Gagal Ginjal PDF
Gagal Ginjal PDF
UNIVERSITAS INDONESIA
Nama
NPM
: 0806333581
Tanda Tangan :
Tanggal
08/07/2013
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penuulisan
terselesaikan. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat terlaksana berkat bimbingan,
dorongan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.d selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Hanny Handiyani, S.Kp., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Ns. Aat Djanatunnisah, S.Kep selaku pembimbing lahan praktik yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan selama
praktik di Rumah Sakit Pusat Fatmawati.
4. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP selaku koordinator mata ajar tugas karya ilmiah
akhir ners yang telah memberikan arahan dan dukungannya dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu, Ayah, dan seluruh kakak-kakakku yang telah bersedia memberikan dukungan
baik dalam bentuk motivasi, materi, kesabaran maupun kasih sayang selama
proses penyusunan karya tulis ilmiah ini
6. Teman-teman sebimbingan, teman-teman sekosan, dan teman-teman angkatan
2008 khususnya henna barus atas semangat dan dukungannya.
7. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian karya tulis
ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, saya ucapkan banyak
trimakasih.
iv
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu proses penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu di bidang keperawatan.
Penyusun
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama
: Agnes Natalia Sebayang
NPM
: 0806333581
Program Studi : Profesi Keperawatan
Departemen :
Fakultas
: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Jenis karya
: Karya Tulis Ilmiah
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat dalam asuhan
keperawatan klien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis di ruang penyakit dalam
RSUP Fatmawati Jakarta
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan karya tulis ilmiah akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 08 Juli 2013
Yang menyatakan
ABSTRAK
Nama
Jumlah klien gagal ginjal kronis terus meningkat setiap tahunnya dan banyak dialami
oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Penulisan karya ilmiah ini
bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan yang yang diberikan pada
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Masalah dalam studi kasus
ini meliputi kelebihan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
ketidakefektifan pola napas, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dan intoleransi
aktifitas. Setelah dilakukan asuhan keperawatan, hasilnya menunjukkan bahwa tidak
semua masalah keperawatan yang dialami oleh pasien GGK yang mengalami
hemodialisis terselesaikan sepenuhnya. Karya tulis ini dapat dijadikan acuan dalam
pemberian asuhan keperawatan kepada klien dengan gagal ginjal kronis.
Kata kunci: gagal ginjal kronis, hemodialisis, masyarakat perkotaan
vii
ABSTRACT
Name
The number of chronic kidney disease have been increase every year, especially in
urban area. The aims of this paper is to describe the nursing care that given to patients
with chronic kidney kidney disease undergoing the hemodialysis. Various nursing
problem common in Chronic kidney disease on hemodialysis, such us fluid volume
excess, altered nutrition: less than body requirements, ineffective self care, and
intolerancy activity. The result of this paper shows that not all of the nursing problem
in chronic kidney disease patient who undergoing the hemodialysis is fully resolved.
This paper could be as a recommendation for the other to give nursing care in chronic
kidney disease pastient.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7
2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ................................. 7
2.2 konsep Keperawatan Model Adaptasi Roy ...................................................... 8
2.2 Gagal Ginjal Kronik ......................................................................................... 9
2.3 konsep Hemodialisis ........................................................................................ 10
2.4 Perawatan Akses Dialisis ................................................................................. 12
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ............................................... 14
3.1 Gambaran Kasus .............................................................................................. 14
3.2 Pengkajian ....................................................................................................... 14
3.3 Analisis Data .................................................................................................... 16
3.4 Diagnosis Keperawatan .................................................................................... 17
3.5 Perencanaan Intervensi Keperawatan .............................................................. 18
3.6 Implementasi dan Evaluasi .............................................................................. 20
BAB 4 ANALISIS SITUASI...................................................................................... 23
4.1 Profil Lahan Praktik ......................................................................................... 23
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan
Konsep Kasus Terkait ...................................................................................... 24
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait............ 27
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan .................................................. 28
BAB 5 PENUTUP....................................................................................................... 30
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 30
5.2 Saran ................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 32
LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
Penyakit degeneratif menjadi salah satu penyebab penyakit gagal ginjal kronis.
Penyakit degeneratif yang menjadi penyebab gagal ginjal terbanyak adalah Diabetes
mellitus dan hipertensi. Lewis & Sharon (2007) menyatakan bahwa dua penyakit
yang terbanyak penyebab gagal ginjal kronis adalah hipertensi dan diabetes mellitus.
merupakan dua penyebab terbesar dari penyakit ginjal tahap akhir. Lebih dari 45%
penderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis disebabkan oleh nefropati
diabetikum (Ignatavicius & Workman, 2009). Seiring dengan peningkatan prevalensi
penderita gagal ginjal kronis, penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus juga
mengalami peningkatan.
Peningkatan prevalensi diabetes mellitus terjadi akibat adanya perubahan gaya hidup.
Kurangnya ativitas fisik, perobahan gaya hidup menjadi kebarat-baratan, dan
perubahan pola makan menjadi rendah serat dan tinggi kalori dapat memicu
terjadinya diabetes mellitus tipe 2 (Goldstein, Muller, 2008). Penelitian yang
dilakukan di Mauritius membuktikan bahwa perubahan gaya hidup dan peningkatan
kemakmuran suatu bangsa dapat meningkatkan pervalensi diabetes. Mauritius adalah
suatu Negara kepulauan yang penduduknya terdiri dari berbagai kelompok etnik.
Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa bangsa-bangsa India, China, dan Creole
(campuran Afrika, Eropa, dan India) memiliki prevalensi diabetes mellitus jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah asalnya. Hal ini disebakan karena keadaan
ekonomi di Mauritius untuk golongan etnik tersebut jauh lebih baik dibandingkan
dengan daerah asalnya (Suryono, 2009). The United States Renal Data Sistem tahun
2001 dari 82.692 pasien yang menjalani terapi hemodialisis ataupun transplantasi
ginjal, sebanyak 46.2% disebabkan oleh diabetes. Dari data-data diatas dapat
disimpulkan bahwa, gagal ginjal kronis ini menjadi salah satu masalah perkotaan
dengan jumlah yang besar dan membutuhkan berbagai penatalaksanaan medis
maupun keperawatan.
Universitas Indonesia
Salah satu penanganan medis klien dengan gagal ginjal kronis yaitu hemodialisis.
Hemodialisis dilakukan melalui mesin yang terdiri dari membran semipermiabel
dengan darah di satu sisi dan cairan dialisis disisi lain (Price, 2006). Hemodialisis
biasanya dilakukan 1-2 kali dalam seminggu secara terus menerus. Hemodialisis ini
dilakukan untuk menggantikan fungsi ekskresi ginjal dalam membuang sisa-sisa
metabolisme seperti ureum dan kreatinin (Lewis & Sharon, 2007). terapi pengganti
fungsi ginjal ini tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau
endokrin ginjal serta dampak dari gagal ginjal, sehingga harus dilakukan terus
menerus sepanjang hidupnya. Smeltzer (2008) menyatakan bahwa bahwa terapi
hemodialisis merupakan upaya untuk mencegah kematian atau memperpanjang usia.
Oleh karena itu, terapi dialisis ini harus dilakukan terus menerus dan banyak diminati
oleh pasien yang mengalami gagal ginjal kronik.
Prevalensi hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronis terus meningkat setiap tahun.
Di Amerika Serikat, prevalensi penderita gagal ginjal kronis sebanyak 300 ribu dan
yang melakukan hemodialisis sebanyak 220 ribu orang. United Kingdom Alliance
(2001) menyatakan bahwa terdapat 230 orang per satu juta penduduk inggris (0.03%)
menderita gagal ginjal kronis dan sebanyak 60.4% dari penderita tersebut memilih
hemodialisis sebagai terapi ginjal (Thomas, 2002). Indonesia Renal Registry,
memaparkan bahwa terjadi peningkatan pasien yang menjalani hemodialisis sebesar
5,2%, dari 2148 orang pada tahun 2007 menjadi 2260 orang pada tahun 2008
(soelaiman, 2009). Penatalaksanaan terpai pengganti ginjal ini harus dilakukan secara
kontinu dan memperhatikan berbagai prinsip aseptic untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
Berbagai permasalahan dan komplikasi dapat terjadi pada pasien yang menjalani
proses hemodialisis. Brunner&Suddarth (2002) mengatakan komplikasi yang terjadi
pada pasien hemodialisis bisa didapatkan melalui proses hemodialisis itu sendiri
maupun akses intravena yang terpasang untuk hemodialisis. Salah satu penyebab
kematian diantara pasien-pasien yang menjalani hemodialisis kronis adalah penyakit
Universitas Indonesia
Mahasiswa sebagai salah satu agen perubahan berupaya untuk menerapkan asuhan
keperawatan susai dengan evidence base learning. Standar praktik asuhan
keperawatan menurut doenges (2000) meliputi pengkajian, diagnosis, identifikasi
hasil, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Dalam melaksanakan praktik KKMP,
mahasiswa memberi asuhan keperawatan terhadap pasien mulai dari pengkajian
hingga evaluasi. Pengkajian yang tepat akan menemukan berbagai masalah
keperawatan, salah satunya adalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri. Dari
data pengkajian tersebut, dapat teridentifikasi data demografi, kondisi fisik seperti
status nutrisi, situasi ekonomi, situasi sosial maupun status emosional yang dapat
mempengaruhi kefektifan manajemen kesehatan diri pasien. Setelah pengkajian,
perawat menegakkan diagnosis terkait ketidakefektifan manajemen kesehatan diri,
yang selanjutnya dibuat perencanaan dan implementasi dengan tujuan utama
mencakup upaya pencapaian manajemen kesehatan diri. Intervensi yang telah
disusun, diharapkan mampu memotivasi klien untuk mampu memanajemen
kesehatan dirinya sehingga tidak terjadi komplikasi (Brunner&Suddarth, 2002)
Universitas Indonesia
yaitu hemodialisis. terapi pengganti fungsi ginjal ini tidak mampu mengimbangi
hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin ginjal serta dampak dari gagal ginjal,
sehingga harus dilakukan terus menerus sepanjang hidupnya. Berbagai permasalahan
muncul pada pasien gagal ginjal walaupun sudah menjalani terapi hemodialisis.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien dengn Gagal Ginjal Kronis yang sedang menjalani
hemodialisis didaerah perkotaan.
1.3
Tujuan Penulisan
1.4
MANFAAT PENULISAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN TEORI
(resosialitatif).
Upaya
tersebut
dilakukan
dalam
rangka
membentuk individu pada fungsi sehat atau maksimal. Tentunya dengan mengkaji
dan mempertimbangkan kebiasaan, gaya hidup, koping individu, koping keluarga,
kemampuan keluarga dari segi ekonomi maupun dari segi pendidikan.
Univeritas Indonesia
2.2
Univeritas Indonesia
Proses keperawatan dalam model adaptasi Roy dimulai dari mengkaji perilaku
dan faktor-faktor yang mempengaruhi, mengidentifikasi masalah, menetapkan
tujuan, dan mengevaluasi hasil.
2.3
GGK dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. GGK berawal dari diabetic nefropati
(45%), penyakit hipertensi (27%), infeksi ginjal atau glomerulonefritis (8.5%),
penyakit ginjal bawaan atau polisiklik (3%) ataupun penyakit lainnya (Lewis &
Sharon, 2007). Hipertensi dan diabetes mellitus merupakan dua penyebab terbesar
dari penyakit ginjal tahap akhir, sedangkan yang lainnya adalah penyakit infeksi
(glomerulonefritis, pyelonefritis, TBC), penyakit vascular sistemik (hipertensi
renovaskular intrarenal dan ekstrarenal), nefrosklerosis, hiperparatiroidisme, penyakit
tubuler, keracunan logam berat, kalium deflesi kronis, penyakit saluran kencing
(Ignatavicius & Workman, 2009).
Univeritas Indonesia
10
Univeritas Indonesia
11
fistulae
(AVF)
dikerjakan
melalui
prosedur
operasi
anastomosis antara arteri brakialis dan vena sefalika pada tangan kiri pasien.
Univeritas Indonesia
12
Kriteria evaluasi dari kepatenan suatu fistula adalah terdengarnya bruit pada
auskultasi dan thrill teraba pada palpasi. Bruit merupakan bunyi atau bising yang
terdengar di dalam pembuluh darah karena meningkatnya turbulensi (Swartz, 1995).
Thrill adalah sensasi getaran superficial yang teraba pada kulit diatas daerah
turbulensi. Thrill paling baik diraba dengan menggunakan kepala tulang metacarpal,
bukan dengan ujung jari, dan ditekankan dengan sangat ringan pada kulit (Swartz,
1995). Bruit maupun thrill yang terjadi pada arterivenous terjadi secara kontinu
(Bluth, 2008). Untuk mengevaluasi bruit dan thrill, dapat dilakukan dengan
Univeritas Indonesia
13
menempatkan tiga ujung jari diatas sisi akses dan kaji terhadap vibrasi yang timbul
serta timbulnya rasa hangat atupun dingin pada ekstremitas tesebut.
rubber ball exercise. Merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mempercepat pematangan AVF. Latihan ini mampu meningkatkan aliran
darah melalui arteriovenous, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi
lanjut pada akses dialysis. Latihan ini sebaiknya dilakukan sebanayak 10 kali
dalam sehari jika AVF belum siap dih=gunakan, atau 3-4 kali sehari jika AVF
sudah dapat digunkan sebagai akses dialysis (Lewis & Sharon, 2007)..
Univeritas Indonesia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Klien kelolaan yang dijadikan studi kasus dengan Gagal Ginjal Kronik mulai
dilakukan perawatan secara holistik oleh mahasiswa, khususnya penerapan rubber
ball exercise sejak tanggal 09 Mei 2013 di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Dalam
BAB ini akan dibahas secara keseluruhan asuhan keperawatan yang telah diberikan,
mulai dari pengkajian, rencana keperawatan, diangnosa keperawatan, implementasi,
dan evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan.
merasakan mual, muntah, perut begah sejak 3 hari SMRS. Sebelum masuk RS, klien
sempat muntah 5 kali dalam sehari dan malas makan. Klien putus HD sejak 1 bulan
yang lalu karena tidak ada tempat.
3.2 Pengkajian
Riwayat Kesehatan Sebelumnya: klien memiliki riwayat diabetes Mellitus dengan
gula yang terkontrol saat ini dan pernah dilakukan debridement pada kaki kiri sekitar
3 tahun yang lalu. Klien juga mimiliki riwayat batu ginjal sekitar 5 tahun yang lalu,
sudah diangkat dan tidak kambuh lagi hingga saat ini. Memiliki riwayat keluarga
dengan hipertensi, yakni Ibu dan kedua kakaknya. Klien juga memiliki riwayat
hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan juga. memiliki riwayat merokok sejak SMP
14
Universitas Indonesia
15
dan sudah berhenti sejak setahun yang lalu. Klien mangatakan Sebelumnya klien juga
pernah dirawat dirumah sakit dengan kondisi yang hampir serupa.
Data umum kesehatan saat ini: Keluhan utama: sesak napas yang hilang timbul,
mual (+), muntah (+), Keadaan umum: klien terbaring semifowler, kesadaran
composmentis dengan GCS 15, terpasang Vemvlon pada tangan kanan dan AVF
cimino di tangan kiri, TTV: suhu 36,20C per aksila, TD: 130/90 mmHg lengan kanan
dengan posisi berbaring, Nadi: 92x/menit teratur dan kuat, RR: 24x/menit, TB 162
cm dan BB 50 kg.
Pemeriksaan fisik: Kulit, rambut, dan kuku: Kulit bersih dan agak pucat, rambut
bersih tidak rontok, kuku terpotong rapi. Kepala dan leher: tidak ada edema,
konjungtiva anemis, sclera putih, pupil isokor, penglihatan: dalam batas normal, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena jugularis. Telinga: Bersih,
tidak ada cairan, tidak ada serumen, pendengaran dalam batas normal. Mulut, hidung
dan tenggorokan: bersih, tidak ada caries gigi, tidak ada sekret, tidak memakai alat
bantu, pengecapan dalam batas normal hidung tampak simetris, tidak ada polip.
Toraks dan paru-paru: penggunaan otot bantu pernafasan (+),pergerakkan dada
simetris kanan dan kiri, bunyi napas vesikuler, traktil fremitus melemah pada bagian
apeks, perkusi: pekak di apeks, rhonki basah bilateral, wheezing bilateral (+), bentuk
dada simetris. Kardiovaskular: dada simetris, CRT < 3 detik, akral dingin, thrill (+),
bunyi jantung normal Lup (S1) dan dup (S2), tidak ada bising jantung, Abdomen:
abdomen simetris, turgor kulit lempap, bising usus 10x/menit, abdomen supel, tidak
ada nyeri tekan, mual (+).Muskuloskeletal dan Ekstremitas: kemampuan pergerakan
sendi bebas, tidak ada parese, tidak ada kelainan bentuk tulang dan otot, postur tubuh
tegap, edema ekstremitas bawah sebelah kanan (pitting edema +1)Refleks Patella
positif kiri dan kanan, diaphoresis (+) tidak ada varises, tidak edema ekstremitas atas
dan bawah, tidak ada tanda Homans. Eliminasi: BAB 1 kali konsistensi lunak,
berwarna kuning, BAK spontan, produksi urine: 500ml. Istirahat dan kenyamanan:
mengatakan terkadang tidak bisa tidur dimalam hari jika sesak timbul, terutama jika
Universitas Indonesia
16
tidur tidak pakai bantal. Mobilisasi dan latihan: mobilisasi hanya disekitar tempat
tidur, dan terkadang mengobrol dengan teman sekamar. Aktivitas: sebelum masuk
Rumah sakit, klien bekerja di perusahaan travel sebagai supir antar kota selama
kurang lebih 10 tahun. Selama bekerja menjadi supir, klien mengaku jarang minum
air putih, dan lebih sering mengonsumsi minuman berenergi. Minuman berenergi
yang biasa dikonsumsi oleh klien adalah ekstrajoss, kukubima energi, khususnya
kratingdaeng minimal 3 kali sehari yang diselingi dengan minum kopi dan merokok.
Jika sedang menyetir, klien biasanya menahan BAK hingga sampai ditujuan agar bisa
menghemat waktu. Selama di rumah sakit, berbagai aktivitas sehari-hari dilakukan
sendiri atau dibantu oleh istri jika sedang berada di Rumah Sakit.
Nutrisi dan cairan: merasa mual dan muntah (+), nafsu makan menurun, makan
3x/hari 1/2 porsi habis (1200 kkal diet ginjal rendah protein), jenis menu makanan:
nasi, sayur, lauk-pauk, dan buah. Minum 1 botol aqua sedang, yakni sebanyak 500 cc
sesuai dengan jatah harian. Intake cairan: intake infus 24 jam: -, intake oral 600 cc,
output urine 800 ml, Insible Water Loss (IWL): 750 cc, balance: -950cc/24jam.
Pemeriksaan penunjang: Hematologi lengkap: Hemoglobin:6.1mg/dL (N: 12-15),
Hematokrit: 20% (N: 36-46), Leukosit: 212.6 103/uL (5-10), Trombosit: 680 (150400), Fungsi hati: SGOT 26, SGPT 49, fungsi ginjal: Ureum darah 193, kreatinin 4.2.
AGD: PH 7.344 (7.37-7.44), PCo2 20.3 (N=35.0-45.0), PO2 127 (N= 83-108), HCO3
10.8 (21.0-28.0), Sat O2 98.5 (N= 95-99%)
Hasil USG thoraks 09 Mei 2013, tampak efusi pleura kanan dengan estimasi 1.500
cc. hasil USG abdomen 07 Maret 2013, tampak penumpukan cairan di Cavum pleura
bilateral, tampak penumpukan cairan di perivesika. Kesan USG abdomen: Chronic
Renal Disease bilateral, ascites, Efusi pleura bilateral.
Universitas Indonesia
17
di malam hari.
Tidur harus
menggunakan bantal agar tidak sesak. DO: Orthopnea (+), penggunaan otot bantu
pernapasan (+), RR: 24x/menit, N: 92x/mnt, TD: 130/90mmHg, S: 36.20C, traktil
fremitus menurun, suara napas (+), wheezing (+/+), rhomki (+/+): Hasil USG thoraks
09 Mei 2013, tampak efusi pleura kanan dengan estimasi 1.500 cc.
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan integritas kulit. Kaji efek
pengobatan (misalnya: steroid, diuretic dan litium) pada edema. Pantau secara teratur
lingkar abdomen atau ekstremitas. Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan aliran
balik vena, pertahankan dan pembatasan cairan Manajemen cairan (NIC): timbang
berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya, pertahankan catatan asupan
dan haluaran yang akurat, pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi
cairan (misalnya peningkatan berat jenis urine, peningkatan BUN, penurunan
hemtokrit, dan peningkatan kadar osmolalitas urin), pantau adanya kelebihan atau
retensi cairan (misalnya cracle, peningkatan CVP, distensi vena leher, dan asites)
sesuai dengan keperluan, alokasikan distribusi asupan cairan selama 24jam jika perlu.
Aktivitas kolaborasi:lakukan dialysis, konsultasikan dengan ahli gizi untuk
memberikan diet dengan kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium,
pemberian diuretic jika perlu.
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
AGD, mengajarkan klien untuk melakukan tarik nafas dalam. memberikan posisi
semi fowler, berkolaborasi dalam melakukan pungsi pleura. Evaluasi akhir dari
diagnosa ini adalah klien sudah tidak merasa sesak lagi, suara napas vesikuler +/+,
Rhonki -/- dan tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. Masalah keperawatan
ketidakefektifan pola napas ini terselesaikan hingga klien pulang ke rumah.
Universitas Indonesia
22
yang sesuai dan bermakna. mendorong pasien bergerak ke arah kepercayaan primer
terhadap penguatan dari dalam diri sendiri versus penghargaan dari keluarga atau
perawat. membantu pasien untuk mengevaluasi kemajuan dengan membandingkan
riwayat perilaku sebelumnya dengan perilaku saat ini. Melakukan diskusi dengan
klien terkait gagal ginjal (pengertian, etiologi, manifestasi klinis dari GGK serta
hemodialisa). Mengkaji tingkat pengetahuan klien terkait batasan yang harus ia
lakukan dan modifikasi intake cairan. Memberikan reinforcement positif terkait usaha
yang telah dilakukan.
selama perawatan, telah dilakukan 3 kali diskusi terkait penyakit gagal ginjal,
hemodialisis, dan perawataan akses dialisis. Selama diskusi klien sangat kooperatif,
mampu menyebutkan kembali hal-hal yang didiskusikan, dan menunjukkan
perubahan perilaku pemeliharaan kesehatan seperti air minum yang dibagi hanya
untuk satu hari (600cc), tidak menindih ekstremitas yang terpasang cimino saat tidur,
arjin melakukan latihan pergerakan pada tangan yang terpasang cimino,
menghabiskan makanan dari Rumah Sakit.
Universitas Indonesia
BAB IV
ANALISIS SITUASI
BAB ini membahas asuhan keperawatan yang diberikan pada klien kelolaan yang
dikaitkan dengan berbagai sumber yang sesuai. Selain itu, BAB ini membahas lebih
lanjut mengenai profil lahan praktik, analisis masalah keperawatan terkait KKMP,
analisis salah satu intervensi dengan konsep penelitian terkait, dan analisis
pemecahan yang dapat dilakukan.
untuk
penderita
TBC
anak
dan
rehabilitasinya.
Dalam
23
Universitas Indonesia
24
tropis, hepatologi, hematologi dan ruang isolasi. RSUP Fatmawati melayani jaminan
kesehatan baik ASKES, Jamkesda, maupun KJS.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan Terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait
Penyakit Gagal Ginjal Kronik banyak dialami oleh masyarakat di daerah perkotaan.
Terjadinya GGK disertai adanya multifaktor baik dari segi host, agent maupun
lingkungannya. Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa Tn SW meiliki riwayat
penyakit hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, memiliki riwayat keluarga dengan
hipertensi, klien mengaku jarang minum air putih, dan lebih sering mengonsumsi
minuman berenergi. Minuman berenergi yang biasa dikonsumsi oleh klien adalah
ekstrajoss, kukubima energi, khususnya kratingdaeng minimal 3 kali sehari yang
diselingi dengan minum kopi dan merokok. Jika sedang menyetir, klien biasanya
menahan BAK hingga sampai ditujuan agar bisa menghemat waktu. Selama di rumah
sakit, berbagai aktivitas sehari-hari dilakukan sendiri atau dibantu oleh istri jika
sedang berada di Rumah Sakit.
hari sebagai supir travel konsumsi air yang kurang, diet tinggi oksalat dan kolesterol,
konsumsi obat dalam waktu yang lama.
Universitas Indonesia
25
adalah mulai dari dewasa muda sampai lanjut usia yakni 22 hingga 85 tahun. Di
Amerika Serikat lebih dari 2 juta penduduk menderita penyakit ginjal kronis mulai
usia 20 tahun ke atas, dimana 35% disebabkan oleh diabetes dan 20 % disebakan
karena hipertensi (National Chronic Kidney Disease 2010). Dapat disimpulkan
bahwa data yang didapatkan oleh penulis terkait usia penderita GGK di lahan praktik
sama dengan hasil penelitian yang lalu dan data yang ditemukan pada literature yang
tersedia.
Selama menangani kasus Gagal Ginjal di lantai V selatan RSF, penulis mendapat
kesempatan untuk menangani 5 kasus GGk 4 diantaranya adalah laki-laki dan seorang
perempuan. Menurut National Cronic Kidney Disease Fact Sheet (2010) bahwa
perempuan lebih sering menderita penyakit ginjal kronik dibandingkan dengan lakilaki. Hal ini disebabkan oleh anatomi uretra pada perempuan lebih pendek dari pada
uretra pada laki-laki, sehingga mudah terjadi Infeksi Saluran Kemih (ISK) bagian
bawah dan menjadi komplikasi penyakit ginjal kronik. Price dan Wilson (2009)
mengatakan bahwa setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai risiko
yang sama untuk menderita penyakit kronik, Ignavicius (2009) menyatakan laki-laki
lebih sering terkena penyakit ginjal kronik terutama laki-laki yang mempunyai pola
hidup merokok dan mengonsumsi alcohol. Konsumsi rokok dan alcohol
menyebabkan individu tersebut mudah terkena penyakit degenerative seperti diabetes
dan hipertensi yang merupakan penyebab tertinggi dari penyakit ginjal kronis
Dua penyakit degenerative paling banyak menjadi penyebab Gagal ginjal adalah
Diabetes mellitus dan hipertensi. Pada kasus yang diangkat menjadi kelolaan penulis,
salah satu faktor penyebab GGK yang dialami oleh klien adalah diabetes mellitus.
Seperti halnya GGK, prevalensi diabetes mellitus juga meningkat setiap tahunnya.
menurut The United States Renal Data Sistem tahun 2001 dari 82.692 pasien yang
menjalani terapi hemodialisis ataupun transplantasi ginjal, sebanyak 46.2%
disebabkan oleh diabetes.
Universitas Indonesia
26
Peningkatan prevalensi diabetes mellitus terjadi akibat adanya perubahan gaya hidup.
Kurangnya ativitas fisik, perobahan gaya hidup menjadi kebarat-baratan, dan
perubahan pola makan menjadi rendah serat dan tinggi kalori dapat memicu
terjadinya diabetes mellitus tipe 2 (Goldstein, Muller, 2008). Penelitian yang
dilakukan di Mauritius membuktikan bahwa perubahan gaya hidup dan peningkatan
kemakmuran suatu bangsa dapat meningkatkan pervalensi diabetes. Mauritius adalah
suatu Negara kepulauan yang penduduknya terdiri dari berbagai kelompok etnik.
Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa bangsa-bangsa India, China, dan Creole
(campuran Afrika, Eropa, dan India) memiliki prevalensi diabetes mellitus jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah asalnya. Hal ini disebakan karena keadaan
ekonomi di Mauritius untuk golongan etnik tersebut jauh lebih baik dibandingkan
dengan daerah asalnya (Suryono, 2009). Dalam kondisi ini perlu dilakukan berbagai
upaya promotif maupun preventif untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Universitas Indonesia
27
Universitas Indonesia
28
dikelola selama praktik di lantai V selatan masih berpotensi atau berisiko mengalami
kelebihan volume cairan.
Masalah keperawatan individu yang terjadi pada klien GGK tidak hanya berkaitan
dengan kebihan volume cairan. Selama melakukan asuhan keperawatan pada pasien
kelolaan, juga ditemukan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. masalah keperawatan ini tidak hanya terjadi pada klien kelolaan saja, tetapi
dialami oleh 4 pasien lainnya yang dikelola. mayoritas pasien yang dikelola
mengalami masalah ketidakseimbangan nutrisi akibat mual dan muntah. Sementara
itu, dua pasien yang lainnya mengalami masalah ketidakseimbangan nutrisi akibat
mual muntah dan ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi insulin.
Salah satu masalah keperawatan dari Gagal Ginjal Kronis adalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan. Wilkinson (2009) menyatakan bahwa ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan adalah ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola,
atau mencari bantuan untuk memelihara kesehatan. Diagnosis keperawatan ini
muncul karena sebelumnya juga pernah masuk RS dengan keluhan yang sama yakni
bengkak di ekstremitas dan sesak nafas.. Tn SW mengatakan patuh minum sesuai
jatah harian, akan tetapi jika hari sangat panas ataupun akan HD biasanya minum
sedikit kelewat batas. Klien juga tampak sering menekuk ekstremitas yang terpasang
cimino,
diberikannya
pendidikan
kesehatan
tersebut,
diharapkan
mampu
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu penurunan fungsi jaringan ginjal secara
progresif
sehingga
masa
ginjal
yang
masih
ada
tidak
mampu
lagi
progresif ini terjadi secara irreversible atau tidak dapat pulih kembali, sehingga
tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Dua penyakit degenerative paling banyak menjadi penyebab Gagal
ginjal adalah diabetes mellitus dan hipertensi.
Baik gagal ginjal maupun penyakit degeneratif yang memicu sering disebabkan
oleh beberapa hal yang banyak terjadi di kota besar misalnya saja keadaan sosial
ekonomi yang mayoritas di daerah industri, pola diet, jenis pekerjaan dengan
aktivitas fisik yang minimal, iklim yang cenderung panas, riwayat keluarga yang
mempunyai batu ginjal, maupun tingkat stress yang tinggi. Penderita GGK yang
sudah berada pada suatu derajat atau stadium tertentu memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap. Terapi tersebut dapat berupa dialysis ataupun
transplantasi ginjal. Terapi pengganti ginjal yang telah dilakukan kepada Tn SW
adalah hemodialisis. Meskipun telah menjalani hemodialisis berbagai masalah
keperawatan masih tetap muncul pada pasien gagal ginjal yang dikelola selama
praktik. Masalah keperawatan yang biasanya muncul pada pasien gagal ginjal
kronis dengan hemodialisis adalah ketidakefektifan pola nafas, kelebihan volume
cairan, ketidakseimbangan nutrisi, dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
Oleh karena itu, perlu asuhan keperawatan sangat diperlukan bagi pasien gagal
ginjal kronis meskipun telah menjalani hemodialisis.
30
Universitas Indonesia
31
4.2. Saran
Rekomendasi kepada penulis selanjutnya dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis yaitu:
1. Mahasiswa sebaiknya melakukan kunjungan rumah. kunjungan rumah ini dapat
menjdai evaluasi bagi mahasiswa terkait perubahan perilaku yang dilakukan klien
setelah dilakukannya pendidikan kesehatan selama perawatan di Rumah Sakit.
Universitas Indonesia
32
Daftar Pustaka
Allender, J. A. & Spradley (2005). Communnity health nursing: Concepts and
practice. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2010). Community health nursing:
Promoting
and
protecting
the
publics
health.
Philadelphia:
Wolters
Universitas Indonesia
33
Lewis & Sharon L. (2009). Medical Surgical Nursing: Assesment and Management
of Clinical Problems (7th Ed). Seventh edition. Mosby Elsevier.
Instalasi Rekam Medik RSUP Fatmawati. (2011).
Pender, N.J, Murdaugh C.L, and Parsons. (2002). Health Promotion in Nursing
Practice, 4th ed. Prentice Hall: New Jersey
Perhimpunan Nefrologi Indonesia. (2004). Konsensus dialysis. Buku tidak
dipublikasikan
Price, S.A. & Wilson L.M. (2006). Patofisiologi: konsep klinis proses penyakit. Edisi
keempat. Jakarta: EGC
PT.Askes.
(2013).
Penderita
Gagal
Ginjal
Kronik
Terus
Meningkat.
www.ptaskes.com
Reamcle, C. & Reusens, B., (2004). Functional food, aging, and degenerative
disease. www. Woodhead-publishing.com
Saweins, W. 2004. The Renal Unit at the Royal Informary of Edinburgh. Scotland:
UK Renal
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Brunner & Suddarths textbook of medicalsurgical nursing. (8th Ed). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
Stanhope, M., Lancaster, J. 1996. Community Health Nursing: Promoting Health of
aggregates Families and Individuals. Fourth edition. St Louis: Mosby Year
Book.
Suwitra, K (2006). Penyakit Ginjal Kronik. Dalam sudoyo, dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbita Departemen Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Universitas Indonesia
34
Swartz, M. (1995). Buku Ajar Diagnostik Fisik. Penerbit Buku Kedokteran: EGC,
Jakarta
Thomas, N. (2003). Renal nursing. (2nd Ed). London: Bailliere Tindall
Yu, H., Chen, S., & Yuan, W. (2011). Distribution and complication of native
arteriovenous fistulas in maintance hemodialysis patients. Shanghai
Universitas Indonesia
Lampiran 1
CATATAN PERKEMBANGAN
Waktu
Kamis
09 Mei 2013
Implementasi
Evaluasi
Waktu
Implementasi
Evaluasi
Waktu
Implementasi
Evaluasi
Dari hipertensi dan jarang minum. Klien mengatakan tanda dan
gejala GGK yang pernah ia alami adalah sesak nafas, bengkak pada
kaki dan tangan, dan jumlah BAK yg sedikit. Klien mengatakan
mulai besok akan menjatah minuman hariannya di dalam satu
wadah.
O: klien mampu mengulangi kembali pengertian, penyebab, dan
manifestasi klinis GGK. Klien mampu mengidentifikasi penyebab
serta tanda dan gejala GGK yang ia alami. Klien kooperatif selama
berinteraksi.
A: masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan belum teratasi
P: melakukan kontrak waktu dan topik terkait diskusi besok
(hemodialisis dan cara perawatan akses cimino)
S: masih sesak
O: RR= 27x/menit,nasal kanul 3ltr/menit,bicara tersengal-sengal,
takipnea, ortopnea, vesikuler +/+, ronchi +/+ disemua lapang paru,
penggunaan otot bantu napas (+)
A: Masalah belum teratasi
P:
- Pemantauan hasil AGD
- Pantau Frekuensi, kedalaman, otot bantu napas serta auskultasi
paru.
- Pantau TTV
- Timbang BB/ hari
- Pantau Intake-Output cairan, nutrisi
- Berikan posisi semifowler
- Rencana pungsi pleura tgl 14 Mei 2013
S: pipis sedikit
Waktu
Implementasi
- Mengkaji irama dan frekuensi napas
- Mengkaji ekstremitas atau bagian tubuh
yang edema terhadap gangguan sirkulasi
dan integritas kulit
- Mengkaji efek pengobatan pada edema.
- Menganjurkan klien untuk meninggikan
ekstremitas
- Menimbang berat badan di pagi hari
- Memantau intake dan output
Berkolaborasi dalam:
- Memantau hasil laboratorium
- Melakukan dialysis
- Mengonsultasikan dengan ahli gizi terkait
pemberian diet
- Memberikan terapi obat-obatan: furosemide
40 mg
Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
- Menentukan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
- Mengkaji bising usus
- Memantau kandungan nutrisi dan kalori
pada catatan asupan, menimbang berat
badan pasien
- Memotivasi klien untuk menghabiskan
makanannya selagi hangat
- Memotivasi klien untuk melakukan oral
higine setiap pagi dan malam hari
- Menganjurkan klien untuk makan dalm
porsi yang sedikit tapi sering
- Memberikan reinforcement positif atas
usaha yang telah dilakukan,
Evaluasi
O: edema tungkai kanan bawah (pitting edema +1)., CRT<3detik,
akral hangat, mukosa lembab, pucat, konjungtiva, anemis, turgor
kulit lembap, Intake: 600cc Out: 500cc BC: - 650cc
A: masalah belum teratasi
P: -pantau status cairan
- pantau balance cairan
- pantau adanya edema
- rencana dialysis besok
Waktu
Implementasi
Evaluasi
Sabtu,
11 Mei 2013
Waktu
Implementasi
Evaluasi
S: masih sesak
O: Orthopnea (+), penggunaan otot bantu pernapasan (+), RR:
24x/menit, N: 92x/mnt, TD: 130/90mmhg, S: 36.20C, traktil
fremitus menurun, edema tungkai kanan bawah (pitting edema +1)
intake oral: 600cc, BAK: 500cc, Balans cairan= 650 cc
A: masalah Kelebihan volume cairan teratasi sebagian
P:
- Rencana pungsi pleura tgl 14 Mei 2013
- Pemberian terapi obat-obatan sesuai program
- Lanjutkan intervensi sebelumnya.
- Jadwal hemodialisis: Rabu dan Sabtu
Berkolaborasi dalam:
- Memantau hasil laboratorium post HD
- Melakukan dialysis
- Mengonsultasikan dengan ahli gizi terkait
pemberian diet
- Memberikan terapi obat-obatan: furosemide
40 mg
Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
- Memantau kandungan nutrisi dan kalori
pada catatan asupan, menimbang berat
badan pasien
- Memotivasi klien untuk menghabiskan
makanannya selagi hangat
- Memotivasi klien untuk melakukan oral
higine setiap pagi dan malam hari
- Menganjurkan klien untuk makan dalm
porsi yang sedikit tapi sering
- Memberikan reinforcement positif atas
Waktu
Implementasi
Evaluasi
S: masih sesak
O: Orthopnea (+), penggunaan otot bantu pernapasan (+), RR:
24x/menit, N: 92x/mnt, TD: 130/80mmhg, S: 36.50C, traktil
fremitus , edema -/-intake oral: 600cc, BAK: 500cc, Balans
cairan= 650 cc
A: masalah Kelebihan volume cairan teratasi sebagian
P:
- Rencana pungsi pleura tgl 14 Mei 2013
- Pemberian terapi obat-obatan sesuai program
- Lanjutkan intervensi sebelumnya.
- Jadwal hemodialisis: Rabu dan Sabtu
Waktu
Implementasi
Evaluasi
Berkolaborasi dalam:
- Memantau hasil laboratorium post HD
- Memberikan terapi obat-obatan: furosemide
2x40 mg
Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
- Memantau kandungan nutrisi dan kalori
pada catatan asupan, menimbang berat
badan pasien
- Memotivasi klien untuk melakukan oral
higine setiap pagi dan malam hari
- Menganjurkan klien untuk makan dalm
porsi yang sedikit tapi sering
- Memberikan reinforcement positif atas
usaha yang telah dilakukan,
- Menentukan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
- Mengkaji bising usus
Kolaborasi pemberian medikasi ranitidin dan
glukoidon 2x15mg
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
- Mengevaluasi kembali pengetahuan klien
terkait diskusi yang telah dilakukan
sebelumnya.
- Mengkaji tingkat pengetahuan klien terkait
dialisis,
- mengkaji tingkat pengetahuan klien terkait
perawatan akses dialisisnya.
- Mengkaji kebiasaan yang dilakukan oleh
klien terhadap ciminonya.
Memberikan reinforcement positif terkait
Waktu
Implementasi
usaha yang telah dilakukan.
Selasa,
14 Mei 2013
Evaluasi
sebagian
P: melanjutkan intervensi sebelumnya, dan mengevaluasi
pelaksanaan latihan menggenggam dengan bola karet
S: napas terasa lebih lega
O: RR= 22x/menit, , vesikuler +/+, ronchi +/+ disemua lapang
paru, penggunaan otot bantu napas (+). RR -/- Secret pungsi:+/1200cc
A: masalah sudah teratasi
P:
- Pantau Frekuensi, kedalaman, otot bantu napas serta auskultasi
paru.
- Pantau TTV
- Berikan posisi semifowler
- Rencana pulang
Waktu
Implementasi
Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
- Memantau kandungan nutrisi dan kalori
pada catatan asupan, menimbang berat
badan pasien
- Memotivasi klien untuk melakukan oral
higine setiap pagi dan malam hari
- Menganjurkan klien untuk makan dalm
porsi yang sedikit tapi sering
- Memberikan reinforcement positif atas
usaha yang telah dilakukan,
- Menentukan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
- Mengkaji bising usus
- Berkolaborasi dalam pemberian glukoidon
2x15 mg
Evaluasi
Waktu
Rabu,
15 Mei 2013
Implementasi
pengkajian fisik
Evaluasi
kembali ke RS jika pulang nanti
S: Sesak dan mual sudah tidak ada
O:
TD 130/90 N 90x/m RR 20x/m T: 36.5
Klien dapat tidur dengan tenang, isokhor, reflek pupil +/+,
konjungtiva anemis, ikterik tidak ada, BJ I/II
Mur-mur dan gallop tidak ada
Reflek otot di keempat ekstremitas, edema tidak terjadi,
A:
resiko kelebihan volume cairan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
P:
Pantau intake output nutrisi
Jadwal HD rabo dan sabtu
Rencana pulang.
Lampiran 2
Pokok bahasan
Sub-pokok bahasan
Sasaran
Tempat
Waktu
: 30 menit
I.
II.
III.
MATERI
Materi yang akan disampaikan pada pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang Gagal ginjal kronik
a. Pengertian
b. Penyebab
c. Tanda dan Gejala
d. Klasifikasi
e. Akibat/komplikasi
IV.
METODE
Metode yang akan digunakan pada pendidikan kesehatan tentang gagal
V.
MEDIA
Media yang digunakan dalam pendidikan kesehatan adalah:
1. Lembar balik
2. Leaflet
VI.
Durasi
5
Tahapan
Kegiatan
Kegiatan
Perawat
Pasien
Pembukaan
- Menyampaikan
- mendengarkan dan
memperhatikan
20
Diskusi
menyampaikan
materi
tentang
mendengarkan
dan
hipertensi
memperhatikan
memberi
materi
kesempatan pasien
disampaikan
menyampaikan
pendapat
dan
yang
mengutarakan
pendapat
bertanya
Evaluasi
dan -
penutup
menanyakan
perasaan
setelah
pasien
perasaan
mendapat
informasi
menyampaikan
kesimpulan
materi
yang diberikan
VII.
setelah
mendapat
penjelasan
-
mengungkapkan
mendengarkan dan
memperhatikan
kesimpulan
EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Satuan Acara Pembelajaran (SAP) disusun dan dikonsultasikan
kepada pembimbing
b. Media pembelajaran tersedia
c. Kontrak waktu dan tempat telah disepakati bersama pasien
d. Pengetahuan pasien tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan telah terkaji
2. Evaluasi Proses
a. Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan belajar pasien
b. Pendidikan kesehatan berlangsung kondusif dan interaktif antara
perawat dan pasien
3. Evaluasi Hasil
a. Pasien mengikuti pendidikan kesehatan dari awal hingga akhir
1.
dapat
diperbaiki
dimana
kemampuan
tubuh
gagal
untuk
b. Penyebab
Klasifikasi penyebab gagal ginjal kronis:
Klasifikasi Penyakit
Penyakit
Penyakit
tubulointerstisial
Penyakit peradangan
Penyakit
Glomerulonefritis
hipertensif
Diabetes
melitus;
Gout;
Hiperparatiroidisme;
Amiloidosis
Nefropati toksik
Nefropati obstruktif
prostat,
striktur
uretra,
anomali
Kardiovaskuler
periorbital;
friction
rub
perikardial;
Pernapasan
Gastrointestinal
Neurologi
Muskuluskeletal
Reproduktif
d. Klasifikasi
A GFR of 60 or higher is in
the normal range.
A GFR below 60 may mean
kidney disease.
A GFR of 15 or lower may
mean kidney failure
(NKDEP, 2013)
e. Akibat/komplikasi
(1) Hiperkalemia,
akibat
penurunan
ekskresi,
asidosis
metabolik,
2.
Aturan unum untuk asupan cairan adalah keluaran urin dalam 24 jam
ditambah 500 mL mencerminkan kehilangan cairan yang tidak
disadari (Price & Wilson, 2005).
Makanan yang mengandung tinggi fosfat antara lain kacangkacangan dan produk susu
c. Pencegahan cidera/perdarahan
Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan peningkatan risiko perdarahan,
karena itu pasien perlu melakukan pencegahan perdarahan dengan:
-
hindari konstipasi
d. Aktivitas
Aktivitas rutin sesuai kemampuan dapat dilakukan oleh penderita gagal
ginjal. Aktivitas membantu mempertahankan tonus otot dan rentang gerak
sendi, menurunkan risiko sehubungan dengan imobilisasi (termasuk
demineralisasi tulang) dan mencegah kelemahan.
e. Penanganan anemia
Anemia terjadi karena penurunan produksi hormon eritropoetin untuk
pembentukan sel darah merah.
-
f. Medikasi
-
g. Hemodialisa
Hemodialisis membersihkan dan menyaring darah menggunakan mesin
untuk sementara membersihkan tubuh dari limbah berbahaya, kelebihan
garam, dan kelebihan cairan. Hemodialisis membantu mengontrol tekanan
darah dan membantu tubuh menjaga keseimbangan bahan kimia penting
seperti kalium, natrium, kalsium, dan bikarbonat.
h. Gejala yang memerlukan intervensi medik
Masalah yang harus dilaporkan kepada petugas kesehatan:
(1) Tanda uremia: mual, muntah, penurunan haluaran urin, napas berbau
amonia, penurunan kesadaran, kejang
(2) Tanda hiperkalemia: kelemahan otot, diare, kram abdominal
(3) Kelebihan
volume
cairan:
edema,
edema
periorbital,
sesak,
REFERENSI
Doengoes, M. E., Moorhouse, M. F., Geissler, A. C. (1999). Rencana asuhan
keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi ketiga. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah
brunner & suddart. Edisi delapan. Jakarta: EGC.
Price, S. A., Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi enam. Jakarta: EGC.