Anda di halaman 1dari 13

KUSNAIDI YARSI MATARAM

Rabu, 28 Desember 2011

ASKEP OSTEOARTRITIS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis) adalah penyakit kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim,
IPD,1997).Atau gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).
Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas).
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa keperawatan mampu melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan sistem pencernaan akibat sirosis hepatis secara
langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual dengan
pendekatan proses Keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi, evaluasi).
Agar mahsiswa keperawatan bisa menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi
dalam masalah keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menjelaskan pengertian dari Osteoartritis.
b. Untuk menjelaskan Etiologi dari Osteoartritis.
c. Untuk menjelaskan patofisiologi Osteoartritis.
d. Untuk menjelaskan manifestasi klinis Osteoartritis
e. Untuk menjelaskan penatalaksanaan dari Osteartritis.
f. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan gangguan muskuloskletal dengan
Osteoartritis.
BAB 2
LANDASAN TEORI

1.1. PENGERTIAN
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan
yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya
usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering
dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin
menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Sedangkan menurut Harry


Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non
inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi
penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa
buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub
kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir
terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara
serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang
yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)
1.2. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
1. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning.
2. Pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan
yang harus dikandungnya.
3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
4. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik
sendi tersebut.
5. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis,
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi
oleh membran sinovial dan sel-sel radang.
7. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi
akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang
sehingga mempercepat proses degenerasi.
8. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik
rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa
akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
9. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
1.3. KLASIFIKASI
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C
Barbara, 1996 hal 336)
1.4. PATOFISIOLOGI
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak

meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan,


rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit
sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering
terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut
dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwaperistiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago
yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen
atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
1.5. WOC
1.6. MANIFESTASI KLINIS
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila
sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang
semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan
keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar,
misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong

sebelah lateril, dan tungkai atas.


Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat
diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena
pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya
pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
1.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi
- Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
1.8. PENATALAKSANAAN
a. Tindakan preventif
- Penurunan berat badan
- Pencegahan cedera
- Screening sendi paha
- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
b. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
c. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alatalat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi
d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
e. Pembedahan; artroplasti
1.9. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/Istirahat
- Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris
limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit:
kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler
- Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas Ego

- Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,


ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi,
misalnya ketergantungan pada orang lain.
4. Makanan / Cairan
- Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau
cairan adekuat mual, anoreksia.
- Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada
membran mukosa.
5. Hygiene
-

Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,


ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensori
- Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7. Nyeri/kenyamanan
- Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi
hari).
8. Keamanan
- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
- Lesi kulit, ulkas kaki
- Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi Sosial
- Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan
peran: isolasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa
pengujian
- Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
11. Pemeriksaan Diagnostik
- Reaksi aglutinasi: positif
- LED meningkat pesat
- protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
- SDP: meningkat pada proses inflamasi
- JDL: Menunjukkan ancaman sedang

- Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun


- RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi,
osteoporosis pada tulang
penyempitan ruang sendi

yang

berdekatan,

formasi

kista

tulang,

1.10. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan perubahan otot.
Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.
Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri

Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal:
Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.

Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.

1.11. PERENCANAAN
DX.1. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan / proses inflamasi, distruksi sendi.
Kriteria Hasil - Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol
:

- Klien terlihat rileks dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi


dalam aktivitas
- Mengikuti program terapi
-Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan
ke dalam program kontrol nyeri.
INTERVENSI

RASIONAL

1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi 1. Membantu dalam menentukan


dan intensitas nyeri (skala 0 10),
kebutuhan managemen nyeri dan
catat
faktor-faktor
yang
keefektifan program.
mempercepat dan tanda-tanda
rasa nyeri.
2. berikan matras atau kasur keras, 2. Matras yang lembut/empuk, bantal
yang besar akan mencegah
bantal kecil. Tinggikan linen
pemeliharaan kesejajaran tubuh
tempat tidur sesuai kebutuhan.
yang tepat, menempatkan setres
pada sendi yang sakit. Peninggian
linen tempat tidur menurunkan
3. biarkan pasien mengambil posisi
tekanan pada sendi yang
yang nyaman pada waktu tidur
terinflamasi / nyeri
atau duduk di kursi. Tingkatkan 3. Pada penyakit berat, tirah baring

