Anda di halaman 1dari 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik 1.

Pengertian
Penyesuaian Diri Menurut Schneiders (dalam Patosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan
kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk
mengembangkan mekanisme psikologi yang tepat. Sawrey dan Telford (dalam Colhoun &
Acocella, 1990) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai interaksi terus-menerus antara
individu dengan lingkungannya yang melibatkan sistem behavioral, kognisi, dan emosional.
Dalam interaksi tersebut baik individu maupun lingkungan menjadi agen perubahan.
Penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi yang kontiniu dengan diri sendiri, dengan
orang lain dan dengan dunia. Ketiga faktor ini secara konsisten mempengaruhi seseorang.
Hubungan ini bersifat timbal balik (Calhoun & Acocella, 1990). Dari pendapat para ahli di
atas, dapat di simpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam
menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan diri dan
lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan
lingkungannya. 2. Kriteria Penyesuaian Diri Penyesuaian diri berlangsung secara terusmenerus dalam diri individu dan lingkungan. Schneiders (1964) memberikan kriteria individu
dengan penyesuaian diri yang baik, yaitu sebagai berikut : a. Pengetahuan tentang
kekurangan dan kelebihan dirinya. b. Objektivitas diri dan penerimaan diri c. Kontrol dan
perkembangan diri Universitas Sumatera Utarad. Integrasi pribadi yang baik e. Adanya tujuan
dan arah yang jelas dari perbuatannya f. Adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang
adekuat g. Mempunyai rasa humor h. Mempunyai rasa tanggung jawab i. Menunjukkan
kematangan respon j. Adanya perkembangan kebiasaan yang baik k. Adanya adaptabilitas l.
Bebas dari respon-respon yang simtomatis atau cacat m. Memiliki kemampuan bekerjasama
dan menaruh minat terhadap orang lain n. Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan
bermain o. Adanya kepuasan dalam bekerja dan bermain p. Memiliki orientasi yang adekuat
terhadap realitas Individu dengan penyesuaian diri yang baik maka dia memiliki ciri-ciri
penyesuaian diri yang baik tersebut secara terus menerus di dalam hidupnya. 3. Aspek-aspek
Penyesuaian Diri Schneiders (1964) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri yang baik
meliputi enam aspek sebagai berikut : a. Tidak terdapat emosionalitas yang berlebih Aspek
pertama menekankan kepada adanya kontrol dan ketenangan emosi individu yang
memungkinkannya untuk menghadapi permasalahan secara inteligen dan dapat menentukan
berbagai kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Bukan berarti tidak ada
emosi sama sekali, tetapi lebih kepada kontrol emosi ketika menghadapi situasi tertentu.
Universitas Sumatera Utarab. Tidak terdapat mekanisme psikologis Aspek kedua menjelaskan
pendekatan terhadap permasalahan lebih mengindikasikan respon yang normal dari pada

penyelesaian masalah yang memutar melalui serangkaian mekanisme pertahanan diri yang
disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi. Individu dikategorikan normal jika
bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan. Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian jika individu
mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga untuk dicapai. c.
Tidak terdapat perasaan frustrasi personal Penyesuaian dikatakan normal ketika seseorang
bebas dari frustasi personal. Perasaan frustasi membuat seseorang sulit untuk bereaksi secara
normal terhadap situasi atau masalah. Individu yang mengalami frustrasi ditandai dengan
perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit bagi individu untuk mengorganisir
kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang
menuntut penyelesaian. d. Kemampuan untuk belajar Proses dari penyesuaian yang normal
bisa diidentifikasikan dengan pertumbuhan dan perkembangan dalam pemecahan situasi yang
penuh dengan konflik, frustasi atau stres. Penyesuaian normal yang ditunjukkan individu
merupakan proses belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil dari
kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres. e. Pemanfaatan pengalaman masa lalu
Dalam proses pertumbuhan dan perubahan, penggunaan pengalaman di masa lalu itu penting.
Ini merupakan salah satu cara dimana organism belajar. Individu dapat menggunakan
pengalamannya maupun pengalaman orang lain melalui proses belajar. Universitas Sumatera
UtaraIndividu dapat melakukan analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang membantu dan
mengganggu penyesuaiannya. f. Sikap realistik dan objektif Penyesuaian yang normal secara
konsisten berhubungan dengan sikap realistik dan objektif. Sikap yang realistik dan objektif
adalah berdasarkan pembelajaran, pengalaman masa lalu, pemikiran rasional mampu menilai
situasi, masalah atau keterbatasan personal seperti apa adanya. Sikap yang realistik dan
objektif bersumber pada pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan
keterbatasan individu sesuai dengan kenyataan sebenarnya. g. Pertimbangan rasional dan
pengarahkan diri Individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan
terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasi pikiran, tingkah laku dan
perasaan untuk memecahkan masalah, dalam kondisi sulit sekalipun menunjukkan
penyesuaian yang normal. Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik
apabila individu dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang
menimbulkan konflik. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri Sawrey dan
Telford (dalam Calhoun & Acocella, 1995) mengemukakan bahwa penyesuaian bervariasi
sifatnya, apakah sesuai atau tidak dengan keinginan sosial, sesuai atau tidak dengan
keinginan personal, menunjukkan konformitas sosial atau tidak, dan atau kombinasi dari

beberapa sifat di atas. Sawrey dan Telford lebih jauh lagi mengemukakan bahwa penyesuaian
yang dilakukan tergantung pada sejumlah faktor yaitu pengalaman terdahulu, sumber
frustrasi, kekuatan motivasi, dan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah.
Universitas Sumatera UtaraMenurut Schneiders (1964) faktor-faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri adalah: a. Keadaan fisik Kondisi fisik individu merupakan faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan
syarat bagi terciptanya penyesuaian diri yang baik. Adanya cacat fisik dan penyakit kronis
akan melatarbelakangi adanya hambatan pada individu dalam melaksanakan penyesuaian
diri. b. Perkembangan dan kematangan Bentuk-bentuk penyesuaian diri individu berbeda
pada setiap tahap perkembangan. Sejalan dengan perkembangannya, individu meninggalkan
tingkah laku infantil dalam merespon lingkungan. Hal tersebut bukan karena proses
pembelajaran semata, melainkan karena individu menjadi lebih matang. Kematangan
individu dalam segi intelektual, sosial, moral, dan emosi mempengaruhi bagaimana individu
melakukan penyesuaian diri. c. Keadaan psikologis Keadaan mental yang sehat merupakan
syarat bagi tercapainya penyesuaian diri yang baik, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya
frustrasi, kecemasan dan cacat mental akan dapat melatarbelakangi adanya hambatan dalam
penyesuaian diri. Keadaan mental yang baik akan mendorong individu untuk memberikan
respon yang selaras dengan dorongan internal maupun tuntutan lingkungannya. Variabel yang
termasuk dalam keadaan psikologis di antaranya adalah pengalaman, pendidikan, konsep diri,
dan keyakinan diri. d. Keadaan lingkungan Keadaan lingkungan yang baik, damai, tentram,
aman, penuh penerimaan dan pengertian, serta mampu memberikan perlindungan kepada
anggota-anggotanya merupakan lingkungan yang akan memperlancar proses penyesuaian
diri. Sebaliknya apabila individu Universitas Sumatera Utaratinggal di lingkungan yang tidak
tentram, tidak damai, dan tidak aman, maka individu tersebut akan mengalami gangguan
dalam melakukan proses penyesuaian diri. Keadaan lingkungan yang dimaksud meliputi
sekolah, rumah, dan keluarga. Sekolah bukan hanya memberikan pendidikan bagi individu
dalam segi intelektual, tetapi juga dalam aspek sosial dan moral yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Sekolah juga berpengaruh dalam pembentukan minat, keyakinan,
sikap dan nilai-nilai yang menjadi dasar penyesuaian diri yang baik (Schneiders, 1964).
Keadaan keluarga memegang peranan penting pada individu dalam melakukan penyesuaian
diri. Susunan individu dalam keluarga, banyaknya anggota keluarga, peran sosial individu
serta pola hubungan orang tua dan anak dapat mempengaruhi individu dalam melakukan
penyesuaian diri. Keluarga dengan jumlah anggota yang banyak mengharuskan anggota
untuk menyesuaikan perilakunya dengan harapan dan hak anggota keluarga yang lain. Situasi

tersebut dapat mempermudah penyesuaian diri, proses belajar, dan sosialisasi atau justru
memunculkan persaingan, kecemburuan, dan agresi. Setiap individu dalam keluarga
memainkan peran sosial sesuai dengan harapan dan sikap anggota keluarga yang lain. Orang
tua memiliki sikap dan harapan supaya anak berperan sesuai dengan jenis kelamin dan
usianya. Sikap dan harapan orang tua yang realistik dapat membantu remaja mencapai
kedewasaannya sehingga remaja dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan tanggung
jawab. Sikap orang tua yang overprotektif atau kurang peduli akan menghasilkan remaja
yang kurang mampu menyesuaikan diri. Hubungan anak dengan orang tua dapat
mempengaruhi penyesuaian diri. Penerimaan orang tua terhadap remaja memberikan
penghargaan, rasa aman, kepercayaan diri, afeksi pada remaja yang mendukung penyesuaian
diri dan stabilitas mental. Sebaliknya, penolakan orang tua menimbulkan permusuhan dan
kenakalan remaja. Identifikasi anak pada orang tua juga mempengaruhi penyesuaian diri.
Universitas Sumatera UtaraApabila orang tua merupakan model yang baik, identifikasi akan
menghasilkan pengaruh yang baik terhadap penyesuaian diri. e. Tingkat religiusitas dan
kebudayaan Religiusitas merupakan faktor yang memberikan suasana psikologis yang dapat
digunakan untuk mengurangi konflik, frustrasi dan ketegangan psikis lain. Religiusitas
memberi nilai dan keyakinan sehingga individu memiliki arti, tujuan, dan stabilitas hidup
yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam hidupnya
(Schneiders, 1964). Kebudayaan pada suatu masyarakat merupakan suatu faktor yang
membentuk watak dan tingkah laku individu untuk menyesuaikan diri dengan baik atau justru
membentuk individu yang sulit menyesuaikan diri. 5. Penyesuaian Diri Masa Dewasa Madya
Masalah-masalah tertentu yang timbul pada tiap tahap kehidupan membutuhkan penyesuaian
diri. Penyesuaian diri yang yang terlibat lebih sulit dari tahap kehidupan yaitu pada masa
dewasa madya. Menurut Hurlock (1998) penyesuaian sebagai orangtua yang memiliki anak
remaja, pola kehidupan keluarga yang semakin kompleks, munculnya perubahan perubahan
jasmani dan mental merupakan masalah-masalah yang timbul pada masa dewasa madya.
Terlebih lagi jika individu tersebut dihadapi pada keadaan yang mengharuskannya menjadi
orangtua tunggal karena kehilangan pasangan, baik karena bercerai maupun karena kematian
pasangan B. PERUBAHAN FISIK 1. Pengertian Perubahan Fisik Merill & Verbrugge (dalam
Papalia, 2008) mengatakan beberapa perubahan fisiologis merupakan akibat dari usia dan
genetik, faktor perilaku dan gaya hidup yang dimulai dari masa muda dapat mempengaruhi
kecenderungan, penentuan waktu, dan luas perubahan fisik. Universitas Sumatera
UtaraUntuk alasan yang sama, kebiasaan kesehatan dan gaya hidup pada masa paruh baya
mempengaruhi apa yang terjadi pada tahun-tahun berikutnya. Orang-orang yang membatasi

keterpaparan diri mereka terhadap matahari dapat meminimalisir kerut dan menghindari
kanker kulit, dan orang yang aktif secara fisik dapat mempertahankan kekuatan otot prediktor
yang sangat kuat terhadap kondisi fisik di usia tua, Rantanen ( dalam papalia, 2008). 2. Ciri
Ciri Perubahan Fisik a. Kinerja sensori dan psikomotor Masalah penglihatan yang berkaitan
dengan usia sebagain besar terjadi pada lima daerah : near, vision, dynamic vision, sensitivity
to light, visual search ( misalnya, menemukan lokasi sinyal), dan kecepatan memproses
informasi visual, Kline (dalam Papalia, 2008). Umumnya adalah sedikit kemunduran dalam
visual acuity : atau ketajaman pendengaran. Karena perubahan pada pupil mata, orang
orang usia pertengahan membutuhkan cahaya yang lebih cerah untuk mengompensasi
penurunan tingkat cahaya yang dapat mencapai retina, Belbin (dalam Papalia, 2008). Banyak
orang usia 40 dan lebih tua memerlukan kacamata baca karena prebyopia (rabun jauh),
penurunan kemampuan untuk fokus pada objek dekat kondisi yang dikaitkan dengan usia.
Myopia juga meningkatkan pada usia pertengahan, Merill & Verbrugge (dalam Papalia,
2008) . Bifocal dan trifocal kacamata yang lensa bacanya digabung dengan lensa untuk
pandangan jauh membantu mata menyesuaikan antara objek dekat dan jauh. Orang dewasa
mulai kehilangan sensitivitas seutuhnya setelah usia 45 tahun, dan terdapat rasa sakit setelah
usia 50 tahun. Akan tetapi, rasa sakit berfungsi sebagai proteksi terus bertahan, walaupun
orang-orang merasa kurang sakit, akan tetapi mereka semakin tidak mampu menoleransinya,
Katchadourian (dalam Papalia, 2008). Kekuatan dan koordinasi menurun secara perlahan dari
puncak sepanjang usia dua puluhan. Sebagian kehilangan kekuatan otot mulai terlihat pada
usia 45 tahun, 10 persen 15 Universitas Sumatera Utarapersen dari kekuatan maksimum
mungkin menghilang pada usia 60. Kebanyakan orang memerhatikan bahwa pelemahan
pertama terjadi pada otot betis luar dan dalam lalu kemudian pada lengan dan bahu dua
bagian yang terakhir baru akan terjadi ketika memasuki usia 60-an. Alasan hilangnya
kekuatan ini adalah hilangnya serat otot yang digantikan oleh lemak. Pada usia paruh baya
lemak tubuh yang hanya merupakan 10 persen dari berat tubuh sepanjang masa remaja
mencapai paling tidak 20 persen, Katchadourian (dalam Papalia 2008). Akan tetapi terdapat
perbedaan individu besar disana, dan menjadi semakin besar pada setiap dekade yang berlalu
(Spirduso & MacRae, 1990; Vercruyssen, 1997) (dalam Papalia, 2008). Latihan beban dapat
mencegah kehilangan tersebut dan bahkan mengembalikan kekuatan tersebut, Whitbourne
(dalam Papalia, 2008). b. Perubahan Struktur dan Sistemik Perubahan fisik berkaitan dengan
tingkat penggantian yang melambat, rambut tanpak semakin tipis dan keabu-abuan seiring
dengan menurunnya reproduksi melanin yang merupakan agen pigmen. Orang-orang
bekeringat semakin sedikit karena jumlah kelenjar keringat menurun. Mereka cenderung

menambah berat badan karena akumulasi lemak tubuh, dan kehilangan tinggi badan karena
pengerutan cakram tulang belakang (Intervertebral disc), Merrill & Verbrugge (dalam
Papalia, 2008). Densitas tulang umumnya mencapai puncak pasa usia dua puluh atau tiga
puluhan. Setelah itu, orang biasanya akan mengalami kehilangan jaringan tulang beriringan
semakin banyaknya kalsium yang diserap ketimbang yang diganti, menyebabkan tulang
menjadi semakin tipis dan rapuh. Kehilangan tulang mengalami percepatan pada usia lima
puluh dan enam puluhan, hal tersebut terjadi dua kali lebih cepat pada wanita dibandingkan
pria, dan terkadang mengarah pada osteoporosis Merrill & Verbgrugge, (dalam Papalia 2008)
Universitas Sumatera Utarac. Seksual dan Kinerja Reproduksi Menopause, terjadi ketika
wanita berhenti berovulasi dan menstruasi, dan tidak lagi dapat hamil. Kondisi ini biasanya
terjadi satu tahun setelah periode menstruasi terakhir terjadi. Dalam perbandingannya satu
banding empat, kondisi ini terjadi antara usia 45 dan 55, rata-rata terjadi pada usia 50 atau 51
tahun (Papalia 2008). 4. Tanda tanda perubahan fisik Usia Dewasa Adapun tanda-tanda
perubahan fisik usia dewasa menurut Papalia (2008) : a. Berat badan bertambah Selama usia
madya lemak mengumpulkan terutama sekitar perut dan paha. b. Berkurangnya rambut dan
beruban Rambut pada pria yang berusia dewasa mulai jarang, menipis, dan terjadi kebotakan
pada bagian atas kepala. Rambut di hidung, telinga dan bulu mata menjadi lebih kaku.
Sedangkan rambut pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang subur. Rambut wanita
semakin tipis dan rambut di atas bibir atas dan dagu bertambah banyak. Baik rambut pria
maupun rambut wanita mulai memutih mejelang usia lima puluh tahunan, dan beberapa
orang sudah beruban sebelum berusia madya. c. Perubahan pada kulit Kulit pada wajah,
leher, lengan dan tangan menjadi lebih kering dan keriput. Kulit dibagian bawah mata
menggembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan
jelas. Warna merah kebiruan sering muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk. Universitas
Sumatera Utarad. Tubuh menjadi gemuk Bahu seringkali berbentuk bulat, dan terjadi
pengemukan seluruh tubuh yang membuat perut kelihatan menonjol sehingga seseorang
kelihatan lebih pendek. e. Perubahan otot Umumya otot orang yang berusia madya menjadi
lembek dan mengendur disekitar dagu. Pada lengan bagian atas, dan perut. f. Masalah
Persendian Beberapa orang berusia madya mempunyai masalah pada persendian, tungkai dan
lengan yang membuat mereka sulit berjalan dan memegang benda yang jarang sekali
ditemukan pada orang-orang muda. g. Perubahan pada gigi Gigi menjadi kuning dan harus
lebih sering diganti, sebagainya atau seluruhnya dengan gigi palsu. h. Perubahan pada mata
Mata kelihatan kurang bersinar daripada ketika mereka masih muda, dan cenderung
mengeluarkan kotoran mata yang menumpuk di sudut mata. i. Perubahan seksual Bagi wanita

pada masa ini wanita memasuki menopause atau perubahan hidup, dimana masa menstruasi
berhenti, dan merasa kehilangan kemampuan memelihara anak. Sedangkan pada pria
mengalamai masa klimakterik pria. C. Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Salah
satu dari sekian banyak penyesuaian yang sulit pria dan wanita berusia madya adalah
mengubah penampilan. Mereka harus benar-benar menyadari bahwa fisiknya sudah tidak
mampu berfungsi sama seperti sediakala pada saat mereka kuat. Mereka yang berusia
Universitas Sumatera Utaramadya harus seperti sediakala pada saat mereka kuat. Mereka
yang berusi madya harus dapat meneriman kenyataan bahwa kemampuan reproduksi sudah
berkurang atau akan berakhir, dan bahkan mungkin mereka akan kehilangan dorongan seks
serta daya tarik seksual. Seperti anak-anak puber yang pada masa kanak-kanaknya berurusan
tentang akan jadi apa mereka dan bagaimana penampilannya bila mereka sudah besar dan
siapan yang kemudian menyesuaiakan diri sehingga realitas penampilan mereka bila tidak
bertumbuh sesuai dengan harapan mereka, demikian juga orang berusia madya harus
mengesankan diri terhadap perubahan-perubahan yang tidak mereka sekai dan yang
menandai tibanya usia tua mereka. Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik terasa sulit
karena adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang menguntungkan semakin
diintensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang menyenangkan terhadap perubahan
normal yang muncul bersama pada tahuntahun selanjutnya Hurlock (1999). Perubahan fisik
yang terpenting pada masa dewasa madya adalah menyesuaiakan diri terhadap perubahan
dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan indera, perubahan pada keberfungsian
fisiologis, perubahan pada kesehatan, perubahan seksual Hurlock (1999). D. Dewasa Madya
1. Pengertian Dewasa Madya Kata adult berasal dari bahasa Latin, yang berarti tumbuh
menjadi dewasa, jadi orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang
dewasa lainnya Hurlock (1999). Setiap kebudayaan memiliki perbedaan tersendiri dalam
memberikan batasan usia kapan seseorang dikatakan dewasa. Pada sebagaian besar
kebudayaan kuno, status ini tercapai apabila pertumbuhan pubertas sudah selesai atau hampir
selesai dan apabila organ reproduksi anak sudah berkembang dan mampu berproduksi.
Hurlock (1999) membedakan masa dewasa dalam 3 bagian, yaitu: Universitas Sumatera
Utara1. Masa dewasa dini (18 40 tahun ) Masa ini ditandai dengan perubahan-perubahan
fisik dan psikologis yang disertai berkurangnya kemampuan produktif. 2. Masa dewasa
madya (40 60 tahun) Masa menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang tampak jelas
pada setiap orang. 3. Masa dewasa lanjut (Usia lanjut) Dimulai dari usia 60 tahun sampai
kematian. Pasa masa ini kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun, tetapi teknik

pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian serta dandanan memungkinkan pria
dan wanita berpenampilan, bertindak, dan berperasaan seperti saat mereka masih lebih muda.
2 Karakteristik Dewasa Madya Seperti halnya setiap periode dalam rentang kehidupan, usia
madya pun diasosiasikan dengan karakteristik tertentu yang membuat berbeda. Berikut ini
akan diuraikan sepuluh karakteristik dewasa Hurlock (1998). 1. Periode yang sangat ditakuti
Terdapatnya kepercayaan tradisional dimana pada masa ini terjadi kerusakan mental, fisik
dan reproduksi yang berhenti serta merasakan bahwa pentingnya masa muda. 2. Masa transisi
Perubahan pada ciri dan perilaku masa dewasa madya yaitu perubahan pada ciri jasmani dan
perilaku baru. Pada pria terjadi perubahan keperkasaan dan pada wanita terjadi perubahan
kesuburan atau menopause. 3. Masa stres Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola
hidup yang berubah terutama karena perubahan fisik dimana terjadi pengrusakan homeostatis
fisik dan psikologis. Universitas Sumatera UtaraPada wanita terjadi pada usia 40-an yaitu
masuk menopause anak-anak meninggalkan rumah dan pada pria terjadi pada usia 50-an saat
masuk pensiun. 4. Usia yang berbahaya Terjadi kesulitan fisik dimana usia ini banyak
bekerja, cemas yang berlebihan, kurang perhatian terhadap kehidupan dimana hal ini dapat
menganggu hubungan suami-isteri dan bisa terjadi perceraian, gangguan jiwa, alkoholisme,
pecandu obat, hingga bunuh diri. 5. Usia canggung Serba canggung karena bukan muda
lagi dan bukan juga tua. Kelompok usia madya seolah berdiri di antara generasi pemberontak
yang lebih muda dan generasi senior. 6. Masa berprestasi Sejalan dengan masa produktif
dimana terjadi puncak karir. Menurut Erikson, usia madya merupakan masa krisis yaitu
generativity (cenderung untuk menghasilkan), stagnasi (cenderung untuk tetap berhenti) dan
dominan terjadi hingga menjadi sukses atau sebaliknya. Peran kepemimpinan dalam
pekerjaan merupakan imbalan atau prestasi yang dicapai yaitu generasi pemimpin. 7. Masa
evaluasi Terutama terjadi evaluasi diri. Jika berada pada puncak evaluasi maka terjadi
evaluasi prestasi. 8. Dievaluasi dengan standar ganda a. Aspek yang berkaitan dengan
perubahan jasmani yaitu rambut menjadi putih, wajah keriput, otot pinggang mengendur. b.
Cara dan sikap terhadap usia tua yaitu tetap merasa muda dan aktif tetapi menjadi tua dengan
anggun, lambat, hati-hati hidup dengan nyaman. 9. Masa sepi Universitas Sumatera
UtaraMasa sepi atau empty nest terjadi jika anak-anak tidak lagi tinggal dengan orangtua.
Lebih terasa traumatik bagi wanita khususnya wanita yang selama ini mengurus pekerjaan
rumah tangga dan kurang mengembangkan minat saat itu. Pada pria mengundurkan diri dari
pekerjaan. 10. Masa jenuh Pada pria jenuh dengan kegiatan rutin dan kehidupan keluarga
dengan sedikit hiburan. Pada wanita jenuh dengan urusan rumah tangga dan membesarkan
anak-anak 3. Tugas-tugas Perkembangan pada Usia Dewasa Madya Havighurst (dalam

Hurlock, 1998) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah tuntutan yang diberikan
kepada individu oleh lingkungan atau masyarakat sekitar terhadap diri individu tersebut, yang
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Havigrust, dewasa
madya memiliki tugas perkembangan sebagai berikut: 1. Menerima dan menyesuaikan diri
dengan perubahan fisik dan fisiologis terjadi pada tahap ini 2. Membantu anak remaja belajar
menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia 3. Mengembangkan kegiatan
pengisi waktu senggang 4. Pasangan dianggap sebagai suatu individu 5. Mencapai tanggung
jawab umum dan sosial dan sebagai warganegara 6. Mencapai dan mempertahankan prestasi
yang memuaskan dalam karier bekerja 7. Menyesuikan diri dengan orang tua yang semakin
tua Havighurst (dalam Hurlock, 1998) membagi tugas perkembangan dewasa madya menjadi
4 kategori utama, yaitu Universitas Sumatera Utara1. Tugas yang berkaitan dengan
perubahan fisik menerima dan menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan fisik yang
normal terjadi pada masa usia madya 2. Tugas yang berkaitan dengan perubahan minat
mengasumsikan tanggungjawab warga negara dan sosial, mengembangkan minat pada waktu
luang yang berorientasi pada kedewasaan, pada kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada
keluarga yang biasa dilakukan pada masa dewasa dini 3. Tugas yang berkaitan dengan
penyesuaian kejuruan (pekerjaan) pemantapan dan pemeliharaan standar hidup yang relatif
mapan 4. Tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga berkaitan dengan pasangan,
menyesuikan diri dengan orang tua yang lanjut usia, dan membantu anak remaja menjadi
orang dewasa yang bertanggun jawab. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada 7
tugas perkembangan dewasa madya yaitu menerima dan menyesuaikan diri dengan
perubahan fisik dan fisiologis terjadi pada tahap ini, membantu anak remaja belajar menjadi
orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia, mengembangkan kegiatan pengisi waktu
senggang, pasangan dianggap sebagai suatu individu, mencapai tanggung jawab umum dan
sosial dan sebagai warganegara, mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan
dalam karier bekerja dan menyesuikan diri dengan orang tua yang semakin tua. Kemudian
dari tujuh tugas perkembangan usia madya dapat digolongkan menjadi empat kategori utama
yaitu tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik, tugas yang berkaitan dengan perubahan
minat, tugas yang berkaitan dengan penyesuaian kejuruan (pekerjaan) dan tugas yang
berkaitan dengan kehidupan keluarga Hurlock (1998). Universitas Sumatera UtaraD. Wanita
Bekerja 1. Pengertian Wanita Bekerja Tingginya tingkat pendidikan dewasa ini membuat
banyak wanita usia dewasa awal memasuki dunia profesionalisme dengan bekerja. Abad 21
juga dicirikan dengan persaingan di dunia kerja dan peluang tersebut sangat terbuka bagi para
wanita (Bhatnagar & Rajadhyaksha, 2001). Suryadi (dalam Anoraga, 2001) mengartikan

wanita bekerja sebagai wanita yang bekerja untuk menghasilkan uang atau lebih cenderung
pada pemanfaatan kemampuan jiwa atau karena adanya suatu peraturan sehingga
memperoleh kemajuan dan perkembangan dalam pekerjaan, jabatan, dan lain-lain. Wanita
bekerja adalah wanita yang berperan sebagai ibu dan bekerja diluar rumah untuk
mendapatkan penghasilan disamping berada dirumah dan membesarkan anak (Working
Mothers Forum, 2000). Maheshwari (1999) mengatakan bahwa wanita bekerja adalah wanita
yang pergi keluar rumah dan mendapatkan bayaran atau gaji. Berdasarkan uraian diatas
disimpulkan bahwa wanita bekerja adalah seorang ibu yang bekerja diluar rumah untuk
mendapatkan penghasilan atau gaji disamping berada dirumah untuk mengatur rumah tangga.
2. Faktor-Faktor yang Mendorong Wanita Bekerja Rini (2002) mengemukakan beberapa
faktor yang mendorong wanita bekerja di luar rumah, yaitu : 1. Kebutuhan Finansial Faktor
ekonomi umumnya menjadi alasan seorang wanita bekerja karena dengan penghasilan yang
diperoleh, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. 2. Kebutuhan Sosial-Relasional
Kebutuhan sosial-relasional merupakan kebutuhan akan penerimaan sosial, identitas sosial
yang diperoleh melalui komunitas kerja. Universitas Sumatera Utara3. Kebutuhan Aktualisasi
Diri Bekerja merupakan salah satu jalan untuk mengaktualisasikan diri, sesuai dengan
pendapat Maslow (dalam Rini, 2002) bahwa salah satu kebutuhan bagi manusia adalah
aktualisasi

diri.

Dengan

bekerja,

seseorang

dapat

bekerja,

berkreasi,

mencipta,

mengekspresikan diri, mengembangkan diri dengan orang lain, membagikan ilmu dan
pengalaman, menghasilkan sesuatu, mendapatkan penghargaan, penerimaan dan prestasi.
Bagi kebanyakan wanita yang mempunyai tanggung jawab ganda (tugas rumah tangga dan
pekerjaan di luar rumah), biasanya akan memperberatkan masalah hubungan keluarga.
Karena jumlah wanita sedikit dibandingkan dengan kondisi dimana pria lebih banyak bekerja
ini dikarena kan beberapa kondisi yang mempengaruhi wanita dalam bekerja (Hurlock,
1998). a. Kepuasan kerja Wanita yang menyukai pekerjaannya mereka akan dapat
menyesuaikan diri jauh lebih baik daripada mereka yang terpaksa melakukan pekerjaannya
karena tanggung jawab akan keluarga dan yang sekarang mereka terperangkap dalam
kerjanya. b. Kesempatan Promosi Setiap tahun, pada saat bekerja semakain mendekati masa
wajib pensiun, kesempatan bagi mereka untuk dpromosikan semakin sedikit dan mereka
lambat laun digeser dari posisi untuk memberi kesempatan kepada karyawan yang lebih
muda. Kondisi seperti ini mempunyai efek balik pada penyesuaian kerja. c. Harapan
Pekerjaan Bila masa pensium tiba, para pekerja usia madya menilai prestasi mereka diliat dari
prestasi mereka yang dahulu. Apakah menyenangkan atau tidak, penilaian ini mempunyai
efek pada penyesuaian pekerjaan. Universitas Sumatera Utarad.Sikap Pasangan Jikalau suami

tidak puas dengan status istrinya ditempat kerja, gajinya, atau bahwa kerjanya merampas
istrinyaa dari rumah sehingga suaminya kesepian, maka istrinya juga semakin tidak puas dan
senang. Wanita yang suaminya keberatan dan mengeluh terhadap keadaan mereka dirumah
bisa juga mengalami ketidakpuasan kerja. e. Sikap Terhadap Usaha Besar Pekerja yang
merasa bangga karena bekerja pada perusahaan besar, penuh prestige, penyesuaian terhadap
pekerjaan lebih baik, dibanding mereka menganggap dirinya hanya sebagai sekrup kecil dari
mesin yang besar. f. Sikap Terhadap Teman Sekerja Pekerja wanita dalam hal ini harus
menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar karena dalam sebuah pekerjaan akan dituntun
saling mendukung dan bekerja sama dengan teman sekerja. g. Relokasi Perasaan pekerja
yang harus dipindah ditempat atau pindah ke masyarakat lain dengan tujuan agar mereka
tetap bekerja pada pekerjaannya yang sekarang atau untuk dipromosikan pada kedudukan
yang lebih baik, akan mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap proses
penyesuaian pekerjaan. E. Wanita Tidak Bekerja 1. Pengertian Wanita Tidak Bekerja
Adiningsih (2004) mengatakan bahwa dalam UU Perkawaninan No.1/1974 pasal 31 ayat 3
menunjukkan bahwa seorang istri bertanggung jawab akan urusan rumah tangga, yang tidak
mneghasilkan, seingga ia tergantung pada hasil kerja suaminya. Menurut wikipedia (2006)
wanita tidak bekerja (hommaker / housewife) adalah wanita yang memiliki pekerjaan utama
untuk menjaga atau merawat keluarga dan rumah, suatu Universitas Sumatera Utarabentuk
untuk menggambarkan wanita yang tidak dibayar sebagai tenaga kerja untuk menjaga
keluarganya. www.shaadi.com [online] mengatakan bahwa ibu rumah tangga (housewife)
adalah non-working woman. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wanita
tidak bekerja adalah seorang istri yang bertanggung jawab untuk mengurus rumah tangga
atau merawat keluarga tanpa memiliki pekejaan diluar rumah. Istri tidak bekerja dapat disebut
juga ibu rumah tangga (Housewife). Menurut Kamus Oxford, pengetian housewife adalah :
a merried woman whose main occupation is carryin for her family and running the
household. Jadi dapat diartikan ibu rumah tangga adalah wanita menikah yang pekerjaan
utamanya adalah merawat keluarga dan menjalankan rumah tangga. Seorang istri atau ibu
merupakan sesuatu yang paling mulia dalam kehidupan. Wanita yang tidak bekerja biasanya
sebagai seorang ibu rumah tangga. Biasanya istri melakukan pekerjaan rumah tangga lebih
banyak dari suami. Disini istri yang adalah orang yang bertanggung jawab besar atas
pekerjaan rumah (tidak bekerja) (Schinovacz dalam Santrock, 1995). Suatu penelitian yang
dilakukan oleh Suryochondro (1990) mengenai wanita dan kerja menyatakan bahwa alasan
para istri tidak bekerja sebagaian besar karena kesibukan rumah tangga. Alasan yang cukup
bayak dilontarkan oleh para istri adalah dilarang suami. Hanya sebagaian kecil yang

menyatakan bahwa penghasilan suami sudah cukup, kurang mampu bekerja, sibuk di
organisasi ataupun alasan kesehatan. Alasan para istri bekerja tidak jauh berbeda antara
golongan menengah dan istri golongan bawah. Dalam penelitian Suryochondro juga
menanyakan kepada istri apakah mereka mempunyai keinginan untuk bekerja apabila ada
kesempatan. Dari jawaban para istri diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar mempunyai
keinginan bekerja. Keinginan ini lebih banyak dilontarkan oleh istri golongan bawah. Alasan
untuk bekerja beberapa antara Universitas Sumatera Utaraistri dari golongan menengah dan
dari golongan bawah. Para istri dari golongan bawah ingin bekerja lebih karena alasan
nenambah penghasilan. Disamping itu, istri dari golongan bawah juga mengemukakan alasan
ingin bekerja supaya mempunyai penghasilan sendiri dan mengisi waktu luang. F. Dinamika
Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Wanita Dewasa Madya Bekerja dan Tidak
Bekerja Penyesuaian diri sebagai bentuk adaptasi pada umumnya lebih mengarah pada
penyesuaian dalam arti fisik, fisiologis atau biologis. Perubahan fisik merupakan akibat dari
usia dan genetik, faktor perilaku dan gaya hidup yang dimulai dari masa muda dapat
dipengaruhi kecenderungan, penentuan waktu, dan luas perubahan fisik. menopause
merupakan salah satu perubahan fisik yang terjadi pada wanita dewasa madya (Papalia,
2008). Dewasa madya dapat menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya
tergantung pada kemampuan dirinya didalam menerima perubahan yang terjadi apakah dia
sudah menerima dan mengatasi masalahnya atau tidak, juga tergantung dari bagaimana cara
berfikir mereka terhadap perubahan fisik (Papalia, 2008). Pada masa sekarang ini terdapat
perubahan sosial yang menyebabkan wanita lebih mempunyai kesempatan besar untuk
memilih. Wanita dapat melakukan aktifitas berkarier ataupun wanita tidak berkarier. Pada
waktu wanita mengerjakan karier, mereka dihadapkan dengan pertanyaan apakah mereka bisa
bersaing dengan wanita muda atau tidak. (Aderson & Leslie; Gustafson & Magnusson; Steil
& Weltman dalam santrock, 1990). Ada yang bisa menikmati perannya sebagai wanita karier,
namun ada yang merasa kesulitan hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit kian
berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya wanita dewasa madya yang bekerja
sekarang ini karena adanya perubahan gender yang terjadi dan faktor kebutuhan finansial,
kebutuhan

sosial-relasional,

kebutuhan

Universitas

Sumatera

Utaraaktualisasi

diri.

Banyaknya bentuk pekerjaan yang dilakukan oleh wanita membuat wanita harus
menyesuaikan diri. Wanita bekerja sebenarnya menjadi sesuatu hal yang biasa di tengah
masyarakat. Seorang wanita yang bekerja, pada masa dewasa madya akan mulai memasuki
masa pensiun sehingga akan hilang pula kesibukan rutinnya sehari-hari. Menurut UU
Perkawinan No.1/1974 pasal 31 ayat 3 (Adiningsih, 2004), seorang istri didefinisikan sebagai

ibu rumah tangga. Wanita yang mengatur rumah tangga sedangkan pria bekerja diluar untuk
mendapatkan gaji atau bayaran, wanita tersebut disebut ibu rumah tangga (housewife.
Housewife) disebut juga sebagai non-working woman (Who Is A Working Woman, 2001).
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Suryochondro (1990) mengenai wanita dan kerja
menyatakan bahwa alasan para istri tidak bekerja sebagaian besar karena kesibukan rumah
tangga. Maka dari itu seorang Ibu rumah tangga tidak melakukan kegiatan diluar rumah dan
menganggap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya dapat dijalanin tanpa harus ada
kegelisahan. Pada usia madya masih mempunyai pekerjaan khususnya pekerjaan yang
berhubungan dengan orang lain, didalam pekerjaan ini pula dibutuhkan penampilan yang
menarik, tidak sejalan dengan usia mereka yang sudah tua, mereka harus mengakui bahwa
mereka tidak muda lagi, dan pada dewasa madya ini pula dibutuhkan perubahan penampilan
tidak hanya pria wanita juga memngambil andil dalam dunia pekerjaan. Penyesuaian diri
terhadap perubahan fisik terasa sulit karena adanya kenyataan bahwa sikap individu yang
kurang meguntungkan semakin diintensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang
menyenangkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama pada tahun-tahun
selanjutnya. Perubahan fisik yang terpenting yang terhadapnya orang berusia madya harus
menyesuaikan diri (Hurlock, 1999). Universitas Sumatera UtaraII. F . Hipotesis Dalam
penelitian ini diajukan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah
dikemukan. Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Terdapat
perbedaan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik antara wanita dewasa madya yang
bekerja dengan tidak bekerja. Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai