Anda di halaman 1dari 47

BAHAN AJAR

MATA KULIAH ILMU DASAR KEPERAWATAN II TINGKAT 1


SEMESTER II PRGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

Oleh :
Henry Wiyono,S.Kep.,Ns

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap


Palangka Raya

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan bahan ajar mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II. Dalam
kesempatan ini, kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan bahan ajar ini sehingga selesai dengan sebagaimana mestinya.
Bahan ajar ini disusun untuk mahasiswa/i Prodi S1 Keperawatan pada tingkat 1 sebagai
bahan acuan selama mengikuti pelajaran IDK II. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
bahan ajar ini tidaklah sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan bahan ajar ini.
Semoga bahan ajar mata kuliah IDK II ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat
bagi mahasiswa/I Prodi S1 Keperawatan

semua khususnya dalam mengikuti proses

pembelajaran mata kuliah IDK II

Palangka Raya,.. Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1Analisis situasi ..............................................................................................
1.2 Tinjauan Pustaka ..........................................................................................
1.3Identifikasi dan Perumusan masalah .............................................................
1.4 Tujuan .
1.5 Manfaat.........................................................................................................
BAB II TINJAUAN MATA PELAJARAN
2.1Deskripsi mata pelajaran ...............................................................................
2.2 Manfaat mata pelajaran ................................................................................
2.3 Standar kompetensi ......................................................................................
2.4 Petunjuk belajar
2.5 Bahan Ajar..
2.6 Senarai
2.7 Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Proses pembelajaran merupakan rangkaian beberapa sistem yang saling berkaitan satu sama
lainnya. Apabila salah satu sistem tidak dapat berfungsi maka sistem tidak dapat bekerja secara optimal.
Proses pembelajaran akan lebih optimal jika dapat memanfaatkan media yang ada di sekitar kita.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran diharapkan dapat membantu guru agar lebih mudah dalam
mengajarkan materi kepada para siswa. Pembelajaran yang dilakukan selama ini cenderung kurang
memanfaatkan media pembelajaran yang ada. Beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi adalah
masih adanya pandangan dari guru bahwa media pembelajaran merupakan sarana yang mahal dan sulit
dibuat sendiri oleh guru. Salah satu media yang sering digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah
adalah media buku-buku pelajaran referensi dan diktat/modul pembelajaran. Oleh karena para guru pada
umumnya memanfaatkan buku-buku pelajaran referensi atau diktat/modul pembelajaran yang diperoleh
dari penerbit (bukan dibuat sendiri oleh guru) sehingga berakibat materi yang diberikan dalam buku-buku
referensi atau modul tersebut kurang sesuai dengan materi yang akan diajarkan oleh guru.
Kondisi di atas terjadi karena guru pada umumnya merasa kesulitan dalam mengembangkan
media tersebut. Kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar/diktat khususnya bahan ajar IDK II
masih sangat rendah. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, belum
dipahaminya cara pembuatan dan pengembangan bahan ajar IDK II oleh dosen/guru. Kedua, masih
minimnya penyelenggaraan pelatihan tentang pembuatan/pengembangan bahan ajar/diktat oleh instansi
yang terkait. Ketiga, belum diketahuinya manfaat menjadi penulis sebagai profesi alternatif selain sebagai
tenaga pengajar oleh guru/dosen

Peralihan kurikulum KBK ke kurikulum yang baru menuntut adanya kemampuan guru untuk
dapat membuat dan mengembangkan sendiri bahan ajar maupun media yang sesuai dengan tingkat
kompetensi yang ada di masing-masing perguruan tinggi. Pengembangan bahan ajar akan optimal jika si
pembuat (pengembang) bahan ajar benar-benar mengetahui kondisi siswa yang akan menggunakan bahan
ajar tersebut. Apabila kondisi ini dapat tercapai diharapkan siswa maupun guru akan lebih mudah
berkolaborasi dalam mempelajari materi khususnya IDK II. Adanya kemampuan dosen/guru dalam
mengembangkan bahan ajar (hand out) IDK II secara tidak langsung akan meningkatkan life skill guru
untuk meningkatkan kesejahteraan dosen/guru. Profesi sebagai penulis buku ajar dan profesi sebagai guru
merupakan profesi yang saling mendukung satu dengan lainnya apalagi jika buku yang ditulis merupakan
satu rumpun bidang ilmu.
1.2 Tinjauan Pustaka
Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian sistem dimana didalamnya terdapat beberapa
komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Komponen tersebut adalah siswa, guru,
lingkungan serta sarana (media) yang mendukung proses pembelajaran tersebut. Dosen atau Guru
merupakan fasilitator dalam suatu proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan bentuk pembelajaran sains
(fisika) yang menggunakan pendekatan Discovery dan inquiri. Pada pendekatan ini dosen atau guru
harus menyediakan sumber belajar yang diperlukan siswa untuk melakukan proses inquiri (menemukan),
guru sendiri tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa (Moh. Amin: 1987). Salah
satu bentuk sumber belajar adalah bahan ajar (hand out) yang dapat digunakan oleh siswa dalam proses
pembelajaran. Apabila sumber belajar (dalam hal ini adalah bahan ajar) dibuat sendiri oleh guru, maka
materinya akan disesuaikan dengan tingkat permasalahan yang ada di sekitar sekolah. Hal ini dikarenakan
guru lebih tahu dan paham mengenai situasi dan kemampuan siswa.

Bahan ajar yang dikembangkan oleh guru harus memuat konsep-konsep penting yang
akan dipelajari oleh siswa. Ilmu Dasar Keperawatan II merupakan ilmu yang didalamnya berisi

konsep-konsep mengenai bagian bagian tubuh manusia yang dimulai dari tingkat sel, jaringan
dan sistem organ yang berkaitan erat dengan sistem metabolisme di dalam tubuh manusia..
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan (Ratna Wilis, 1996: 79). Konsep-konsep
merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip
dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seseorang siswa harus mengetahui
aturan-aturan yang relevan, dan aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya.
Menurut Suharyanto (2004: 3), konsep adalah ide atau gagasan yang menghubungkan
beberapa fakta. Suatu konsep menggambarkan mata rantai antara beberapa fakta yang
berhubungan. Untuk memperoleh konsep umumnya memerlukan kerja dengan objek nyata,
eksplorasi, perolehan fakta, dan

manipulasi

ide sehingga memperoleh lebih dari sekedar

ingatan. Semua konsep bersama membentuk semacam jaringan pengetahuan di dalam kepala
manusia. Semakin lengkap, terpadu, tepat dan kuat hubungan antara konsep-konsep dalam
kepala seseorang, semakin pandai orang itu. Keahlian seseorang dalam suatu bidang studi
tergantung lengkapnya jaringan konsep di dalam kepalanya (Euwe Van den Berg,1997: 80).
Oleh karena itu, dalam mengembangkan bahan ajar IDK II, dosen atau guru harus selalu
mengupayakan agar siswa mampu memahami konsep anatomi dan fisiologi tubuh manusia
dengan benar sesuai tujuan dari bahan ajar yang akan dikembangkannya.
Pengembangan bahan ajar pada dasarnya

serupa dengan kegiatan menulis. Untuk

membuat bahan ajar lebih mudah dipahami oleh si pemakai (siswa) maka diperlukan
kemampuan guru dalam bidang tata tulis termasuk didalamnya kemampuan dalam bidang
membangun paragraf yang baik. Sebuah buku tak mungkin baik jika paragrafnya tidak disusun
dengan baik. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap
pikiran penulis (Adjat Sakri: 1992). Akibatnya konsep, ide/gagasan dalam buku/bahan ajar
tersebut tidak dapat dipahami oleh si pembaca. Selain mengenai pola penyusunan paragraf ada
faktor lain yang juga memegang peranan penting dalam penulisan bahan ajar, yaitu penggunaan

ejaan yang benar. Adanya penggunaan ejaan yang tepat dalam penulisan bahan ajar akan
membantu si pembaca lebih mudah memahami makna bahan ajar tersebut (Adjat Sakri: 1994).

1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah


Berdasarkan analisis situasi yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan penulisan buku ajar (hand out) Ilmu Dasar Keperawatan II bagi
dosen dosen di Stikes Eka Harap Palangka Raya, yaitu:
1. Masih banyak mahasiswa/i yang belum memiliki pengetahuan mengenai cara memilih buku
panduan belajar yang benar
2. Masih minimnya keterampilan mahasiswa/i dalam menulis pokok pokok materi yang
berkaitan dengan mata kuliah IDK II
1.4 Tujuan
Adapun tujuan penulisan buku ajar (hand out) sains IDK II bagi mahasiswa/i di Stikes Eka
Harap Palangka Raya adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa/i tentang cara memilih buku panduan belajar yang benar
melalui bahan ajar
2. Meningkatkan keterampilan mahasiswa/i dalam menulis pokok-pokok mataeri yang berkaitan
dengan mata kuliah IDK II melalui bahan ajar
1.5 Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh setelah dibuatnya bahan ajar IDK II adalah:
1. Bagi mahasiswa/i terampil dalam memilih buku panduan belajar yang benar melalui bahan ajar
IDK II
2. Bagi Instituisi Pendidikan Perguruan Tinggi, sebagai sarana untuk meningkatkan sumber daya
manusia.

BAB II
TINJAUAN MATA PELAJARAN

2.1 Deskriptif Mata Pelajaran


Mata kuliah ini membahas tentang berbagai mekanisme di dalam tubuh manusia dalam
mempertahankan fungsi-fungsi kehidupannya. Di dalamnya mencakup berbagai konsep biologi,
anatomi, fisiologi, biokimia, dan fisika yang terjadi di dalam tubuh manusia sesuai dengan tahap
tumbuh kembang
2.2 Standar Kompetensi
Setelah selesai mengikuti pembelajaran pada blok Ilmu Dasar Keperawatan 2 ini, mahasiswa
semester II mampu:
1. Mengidentifikasi proses pemenuhan kebutuhan aktifitas dan latihan sesuai dengan tumbuh
kembang.
2. Mengidentifikasi proses pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman sesuai dengan tumbuh
kembang.
3. Mengidentifikasi proses pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur sesuai dengan tumbuh
kembang.
4. Mengidentifikasi proses pemenuhan kebutuhan seksual sesuai dengan tumbuh kembang
2.3 Susunan Bahan Ajar
1. Bab 1 : Pokok bahasan Anatomi dan Fisiologi Muskuloskeletal
2. Bab 2 : Pokok bahasan Pengantar Range Of Motion (ROM)
2.4 Petunjuk Belajar
1. Setelah menerima silabi dari Penanggung Jawab Mata Kuliah IDK II pada saat dilakukan
Kontak Perkuliahan, baca dan tanyakan hal hal yang terkait pokok bahasan yang belum
dipahami atau dimengerti kepada dosen yang bersangkutan
2. Sebelum perkuliahan di mulai H 1 hendaknya bahan ajar terlebih dipelajari terlebih dahulu
3. Catat hal hal yang yang belum dipahami dan dimengerti
2.5 Bahan Ajar :
2.5.1 Bab 1: Pokok Bahasan Anatomi dan Fisologi Muskuloskeltal

1. Anatomi dan Fisiologi Muskuluskletal


1. 1 Anatomi Muskulukletal
a. Anatomi skeletal

Sistem skeletal adalah sistem yang terdiri dari tulang (rangka) dan struktur yang
membangun hubungan (sendi) di antara tulang-tulang tersebut. Secara umum fungsi
dari sistem skeletal adalah :
1. Menyediakan bentuk untuk menopang tubuh,
2. Sebagai alat gerak pasif,
3. Melindungi organ-organ internal dari trauma mekanik,
4. Menyimpan dan melindungi sumsum tulang selaku sel hemopoietic (red bone
marrow),
5. Menyediakan tempat untuk menyimpan kelebihan kalsium, dan
6. Menyimpan lemak (yellow bone marrow).
Tulang-tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka. Rangka manusia terdiri
dari 206 tulang. Sistem rangka ini bersama-sama menyusun kerangka tubuh. Secara
garis besar rangka manusia yang terdiri dari 206 tulang tersebut dibagi menjadi dua
yaitu rangka aksial (sumbu tubuh) dan rangka apendikuler (anggota tubuh). Ada
empat fungsi utama jaringan tulang :

Fungsi mekanik, sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot
untuk pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan

alat gerak pasif.


Fungsi Protektif, Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum

tulang.
Fungsi Metabolik, Sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral

yang penting seperti kalsium dan phospat.


Fungsi Hemopetik, berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel
darah.
1. Komposisi Tulang
Tulang terdiri dari 2 bahan:
1. Matrik yang kaya mineral (70%) = Bone (Tulang yang sudah matang)
2. Bahan-bahan organik (30%) yang terdiri dari:
a.

Sel (2%) :
1. Sel Osteoblast : yang membuat matrik (bahan) tulang/sel

pembentuk tulang
2. Sel Osteocyte : mempertahankan matrik tulang
3. Sel Osteoclast : yang menyerap osteoid (95%) (resorbsi) bahan
tulang (matrik) / sel yang menyerap tulang.

b. Osteoid (98%) : Matrik (bahan) tulang yang mengandung sedikit


mineral (osteoid=tulang muda)
2.

Klasifikasi Tulang
Menurut bentuknya tulang tulang dibedakan menjadi :
1. Os longum (tulang panjang) misalnya : humerus tibia femur dsb.
2. Os brevis ( tulang pendek) misalnya : ossa carpalia ossa tarsalia
3. Os planum (tulang pipih) misalnya : scapula cranii
4. Os pneumaticum (tulang berongga) misalnya : os maxillaris ossis
ethimoidalis
5. Os irreguler (tidak beraturan) misalnya : vertebra.
6. Os sesamoidea tulang yang terdapat pada persedian misalnya : patella dan
beberapa tulang pada persendian jari-jari tangan dan kaki.

3. Menurut jenisnya tulang pada manusia dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:


a. Tulang Rawan
Tulang rawan tersusun dari sel-sel tulang rawan, ruang antar sel tulang
rawan banyak mengandung zat perekat dan sedikit zat kapur, bersifat
lentur.
Tulang rawan banyak terdapat pada tulang anak kecil dan pada orang
dewasa banyak terdapat pada ujung tulang rusuk, laring, trakea, bronkus,
hidung, telinga, antara ruas-ruas tulang belakang.
1. Jenis Tulang Rawan
a. Hialin Cartilago : matriks mengandung seran kolagen; jenis yg paling
banyak dijumpai.
b. Elastic Cartilago : serupa dg tl rawan hialin tetapi lebih banyak serat
elastin yang mengumpul pada dinding lakuna yang mengelilingi
kondrosit.
c. Fibrokartilago : tidak pernah berdiri sendiri tetapi secara berangsur
menyatu dengan tulang rawan hialin atau jaringan ikat fibrosa yang
berdekatan.
b. Tulang Keras

Tulang keras dibentuk oleh sel pembentuk tulang (osteoblas) ruang antar sel
tulang keras banyak mengandung zat kapur, sedikit zat perekat, bersifat
keras.
Zat kapur tersebut dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) dan kalsium
fosfat (Ca ( PO4 )2) yang diperoleh atau dibawa oleh darah. Dalam tulang
keras terdapat saluran havers yang didalamnya terdapat pembuluh darah
yang berfungsi mengatur kehidupan sel tulang.
Tulang keras berfungsi untuk menyusun sistem rangka, contoh Tulang Keras
adalah tulang paha, tulang lengan , tulang betis ,tulang selangka.
b. Struktur anatomi axial skeleton
Rangka aksial terdiri dari tulang-tulang dan bagian kartilago yang melindungi dan
menyangga organ-organ kepala, leher dan dada. Bagian rangka aksial meliputi
tengkorak, tulang hioid, osikel auditori, kolumna vertebra, sternum dan tulang iga.
1. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak berfungsi melindungi otak, organ pendengaran dan organ
penglihatan. Hubungan antartulang yang terdapat pada tempurung kepala
termasuk jenis suture yaitu tidak ada gerak.
Tengkorak tersusun dari 22 tulang: 8 tulang cranial dan 14 tulang fasial.
a. Kranium membungkus dan melindungi otak.
b. Tulang frontal membentuk dahi, langi-langit rongga nasal, dan langit-langit
orbita (kantong mata).
1. Tulang frontal pada tahap kehidupan embrio terbentuk menjadi dua
belahan yang pada masa kanak-kanak awal berfusi dengan penuh.
2. Tuberositas frontal adalah dua tonjolan yang berbeda ukuran dan
biasanya lebih besar pada tengkorak muda.
3. Arkus supersiliar adalah dua lengkungan yang mencuat dan menyatu
secara medial oleh suatu elevasi halus yang disebut glabela.
4. Tepi supraorbital yang terletak dibawah lengkungan supersiliar dan
membentuk tepi orbita bagian atas. Foramen supraorbital (takik pada
beberapa tengkorak) merupakan jalan masuk arteri dan saraf.
c. Tulang parietal membentuk sisi dan langit-langit kranium.

1. Sutura sagital yang menyatukan tulang kiri dan kanan adalah sendi

mati

yang disatukan fibrokartilago.


2. Sutura koronal menyambung tulang parietal ke tulang frontal
3. Sutura lambdoidal menyambung tulang parietal ke tulang oksipital
d. Tulang oksipital membentuk bagian dasar dan bagian belakang cranium.
1. Foramen magnum adalah pintu oval besar yang dikelilingi tulang
oksipital. Foramen ini menghubungkan rongga kranial dengan rongga
spinal.
2. Protuberans oksipital eksternal adalah suatu proyeksi yang mencuat diatas
foramen magnum.
3. Kondilus oksipital adalah dua prosesus oval pada tulang oksipital yang
dengan berartikulasi vertebra serviks pertama, atlas.
e. Tulang temporal membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium.
1. Bagian skuamosa, bagian terbesar, merupakan lempeng pipih dan tipis
yang membentuk pelipis. Prosesus zigomatikus menonjol dari bagian
skuamosa pada setiap tulang temporal. Tonjolan tersebut bertemu
dengan bagian temporal dari setiap tulang zigomatikus untuk
membentuk arkus zigomatikus.
2. Bagian petrous terletak di dalam dasar tengkorak dan tidak dapat dilihat
dari samping. Bagian ini berisi stuktur telinga tengah dan telinga dalam.
3. Bagian mastoid terletak di belakang dan di bawah liang telinga.
Prosesus mastoid adalah tonjolan membulat yang mudah teraba di
belakang telinga
4. Bagian timpani terletak disisi inferiorbagian squamosa dan sisi anterior
dari bagian mastoid. Timpani berisi saluran telinga (meatus auditori
eksternal dan memiliki prosesus stiloid yang ramping untuk melekat
pada ligamen stiloid.
f.

Tulang etmoid adalah struktur penyangga penting dari rongga nasal dan
berperan dalam pembentukan orbita mata.
1. Lempeng plate kribriform membentuk sebagian langit langit rongga
nasal dan terperforasikan untuk jalur saraf olfaktori. Bagian krista galli
(disebut demikian karena kemiripannya dengan jengger ayam jantan)
adalh prosesus halus tringular yang menonjol kedalam rongga kranial

diatas lempeng kribriformis dan berfungsi sebagai tempat perlekatan


perlapis otak.
2. Lempeng perpendikular menonjol kearah bawah disudut kanan lempeng
kribriform dan membentuk bagian septum nasal yang memisahkan dua
rongga nasal.
3. Massa leteral mengandung sel sel udara atau sinus etmoid tempat
mensekresi mukus.
4. Konka nasal superior dan tengah atau turbinatum. Menonjol secara medial
dan berfungsi untuk memper luas area permukaan rongga nasal. (konka
nasal inferior merupakan tulang tersendiri).
g. Tulang sfenoid berbentuk seperti kelalawar dengan sayap terbentang. Tulang ini
membentuk dasar anterior cranium dan berartikulasi ke arah lateral dengan
tulang temporal dan ke arah anterior dengan tulang etmoit dan tulang frontal.
1. Badan sfenoid memiliki suatu lekukan , sela tursika yang menjadi tempat
kelenjar hipofisis.
2. Sayap besar dan sayap kecil menonjol kearah lateral dari badan tulang.
3. Prosesus pterigoid menonjol kearah inferior dari badan tulang dan
membentuk dinding rongga nasal.
h. Oksikel auditori tersusun dari maleus, inkus, dan stapes (tapal kuda). Fungsinya
dalam proses pendengaran.
i. Tulang wormian adalah tulang kecil yang jumlahnya bervariasi dan terletak
dalam sutura.
2. Tulang-tulang wajah tidak bersentuhan dengan otak. Tulang tersebut disatukan oleh
sutura yang tidak dapat bergerak, kecuali pada mandibula atau rahang bawah.
a. Tulang nasal, membentuk penyangga hidung dan berarti kulasi dengan septum
nasal.
b. Tulang palatum, membentuk bagian posterior langit-langit mulut, bagian tulang
orbital, dan bagian rongga nasal.
c. Tulang zigmatik (malar), membentuk tonjolan pada tulang pipi, setiap prosesus
temporal berartikulasi dengan prosesus zigomatikus pada tulang temporal.
d. Tulang maksilar membentuk rahang atas
1. Prosesus alveolar, mengandung soket gigi bagian atas
2. Prosesus zigomatikus, memanjang keluar untuk bersatu dengan tepi
3. infraorbital pada orbital.

4. Prosesus palatines, membentuk bagian anterior pada langit-langit keras.


5. Sinus maksilar, yang kosong sampai kerongga nasal, merupakan bagian
dari empat sinus paranalis
e. Tulang lakrimal ,berukuran kecil dan tipis, terletak diantara tulang etmoid dan
maksila pada orbita, berisi suatu celah untuk lintasan duktus lakmiral, yang
mengalirkan air mata kerongga nasal.
f.

Tulang vomer, membentuk bagian tengah langi-langit keras di antara palatum


dan maksila, serta turu membentuk septum nasal.

g.

Konka nasal inferior (tribinatum).

h.

Mandibula adalah tulang tulang rahang bagian bawah.

3. Tulang hyoid
Tulang hyoid merupakan tulang yang berbentuk seperti huruf U. Terletak di antara
laring dan mandibula. Hioid berfungsi sebagai tempat melekatnya beberapa otat
mulut dan lidah. Jumlah tulang hioid hanya 1 pada setiap manusia.

4. Tulang belakang (vertebrae)


Tulang belakang atau yang disebut dengan vertebrae berfungsi menyangga berat
tubuh. Tulang belakang memungkinkan manusia melakukan berbagai macam posisi
dan gerakan misalnya berdiri duduk atau berlari. Tulang belakang terdiri dari
beberapa bagian.
Tulang leher ke-1 bersendi dengan tulang kepala belakang (osipitalis) sehingga
memungkinkan kepala kita dapat mengangguk. Tulang leher ke-2 mempunyai
tonjolan yang bersendi dengan tulang leher ke-1 memungkinkan kepala kita dapat
menggeleng.
a. Kolumna vertebra, menyangga berat tubuh dan melindungi medulla spinalis.
Kolumna ini terdiri dari vertebra-vertebra yang dipisahkan diskus
fibrokartilago intervertebal. Ada 7 tulang vertebra serviks, 12 vertebra
toraks, 5 vertebra lumbal, dan tulang vertebra sacrum yang menyatu menjadi
sacrum dan tiga sampai lima tulang koksigeal yang menyatu menjadi tulang

koksiks. Ke-31 pasang saraf spinal keluar melalui foramina (foramen)


intervertebralis diantara vertebra yang letaknya bersebelahan
b. Strutur khas vertebra
1. Badan atau setrum menyangga sebagian besar berat tubuh.
2.
Lengkung saraf (vertebra), terbentuk dari dua pedikel dan lamina,
membungkus rongga saraf dan menjadi lintasan medulla spinalis.
3. Prosesus spinosa menonjol dari arah lamina kea rah posterior dan inferior
untuk tempt perlekatan otot.
4. Prosesus transversa menjorok ke arah lateral
5. Prosesus pengartikulasi inferior dan prosesus pengartikulasi superior
menyangga faset untuk berartikulasi dengan vertebra atas dan vertebra
bawah.
c.

Variasi regional pada karakteristik vertebra


1. Vertebra serviks memiliki foramina tranversal untuk litasan arteri vertebra,
vertebra serviks pertama dan kedua dimodifikasi untuk menyangga dan
menggerakkan kepala.
2. Atlas : vertebra serviks pertama dan tidak mimiliki badan
3. Aksis : vertebra serviks kedua, memiliki prosesus odontoid yang menonjol
ke atas dan bersandar pada tulang atlas
4. Vertebra serviks ketujuh memiliki prosesus spinosa yang panjang,
sehingga dapat teraba dan terlihat pada pangkal leher. Oleh karena itu,
vertebra ini sering disebut sebagai vertebra prominens.
5. Vertebra toraks memiliki prosesus spinosa panjang, yang mengarah ke
bawah, dan memiliki faset artikular pada prosesus transversus, yang
digunakan untuk artikulasi tulang iga.
6. Vertebra lumbal merupakan vertebra terpanjang dan terkuat. Prosesus
pinosanya pendek dan tebal, serta menonjol hampir searah garis
horizontal.
7. Sakrum adalah tulang triangular. Bagian dasar tulang ini berartikulasi
dengan vertebra lumbal kelima.
8. Di arah lateral, banyak terdapat foramen (lubang) pada sakrum untuk
lintasan arteri dan saraf.
9. Tepi anterior bagian atas sacrum adalah promontoilum sakrum suatu tanda
obstetric yang dipakai sebagai petunjuk untuk menentukan ukuran pelvis.

10. Koksiks (tulang ekor) menyatu dan berartikulasi dengan ujung sakrum
yang kemudian membentuk sendi dengan sedikti pergerakan. Pergerakan
ini penting selama melahirkan untuk membentuk jalur keluar kepala janin.
d. Lengkung pada kolumna vertebra
1. Lengkung primer, yaitu konkaf atau cembung (berbentuk C) terbentuk
pada area toraks dan pelvis selama perumbuhan janin.
2. Lengkung skunder , yaitu konveks atau cekung terbentuk pada spina
serviks setelah kelahiran saat bayi mulai mengangkat kepalanya, dan pada
spina lumbal saat bayi mulai berdiri dan berjalan.
5. Tulang dada (sternum) dan Tulang rusuk (costa)
Tulang dada (sternum) dan tulang rusuk (costa) bersama-sama membentuk
perisai pelindung bagi organ-organ penting yang terdapat di dada yaitu paru-paru dan
jantung. Tulang rusuk (costa) juga berhubungan dengan tulang belakang (vertebrae).
Rangka apendikuler merupakan rangka yang menyusun alat gerak. Rangka
apendikuler terdiri atas bahu tulang-tulang tangan telapak tangan panggul tungkai
dan telapak kaki. Secara umum rangka apendikuler menyusun alat gerak tangan dan
kaki.

a.

Tulang sternum
1.
Terbentuk dalam tiga bagian: manubrium atas, badan (gladiolus),
dan prosesus sifoid.
Artikulasi manubrium dengan klavikula (tulang kolar) adalah pada

2.

insisura (takik) jugular (suprasternal), yang merupakan salah satu tanda


khas tulang yang mudah di palpasi. Dua takik kostal berartikulasi dengan
kartilago kostal dari tulang iga 1 dan 2 ke arah lateral.
Badan tulang membentuk bagian utama sternum. Takik kostal

3.

lateral berartikulasi langsung dengan kartilago kostal tulang iga ke-8


sampai ke-10
4.
Bagian inferior prosesus sifoid adalah jaringan kartilago
b. Tulang iga
Berartikulasi kearah posterior dengan faset tulang iga pada prosesus
transversa di vertebra toraks.

1.

1-7 pasang tulang iga adalah iga sejati dan berartikulasi dengan

sternum disisi anterior.


2.
8-10 pasang tulang iga adalah iga semu. Tulang ini berartikulasi
secara tidak langsung dengan sternum melalui penyatuan kartilago
3.
Tulang iga ke-11 dan 12 adalah iga melayang yang tidak memiliki
perletakan disisi anterior.
Walaupun sebagian tulang iga memiliki karateristik tersendiri,

4.

semua tulang memiliki beberapa ciri umum yang sama.


5.
Bagian kepala dan tuberkel berartikulasi dengan faset dan prosesus
transversus dari vertebra
Bagian leher memiliki permukaan kasar yang berfungsi untuk

6.

perlekatan ligamen.
Bagian batang, atau badan, dari tulang iga memiliki permukaan

7.

eksternal berbentuk konveks untuk perlekatan otot dan suatu lintasan


kostal untuk mengakomodasi saraf dan pembuluh darah pada permukaan
internal.
Tulang iga mengandung sumsum tulang merah, demikian pula

8.

dengan sternum.
6. Tulang belikat (Skapula)
Tulang belikat (skapula) terdapat di atas sendi bahu dan merupakan bagian
pembentuk bahu.
7. Tulang panggul (Koksa)
Setiap makhluk vertebrata memiliki jumlah tulang panggul (Koksa) 2. 1 bagian
terdapat pada bagian kiri dan 1 bagiannya lagi pada bagian kanan. Tulang panggul
membentuk tulang gelang panggul yang berfungsi untuk menahan berat tubuh.
Sewaktu lahir setiap tulang panggul (Koksa) sebetulnya terdiri dari 3 tulang yaitu
ileum ischium dan pubis. Namun setelah dewasa ketiga tulang ini bersatu menjadi
tulang panggul (koksa).
8. Tangan dan kaki
Tulang tangan tersusun atas tulang-tulang pergelangan tangan telapak tangan dan
jari-jari. Jari tangan terdiri dari tiga ruas kecuali ibu jari yang hanya mempunyai dua

ruas. Telapak kaki manusia melengkung dan tidak kaku sehingga berfungsi sebagai
pegas ketika berjalan.
Rangka apendikular terdiri dari girdel pektoral (bahu), girdel pelvis, dan tulang
lengan serta tungkai. Terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan, tungkai, dan
tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan
tungkai pada rangka aksial
a. Anggota gerak atas (64 tulang): terdiri dari 10 tulang bahu dan lengan, 16
tulang pergelangan tangan dan 38 tulang tangan.
b. Anggota gerak bawah (62 tulang): terdiri dari 10 tulang pinggul dan
tungkai, 14 tulang pergelangan kaki dan 38 tulang kaki.
9. Ekstremitas atas
Ekstremitas atas terdiri atas tulang skapula, klavikula, humerus, radius, ulna, karpal,
metakarpal, dan tulang-tulang phalangs.
a. Skapula
Skapula merupakan tulang yang terletak di sebelah posterior tulang kostal dan
berbentuk pipih seperti segitiga. Skapula memiliki beberapa proyeksi (spina,
korakoid) yang melekatkan beberapa otot yang berfungsi menggerakkan lengan atas
dan lengan bawah. Skapula berartikulasi dengan klavikula melalui acromion.
Sebuah depresi (cekungan) di sisi lateral skapula membentuk persendian bola-soket
dengan humerus, yaitu fossa glenoid.
b. Klavikula
Klavikula merupakan tulang yang berartikulasi dengan skapula di sisi lateral
dan dengan manubrium di sisi medial. Pada posisi ini klavikula bertindak sebagai
penahan skapula yang mencegah humerus bergeser terlalu jauh.
c. Humerus
Humerus merupakan tulang panjang pada lengan atas, yang berhubungan
dengan skapula melalui fossa glenoid. Di bagian proksimal, humerus memiliki
beberapa bagian antara lain leher anatomis, leher surgical, tuberkel mayor, tuberkel
minor dan sulkus intertuberkular. Di bagian distal, humerus memiliki beberapa
bagian antara lain condyles, epicondyle lateral, capitulum, trochlear, epicondyle
medial dan fossa olecranon (di sisi posterior). Tulang ulna akan berartikulasi

dengan humerus di fossa olecranon, membentuk sendi engsel. Pada tulang humerus
ini juga terdapat beberapa tonjolan, antara lain tonjolan untuk otot deltoid.
d. Ulna
Ulna merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi medial pada posisi
anatomis. Di daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus melalui fossa
olecranon (di bagian posterior) dan melalui prosesus coronoid (dengan trochlea
pada humerus). Artikulasi ini berbentuk sendi engsel, memungkinkan terjadinya
gerak fleksi-ekstensi. Ulna juga berartikulasi dengan radial di sisi lateral. Artikulasi
ini berbentuk sendi kisar, memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Di
daerah distal, ulna kembali berartikulasi dengan radial, juga terdapat suatu prosesus
yang disebut sebagai prosesus styloid. Ulna merupakan tulang lengan bawah yang
terletak di sisi medial pada posisi anatomis. Di daerah proksimal, ulna berartikulasi
dengan humerus melalui fossa olecranon (di bagian posterior) dan melalui prosesus
coronoid (dengan trochlea pada humerus). Artikulasi ini berbentuk sendi engsel,
memungkinkan terjadinya gerak fleksi-ekstensi.
Ulna juga berartikulasi dengan radial di sisi lateral. Artikulasi ini berbentuk
sendi kisar, memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Di daerah distal, ulna
kembali berartikulasi dengan radial, juga terdapat suatu prosesus yang disebut
sebagai prosesus styloid.
Ujung proksimal [ujung atas] tulang ulna tampak seperti yang terurai. Bagian
atas pulinan tersebut adalah prosesus oleklanon, yang masuk dengan pas kedalam
fosa oleknanon humerus saat lengan bawah berekstensi penuh. Bagian bawah
pilihan adalah prosesus kronoid, yang masuk dengan pas kedalam frosa koronoid
humerus saat lengan bawah berefleksi penuh. Takik radial, yang terletak dibawah
prosesus koronoid, mengakomodasi bagian kepala dari tulang radius.
Ujung distal (bawah) tulang ulna memiliki perpanjangan pilinan batang yang
disebut kepala. Bagian ini berartikulasi dengan prosesus ulnar tulang radius. Bagian
kepala memanjang keatas prosesus stiloid tulang ulna.
e. Radius
Radius merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi lateral pada posisi
anatomis. Di daerah proksimal, radius berartikulasi dengan ulna, sehingga

memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah distal,


terdapat prosesus styloid dan area untuk perlekatan tulang-tulang karpal antara lain
tulang scaphoid dan tulang lunate.
Radius merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi lateral pada
posisi anatomis. Di daerah proksimal, radius berartikulasi dengan ulna, sehingga
memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Sedangkan di daerah distal,
terdapat prosesus styloid dan area untuk perlekatan tulang-tulang karpal antara lain
tulang scaphoid dan tulang lunate. Ujung proksimal tulang radius adalah kepala
berbentuk diskus yang berartikulasi dengan kapitulum homerus dan takik radial
tulang ulna.
Tuberositas radial untuk tempat perlekatan otot biseps terletak pada batang
radius tepat dibawah bagian kepala. Ujung distal tulang radius memiliki
permjukaan karpal konkaf yang beraktikulasi dengan tulang pergelangan tangan,
sebuah takik ulnar pada permukaan medialnya untuk berartikulasi dengan tulang
ulna, dan sebuah prosesus stiloid di sisi lateral.
f. Karpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung
distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal. Antara
tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang tersebut adalah
scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.
Barisan tulang karpal proksimal dari sisi ibu jari dalam posisi anatomis terdiri
dari tulang berikut ini:
1. Navikular (skafoid), dinamakan demikian karena bentuknya menyerupai
perahu
2. Lunatum dinamakan demikian karena bentuknya seperti bula sabit
3. Trikuetral (triangular), dinamakan demikian memiliki tiga sudu
4. Pisiform, yang berarti kacang, dinamakan demikian karena ukuran dan
bentuknya menyerupai kacang.
g. Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan
bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal.
Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan
menjadi sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang

karpal dan metakarpal memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan seperti
menyilang telapak tangan dan memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu.
Khusus di tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang
sesamoid.
Tangan (metakarpus) tersusun dari 5 tulang metakarpal. Semua tulang
metacarpal sangat serupai, kecuali untuk ukuran panjang metakarpal pertama pada
ibu jari. Setiap tulang metakarpal memiliki sebuah dasar proksimal yang
berartikulasi dengan barisan distal tulang karpal pergelangan tangan. Sebuah
batang, dan sebuah kepala terpilih yang berartikulasi dengan sebuah tulang falang,
atau tulang jari. Kepala tulang metakarpal membentuk buku jari yang menonjol
pada tangan.
h. Tulang-tulang phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs di
setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya
(phalangs proksimal, medial, distal). Sendi engsel yang terbentuk antara tulang
phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk
menggenggam sesuatu.
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs di
setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing jari lainnya
(phalangs proksimal, medial, distal). Sendi engsel yang terbentuk antara tulang
phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk
menggenggam sesuatu. Tulang jari (phalanges). Setiap jari memiliki tiga tulang,
yaitu tulang falang proksimal, medial dan

falang distal. Ibu jari hanya memiliki

tulang falang proksimal dan medial.


Barisan tulang distal terdiri dari:
1. Trapezium,

sebelumnya

disebut

tulang

multangular

besar

karena

permukaannya yang banyak


2. Trapezoid, berukuran lebih kecil, tetapi multi sisi juga
3. Kapitatum, dinamakan demikian karena kepala tulang yang berat dan besar
4. Hamatum, berarti kait, dinamakan demikian karena ada tonjolan menyerupai
kait, yang meluas pada sisi medial pergelangan tangan.
10 . Ekstremitas bawah

Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal,
metatarsal, dan tulang-tulang phalangs.
a. Pelvis
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang
pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis
dan ischium. Ilium terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan
vertebra sakrum, ischium terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di
bagian inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac
(iliac crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan disebut
simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis
disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang femur.
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang
pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis
dan ischium. Ilium terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan
vertebra sakrum, ischium terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di
bagian inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac
(iliac crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan disebut
simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis
disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang femur. Girdel
pelvis mentransmisikan berat trunkus ke bagian tugkai bawah dan melindungi
organ-organ abdominal dan pelvis. Bagian ini terdiri dari dua tulang punggul
(disebut juga ossa koksa, tulang tanpa nama, atau tulang pelvis) yang bertemu
pada sisi anterior simfisis pubis dan berartikulasi di sisi posterior dengan sakrum.
Tulang punggul menyerupai bentuk kipas angin listrik dengan sebuah poros
pemegang serta dua baling-baling. Poros tersebut adalah suatu kantong seperti
cangkir, disebut asetabulum, yang menerima kepala femur, atau tulang paha,
dipersendian panggul. Ilum adalah lempeng tulang lebar, yang menjulang ke atas
dan keluar asetabulum. Bagian ini naik posisinya sampai mencapai Krista iliaka
tebal yang dapat teraba pada posisi tangan di panggul.
Ujung anterior Krista adalah pada spina iliaka anterior superior dan ujung
posteriornya pada spina iliaka posterior superior. Spina ini menjadi tempat
perlekatan otot dan ligament.

Spina iliaka anterior inferior adalah suatu tonjolan besar dibawah spina iliaka
anterior superior. Sedangkan yang tepat berada di bawah spina iliaka posterior
superior adalah spina iliaka posterior inferior. Di bawah spina iliaka posterior
superior, tapi posterior tulang ilium membentuk lekukan yang dalan disebut takik
skiakik besar.
Tulang iskium merupakan baling-baling posterior dan inferior dari kipas. Tepi
medialnya ikut membentuk takik skiatik besar. Pada sisi inferior takik skiatik
besar adalah bagian spina iskial yang menonjol, yang menjadi tempat melekatnya
ligament dari sakrum. Bagian inferior dari spina iskial adalah takik skiatik kecil.
Tuberositas iskial adalah tonjolan besar tulang iskium yang menyokong tubuh
dalam posisi duduk. Tulang ini berfungsi sebagai tempat perlekatan otot paha
posterior. Dibagian anterior tuberositas iskial, terdapat ramus iskial ramping yang
memanjang ke arah depan dan keatas untuk menyatu dengan ramus pubis
inferioryang bmemanjang kebawah dari tulang pubis. Tulang pubis melengkapi
baling-baling anterior dan inferior tulang panggul. Bagian ini terutama terdiri dari
dua batang tulang: ramus pubis superior dan inferior. Ramus pubis superior dan
ramus pubis inferior menyatu dengan pasangannya dari sisi lain digaris tengah
simfisis pubis. Lengkung pubis adalah sudut yang terbentuk pada persambungan
tulang pubis dibawah simfisis.
Foramen abturator adalah pembukaan besar yang dibatasi ramus iskial,
terdapat ramus iskial ramping iskial, ramus pubis inferior, ramus pubis superior.
Foramen ini merupakan foramen terbesar pada rangka dan selama hidup dilapisi
dengan membran obturator.
2. Femur
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi dengan
pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah
proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor,
dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat
condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan
untuk tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi dengan
pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah

proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor,
dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat
condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan
untuk tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar. Femur
(paha) : tulang terpanjang, terkuat, dan terberat dari semua tulang pada rangka
tubuh. Ujung proksimal femur memiliki kepala yang membulat untuk
berartikulasi dengan
mengalami

depresi,fovea

asetabulum.Permukaan lembut dari bagian kepala


kapitis,untuk

tempat

perlekatan

ligamen

yang

menyangga kepala tulang agar tetap di tempatnya dan membawa pembulu darah
ke kepala tersebut. Femur tidak berada pada garis vertical tubuh.Kepala femur
masuk dengan pas ke asetabulum untuk membentuk sudut sekitar 125 derajat dari
bagian leher femur;dengan demikian,batang tulang paha dapat bergerak bebas
tanpa terhalang pelvis saat paha bergerak. Sudut femoral pada wanita biasanya
lebih miring (kurang dari 125 derajat) karena pelvis lebih lebar dan femur lebih
pendek. Di bawah bagian kepala yang tirus adalah bagian leher yang tebal,yang
terus memanjang sebagai batang. Garis intertrokanter pada permukaan anterior
dan Krista intertrokanter di permukaan posterior tulang membatasi bagian leher
dan bagian batang.
Ujung batas batang memiliki dua prosesus yang menonjol.Trokanter besar
dan trokanter kecil,sebagai tempat perlekatan otot untuk menggerakkan
persendian panggul. Bagian batang permukaannya halus dan memiliki satu tanda
saja. Linea aspera,yaitu lekuk kasar untuk perlekatan beberapa otot. Ujung bawah
batang melebar ke dalam kondilus medial dan kondilus lateral.
Pada permukaan posterior,dua kondilus tersebut membesar dengan fosa
interkondilar yang terletak di antara keduanya. Area triangular di atas fosa
interkondilar disebut permukaan popliteal. Pada permukaan anterior, epikondilus
medial dan lateral berada di atas dua kondilus besar. Permukaan artikular halus
yang terdapat diantara kedua kondilus adalah permukaan patelar,yang berbentuk
konkaf untuk menerima patela(tempurung lutut).
3. Tibia

Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial


dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan
lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle
femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral.
Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal
tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial
dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan
lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle
femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral.
Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal
tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.
Tibia adalah tulang medial yang besar;tulang ini membagi berat tubuh dari femur
ke bagian kaki.Bagian kepala tulang tibia melebar ke kondilus medial dan
lateral.Yang berbentuk konkaf untuk berartikulasi dengan kondilus femoral.
Kartilago pipih berbentuk baji, kartilago semilunar (meniskus) medial dan
lateral (meniskus). Berada di pinggir kondilus untuk memperdalam permukaan
artikular. Tonjolan interkondilar terletak di antara dua kondilu. Kondilus lateral
menonjol untuk membentuk faset fibular,yang menerima bagian kepala fibula.
Tuberositas tibial, yang berfungsi untuk tempat perlekatan ligament
patella,menonjol pada permukaan anterior diantara dua kondilus.
Krista tibial (anterior),lebih umum disebut tulang kering adalah punggung
batang tulang dengan permukaan anterior yang tajam dan melengkung ke bawah.
Ujung bawah tibia melebar untuk berartikulasi dengan tulang talus pergelangan
kaki.Maleolus medial adalah tonjolan yang membentuk benjolan (mata kaki) pada
sisi medial pergelangan kaki
d. Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral
dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia.
Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk
artikulasi dengan tulang-tulang tarsal. Fibula merupakan tulang tungkai bawah
yang letaknya lebih lateral dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula

berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk


malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.
Fibula adalah tulang yang paling ramping dalam tubuh, panjangnya
proposional,dan tidak menopang berat tubuh. Kegunaan tulang ini adalah untuk
menambah area yang tersedia sebagai tempat perlekatan otot pada tungkai. Bagian
kepala fibula berartikulasi dengan faset fibular di bawah kondilus lateral tulang
tibia. Ujung bawah batang berartikulasi secara medial dengan takik fibular pada
tulang tibia,dan memanjang ke arah lateral menjadi maleolus lateral,yang seperti
moleolus tibia lateral,dapat diraba di pergelangan kaki.
e. Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan
tibia di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu
calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus berperan
sebagai tulang penyanggah berdiri.
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan
tibia di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu
calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus berperan
sebagai tulang penyanggah berdiri.
Tulang tarsal menyerupai tulang karpal pergelangan tangan,tetapi
berukuran lebih besar tulang metatarsal juga menyerupai tulang metakarpal
tangan,dan falang pada jari kaki juga menyerupai falang jari tangan. Tulang talus
berartikulasi dengan maleolus medial tibia dan dengan maleolus lateral fibula
untuk membentuk persendian pergelangan kaki.Oleh karena itu,bagian menopang
seluruh berat tungkai,yang tersebar setengah ke bawah ke arah tumit dan setengah
lagi ke depan pada tulang-tulang pembentuk lengkung kaki. Tulang kalkaneus
terletak di bawah talus dan menonjol di belakang talus menjadi tulang
tumit.Tulang ini menopang talus dan meredam goncangan saat tumit menginjak
tanah
Tulang navikular memiliki permukaan posterior berbentuk konkaf untuk
berartikulasi dengan talus dan permukaan anterior berbentuk konveks untuk
berartikulasi dengan tiga tulang tarsal.

Ketiga tulang kuneiform yang berbentuk baji,diberi nomor dari sisi medial
ke sisi lateral, sebagai kuneiform pertama,kedua,dan ketiga. Masing-masing
tulang berartikulasi dengan tulang tarsal bernomor sama;tulang koneiform ketiga
juga berartikulasi dengan tulang tarsal ketujuh,yaitu tulang kuboid tulang
koneiform ini membentuk arkus transversa yang terdapat di bawah permukaan
kaki.
f. Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di
proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1
(ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid. Metatarsal merupakan 5 tulang yang
berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan dengan tulang phalangs di distal.
Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid. Tulang
kuboid berartikulasi di sisi anterior dengan tulang metatarsal keempat dan kelima
di sisi posterior,tulang ini berartikulasi dengan kalkaneus. Telapak kaki dan arkus
longitudinal terbentuk dari lima tulang metatarsal yang ramping. Setiap
metatarsal memiliki bagian dasar,batang,dan bagian kepala. Tulang-tulang
metatarsal dikenal dengan urutan nomor dari satu sampai lima,mulai dari sisi
medial ibu jari kaki. Bagian dasar metatarsal berartikulasi dengan tarsal. Bagian
kepalanya berartikulasi dengan falang. Bagian kepala dari dua metatarsal
pertama membentuk tumit kaki. Bagian kepala metatarsal pertama memiliki 2
tulang sesamoid yang melekat pada permukaan plantarnya. Ke 14 falang pada
jari jari kaki, seperti halnya falang jari tangan. Tersusun dalam barisan
proksimal, medial. Ibu jari kaki hanya memiliki falang proksimal dan distal.
g. Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di
ibu jari dan 3 phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi
pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari
tangan.
c. Anatomi otot

Otot rangka yang jumlahnya lebih dari 600 macam mulai dari ujung kepala
sampai ujung kaki yang berfungsi untuk menggerakan seluruh tubuh kita yaitu :
1. Otot frontalis yang berfungsi untuk mengangkat alis mata, posisi nya terletak di
sekitar alis
2. otot orbikularis okuli berfungsi untuk menutup kelopak mata, posisinya terletak
di kelopak mata
3. Otot orbikularis oris berfungsi untuk mengkerutkan bibir
4. Otot sternokleidomastoid yang berfungsi untuk memiringkan kepala
5. Otot trapezius berfungsi untuk memperkuat bahu
6. Otot pektoralis major berfungsi untuk memutar lengan
7. Otot pektoralis minor berfungsi untuk menarik bahu kebawah
8. Otot triseps dan otot biseps berfungsi untuk menggerakan lengan
9. Otot serratus anterior yang berfungsi untuk menarik bahu kesekeliling
10. Otot interkosta berfungsi untuk mengangkat rusuk
11. Otot rektus abdominis berfungsi untuk mengempiskan dinding perut
12. Otot sartorius berfungsi untuk memilin paha dan membengkokan penggul dan
lutut
13. Otot guadriseps femoris berfungsi untuk menekuk pinggul dan meluruskan lutut
14. Otot gastroknemius berfungsi untuk mengangkat tumit dan menekuk lutut
15. Otot tibialis anterior berfungsi untuk mengangkat kaki
16. Otot peroneus berfungsi untuk melengkungkan kaki
17. Otot latissimus dorsi berfungsi untuk memperkuat punggung
18. Otot gluteus maksimus berfungsi untuk meluruskan pinggul
19. Otot archiles tendon berfungsi untuk menggerakan telapak kaki

1.2 Fisiologi Sistem Muskuloskletal


1.

Sistem Skeletal
Menurut Phipps, et al (1991), tulang mempunyai tiga fungsi mekanik yaitu :
mendukung jaringan tubuh, melindungi organ tubuh seperti tulang tengkorak
melindungi otak dan pergerakan dimana dipengaruhi oleh kontraksi otot-otot pada
tulang memungkinkan untuk bergerak. Tulang juga mempunyai dua fungsi tambahan
yaitu menyimpan kalsium dan sumsum tulangnya menghasilkan sel darah merah
(hematopoiesis).
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam 4 kategori : tulang
panjang (misal. Femur), tulang pendek (misal. Tulang Tarsalia), tulang pipih (misal

sternum), dan tulang tak teratur (misal. Vertebra). Bentuk dan konstruksi tulang tertentu
ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius) atau
kortikal (kompak). Tulang panjang (misal. Femur berbentuk seperti tangkai panjang
dengan ujung yang membulat). Batang, atau diafisis, terutama tersusun atas tulang
kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun oleh tulang
kanselus. Plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat
pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa mengalami kalsifikasi.
Ujung tulang panjang tertutupi oleh kartilago artikular pada sendi-sendinya. Tulang
panjang disusun untuk penyangga berat badan dan gerakan. Tulang pendek misal
metakarpal terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang kompak, tulang pipih
(misal. Sternum) merupakan tempat penting untuk hematopoesis dan sering
memberikan perlindungan bagi organ vital. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus
diantara dua tulang kompak. Tulang tak teratur vertebrata mempunyai bentuk yang
unik sesuai dengan fungsinya. Secara umum struktur tulang tak teratur sama dengan
tulang pipih.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri
atas tiga jenis dasar osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast berfungsi dalam
pembentukan tulang denagn mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98%
kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan[asam folisakararida]) dan
proteoglikan. Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorgenik
ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang) osteoklast adalah sel multinuklear
(berinti banyak yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remodelling tulang).
Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa ditengah osteon
terdapat kapiler di sekeliling kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang
dinamakan lamela. Di dalam lamela terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi
melalui prosesus yang berlanjut kedalam canaliculi yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrous padat dinamakan
periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh,

selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf,
pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling lekat dengan tulang yang
mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang
panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklas, yang melarutkan tulang
untuk memeliharan rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam
lakunaHowship (cekungan dalam permukaan tulang).
Sumsum tulang merupakan jaringan vaskuler dalam ronga sumsum ( batang)
tulang panjang dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah, yang terutama terletak
disternum, ileum, vertebra dan rusuk pada orang dewasa, bertanggung jawab pada
produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa, tulang panjang terisi oleh
sumsum lemak kuning.
Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus
menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh metafisis dan epifisis.
Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal Volkmann
yang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrien yang menembus periosteum dan
memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrien
memasok darah ke sumsum dan tulang. Sistem vena ada yang mengikuti arteri ada
yang keluar sendiri.
Pembentukan tulang. Tulang mulai terbenuk lama sebelum kelahiran. Osifikasi
adalah proses dimana matriks tulang (di sini serabut kolagen dan substansi dasar)
terbentuk pengerasan mineral (disini garam kalsium) ditimbun di serabut kolagen
dalam suatu lingkungan elektronegatif. Serabut kolegan memberi kekuatan terhadap
tarikan pada tulang, dan kalsium memberikan kekuatan terhadap tekanan kepada
tulang.
Ada dua model dasar osifikasi : intramembran dan endokondral. Penulangan
intramembranus dimana tulang tumbuh di dalam membran, terjadi pada tulang wajah
dan tengkorak. Maka ketika tengkorak mengalami penyenbuhan, terjadi union secara
fibrus. Bentuk lain pembentukan tulang adalah penulangan endokondral, dimana
terbentuk dahulu model tulang rawan. Pertama terbentuk jaringan serupa tulang rawan

(osteoid), kemudian mengalami resorpsi, dan diganti oleh tulang. Kebanyakan tulang
di tubuh terbentuk dan mengalami penyembuhan melalui osifikasi endokondral.
Pemeliharan tulang. Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan
peralihan yang konstan (resorpsi dan pembentukan tulang). Kalsium adalah tulang
orang dewasa diganti dengan kecepatan sekitar 18% per tahun. Faktor pengatur
penting yang menentukan keseimbangan antara pembentukan dan resorbsi tulang
antara lain stress terhadap tulang, vitamin D, hormon paratiroid, kalsitonin, dan
peredaran darah.
Vitamin D berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan
meningkatkan penyerapan kalsium dalam darah dengan meningkatkan penyerapan
kalsium dari saluran pencernaan. Kekurangan vitamin D mengakibatkan defisit
mineralisasi, deformitas dan patah tulang.
Hormon paratiroid dan kalsitonin adalah hormon utama yang mengatur
homeostasis kalsium. Hormon paratiroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah,
sebagian dengan cara merangsang perpindahan kalsium dari tulang. Sebagai respon
kadar kalsium darah yang rendah, peningkatan kadar hormon paratiroid akan
mempercepat mobilisasi kalsium, dimineralisasi tulang dan pembentukan kista tulang.
Kalsitonin dari kelenjar tiroid meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang.
Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang menurunnya pasokan
darah atau hiperemia (kongesti) akan terjadi penurunan osteogenesis dan tulang
mengalami osteoporosis. Nekrosis tulang akan terjadi bila tulang kehilangan aliram
darah.
Otot skelet (otot lurik) berperan dalam gerakan tubuh, postur dan fungsi produksi
panas. Otot dihubungkan oleh tendon (tali jaringan ikat fibrus) atau aponeurosis
(lembaran jaringan ikat fibrus yang lebar dan pipih) ke tulang jaringan ikat, atau kulit.
Kontraksi otot menyebabkan dua titik perlekatan satu sama lain. Otot bevariasi ukuran
an bentuknya bergantung aktivitas yang dibutuhkan. Otot akan berkembang dan
terpelihara bila digunakan secara aktif. Proses penuaan dan disuse menyebabkan
kehilangan fungsi otot sehingga jaringan otot kontraktil akan diganti oleh jaringan
fibrotik.

Otot tubuh tsusun oleh kelompok sel otot yang paralel (fasikuli) yang terbungkus
oleh jaringan fibrus yang dinamakan epimisium atau fasia. Semakin banyak fasikuli
yang terdapat dalam otot semakin rinci dalam gerakan yang ditimbulkan. Kecepatan
kontraksi otot berbeda-beda. Mioglobulin merupakan pigmen protein yang serupa
dengan hemoglobin yang terdapat dalam otot lurik. Mioglobin bemanfaat sebagai
transpor oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolik sel dari kapiler darah ke
mitokondria sel otot. Otot mengandung sejumlah besar mioglobulin (otot merah) yang
ternyata berkontraksi lebih lambat dan lebih kuat ( misal otot pernafasan dan postur) .
otot yang sedikit mengandung mioglobulin (otot putih) berkontraksi cepat dan dalam
waktu yang lama (misal otot ekstraokuler di mata). Kebanyakan otot tubuh
mengandung baik serat otot merah maupun serat otot putih. Tiap sel otot (sering juga
disebut serabut otot) mengandung mio fibril yang pada gilirannya tersusun atas
seklompok sarkomer, yang merupakan unit kontrkatil otot skelet yang sebenarnya.
Komponen sarkomer dikenal sebagai filamen tebal dan tipis. Filamen tipis tersusun
terutama oleh protein yang dikenal sebagai aktin. Filamen tebal tersusun terutama oleh
protein miosin.
Kontraksi otot skelet. Kontraksi otot diakibatkan oleh kontraksi masing-masing
komponen sarkomer. Kontraksi sarkomer disebabkan oleh interaksi antara miosin
dalam filamen tebal dan aktin dalam filamen tipis, yang saling mendekat dengan
adanya peningkatan lokal kadar ion kalsium. Filamen tebal dan tipis saling meluncur
satu sama lain. Ketika kadar kalsium dalam sarkomer menurun, filamen miosin dan
aktin berhenti berinteraksi dan sarkomer kembali kepanjang istirahat awalnya
(relaksasi). Aktin dan miosin tidak dapat berinteraksi tanpa ada kalsium. Serabut otot
akan berkontraksi sebagai respon terhadap rangsangan listrik. Bila terangsang, sel otot
akan membangkitkan suatu potensial aksi dengan cara serupa dengan yang terlihat
pada sel saraf. Potensial aksi ini akan menjalar sepanjang membran sel dan
mengakibatkan pelepasan ion kalsium kedalam sel otot yang sebelumnya tersimpan
dalam organel khusus yang dinamakan retikulum sarkoplasmikum adalah kalsium
yang memungkinkan interaksi antara aktin dan sarkomer. Segera setelah membran sel
mengalami depolarisasi, membran ini akan kembali ke tegangan membran istirahat.

Kalsium dengan cepat diambil dari sarkomer oleh reakumulasi aktif dalam retikulum
sarkoplasmikum, dan otot kembali relaks.
Depolarisasi sel otot normalnya terjadi sebagai respon terhadap rangsangan yang
dibawa oleh sel saraf. Komunikasi antara sel saraf dan sel otot terjadi dalam motot end
plate. Neuron yang mengatur yang aktivitas sel otot skelet. Dinamakan lower motor
neuron. Neuron ini berasal dari kornu anterior korda spinalis. Dibutuhkan energi untuk
berkontrkasi otot dan relaksasi. Banyaknya energi yang diperlukan oleh otot skelet
berbeda-beda, sangat meningkat selama latihan. Sumber energi untuk sel otot adalah
adenosin trifosfat (ATP) yang dibangkitkan melalui metabolisme oksidatif seluler.
Kreatinin fosfat yang juga terdapat dalam sel otot, berperan sebagai cadangan kedua
energi metabolisme ; dapat dikonversi menjadi ATP bila perlu pada aktifitas rendah,
otot skelet mensintesis ATP dari oksidasi glukosa menjadi air dan karbondioksida
selama rasa aktivitas tinggi, bila tidak tersedia oksigen yang memadai, glukosa
terutama dimetabolisme menjadi asam laktat. Meskipun ATP juga dapat dihasilkan
selama produksi asam laktat, proses ini tidak efisien bila dibandingkan dengan jalur
oksidatif. Sehingga diperlukan lebih banyak glukosa dan harus disediakan oleh
glikogen otot. Glikogen adalah suatu tepung yang dibuat dari glukosa, disimpan dalam
sel selama periode istrirahat, dan dipergunakan dalam periode aktivitas. Kelelahan otot
mungkin disebabkan oleh pemecahan glikogen dan simpanan energi serta penumpukan
asam laktat sebagai akibatnya, lingkaran kontraksi dan relaksasi otot tak dapat
berlanjut.
Selama kontraksi otot, energi yang dilepaskan dari ATP tidak seluruhnya
digunakan oleh aparatus kontraktil. Kelebihan energi ini akan dilepaskan dalam bentuk
panas. Selama kontraksi isometrik, hampir semua energi dilepaskan dalam bentuk
panas; selama kontraksi isotonik, sebagian energi dikeluarkan dalam bentuk kerja
mekanis. Pada keadaan tertentu, seperti pada saat menggigil karena kedinginan,
kebutuhan untuk menghasilkan panas merupakan rangsangan utama untuk kontraksi
otot.
a. Komposisi dan perkembangan
Tulang terdiri dari sel-sel hidup (living cells) dan material intraseluler tidak hidup.
Sel sel hidup yaitu osteoblast yang merupakan sel pembentuk tulang, osteoclast yang

merupakan sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak
maupun yang sudah tua dan osteosit yaitu osteoblas yang berada pada matriks.
Material intraseluler tidak hidup atau matriks tulang terdiri dari mukopolisakarida dan
kolagen. Tulang berasal dari kartilago hialin embrionik yang prosesnya dikenal
sebagai osteogenesis atau osifikasi endokondrial. Proses ini selesai melalui sintesis
mukopolisakarida dan kolagen oleh osteoblas (sel pembentuk tulang). Garam kalsium
disimpan di matriks tulang, memberikan kekuatan pada tulang.
b. Tipe, struktur dan pertumbuhan tulang
Tulang terdiri atas empat type, tergantung pada ukurannya :
1. Tulang panjang (femur, humerus).
2. Tulang pendek (karpal)
3. Tulang pipih (tengkorak)
4. Tulang tidak teratur (vertebrae).
Setiap tulang tersusun atas tulang kankelous (spongy) dan compact (dense).
Pada tulang panjang bagian kankelous ditemukan pada ujung tulang dan compact
pada bagian tengah. Pada tulang pendek dan tidak teratur mempunyai suatu inti
bagian dalam pada kankelous dan suatu lapisan luar pada compact. Tulang datar
mempunyai dua lapisan luar tulang compact dengan satu lapisan bagian dalam pada
kankelous.
Tulang kankelous dan tulang compact dibedakan dari yang lainnya dengan
adanya susunan lamelae yaitu lapisan silindris kosentrik yang terletak di antaranya.
Pada pusat susunan cincin kosentrik ini ada suatu saluran yang disebut saluran
haversian. Saluran ini mengandung suatu pembuluh darah kapiler. Beberapa saluran
juga mengandung arteriola, venula dan limfatik. Ruang kecil antara cincing lamelae
disebut lakuna yang diisi oleh sel tulang (osteosit). Lacuna dihubungkan dengan
saluran haversian dan selanjutnya zat gizi disuplay oleh saluran yang sangat kecil
yang disebut kanalikuli. Lamellae dengan saluran haversian, lacuna dan kanalikuli
disebut unit haversian. Unit haversian merapat secara bersamaan pada tulang
compact. Pada tulang kankelous banyak ruang yang terbuka yang kokoh diantara
penghubung tulang yang disebut trabekulae.

Salah satu type tulang panjang adalah dibungkus/dilapisi kecuali pada


permukaan artikular oleh suatu membrane fibrous warna putih yang disebut
periosteum. Permukaan artikular dibungkus/dilapisi dengan kartilago hialin.
Periosteum memberikan tempat bagi serat-serat otot dan lapisan bagian dalamnya
mengandung osteoblast. Karena adanya osteoblast periosteum maka periosteum
bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan perbaikan. Endosteum membran juga
mengandung beberapa osteoblast, batas rongga medulary yang berisikan sumsum
tulang dan saluran haversian. Ujung tulang disebut epifisis dan bagian batang
disebut diafisis.
Pertumbuhan longitudinal tulang panjang berasal dari kartilago epifisial yang
terlektak diantara diafisial dan pusat epifisial osifikasi. Kartilago epifisial tebal
karena proliferasi yang cepat dari sel kartilago. Pertumbuhan pada diameter tulang
dilakukan oleh osteklast (sel yang merusakan tulang) yang membesar pada rongga
medulary selama osteoblast pada periosteum yang menghasilkan tulang baru pada
bagian luarnya (osifikasi membran). Pada orang yang lebih tua dan inaktif,
degenerasi dan reabsorbsi tulang terjadi lebih cepat daripada pertumbuhan tulang
baru. Hal ini menyebabkan osteoporosis yaitu suatu kondisi dimana tulang keropos
dan fragil.
Tulang mempunyai kemampuan untuk remodel atau membentuk kembali
ukurannya sendiri dengan berespon pada terganggunya fungsi mekaniknya. Respon
ini sesuai dengan hukum Wolff (Julius Wolff, ahli anatomi Jerman) yaitu setiap
perubahan pada bentuk dan fungsi tulang atau hanya fungsinya diikuti dengan
perubahan yang nyata pada konfigurasi eksternalnya sesuai dengan hukum
matematika (Phips, et al, 1991). Atau hukum Wolff yaitu tulang akan
mengembangkan struktur yang paling cocok untuk menahan gaya yang bekerja
padanya (Dorland, 1997). Trabekula pada tulang berkembang dan membangun
dirinya sendiri dan akan terjadi osteogenesis sesuai stres yang ada. Jika tulang tidak
ditekan makan terjadi resorbsi tulang. Dengan demikian individu yang memulai
program berlari dapat memperoleh hipertropi (meningkatnya massa tulang) pada

tulang ekstremitas bawah, mengingat individu yang menetap akan terjadi atropi
(kehilangan substansi tulang)
c. Suplay sirkulasi dan inervasi
Sirkulasi darah yang cukup pada tulang perlu untuk suplay oksigen dan zat gizi.
Darah disuplai ke tulang melalui tiga jalur, yaitu (Phips, et al, 1991).
1. Arteriola pada saluran haversian.
2. Pembuluh darah yang berada pada periosteum dimana masuk ke tulang melalui
struktur yang dikenal saluran Volkmann
3. Pembuluh darah pada sumsum tulang dan ujung tulang.
Untuk itu jika ada gangguan pada arteri, periosteum atau tulang sendiri maka
mengakibatkan suplay darah akan terganggu juga. Selanjutnya tulang disediakan
dengan ujung saraf sensori pada periosteum yang menghubungkan dengan sistem
saraf pusat. Konsekuensinya, nyeri akan dirasakan jika tulang terganggu misalnya
fraktur, infeksi atau lesi lainnya.
d. Fisiologi penyembuhan tulang
Penyembuhan tulang melalui suatu proses yang dikenal dengan pembentukan kalus
(callus formation). Pertumbuhan tulang baru disebut kalus. Pembentukan kalus melalui
lima tahap umum, yaitu (Phipps, et al, 1991)
Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi endokondral. Ketika tulang
mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan parut.
Namun tulang mengalami regenerasi sendiri. Umumnya patah tulang sembuh melalui
osifikasi endokondral. Ketika tulang mengalami cidera, fragmen tulang tidak hanya
ditambal dengan jaringan parut,, namun tulang mengalami regenerasi sendiri.
Mengutip pendapat Smeltzer (2002), tahapan penyembuhan tulang terdiri dari:
inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan
remodeling.
1. Hematom formation (pembentukan hematom).
Karena tulang vaskularisasi tinggi, perdarahan bisa terjadi pada ujung kedua tulang
yang

mengalami

fraktur.

Permiabilitas

kapiler

meningkat

menyebabkan

ekstravasasi darah ke dalam area yang injury. Darah berkumpul pada periosteal atau
jaringan sekitarnya.
2. Fibrin meshwork formation
Fibroblast (sel jaringan ikat) dirusak oleh hematom, menyebabkan fibroblast
terorganisir ke dalam fibrin meshwork (jaringan fibrin). Dinding sel darah putih
rusak, maka terjadi peradangan local. Sel darah membentuk fibrin dan berlangsung
selama 24 48 jam dan perdarahan akan berhenti (Black, J. M, et al, 1993 dan
Apley, A. G, 1993).
3. Invasion by osteoblast
Osteoblast invasi ke fibrous (serabut sel) menyebabkan fibrous lembek/lunak,
pembuluh darah berkembang dari ujung-ujung kapiler, dengan demikian
membentuk suatu sumber suplay bagi zat gizi untuk membentuk kolagen. Kolagen
menjadi lebih panjang dan terjadi penumpukan kalsium.
4. Callus formation
Osteoblast secara terus menerus membentuk tulang sedangkan osteoklast
menghancurkan tulang yang mati dan membantu mensintesa tulang baru. Kekuatan
kolagen bertambah dan lebih padat dengan kalsium. Berlangsung dari 4 minggu
hingga beberapa bulan hingga tulang mampu membawa beban yang normal.
5. Remodeling
Kalus yang berlebihan direabsorbsi dan tulang trabekula menutupi garis sepanjang
stres atau fraktur sesuai dengan hukum Wolff. Lamellae yang tebal menempati
tekanan yang lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, dibentuk
rongga sumsum tulang dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan
normalnya (Black, J. M, et al, 1993 dan Apley, A. G, 1993).
4. Penyembuhan Tulang
a. Tahap Inflamasi.
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan
pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami

devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan


diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah
tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
b. Tahap Proliferasi Sel.
Kira-kira lima hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk
benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoklast
(berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan
kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk
jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak
pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan
mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan
merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial
elektronegatif.
c. Tahap Pembentukan Kalus.
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang
digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk
kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung
berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga
sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau
jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.
d. Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi).
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga
minggu patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang
panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat
bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu
dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.
e. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling).
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati
dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling
memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun tahun tergantung beratnya
modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang

melibatkan tulang kompak dan kanselus stres fungsional pada tulang. Tulang
kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang
kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.
Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis
mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis
menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil
proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan.
Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak
dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan
pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi
setelah penyembuhan suatu fraktur.
e. Factor yang menghambat pembentukan callus yang baik adalah
(1) tidak adekuatnya reduksi fraktur, (2) edema yang berlebihan pada tempat fraktur
yang menghambat suplay zat gizi ke area, (3) terlalu banyak tulang yang hilang pada
waktu terjadinya injury, (4) imobilisasi yang tidak efektif, (5) infeksi pada tempat
injury, (6) nekrosis tulang, (7) anemia atau kondisi sistemik lainnya, (8) tidak
seimbangnya endokrin dan (9) intake diet yang kurang. Jika pembentukan kalus tidak
terjadi secara normal dan efisien mengakibatkan kurangnya perbaikan yang disebut
fraktur non union atau ununited.
2. Otot
A. Type type otot
Otot dibagi atas 3 kelompok besar yaitu skeletal (volunter, bergaris), viseral
(polos, involuter) dan kardiak atau jantung. Otot-otot viseral seperti pada usus
besar dan halus, dipersarafi sistem saraf otonom sehingga tidak bisa dikontrol oleh
kemauan. Otot skeletal dipersarafi oleh serat saraf dari sistem serebrospinal dan
bisa

dikontrol

oleh

kemauan.

Otot

skeletal

mengontrol

pergerakan,

mempertahankan postur dan menghasilkan panas.


B. Struktur otot rangka
Otot-otot di atas panjang dan sempit. Strukturnya ini menyebabkan mereka dibagi
atas serat-serat yang terdiri atas sarkolema atau membran sel, dan sarkoplasma
atau sitoplasma. Ukurannya kecil, seratnya terdapat sepanjang sarkoplasma

disebut myofibril dengan diameter 1-2 mikrometer dimana terdapat pita bergaris
warna terang dan gelap. Pita A (anisotropik) merupakan pita gelap bersifat bias
ganda pada cahaya terpolarisasi dan pita I (isotropic) merupakan pita terang
bersifat tidak merubah cahaya. Miofibril terdiri atas beberapa bagian sarkomer
yang merupakan sub unit terkecil dari susunan kontraktil. Tiap sarkomer terdiri
dari satu garis Z (terdapat antara pita I). Sedangkan zone H yaitu pita terang yang
terdapat antara pita A.
C. Fisiologi kontraksi otot
Miofibril mengandung sedikitnya 4 protein yaitu tropomyosin (menghambat
kontraksi otot pada pita I), troponin (terdapat pada pita I), actin (bertanggung
jawab atas kontraksi dan relaksasi otot) dan myosin (bertanggung jawab kontraksi
dan relaksasi otot yang bersifata ensimatik dan ATP-ase terdapat pada pita A).
Fungsi otot adalah kontraksi. Ini dihasilkan oleh suatu proses yang kompleks yang
dipengaruhi oleh impuls saraf yang berasal dari serat otot. Ion kalsium dilepaskan
bila ada impuls, mengikat pada troponin (suatu inhibitor pada interaksi myosin
actin). Sekali troponin diikat maka akan terjadi interaksi myosin actin dan
sarkomer pada miofibril akan berkontraksi. Energi untuk kontraksi otot disuplay
melalui pemecahan ATP, merupakan suatu susbstansi sel otot yang menghasilkan
gabungan ADP

dengan kreatinin fosfat. Relaksasi otot terjadi bila kalsium

dipisahkan dari troponin. Berikut gambar tentang mekanisme kontraksi otot :


D. Type kontraksi
Kontraksi otot skeletal terjadi jika mereka dirangsang. Ada beberapa type
kontraksi yaitu :
1. Tonik. Kontraksi parsial yang terus menerus untuk mempertahankan postur
2. Isotonik. Kontraksi dimana tension (tegang) dari otot tidak diubah tetapi
panjang otot berubah (memendek)
3. Isometrik. Ketegangan otot yang meningkat tetapi otot tidak memendek.
4. Twitch. Reaksi yang tersentak sentak terhadap stimulus tunggal.
5. Tetanik. Seperti twitch tetapi dihasilkan oleh suatu seri stimulus yang tepat.
6. Treppe. Kontraksi twitch yang lebih kuat.

7. Fibrilasi. Kontraksi yang tidak sinkron pada serat otot.


8. Konvulsi. Kontraksi tetanik abnormal yang tidak terkoordinasi yang terjadi
pada berbagai kelompok otot.
Kontraksi serabut otot dapat menghasilkan kontraksi isotonik maupun isometrik.
Pada kontraksi isometrik, panjang otot tetap konstan tetapi tenaga yang dihasilkan oleh
otot meningkat ; contohnya adalah bila kita mendorong dinding yang tak dapat
digerakkan. Kontraksi isotonik, sebaliknya, ditandai dengan pemendekan otot tanpa
peningkatan tegangan dalam otot contohnya adalah fleksi lengan atas. Pada aktivitas
normal, kebanyakan gerakan otot adalah kontraksi isotonik dan isometrik. Misalnya
ketika berjalan, kontraksi isotonik menyebabkan pemendekan tungkai, dan selama
kontraksi isotonik kekakuan tungkai akan mendorong lantai. Tonus otot. Otot yang
sedang relaksasi menunjukkan suatu keadaan yang selalu siap untuk berespons
terhadap setiap rangsangan kontraksi. Keadaan yang selalu siap ini dikenal sebagai
tonus otot dan disebabkan karena tetap terjaganya beberapa saraf otot dalam keadaan
kontraksi. Organ indra dalam otot ( spindel otot) selalu memantau tonus otot. Tonus
otot menjadi paling minim saat tidur dan meningkat ketika seseorang dalam keadaan
cemas. Otot yang tonusnya kurang dari normal disebut flaksid; otot yang tonusnya
lebih tinggi dari normal spastik. Pada kerusakan lower motor neuon (misal. Polio), otot
yang mengalami denervasi akan menjadi atonik (lunak dan menggelambir) dan atrofi.
3.Kerja Otot
Otot mampu melakukan gerakan dengan hanya kontraksi. Melalui koordinasi
kelompok-kelompok otot , tubuh mampu melakukan berbagai macam gerakan.
Penggerak utama adalah otot yang menyebabkan gerakan tertentu. Otot yang membantu
pergerakan utama dinamakan sinergis. Otot yang menyebabkan gerakan yang
berlawanan dengan penggerak utama dikenal sebagai antagonis. Otot antagonis harus
rileks untuk memberi kesempatan penggerak utama untuk berkontraksi, menghasilkan
gerakan. Misalnya, ketika kontraksi bisep menyebabkan fleksi sendi siku, bisep
merupakan penggerak utama dan trisep sebagai antagonis. Bila otot mengalami
paralisis, orang tetap dapat memperoleh kembali fungsi otot melalui kelompok sinergis

untuk mengkoordinasi sedemikian rupa untuk menghasilkan gerakan yang diinginkan.


Penggerak sekunder kemudian menjadi penggerak utama.
Gerakan tubuh yang dapat dihasilkan oleh kontraksi otot sangat banyak. Fleksi
ditandai dengan adanya lipatan pada sendi (misal. siku). Gerakan nyang berlawanan
adalah ekstensi, atau peluru sendi. Abduksi adalah gerakan yang menjauhkan diri dari
setengah tutbuh. Gerakan yang mendekati garis setengah tubuh adduksi. Rotasi adalah
gerakan memutar pada sumbu tertentu misal. Sendi bahu. Sirkumduksi adalah gerakan
ibu jari yang berbentuk corong. Gerakan khusus tubuh meliputi supinasi (membalik
telapak tangan keatas), pronasi (membalik telapak tangan keatas), inversi (memutar
telapak kaki kedalam), eversi (lawan gerakan inversi), protraksi (menarik dagu ke
depan), dan retraksi (menarik dagu ke belakang).
5. Latihan, Disuse, dan Perbaikan
Otot harus selalu dilatih untuk menjaga fungsi dan kekuatannya. Bila otot
berulang-ulang mancapai tegangan maksimum atau mendekati maksimum selama
waktu yang lama, seperti pada latihan beban teratur, maka irisan melintang otot akan
membesar (hipertrofi). Ini disebabkan karena penambahan ukurab masing-masing
serat otot tanpa peningkatan jumlah serta otot. Hipertrofi hanya bisa dipertahankan
selama latihan dilanjutkan.
Fenomena sebaliknya bila terjadi disus otot dalam waktu yang lama. Pengecilan
ukuran otot dinamakan atrofi. Tirah baring dan immobilisasi akan menyebabkan
kehilangan massa dan kekuatan otot. Bila immbobilisasi karena suatu modalitas
penanganan (misal. Pada gips dan traksi), kita dapat mengurangi efek immbolitas
pasien dengan latihan isometrik otot-otot dibagian yang diimobilisasi. Latihan
kuadriseps ( mengencangkan otot paha) dan latihan gluteal (mengencangkan otot
bokong) dapat membantu mempertahankan kelompok otot besar yang penting untuk
berjalan. Latihan aktif dan beban berat badan pada bagian tubuh yang tidak mengalami
cedera dapat mencegah terjadinya atrofi otot. Ketika otot mengalami cedera, harus
diistirahatkan dan immobilisasi sampai terjadi perbaikan . otot yang sudah sembuh
kemudian harus dilatih secara progresif untuk mencapai kemampuan fungsional dan
kekutatan seperti sebelum cedera.
E. Sirkulasi pada otot

Efisiensi kontraksi otot tergantung pada suplay darah yang adekuat ke dan dari
serat serat otot dimana otot skeletal pembuluh darahnya banyak. Produk sisa dari
perubahan kimia yang terjadi selama kontraksi otot harus ditransportasi ke penyelaras
untuk disintesa ulang. Bila sisa produk tidak dapat dikeluarkan maka otot menjadi
lelah dan terjadi nyeri. Oksigen harus ditranspor ke serat otot untuk mendukung kerja
kontraksi otot. Bila tidak adekuat maka kerja otot menurun seperti pada kondisi
anemia atau trauma dimana sirkulasi serat otot terputus.
F. Inervasi otot (rangsangan pada otot)
Kontraksi otot yang adekuat juga tergantung pada efektifnya inervasi otot. Serebelum
merupakan penanggung jawab utama. Setiap sel otot disuplay akson pada satu sel
saraf. Sel saraf mentransmisikan impuls ke otot skeletal yang dikenal dengan neuron
motor somatik. Aktivitas neuron dan sel otot disebut unit motor. Akson pada satu
neuron motor somatic terdiri atas beberapa branches dan kemudian inervasi ke
sejumlah sel-sel otot. Kontraksi otot merupakan suatu set dengan pelepasan asetilkolin
yaitu bahan kimia yang terkandung dalam vesikel (gelembung) kecil yang berada pada
terminal akson. Bila asetilkolin kontak dengan sarkolema maka akan merangsang
terjadinya kontraksi. Reaksi ini dikenal dengan motor end-plate atau neurmuscular
junction, dimana otot dan saraf kontak. Gangguan pada system saraf di tingkat
serebrospinal atau pada beberapa tempat lewatnya saraf akan menyebabkan
disfungsinya muscular.
3. Sistem Persendian
Artikulasi atau sendi adalah hubungan antara dua tulang yang berdekatan. Sendi
di klasifikasikan sesuai dengan struktur (berdasarkan ada tidaknya rongga persendian
diantara tulang-tulang yang berartikulasi dan jenis jaringan ikat yang berhubungan
dengan persendian tersebut), danmenurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah
gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).
a) Klasifikasi struktural persendian :
1. Sendi fibrosa
Tulang-tulang dihubungkan oleh serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini
biasanya terikat mis, sutura tulang tengkorak. Kadang sendi dapat sedikit
bergerak.

2. Sendi kartilago
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan
fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago mis, antara korpus vertebra dan
simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
3. Sendi synovial
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umm. Sendi ini biasanya memungkinkan
gerakan yang bebas (misalnya : lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll) tetapi
beberapa sendi synovial secara relative tidak bergerak (misalnya : sendi
sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan
membrane synovial tipis. Membrane ini menskresi cairan synovial kedalam
ruang sendi untuk melumasi sendi. Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago
artikular halus dan keras dimana permukaan ini berhubungan dengan tulang.
Pada beberapa sendi terdapat satu sabit kartilago fibrosa yang sebagian
memisahkan tulang-tulang sendi (misalnya : lutut, rahang)
Klasifikasi fungsional persendian
1. Sendi sinartrosis atau sendi mati. Secara structural, persendian ini
dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.
2. Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat
dan hanya ditemukan pada tulang tengkorak.
3. Sinkondrosis adalah sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan
kartilago hialin.
4. Amfiartrosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan sebagai respons terhadap torsi dan kompresi.
5. Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus
kartilago,yang menjadi bantalan sendi yang memungkinkan terjadinya
sedikit gerakan.
6. Gomposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas
dalam kantong tulang, seperti pada gigi yang tertanam pada alveoli.
7. Diartrosis adalah sendi yang bergerak bebas,disebut juga sendi synovial.
Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan synovial, suatu kapsul
sendi (artikular) yang menyambung kedua tulang, dan ujung tulang pada
sendi synovial dilapisi kartilago artikular.

b) Ciri ciri sendi diartrosis


a. Pada setiap sendi bagian ujung sendi ditutupi oleh tulang rawan hialin yang
halus, dilapisi oleh selubung fibrus kapsul sendi
b. Kapsul dilapisi oleh membran sinovial yang mensekresi cairan pelumas dan
peredam getaran dalam kapsul sendi (cairan synovial), sehingga tidak terjadi
kontak/sentuhan antar permukaan tulang
c. Untuk membentuk sendi maka antar tulang dihubungkan dengan ligamen (pita
jaringan ikat fibrus)
d. Ligamen dan tendon otot yang melintasi sendi sehingga jaga kestabilan sendi
c) Jenis jenis sendi diartrosis
a. Sendi Peluru
Kepala sendi yang bulat tepat masuk di dalam rongga cawan sendi
sehingga memungkinkan gerakan bebas penuh. Contoh: Sendi panggul dan
bahu
b. Sendi Engsel/Hinge
Sumbu gerak tegak lurus pada arah panjang tulang sehingga arah
gerak hanya pada satu arah. Contoh: Siku dan lutut
c. Sendi Pelana
Permukaan sendi berbentuk pelana, arah sumbu yang satu
permukaan cembung dalam arah sumbu yang lain cembung. Contoh: Pada
dasar ibu jari
d. Sendi Pivot / Kisar
Gerakan rotasi sesuai dengan arah panjang tulang untuk melakukan
aktivitas.
Contoh: Sendi antara radius dan ulna (untuk membuka pintu)
e. Sendi Peluncur
Gerakan ke semua arah dan contohnya adalah sendi-sendi tulang
karpalia di pergelangan tangan.
f. Sendi Kondiloid
Mirip sendi engsel, tetapi dapat bergerak dalam dua bidang, lateral
ke belakang dan ke depan sehingga flexi, extensi, abduksi, adduksi (ke
samping) Contoh: Temporomandibula
4. Kartilago
Kartilago merupakan suatu material yang terdiri dari serat-serat yang kuat tapi
fleksibel dan avaskuler. Zat mencapai kartilago melalui difusi dari kapiler yang berada di
perikondrium (jaringan fibrous yang menutupi kartilago) atau melalui cairan sinovial.

Yang membentuk kartilago adalah fibrous, hyaline dan elastic. Fibrokartilago ditemukan
pada intervertebral disk, artikular atau hyaline lembut, putih yang menutupi permukaan
tulang. Elastic kartilago bias ditemukan pada telinga luar.
5. Ligamen
Ligament merupakan ikatan jaringan konektif fibrous yang lentur dan keras.
Mereka menghubungkan ujung artikular dan memberikan kestabilan. Misalnya ligamen
kolateral medial dan lateral lutut memberikan kestabilan mediolateral terhadap sendi
lutut. Ligamen bisa berhubungan dengan jaringan lunak untuk menopangnya misalnya
ligamen ovary yang menghubungkan ujung tuba ovary dengan peritoneum.
6. Tendon
Tendon merupakan ikatan jaringan fibrous yang membentuk akhir dari suatu otot dan
menempel pada tulang.
2.5.2

Pokok Bahasan Pengantar Range Of Motion (ROM)


(sesuai dengan pokok bahasan yang seperti diatasnya)

2.6 Senarai (istilah istilah )


Anterior : depan
Posterior : belakang
Superior : atas
Inferior : bawah
Caudal : ke arah tulang ekor
Kranial : ke arah kepala/otak
2.7 Daftar Pustaka

1. Ganong, William.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20.Jakarta : EGC


2. Guyton and Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC
3. Sloane, ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
4. Syaifuddin.1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC
5. Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai