998) dimana Gray mengandalkan teori kausal yang melihat bahwa akuntansi
tergantung pada lingkungan. Taksonomi Gernon & Wallace (1995) menggabungkan
penyebab dan efek akuntansi. Gernon dan Wallace (1995) menambahkan faktor individu
dan akuntansi. Lingkungan tidak hanya sebagai ide dan konsep, tetapi sebagai repository
dari sebab akibat. Selain itu, di bawah organisasi, professional, dan nilai akuntansi Gernon &
Wallace 91995) menyebutkan bahwa fokus regulasi pada penelitian internasional dewasa ini
terdiri dari semua aspek yang meliputi peraturan, akreditasi, pembangunan hukum, kode etik
professional dan sebagainya (aperera & Baydoun, 2007).
Republik Indonesia
Secara astronomis, Indonesia terletak di antara 6 'Lintang Utara dan 11 15' 08
Lintang Selatan, dan antara 94 45 'dan 141 05' Timur, melintasi garis khatulistiwa yang
terletak pada 0 garis lintang. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari 17.504 pulau dengan luas laut 3,544,743.9 km 2 dan tanah 1,910,931.32 km 2.
Dengan lebih dari 243.740.000 (BPS, 2012) orang penduduk dan sekitar 86 persen (KMPG,
2012) dari mereka adalah Muslim. Hal ini membuat Indonesia sebagai penduduk terbesar
keempat di Dunia serta terbesar di dunia islam. Di bawah pengendalian kolonial Belanda
selama hampir 350 tahun telah mempengaruhi pada sosio pembangunan ekonomi dan
politik di Indonesia.
Sistem hukum Indonesia didasarkan pada Sistem Belanda, karakteristik regulasi
dengan sebagian besar dari cabang hukum dan hanya berusaha merumuskan aturan umum
untuk masa depan daripada memberikan jawaban untuk kasus tertentu. Aturan cenderung
lepas dari hukum dan penawaran dengan kasus yang tepat di negara-negara hukum umum
(Nobes & Parker, 2012, hlm. 28-29). Saat ini, setelah mengalami krisis, ekonomi Indonesia
stabil dengan GDP pada tahun 2012, dengan harga pasar saat ini, mencapai Rp
39
8,241,864.3 miliar, atau tumbuh sekitar 6,2 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Dengan
menggunakan
unik
Pendekatan
kapitalis,
pemerintah
terus
mereformasi
Lingkungan
organisasi
mengacu
pada
ukuran
organisasi,
teknologi,
kompleksitas dan budaya, dan sumber daya manusia dan modal. Profesional lingkungan
mengacu pada aspek-aspek seperti profesi pendidikan, pelatihan, pendaftaran, disiplin, dan
etika. Lingkungan individu mengacu total pengaturan di mana pelaporan perusahaan,
profesional, dan non-profesional lainnya anggota lobby masyarakat pembuat standar dan
menggunakan angka akuntansi untuk mereka keuntungan masing-masing. Lingkungan
akuntansi mengacu pengungkapan dan persyaratan pengukuran dan praktek, jenis dan
frekuensi laporan akuntansi, dan infrastruktur akuntansi 1 (Perera & Baydoun, 2007).
1. Lingkungan Sosial
Indonesia adalah negara dengan jarak daya yang besar dan individualisme kecil
(Hofstede, 1980, hal. 5). Nilai-nilai ini pada gilirannya memiliki efek pada perilaku sosial
terutama yang berhubungan dengan sistem ekonomi, politik, dan hukum
a. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi Indonesia telah mengalami beberapa reformasi sejka
kemerdekaan, termasuk infrastruktur akuntansi termasuk produsen dan pengguna
informasi, perantara informasi, hukum dan peraturan yang mengatur produksi,
pengguna informasi dan regulasi ((Lee, 1987, pp.75-86). Program reformasi ekonomi
bertujuan untuk deregulasi ekonomi, yang terdiri dari investasi mkodal (domestic dan
asing), sitem perpajakan, dan jasa pengambilan uang. Dalam dunia investasi, pasar
modal didirikan dan investor asing diizinkan memiliki 10% kepemilikan di daerah
40
b. Sistem Politik
Sistem politik di Indonesia didasarkan pada legislatif, eksekutif, dan yudikatif
(Trias Politica). Yudikatif merupakan kekuatan supremasi dipegang oleh Rakyat
Majelis Permusyawaratan, Presiden, dan Mahkamah Agung. Sistem pemerintahan
Indonesia menganut sistem presidensial dengan karakteristik parlementer. Presiden
dan Wakil Presiden yang dipilih melalui pemilu langsung. presiden adalah kepala
eksekutif, kepala negara, dan komandan-in-chief of angkatan bersenjata, serta
menunjuk menteri kabinet yang bertanggung jawab untuk pemerintahan.
c. Sistem Hukum
Indonesia adalah negara hukum Romawi-Belanda dengan sistem hukum
yang rumit. Dalam ketentuan sumber hukum utama adalah pertemuan tiga sistem
yang berbeda, syari'ah atau Islam hukum (suatu bentuk adat), adat (hukum adat
tradisional banyak etnis dan kelompok agama di Indonesia), dan hukum kolonial
Belanda dan Eropa yurisprudensi. Selain itu masih ada tambahan yaitu hukum
anglo-saxon yang memungkinkan kecenderungan menyebabkan tantangan dalam
meengakkan persyaratan pengungkapan IFRS.
2. Lingkungan Organisasi
Gotong royong dan musyawarah merupakan budaya Indonesia yang mendasari
praktik organisasi. Rahardjo (1994) menyatakan bahwa Individualisme adalah aspek yang
lebih disukai pada paktik organisaisi. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa patungan,
41
gotong royong merupakan prinsip dalam beroorganisasi. "Semua karya harus dilakukan
dalam semangat kebersamaan" (Rahardjo, 1994, p. 495). Selain itu, McLennan (1980)
melihat bahwa musyawarah untuk review mufakat (konsensus melalui pengambilan
keputusan) merupakan pusat cara hidup bangsa Indonesia. Di dalam kasus, konsep ini
berbeda dari pandangan mayoritas yang lazim di Anglo Negara Saxon (Perera &
Baydoun, 2007).
Terdapat berbagai bisnis yang berada di Indonesia baik swasta maupun sektor
publik. Selain itu ada pula Perseroan terbatas yang mirip dengan perusahaan terbatas di
Inggris. Penanaman Modal Asing No. 25/2007, asing investasi harus dalam bentuk
Perusahaan Penanaman Modal Asing terbatas atau "PMA" didirikan di Indonesia, di
mana investor masuk ke kemitraan dengan orang Indonesia atau badan sebagai
pemegang saham. Selain itu, investor asing dapat terus hingga 100 persen, atau antara
45 95 persen kepemilikan di tertentu industri, tapi ini akan bervariasi dalam sektor-sektor
dan bidang usaha. Sistem keuangan di Indonesia didominasi oleh bank. Pada tanggal 31
Desember, 2012, ada 120 bank komersial di Indonesia (yang empat adalah negara
dimiliki), 1653 BPR, 401 bank syariah jaringan kantor dengan total aset semua bank
adalah Rp 4.525.215 miliar (BI, 2012). Di antaranya, 37 bank umum memiliki terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI), dan karena itu keuangan mereka Laporan ditinjau oleh
Bapepam-LK. Selanjutnya, ada 140 asuransi perusahaan yang beroperasi di Indonesia,
yang terdiri dari 46 perusahaan asuransi jiwa, 90 non perusahaan asuransi jiwa, dan 4
perusahaan reasuransi. Bursa Efek (BEI) Indonesia didirikan pada tahun 2007 setelah
penggabungan antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).
3. Lingkungan Professional
The Indonesian Institute of Accounting (IAI), didirikan pada tahun 1957, adalah
badan profesional akuntan di Indonesia. Profesional akuntan adalah seorang profesional
didanai sendiri organisasi dan telah menjadi anggota dari Federasi Internasional Akuntan
(IFAC) sejak tahun 1986; dan memiliki jawab untuk menetapkan akuntansi standar dan
program
pengorganisasian
untuk
melanjutkan
pengembangan profesional
untuk
perusahaan anggota.
Menurut undang-undang Nomor 34 (1954), penggunaan title akuntan, seorang
akuntan title hanya diberikan kepada mereka yang memiliki sertifikat akuntan. Dalam
rangka untuk menjadi anggota dari profesi ini, anggota biasa wajib memiliki gelar Sarjana
akuntansi dan berhasil menyelesaikan IAI disetujui akuntansi profesional Program (PPAk)
dari universitas terakreditasi, dan kemudian mendaftar ke Departemen Keuangan
(Depkeu).
42
4. Lingkungan Individu
IAI bertanggung jawab untuk menetapkan standar akuntansi untuk kedua
kepentingan publik dan non entitas kepentingan umum. Untuk itu, IAI telah membentuk
dewan setter standar yang disebut DSAK, yang anggotanya mewakili profesi akuntansi
dan berbagai peraturan badan dalam negeri seperti akuntan publik, akuntan akademisi,
sektor publik akuntan, dan manajemen akuntan. DSAK melakukan proses hukum yaitu
sebuah mekanisme untuk mencari pandangan dari pihak-pihak yang tertarik sehubungan
dengan usulan standar Akuntansi.
Ada dua pembuat standar lainnya di Indonesia yaitu, DSAS dan KSAP. DSAS adalah
tubuh di bawah struktur organisasi IAI yang bertanggung jawab untuk menetapkan
syari'at (hukum agama Islam) standar akuntansi. KSAP adalah komite independen yang
terdiri dari para ahli akuntansi dari IAI, akademisi, praktisi pemerintahan, yang
bertanggung jawab untuk mempersiapkan standar untuk organisasi pemerintah. Gambar
berikut adalah empat pilar standar akuntansi di Indonesia.
5. Lingkungan Akuntansi
a. Pengungkapan dan pengukuran persyaratan dan praktik
Pengungkapan persyaratan keuangan di Indonesia diatur oleh beberapa badan
pengawas pemerintah yang berbeda seperti Bank Indonesia, Pertamina, Departemen
Keuangan, Direktur Jenderal Pajak, dan Bapepam. Sebagai tahun akuntansi,
perusahaan Indonesia umumnya menggunakan periode 1 Januari - 31 Desember.
Perusahaan industri yang diidentifikasi diwajibkan untuk menyerahkan laporan
keuangan untuk diaudit. Emiten perusahaan wajib menyampaikan laporan keuangan
yang telah diaudit tahunan mereka ke Bapepam-LK dan BEI dalam waktu 120 hari
setelah akhir tahun fiskal, dan untuk Departemen Perdagangan dan Industri dalam
waktu 180 hari setelah akhir tahun fiskal. Meskipun secara teknis tidak ada
persyaratan peraturan untuk menyerahkan laporan ke Kantor Pelayanan Pajak,
praktiknya beberapa pejabat pajak akan mengharapkan wajib pajak untuk
melampirkan salinan laporan diaudit dengan SPT ketika diajukan (Worldbank, 2010).
b. Infrastruktur akuntansi
Terdapat 3 tingkatan piagam untuk akuntansi dan pelaporan keuangan di Indonesia
yaitu:
- Keputusan Presiden
Kode komersial 1847 merupakan keputusan presiden yang mengatur
kegiatan usaha di Indonesia. Ini berlaku untuk perusahaan bisnis untuk menjaga
catatan yang memadai sebagai dasar untuk menentukan hak dan kewajiban individu.
Namun, kode ini hanya mengungkapkan syarta umum saja, tanpa menentukan cara
43
bagaimaan catatanm harus disimpan. Diberlakukannya Companies Act (UndangUndang Dasar Perseroan Terbatas Perusahaan Nomor 1 Tahun 1995 [Undangundang Perseroan Terbatas]) untuk efek Maret 1996 telah memberikan lebih rinci
persyaratan untuk pelaporan keuangan. laporan tersebut harus disiapkan sesuai
SAK. Untuk non kepatuhan telah disediakan pada pasal 58. Laporan keuangan harus
diaudit oleh akuntan public (pasal 59). Aturan terbaru yaitu UUPT Nomor 40 (2007)
juga diperlukan entitas perusahaan untuk menyiapkan laporan keuangan tahunan
sesuai dengan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh organisasi akuntansi
profesional yang diakui oleh Pemerintah Indonesia (World Bank, 2010).
44
Kesimpulan
Artikel ini menyoroti faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi penerapan IFRS
dan pengungkapan di Indonesia, memberikan pemahaman tentang mengapa praktik
penerapan yang berbeda dengan Negara lain. Dengan emnggunakan perspektif Gernon dan
Wallace (1995) dapat dijelaskan sejumlah faktor lingkungan yang mempengaruhi penerapan
dan implementasi IFRS di Indonesia. Karakteristik khusus budaya Indonesia digambarkan
sebagai jarak kekuasaan terbesar, sedangkan individualism dapat menyebabkan tantangan
dalam menegakkan pengungkapan IFRS. Selain itu, dominasi banmk sebagai sumber bisnis
dapat mengakibatkan penerapan IFRS yang berbeda orientasinya. Pelaporan keuangan
diterapkan untuk melindungi kreditur.
45
DAFTAR PUSATA
Deegan, C. (2004). Financial Accounting Theory. McGraw-Hill, Australia.
Gaffikin, M. (2008). Accounting Theory: Research, Regulation and Accounting Practice.
Pearson Education. Australia.
Gray, S.J. (1988). Towards A Theory Of Cultural Influence On The Development Of
Accounting Systems Internationally. Abacus. Vol. 24: 1-15.
Heniwati, E. 2014. The Accounting Environment in Indonesia. Studies in Business and
Accounting Vol. 8
MacArthur, J.B. (1996). An Investigation into the Influence of Cultural Factors in the
International Lobbying of the International Accounting Standards Committee: The
Case of E32, Comparability of Financial Statements. The International Journal of
Accounting, Vol. 31, No. 2, 213-237.
46