istirahat di tempat tidur sesuai


mungkin diperlukan untuk
indikasi.
membatasi nyeri atau cedera sendi.
4. dorong untuk sering mengubah
posisi.
Bantu
pasien
untuk 4. Mencegah terjadinya kelelahan
umum dan kekakuan sendi.
bergerak di tempat tidur, sokong
Menstabilkan sendi, mengurangi
sendi yang sakit di atas dan di
gerakan/rasa sakit pada sendi.
bawah, hindari gerakan yang
menyentak.
5. anjurkan pasien untuk mandi air
hangat atau mandi pancuran pada 5. Panas meningkatkan relaksasi otot
dan mobilitas, menurunkan rasa
waktu bangun. Sediakan waslap
sakit dan melepaskan kekakuan di
hangat untuk mengompres sendipagi hari. Sensitifitas pada panas
sendi yang sakit beberapa kali
dapat dihilangkan dan luka dermal
sehari. Pantau suhu air kompres,

dapat disembuhkan.
air mandi.
6. berikan masase yang lembut
6. Meningkatkan elaksasi/mengurangi
kolaborasi.
tegangan otot
7. Beri obat sebelum aktivitas atau
7. Meningkatkan relaksasi,
latihan yang direncanakan sesuai
mengurangi tegangan otot,
petunjuk seperti asetil salisilat.
memudahkan untuk ikut serta dalam
terapi.
DX.2. Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Kriteria Hasil Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang
:
diinginkan.
INTERVENSI

RASIONAL

1. Pertahankan istirahat tirah


baring/duduk jika diperlukan.

1. Untuk mencegah kelelahan dan


mempertahankan kekuatan.

2. Bantu bergerak dengan bantuan


seminimal mungkin.
3. Dorong klien mempertahankan
postur tegak, duduk tinggi, berdiri
dan berjalan.
4. Berikan lingkungan yang aman

2.

dan menganjurkan untuk


menggunakan alat bantu.
5. Berikan obat-obatan sesuai
indikasi seperti steroid.

Meningkatkan fungsi sendi,


kekuatan otot dan stamina umum.
3. Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan mobilitas.
4. Menghindari cedera akibat
kecelakaan seperti jatuh.

5. Untuk menekan inflamasi sistemik


akut.

DX.3. Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.


Kriteria Hasil Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.

:
INTERVENSI

RASIONAL

1. Kendalikan lingkungan dengan : 1. Lingkungan yang bebas bahaya akan


Menyingkirkan
bahaya
yang
mengurangi resiko cedera dan
tampak
jelas,
mengurangi
membebaskan keluarga dari
potensial cedera akibat jatuh
kekhawatiran yang konstan.
ketika
tidur
misalnya
menggunakan penyanggah tempat
tidur, usahakan posisi tempat tidur 2. Hal ini akan memberikan pasien
merasa otonomi, restrain dapat
rendah, gunakan pencahayaan
meningkatkan agitasi, mengegetkan
malam siapkan lampu panggil
pasien akan meningkatkan ansietas
2. Memantau regimen medikasi
3. Izinkan kemandirian dan
kebebasan maksimum dengan
memberikan kebebasan dalam
lingkungan yang aman, hindari
penggunaan restrain, ketika pasien
melamun alihkan perhatiannya
ketimbang mengagetkannya.
DX.4. Perubahan pola tidur b/d nyeri
Kriteria Hasil Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
:
INTERVENSI
Mandiri :
1. Tentukan kebiasaan tidur
biasanya dan biasanya dan
perubahan yang terjadi.
2. Berikan tempat tidur yang
nyaman.
3. Buat rutinitas tidur baru yang
dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru.
4. Instruksikan tindakan relaksasi
5. Tingkatkan regimen kenyamanan
waktu tidur, misalnya mandi
hangat dan massage.
6. Gunakan pagar tempat tidur
sesuai indikasi: rendahkan tempat

RASIONAL

1. Mengkaji perlunya dan


mengidentifikasi intervensi yang
tepat.
2. Meningkatkan kenyamaan tidur
serta dukungan fisiologis/psikologis
3. Bila rutinitas baru mengandung
aspek sebanyak kebiasaan lama,
stress dan ansietas yang
berhubungan dapat berkurang.
4. Membantu menginduksi tidur
5. Meningkatkan efek relaksasi

6. Dapat merasakan takut jatuh karena


perubahan ukuran dan tinggi tempat
tidur, pagar tempat untuk membantu

tidur bila mungkin.

mengubah posisi
7. Tidur tanpa gangguan lebih
menimbulkan rasa segar dan pasien
mungkin mungkin tidak mampu
kembali tidur bila terbangun.

