Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian DPLH dan Keutamaan Penyusunan DPLH


Peraturan Menteri No. 14 Tahun 2010 telah secara jelas menjabarkan
pengertian DPLH. DPLH atau Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
adalah dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauan ligkungan hidup
yang dikenakan bagi usaha dan / atau kegiatan yang sudah memiliki izin
usaha dan / atau kegiatan tetapi belum memiliki UKL-UPL.
DPLH merupakan salah satu syarat utama sebuah badan usaha dalam
mengelola kegiatannya, khususnya dalam hal pengelolaan, pemantauan, dan
pelestarian pada lingkungan badan usaha tersebut.
Penyusunan DPLH selain sebagai syarat delam mengelola usaha atau
kegiatan, juga sebagai salah satu bentuk pencegahan pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup, sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2009, bahwa
salah satu instrumen pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup adalah UKL-UPL. Kaitan antara UKL-UPL dengan DPLH adalah
DPLH merupakan cara bagi suatu usaha atau kegiatan yang telah berdiri dan
memiliki izin usaha, namun belum memiliki UKL-UPL. Sehingga sebenarnya
tujuan utama dari adanya amdal dan DPLH adalah sama, yaitu sebagai
instrumen pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
2.2 Tata Laksana Penyusunan DPLH
Proses penyusunan suatu dokumen lingkungan hidup tentu memiliki
syarat tertentu dalam pelaksanaannya. Penyusunan DPLH telah diatur dalam
Peraturan Menteri No. 14 Tahun 2010 Tentang .... Berikut merupakan tata
laksana penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH):
1. Penanggung jawab usaha atau kegiatan mengajukan permohonan
penyusunan DPLH kepada kepala Instansi lingkungan hidup kabupaten /
kota, kepala instansi lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri
sesuai dengan kewenangan penilai atas DPLH sesuai perundangan.
2. Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, provinsi, atau pun
Deputi Mneteri melakukan verifikasi permohonan penanggung jawab
usaha atau kegiatan, dengan kriteria:

a. Memiliki izin usaha / kegiatan sebelum diundangkannya UU Nomor 36


Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
b. Telah melakukan kegiatan konstruksi sebelum diundangkannya UU
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
c. Lokasi usaha / kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah /
rencana tata ruang kawasan
d. Tidak memiliki dokumen lingkungan hidup atau atau memiliki
dokumen lingkungan hidup tetapi tidak sesuai dengan dengan peraturan
perundangan yang ada
Berdasarkan kriteria tersebut, apabila badan usaha atau kegiatan tidak
memenuhi salah satu dari kriteria maka permohonan penyusunan DPLH
tidak dapat diproses.
3. Penggolongan badan usaha atau kegiatan yang wajib DPLH oleh kepala
instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, provinsi, atau Deputi Menteri
dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri tentang jenis rencana usaha atau
kegiatan.
4. Bagi badan usaha atau kegiatan yang wajib DPLH, maka kepala instansi
ligkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi ligkungan hidup provinsi,
atau Deputi Menteri melakukan verifikasi permohonan dengan waktu
paling lama 14 hari kerja sejak diterimanya permohonan. Apabila hasil
verifikasi memenuhi persyaratan, maka kepala instansi ligkungan hidup
kabupaten/kota, kepala instansi ligkungan hidup provinsi, atau Deputi
Menteri

menetapkan

permohonan

DPLH

melalui

surat

perintah

penyusunan DPLH.
5. Penanggung jawab usaha atau kegiatan yang diperintahkan menyusun
DPLH melakukan penyusunan berdasarkan format yang ada pada lampiran
dari Peraturan Menteri No. 14 Tahun 2010 Tentang ... .
6. Apabila DPLH telah tersesun, maka:
a. Penanggung jawab usaha atau kegiatan mengajukan permohonan
penilaian

DPLH

kepada

kepala

instansi

lingkungan

hidup

kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan hidup provinsi, atau Deputi


Menteri, sesuai kewenangan.

b. Kepala instansi lingkunagn hidup kabupaten / kota, kepala instansi


lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri memberikan tanda
bukti penerimaan permohonan
c. Kepala instansi lingkunagn hidup kabupaten / kota, kepala instansi
lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri melakukan penilaian
terhadap DPLH.
2.3 Sistematika Penyusunan DPLH
Sistematika penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
berbeda dengan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup DELH. Urutan
penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidu adalah sebagai berikut:
1. Penanggung jawab kegiatan, yang berisi nama dan alamat perusahaan
yang mengajukan DPLH.
2. Lokasi kegiatan, meliputi wilayah administrasi pemerintahan, posisi
koordinat, dan lain lain, sebagai informasi untuk memperjelas lokasi
kegiatan.
3. Bidang usaha / kegiatan, dimana terdapat beberapa jenis dan pihak yang
mengajukan DPLH harus mengisi spesifikasinya dari jenis yang dipilih.
Diantaranya ada pertahanan dan keamanan, perindustrian, pertanian,
pertambangan dan energi, kehutanan dan perkebunan, pekerjaan umum,
perhubungan, periwisata seni dan budaya, dan lain lain.
4. Tanggal mulai beroperasinya usaha / kegiatan, berupa keterangan tanggal,
bulan, dan tahun
5. Deskripsi usaha / kegiatan, meliputi penjelasan mengenai kegiatan utama,
kegiatan pendukung, kapasitas, dan sarana penunjang.
Pada penyusunan DPLH juga disertakan matriks pengelolaan
lingkungan hidup dan matriks pemantauan lingkungan hidup. Matriks
pengelolaan lingkungan hidup ini meliputi dampak lingkungan yang harus
dikelola beserta parameternya, sumber dampak, tolok ukur yang digunakan,
serta upaya pengelolaan yang terdiri dari cara / teknik, lokasi, hasil yang
dicapai, serta tindakan perbaikan pengelolaan. Khusus untuk tindakan
perbaikan pengelolaan wajib diisi apabila upaya pengelolaan lingkungan
hidup yang dilaksanakan saat ini masih belum memenuhi persyaratan.
Matriks pemantauan lingkungan hidup meliputi aspek penilaian yan
sama dengan matriks pengelolaan lingkungan hidup, namun tujuannya untuk

pemantauan, bukan sebagai pengelolaan. Selain itu, tindakan perbaikan


pemantauan wajib diisi bila upaya pemantauan lingkungan hidup yang
dilaksanakan saat ini belum memadai.
2.4 Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan pasti terjadi akibat adanya pembangunan
perkantoran, sekecil apapun dampaknya. Dampak lingkungan yang erat
kaitannya dengan pembangunan perkantoran adalah pada polusi udara.
Banyak hal yang dapat menyebabkan perubahan pada kondisi udara
lingkungan perkantoran, meskipun tidak banyak berdampak. Jika perkantoran
berbentuk gedung tinggi, secara umum kualitas udara sekitar kantor
dipengaruhi oleh emisi karbon yang berasal dari pendingin ruangan, ratusan
komputer yang hidup, emisi dari genset darurat, dan emisi kendaraan yang
parkir di area kantor atau gedung.
Kegiatan pemantauan kualitas udara di perkantoran memiliki acuan,
mekanisme dan teknis yang sama dengan pemantauan kualitas udara di area
lain. Peraturan yang diacu adalah Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Pada pasal 21 disebutkan bahwa
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan
emisi dan/atau baku tingkat gangguan pada udara ambien wajib menaati baku
mutu udara ambien. Parameter yang sering kali menjadi perhatian pada udara
ambien area perkantoran diantaranya adalah SO2, CO, NO2, O3, dan
TSP/debu. Pengukuran kualitas udara ini dilakukan terus menerus selama 24
jam.
Penggunaan pendingin ruangan pada area perkantoran juga menjadi
ancaman tersendiri bagi kondisi lingkungan Pendingin ruangan yang
digunakan umumnya mengeluarkan emisi gas rumah kaca karena penggunaan
gas CFC. Namun, mulai 1 Januari 2015, pemerintah sudah melarang
penggunaan HCFC melalui Peraturan Menteri Perindustrian No 41 tahun
2014. Peraturan menteri ini merupakan turunan dari ratifikasi internasional
yang sudah diadopsi menjadi peraturan negara Indonesia, yakni Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 92 tahun 1998 tentang Pengesahan

Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer, Copenhagen


1992 yang sudah diamandemen menjadi Peraturan Presiden RI No 46 tahun
2005.
Penggunaan genset yang selalu ada di setiap perkantoran untuk
mengantisipasi pemadaman listrik biasanya menjadi satu-satunya sumber
emisi tidak bergerak yang secara ketat diatur oleh pemerintah terkait dengan
baku mutunya. Salah satu peraturan mengenai penggunaan genset adalah
Peraturan menteri LH No 21 tahun 2008 tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik
Termal. Namun, peraturan ini berlaku untuk genset berkapasitas tertentu,
yaitu diatas 75 kva.
Banyaknya kendaraan yang di parkir di area perkantoran juga
menimbulkan dampak lingkungan melalui emisi yang dikeluarkan. Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No 4 tahun 2009 tentang Ambang Batas Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru, pasal 3 ayat 1, Setiap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan produksi kendaraan bermotor tipe
baru wajib melakukan uji emisi dan memenuhi ambang batas emisi gas
buang. Dengan demikian harapannya perusahaan dapat lebih memperhatikan
kondisi lingkungan perkantoran.

DAFTAR PUSTAKA
Presiden RI. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup [PDF]. Diakses
dari: http://jdih.menlh.go.id/pdf/ind/IND-PUU-1-2009-UU%20No.%2032%
20Th%202009_Combine.pdf, pada 20 Desember 2016 pukul 11.23 WIB.
Dinas Pemuda dan Olah Raga Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2015. Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Dinas Pemuda dan Olah Raga

Provinsi

Jawa

Tengah

Tahun

2015

[PDF].

Diakses

dari:

https://id.scribd.com/document/268921557/Dplh-Dinpora-Jateng, pada ......


Menteri Lingkungan Hidup. 2010. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha
dan /atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup
[PDF].

Diakses

dari:

https://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahU
KEwjl_OCO4IHRAhXKqY8KHdexC_8QFggZMAA&url=http%3A%2F
%2Fwww.pslh.ugm.ac.id%2Fhome%2Fdata%2Fpermen%2FPermen
%2520No.14%2520thn%25202010-DELHDPLH.pdf&usg=AFQjCNHoyoRgi4XhyBiYok40YNeeKlRZ5A&sig2=CW
wKj92V0oWwVHnRx2C2xQ&bvm=bv.142059868,d.c2I,

pada

20

Desember 2016 pukul 10.45 WIB


Yogaswara, Gugi. 2016. Pengelolaan Dampak Lingkungan Perkantoran: Kualitas
Udara [ONLINE]. http://www.kompasiana.com/gyogaswara/pengelolaandampak-lingkungan-perkantoran-kualitasudara57b2994d927e611b121635c6
Diakses pada 20 Desember 2016 pukul 12.13 WIB

Anda mungkin juga menyukai