7. Hindari mengganggui bila


mungkin, misalnya

membangunkan untuk obat atau


terapi

Kolaborasi :
1. Berikan sedative, hipnotik sesuai 1. Mungkin diberikan untuk
indikasi
membantu pasien tidur atau
istirahat.
DX.5.

Kurang

Perawatan

Diri

berhubungan

dengan

Kerusakan

Auskuloskeletal:
Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak,
Depresi.
Kriteria Hasil Klien dapat melaksanakan aktivitas per awatan sendiri
:
secara mandiri
INTERVENSI

RASIONAL

1. Kaji tingkat fungsi fisik


2. Pertahankan mobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan progran
latihan
3. Kaji hambatan terhadap

1. Mengidentifikasi tingkat
bantuan/dukungan yang diperlukan
2. Mendukung kemandirian
fisik/emosional
3. Menyiapkan untuk meningkatkan

partisipasi dalam perawatan diri,


identifikasi untuk modifikasi
lingkungan
4. Identifikasikasi untuk perawatan
yang diperlukan, misalnya; lift,
peninggian dudukan toilet, kursi

kemandirian yang akan


meningkatkan harga diri
4. Memberikan kesempatan untuk
dapat melakukan aktivitas secara
mandiri

roda
DX.6. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d

perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas


umum.
Kriteria Hasil Mengungkapkan peningkatan rasa percaya kemampuan
:
untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan

kemungkinan keterbatasan.
INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri :
1. Dorong pengungkapan mengenai
masalah mengenai proses

1. Beri kesempatan untuk


mengidentifikasi rasa takut/kesal

penyakit,harapan masa depan.


2. Diskusikan arti dari
kehilangan/perubahan pada
pasien/orang terdekat. Memastikan
bagaimana pandangan pribadi
psien dalam memfungsikan gaya
hidup sehari-hari termasuk aspekaspek seksual.
3. Diskusikan persepsi pasien
mengenai bagaiman orang
terdekat menerima keterbatasan.
4. Akui dan terima perasaan
berduka, bermusuhan,
ketergantungan.
5. Perhatikan perilaku menarik
diri,penguanan menyangkal atau
terlalu memperhatikan
tubuh/perubahan.

menghadapinya secara langsung.


2. Mengidentifikasi bagaimana
penyakit mempengaruhi persepsi
diri dan interaksi dengan orang lain
akan menentukan kebutuhan
terhadap intervensi atau konseling
lebih lanjut.
3. Isyarat verbal/nonverbal orang
terdekat dapat mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana pasien
memandang dirinya sendiri.
4. Nyeri melelahkan, dan perasaan
marah, bermusuhan umum terjadi.
5. Dapat menunjukkan emosional atau
metode maladaptive, membutuhkan
intervensi lebih lanjut atau
dukungan psikologis.
6. Membantu pasien mempertahankan
kontrol diri yang dapat

6. Susun batasan pada prilaku

meningkatkan perasaan harga diri.

maladaptive. Bantu pasien untuk


mengidentifikasi perilaku positif
yang dapat membantu koping.

7. Ikut sertakan pasien dalam


merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas.

7. Meningkatkan perasaan
kompetensi/harga diri, mendorong
kemandirian, dan mendorong
partisipasi dan terapi.

Kolaborasi :
1. Rujuk pada konseling psikiatri

2. Berikan obat-obat sesuai petunjuk

1. Pasien/orang terdekat mungkin


membutuhkadukungann selama
berhadapan dengan proses jangka
panjang/ketidakmampuan
2. Mungkin dibutuhkan pada saat
munculnya depresi hebat sampai
pasien mengembangkan
kemampuankoping yang efektif.

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
.
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini
jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di
atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi
(Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang


nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu,
pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit,
mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi
sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula
yang

menjalani

pembedahan

ortopedi

lama,

mengalami

infeksi

luka

mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau
memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi
3.2 SARAN
1) Mahasiswa
1. Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa
depan yang cemerlang.
2. Gunakanlah makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sirosis hepatis.
2) Akademik
1. Bimbinglah mahasiswa-mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan
keperawatan yang baik dan benar

DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.,

Ed. 4, EGC, Jakarta.

edyria selalu di 20.34


Berbagi

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Beranda

Lihat versi web


Mengenai Edyzz

edyria selalu
Peresak Kr. Bayan, Lingsar, Indonesia
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai